Anda di halaman 1dari 19

SURVEI KONSUMSI GIZI

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gizi dan Diet
Dosen Pengampu : Marianawati Saragih, M. Gizi

oleh :

Kelompok 2

Azizah Rahmah NIM P20620523011

Tarfiyani Arifah H. NIM P20620523049

Latifah Narulita A. NIM P20620523069

Mohammad Surya W. NIM P20620523071

Rizka Sri Nadila NIM P20620523088

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta'ala yang
telah memberikan begitu banyak rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada
kesempatan kali ini penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah dengan judul
“Survei Konsumsi Gizi”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Gizi dan Diet.

Dalam penyusunan Makalah ini, penulis menyadari bahwasanya dalam


pembuatan Makalah penelitian ini masih jauh dari kata sempurna karena pada saat
penyusunan penulis masih banyak mengalami hambatan dan kesulitan, namun
berkat dukungan dan bimbingan berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Ibu Marianawati Saragih M. Gizi selaku dosen pengampu mata kuliah
Gizi dan Diet.

Meski begitu penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari
semua pihak sebagai bentuk pengevaluasian agar kedepannya penulis bisa
memperbaiki segala kesalahan tersebut. Penulis juga berharap agar
kedepannya makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa yang membacanya.

Tasikmalaya, 4 Februari 2024

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi ............................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 1

C. Tujuan Makalah....................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................... 3

A. Bentuk-Bentuk Malnutrisi....................................................................... 3

B. Cara Melakukan Penilaian Status Gizi.................................................... 4

C. Metode-Metode Pengukuran Konsumsi Makanan .................................. 7

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................. 15

A. Kesimpulan ............................................................................................. 15

B. Saran ........................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... iii

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). T.
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit
dan kematian. Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmus, kretinisme,
kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin, kebutaan, peningkatan
faktor risiko terhadap penyakit infeksi, dan kematian akibat defisiensi vitamin
A (WHO, 2004).
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan gizi secara
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
Digunakan pada pengumpulan data konsumsi pangan yang memberikan
gambaran tentang konsumsi zat gizi pada masyarakat, keluarga, individu. Juga
dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Survei diet atau
penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan status gizi perorangan atau kelompok.
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan
suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang
maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa itu bentuk-bentuk malnutrisi?
2. Bagaimana cara melakukan penilaian status gizi?
3. Bagaimana metode pengukuran konsumsi makanan?

1
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Bentuk-bentuk malnutrisi
2. Cara melakukan penilaian status gizi
3. Metode pengukuran konsumsi makanan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Bentuk – Bentuk Malnutrisi


1. Gizi Kurang
a. Stunting
Stunting adalah gangguan pertumbuh dan perkembangan pada
anak akibat kekurangan gizi dala jangka waktu yang panjang p,keadaan
stunting akan mengakibatkan petumbuhan dan perkembangan sel
neuron terhambat sehingga mempengaruhi perkembangan kognitif
anak.
• KEP : (kekurangan Energi Protein )adalah kurangnya gizi yang
disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam akanan.
• KKP ( kekurangan kalori Protein ) adalah defisiensi gizi terjadi pada
anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi
atau asupan kalori dan protein yang kurang dalam waktu yang cukup
lama.
Klasifikasi KKP :
• KKP Ringan/sedang : disebut juga sebagai gizi kurang ( stunting)
ditandai dengan adanya habatan pertumbuhan.
• KKP Berat
a) Kwashiorkor : Bentuk kekurangan protein yang berat,yang
sering terjadi pada anak kecil.Penyebabnya adalah makanan
yang sangat sedikit mengandung protein (terutama proetin
hewani),adanya infeksi contoh nya diare yang akan menghambat
penyerapan makanan,Kekurangan asi.
b) Marasmus : Penyakit yang timbul karena kekurangan energi (
kaloria)Sedangkan kebutuhan protein relatif
cukup.Penyebabnya adalah karena kelaparan,kelaparan biasana
terjadikarena kegagalan menyusui,karena pengobatan dan
kegagalan memberi akanan tambahan.

3
2. Gizi Lebih
a. Obesitas (kelebihan Gizi)
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan akibat
ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang
digunakan.Penyebabnya adalah berkurangnya aktivitas ,pola makan
tidak sehat,gaya hidup.

B. Cara Melakukan Penilaian Status Gizi


Secara umum penilaian status gizi dapat dikelompokan menjadi
2(dua) yaitu
penilaian statuss gizi langsung dan status gizi tidak langsung.
a. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
1) Penilaian status gizi secara antropometri
Antropometri berasal dari kata anthopros (tubuh) dan metros
(ukuran). Secara umum antropometri diartikan sebagai ukuran tubuh
manusia. Dalam bidang gizi, antropometri berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai Tingkat umur dan tingkat gizi. Dalam bidang ilmu gizi,
antropometri digunakan untuk menilai status gizi. Ukuran yang sering
digunakan adalah berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, tinggi
duduk, lingkar perut, lingkar pinggul, dan lapisan lemak bawah kulit.
Parameter indeks antropometri yang umum digunakan untuk menilai
status gizi anak adalah indikator berat badan menurut umur (BB/U).
Tinggi badan menurut umur (TB/U), Indeks Massa Tubuh Menurut
Umur (IMT/U) (Kemenkes, 2010).
Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) ialah menentukan
atau melihat status gizi seseorang dengan cara mengukur berat badan
dan tinggi badan seseorang. Ukuran fisik seseorang sangat erat
hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu,ukuran-ukuran yang baik

4
dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan
pengukuran antropometri (Kemenkes, 2010).
Pengukuran IMT dapat dilakukan pada anak-anak, remaja
maupun orang dewasa. Pada remaja pengukuran IMT sangat terkait
dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan
komposisi tubuh dan densitas tubuh, pada remaja digunakan indikator
IMT/U. Rumus Perhitungan IMT adalah sebagai berikut: (Supariasa et
al., 2016).
Berat badan dalam satuan kg, sedangkan tingi badan dalam satuan
meter. Remaja usia 5-19 tahun nilai IMT-nya harus dibandingkan
dengan referensi WHO/NCHS 2007 (WHO, 2007). Pada saat ini yang
paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut dengan nilai
Nilai individu subyek (NIS) merupakan hasil dari IMT kemudian nilai
median baku rujukan (NMBR) dan Nilai Simpang Baku Rujukan
(NSBR) dapat dlihat pada buku standar antropometri tahun 2010.
Indeks IMT/U anak umur 5-18 tahun:
• Obesitas : > 2SD
• Gemuk : > 1SD sampai dengan 2 SD
• Normal : -2SD sampai dengan 1 SD
• Kurus : -3SD sampai dengan < -2SD
• Sangat kurus : < -3SD (Kemenkes, 2010)

2) Penilaian status gizi secara biokimia


Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
specimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain :
darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis
yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak
menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

5
3) Penilaian status gizi secara klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Metode ini digunakan untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu pula digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan
gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

4) Penilaian status gizi secara biofisik


Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihat perubahan strukturdari jaringan. Metode ini digunakan dalam
situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night
blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung


Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu
survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
1) Statistik vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisa dari beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

6
langsung pengukuran status gizi secara tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.

2) Faktor ekologi
Penggunaan fakor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar
untuk program intervensi gizi (Supariasa et al., 2016).

3) Survei konsumsi makanan


Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga
dan individu. Surve dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
zat gizi.

C. Metode – Metode Pengukuran Konsumsi Makanan


1. Metode Diet History
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bisa 1
minggu, 1 bulan atau 1 tahun).
Metode ini terdiri dari 3 komponen:
1) Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama
24 jam terakhir
2) Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah
bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah
disiapkan untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi.
3) Komponen ketiga adalah pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai
cek ulang.

7
Langkah-langkah pelaksanaan Metode Riwayat Makan:
1) Petugas menanyakan kepada responden tentang pola kebiasaan
makanannya. Variasi makan pada hari-hari khusus seperti hari libur ,
dalam keadaan sakit dan sebagainya juga dicatat. Termasuk jenis
makanan, frekuensi penggunaan, ukuran porsi dalam URT serta cara
memasaknya (direbus, digoreng, dipanggang dan sebagainya).
2) Lakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh dengan cara
mengajukan pertanyaan untuk kebenaran data tersebut. Hal yang perlu
mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah keadaan musim-
musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti hari pasar, awal
bulan,hari raya dan sebagainya. Gambaran konsumsi pada hari-hari
tersebut harus dikumpulkan.
Kelebihan metode Riwayat Makan:
1) Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang panjang
secara kualitatif dan kuantitatif.
2) Biaya relative murah
3) Dapat digunakan di klinik gizi untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan yang berhubungan dengan diet pasien.
Kekurangan metode Riwayat Makan:
1) Terlalu membebani pihak pengumpul data dan responden
2) Sangat sensitive dan membutuhkan pengumpul data yang sangat
terlatih.
3) Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar
4) Data yang dikumpulkan hanya berupa kualitatif
5) Biasanya hanya difokuskan pada makanan khusus, sedangkan variasi
makanan sehari-hari tidak diketahui

2. Metode frekuensi makanan (food frequency)


Metode Frekuensi Makanan adalah untuk memperoleh data
tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi
selama priode tertentu seperti hari, bulan atau tahun. Selain itu dengan
metode Frekuensi Makanan dapat memperoleh gambaran pola konsumsi

8
bahan makanan secara kualitatif, tapi karena periode pengamatannya lebih
lama dan dapat membedakan individu berdasarkan rangking tingkat
konsumsi zat gizi, maka cara ini paling sering digunakan dalam penelitian
epidemiologi gizi.
Langkah-langkah pelaksanaan Metode Frekuensi Makanan:
a) Responden diminta untuk member tanda pada daftar makanan yang
tersedia pada kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya dan ukuran
porsinya.
b) Lakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan
makanan terutama bahan makanan yang merupakan sumber-sumber zat
gizi tertentu.
Kelebihan Metode Frekuensi Makanan:
1) Relatif murah dan sederhana
2) Dapat dilakukan sendiri oleh responden
3) Tidak membutuhkan latihan khusus
4) Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara penyakit dan
kebiasaan makan.
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan:
1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari
2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
3) Cukup menjemukan bagi pewawancara
4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis bahan
makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner
5) Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

3. Metode semi-quantitative food frequency (semi FFQ)


Semi-Quantitative Food Frequency (FFQ) adalah kuisioner
makanan yang berisi sejumlah bahan makanan ataupun makanan jadi yang
mengandung vitamin dan mineral dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Dengan menambahkan perkiraan jumlah porsi yang di konsumsi remaja
melalui metode wawancara yang dilakukan sebanyak 1 kali.

9
Tujuan : Digunakan untuk studi awal fortifikasi zat gizi tertentu pada bahan
makanan yang potensial sebagai wahana (vehicle) dan dapat dilakukan
estimasi yang tepat terhadap dosis fortifikan.
Prinsip :
1. Studi pendahuluan
2. Daftar makanan dan minuman
3. Kelompok bahan makanan
4. Periode waktu lama
5. Kalibrasi dengan metode lain
6. Mengukur kecenderungan
7. Diagnosis dini (prosfektif)
8. Pada kelompok individu atau kelompok berisiko
9. Instrumen uji coba
10. Skor konsumsi pangan
11. Kelompok literasi rendah
12. Interview langsung
Kelebihan :
a) Dapat digunakan pada kelompok rendah
b) Memiliki ketepatan dalam membuat daftar bahan makanan atau
minuman pada formulir FFQ, karena metode ini sangat sistematis
c) Dapat dilakukan di semua lokasi survey, baik di tingkat rumah tangga,
masyarakat, rumah sakit, atau instansi
d) Tidak memerlukan prosedur yang rumit seperti kalibrasi timbangan
makanan
e) Dapat merepresentasi kebiasaan makan subjek
Kekurangan :
a) Membutuhkan persiapan yang lebih rumit
b) Tidak menggambarkan konsumsi aktual
c) Tidak dapat mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi
d) Tidak dapat mengukur asupan zat gizi

10
4. Metode Recall 24 Jam
Prinsip dari metode ini adalah dengan melakukan pencatatan jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Dalam metode ini responden, ibu atau pengasuh (bial anka masihkecil)
disuruh menceritakan semua yang dimakan atau diminum dalam 24 jam
yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai
dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat
dilakukan wawancara mundur ke belakang 24 jam penuh. Misalnya petugas
datang pada pukul 07.00 ke rumah responden maka konsumsi yang
ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) munfur ke belakang sampai
pukul 07.00, pagi hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh petugas yang
tealah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Hal penting yang perludiketahui adalah bahwa dnegan racall 24
jam data yang diperoleh cenderung ber sifat kualitatif. Oleh karena itu,
untuk mendapatkan data kuantitatif, makan jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,
piring, gelas, dll) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.
Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang
diperoleh kurang representative untuk menggambarkan keiasaan makan
individu. Oleh karena itu recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang
dan harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
minimal 2 kali recall 24 jam berturut-turut dapat menghasilkan gambaran
asupan zat gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar
tentang intake harian individu.
Langkah-langkah metode Recall 24 Jam:
1) Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam Ukuran
Rumah Tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Dalam
membantu responden mengingat apa yang dimakan, perlu diberikan
penjelasan waktu kegiatannyaseperti waktu baru bangun, setelah
sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja, sesudah tidur siang dan
sebagainya. Selain dari makanan utama, makanan kecil atau jajanan

11
juga dicatat. Termasuk makanan yang dimakan di luar rumah seperti
restoran, di kantor, di ruamh teman atau saudara. Untuk masyarakat
perkotaan konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga
dicatat serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
2) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
3) Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia. Agar
wawancara berlangsung secara sitemastis, perlu disiapkan Kuesioner
sebelumnya sehingga wawancara terarah menurut urut-urutan Waktu
dan pengelompokan bahan makanan. Urutan waktu makan sehari Dapat
disusun berupa makan pagi, siang, malam dan snack serta Makanan
jajanan.Pengelompokan bahan makanan dapat berupa makanan pokok,
sumber Protein nabati, sumber protein hewani, sayuran, buah-buahan
dan lainlain.

Kelebihan metode Recall 24 Jam:

1) Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani responden.


2) Biaya relative murah karena tidak memerlukan peralatan khusus dan
Tempat yang luas untuk wawancara
3) Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden
4) Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi
6) Individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari

Kekurangan metode Racall 24 Jam:

1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya


Recall satu hari
2) Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden. Oleh
Karena itu, responden harus mempunyai daya ingat yang baik, sehingga
Metode initidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun,
orang Tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau
orang Yang pelupa

12
3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yabg
Kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan
Bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under
Estimate).
4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
Menggunakan alat bantu URT atau ketepatan alat bantu yang dipakai
Menurut kebiasaan masyarakat. Pewawancara harus dilatih untuk dapat
Secara tepat menanyakan apa-apa yang dimakan responden dan
Mengenal cara-cara pengolahan makanan serta pola pangan daerah
Yang akan diteliti secara umum.
5) Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari
Penelitian
6) Dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pecan, pada saat
Melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dll.Karena
keberhasilan metode recall 24 jam ini snagat ditentukan oleh daya ingat
Responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka
untuk Dapat meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama
beberapa kali Pada hari berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari
variasi menu keluarga Dari hari ke hari.

5. Estimated Food Records


Metode ini disebut juga “food record” atau “dietary record”, yang
digunakan untuk Mencatat jumlah yang dikonsumsi. Pada metode ini
responden diminta untuk Mencatat semua yang ia makan dan minum setiap
kali sebelum makan dalam URT atau menimbang dalam ukuran berat (gram)
dalam periode tertentu (2-4 Hari berturut-turut), termasuk cara persiapan
dan pengolahan makanan tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan food record:
1) Responden mencatat makanan yang dikonsumsi dalam URT atau gram
(nama masakan, cara persiapan, dan pemasakan bahan makanan)
2) Petugas memperkirakan/estimasi URT kedalam ukuran berat (gram)
Untuk bahan makanan yang dikonsumsi tadi

13
3) Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan DKBM
4) Membandingkan dengan AKG

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati


sebenarnya (true intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang
dikonsumsi oleh individu.

Kelebihan metode Estimated Food Record:

a) Metode ini relative murah dan cepat


b) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar
c) Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari
d) Hasilnya relative lebih akurat

Kekurangan metode Estimated Food Record:

a) Metode ini terlalu membebani responden sehingga sering menyebabkan


Responden merubah kebiasaan makannya
b) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf
c) Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan responden dalam
Mencatat dan memperkirakan jumlah konsumsi

6. Penimbangan Makanan (Food Weighing)


Pada metode penimbangan makanan, reponden atau petugas
menimbang dan Mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden
selama 1 hari.
Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari tergantung
dari Tujuan, dana penelitian, dan tenaga yang tersedia.
Langkah-langkah pelaksanaan Penimbangan Makanan:
1) Petugas/responden menimbang dan mencatat bahan makanan/makanan
Yang dianalisis dalam gram
2) Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi sehari, kemudian dianalisis
Dengan menggunakan DKBM atau DKGJ (Daftar Komposisi Gizi
Jajanan)
3) Membandingkan hasilnya dengan AKG

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan, khususnya di berbagai negara berkembang (WHO, 2004). T. Survei
konsumsi makanan adalah metode penentuan gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Digunakan pada
pengumpulan data konsumsi pangan yang memberikan gambaran tentang
konsumsi zat gizi pada masyarakat, keluarga, individu.
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data
yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan
suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang
maupun gizi lebih
Metode-metode pengukuran konsumsi makanan terdiri dari metode
diet history, frekuensi makanan (food frekuency), semi-quantitative food
frekuency, recall 24 jam, estimasi food record, penimbangan makanan.

B. Saran
Makalah survei konsumsi makanan ini dapat memberikan
pemahaman dan penjelasan tentang bentuk bentuk malnutrisi juga metode
metode pengukuran konsumsi makanan. Maka dari itu disarankan agar
mahasiswa bisa meningkatkan literasi makalah dan jurnal-jurnal tentang survei
konsumsi makanan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang
penilaian status gizi juga metode metode pengukuran konsumsi makanan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Utami N. W. A. (2016) Modul Survei Konsumsi Makanan Program Studi


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Simanjuntak D.Sindar A. (2019) Sistem Pakar Deteksi Gizi Buruk Balita Dengan
Metode Naïve Bayes Classifier. Jurnal Inkofar
Dwi Aryanto, Ardi Pujiyanta. (2013) Aplikasi Sistem Pakar Penentuan Asupan
Makanan Bagi Penderita Penyakit Gizi Buruk Dengan Inferensi Fuzzy
Sumarlin R. (2021) Penilaian Status Gizi. American Journal of Research
Communication

iii

Anda mungkin juga menyukai