Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA AN. F DENGAN DIAGNOSA MEDIS


FRAKTUR HUMERUS 1/3 DISTAL SINISTRA
DI RUANG E3 RSUD DR. A. DADI TJOKRODIPO
BANDAR LAMPUNG

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Imam Safaat (19350008)
Megah Rachmawati (19350015)
Meilisa Tabrani (19350017)
Muhammad Agustianda (19350019)
Puspa Rini (19350022)
Redia Indira Putrianti (19350023)
Renda Wulandasari (19350024)
Reno Ferdialdo (19350026)
Yessy Aprianti (19350035)
Yola Anjani (19350037)
Yopita Sari (19350038)

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingg kami dapat meyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada An. F Dengan Diagnosa Medis Fraktur
Humerus 1/3 Distal Sinistra Di Ruang E3 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo.
Terima kasih kepada Direktur RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo yang telah
memberikan kami izin untuk melaksanakan profesi ners di ruang rawat inap RSUD Dr. A.
Dadi Tjokrodipo. Terima kasih kepada Bapak Djunizar Djamaludin, S.Kep., Ns., MS
selaku pembimbing akademik dan Bapak Ns. Eko Margono, S.Kep selaku pembimbing
lahan Ruang E3.
Di dalam laporan kasus ini, kami menyajikan data tentang fraktur humerus. Kami
berharap hasil laporan kasus kami dapat diterima dan bermanfaat untuk semuanya.
Kami menyadarai bahwa laporan kasus ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan kasus
ini dapat berguna bagi kita bersama.

Bandar Lampung, 3 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................2
1.4 Metode Penulisan...........................................................................2

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi.......................................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Fraktur Humerus.............................................................. 3
2.3 Etiologi...........................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................... 5
2.5 Patofisiologi................................................................................... 5
2.6 Komplikasi.....................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik................................................................ 8

BAB III – ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pemeriksaan Pengkajian Fokus..................................................... 9
3.2 Masalah Keperawatan yang Muncul..............................................10
3.3 Rencana Keperawatan....................................................................11

BAB IV – PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................... 16
4.2 Saran............................................................................................. 16

Daftar Pustaka...................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera yang sering terjadi pada tulang umumnya dikenal dengan patah tulang
atau fraktur. Fraktur merupakan suatu kondisi diskontinuitas tulang atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma,
baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung. Fraktur dapat terjadi pada
seluruh tulang, salah satunya adalah fraktur humerus. Fraktur humerus adalah fraktur
pada tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (Hoppenfield, 2011; Faqih
2019).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat kasus fraktur yang terjadi di dunia
kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi 2,7%.
Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang dengan angka
prevalensi 4,2 %. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka
prevalensi 3,5 % (Rizal, 2016). Prevalensi kasus fraktur pada penduduk Indonesia
5,8 %. Fraktur terbanyak terjadi di Papua dengan prevalensi 8,3 % sedangkan di
Jawa Tengah 6,2 % (Kemenkes, 2013). Terjadinya fraktur tersebut dari berbagai
insiden antara lain kecelakaan, cedera olahraga, bencana kebakaran, bencana alam
dan lain sebagainya.
Pembedahan atau operasi adalah tindakan yang menggunakan cara invasif
dengan membuat sayatan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan. Akibat dari
prosedur pembedahan, pasien akan mengalami gangguan rasa nyaman atau nyeri
(Sjamsuhidajat, 2016). Apabila sesorang mengalami nyeri, maka akan
mempengaruhi fisiologis dan psikologis dari orang tersebut. Nyeri merupakan
sensasi yang sangat tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
aktual dan potensial, bervariasi pada tiap individu dan dapat mempengaruhi seluruh
pikiran seseorang. Awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan
Perawat perlu mendapatkan data baik secara subjektif maupun objektif untuk menilai
seberapa besar pengaruh nyeri pada pasien dengan menggunakan komunikasi
terapeutik. Pengkajian nyeri meliputi P (provoking incident/insidens pemicu). Q

4
(Quality of pain). R (Region, radiation, relief). S (Severity/scale of pain). T (Time)
(Morison, 2014).
Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Pada An. F Dengan Diagnosa Medis Fraktur Humerus 1/3 Distal
Sinistra Di Ruang E3 RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung”.

1.2    Tujuan Penulisan
Setelah membahas kasus ini diharapkan mampu memahami dan melakukan asuhan
keperawatan medikal bedah pada klien dengan diagnosa medis fraktur humerus.

1.3    Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Menambah wawasan serta dapat menerapkan teori yang didapat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis fraktur
humerus.
1.3.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan keperawatan medikal bedah pada
klien dengan diagnosa medis fraktur humerus.
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
Memberikan masukan kepada RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dalam
melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah pada klien dengan diagnosa
medis fraktur humerus dalam rangka meningkatkan optimilisasi pelayanan
Rumah Sakit kepada pasien sebagai pelanggan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fraktur humerus adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempengan epiphyseal
atau permukaan rawan sendi. Tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak,
sehingga tekanan fisik dapat menyebabkan terjadinya fraktur serta menimbulkan
pergeseran mendadak pada fragmen fraktur yang dapat menghasilkan cedera
jaringan lunak disekitarnya (Hardisman, & Riski, 2014; Nasari, 2019).
Fraktur humerus merupakan hilangnya kontinuitas tulang yang disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik, bisa berupa fraktur terbuka yang disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan pembuluh darah) dan fraktur
tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung (Helmi, 2014).
Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh
benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2016).
Fraktur humerus adalah putusnya hubungan tulang humerus bagian atas yang sering
disebabkan oleh pukulan langsung atau jatuh dengan bertumpu pada lengan (Kneale,
& Davis, 2011; Satriana 2016).

2.2 Etiologi
Penyebab fraktur secara fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan tulang
yang diakibatkan dari kecelakaan,tenaga fisik,olahraga, dan trauma dapat disebabkan
oleh cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan,dan cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan. Secara patologis merupakan suatu kerusakan tulang yang terjadi
akibat proses penyakit dimana dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur, hal ini
dapat terjadi pada berbagai keadaan diantaranya tumor tulang osteomielitis, scurvy
(penyakit gusi berdarah) serta rakhitis (Mansjoer, 2014).

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut Brunner & Suddarth (2014), tanda dan gejala fraktur yaitu pada
daerah yang patah tulangnya sangat membengkak ditemukan tanda functiolaesa,
nyeri tekan, nyeri gerak, tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi
anterior, endo/eksorotasi, ditemukan adanya krepitasi pada daerah yang patah bila
6
digerakkan, ataupun perdarahan. Pada fraktur humerus, saat pemeriksaan harus
diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi dan robeknya ligamentum.

2.4 Klasifikasi
Menurut Rasjad (2014), berdasarkan klasifikasi klinis yaitu:
a. Fraktur Tertutup (Simple Fracture)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
b. Fraktur Terbuka (Compound Fracture)
Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari
dalam) atau from without (dari luar).
c. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi,
misalnya mal-union, delayed union, non-union, dan infeksi tulang.
Menurut Helmi (2014), fraktur humerus dapat dibagi lima jenis berdasarkan letak
garis fraktur seperti dibawah ini:
a. Fraktur Intertrokhanter
Merupakan patah tulang yang bersifat ekstra kapsuler dari humerus, sering
terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Pada riwayat umumnya
didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan trauma langsung pada
trokhanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera secara memuntir memberikan
fraktur tidak langsung pada intertrokhanter. Pemeriksaan radiografik biasanya
sudah dapat menentukan diagnosis fraktur intertrokhanter stabil atau tidak stabil.
Penatalaksanaannya menggunakan reduksi terbuka dan pemasangan fiksasi
interna. Intervensi konservatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat tua
dan tidak dapat dilakukan dengan anastesi general.
b. Fraktur Subtrokhanter
Garis fraktur berada 5 cm distal dari trokhanter minor, diklasifikasikan sebagai
berikut: 1) Tipe 1 adalah garis fraktur satu level dengan trokhanter minor; 2)
Tipe 2 adalah garis patah berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trokhanter
minor; 3) Tipe 3 adalah 2-3 inci dari batas atas trokhanter minor.

7
c. Fraktur Batang
Fraktur batang humerus biasanya disebabkan oleh trauma langsung, secara klinis
dibagi menjadi: 1) fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan jaringan
lunak, risiko infeksi dan perdarahan dengan penatalaksanaan berupa
debridement, terapi antibiotika serta fiksasi internal maupun ekternal; 2) Fraktur
tertutup dengan penatalaksanaan konservatif berupa pemasangan skin traksi
serta operatif dengan pemasangan plate-screw.
d. Fraktur Suprakondiler
Fraktur suprakondiler fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior.
Biasanya fraktur suprakondiler ini disebabkan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan
disertai gaya rotasi. Manifestasi klinik yang didapatkan berupa pembengkakan,
deformitas, nyeri bila fragmen bergerak, dan mempunyai risiko terhadap
sindrom kompartemen pada bagian distal. Pemeriksaan radiologis dapat
menentukan diagnosis fraktur suprakondiler.
e. Fraktur Kondiler
Mekanisme trauma fraktur ini biasanya merupakan kombinasi dari gaya
hiperabduksi dan adduksi disertai denga tekanan pada sumbu humerus ke atas.
Manifestasi klinik didapatkan adanya pembengkakan, hematrosis, dan
deformitas pada ekstremitas atas. Penderita juga mengeluh adanya nyeri lokal,
dan kondisi neurologis-vaskular harus selalu diperiksa adanya tanda dan gejala
sindrom kompartemen pada bagian distal.

2.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang lebih besar daripada
tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang dapat
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang (fraktur) (Elizabeth,
2014).
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang menjadi rusak
sehingga menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada saat perdarahan terjadi
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang, sehingga jaringan tulang segera
berdekatan kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis akan
8
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma, dan leukosit serta infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Price, & Wilson, 2015).
Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu:
1). Fase Hematum
a. Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
b. Setelah 24 jam suplai darah disekitar fraktur meningkat
2). Fase granulasi jaringan
a. Terjadi 1-5 hari setelah injuri
b. Pada tahap phagositosis aktif granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah
baru fogoblast dan osteoblast.
3). Fase formasi callus
a. Terjadi 6-10 hari setelah injuri
b. Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4). Fase ossificasi
a. Mulai pada 2-3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
b. Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam
kalsium yang menyatukan tulang yang patah.
5). Fase consolidasi dan remadelling
Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan
oksifitas oksifitas osteoblat dan osteuctac (Jitowiyono, 2012; Pranata 2016).

9
10
2.6 Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut Mansjoer (2014) antara lain:
2.6.1 Komplikasi Dini
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan
darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan
penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang
rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra
b. Emboli Lemak
Pada saat terjadi fraktur, globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh
darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau
karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan
memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak pada
aliran darah.
2.6.2 Komplikasi Lambat
a. Delayed union
Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union
merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan
suplai darah ke tulang.
b. Non-union
Non-union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Non-union
ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebihpada sisi fraktur yang
membentuk sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena
aliran darah yang kurang.
c. Kekakuan Sendi Lutut
Biasanya terjadi apabila penderita mendapat trauma daridepan dengan lutut
dalam keadaan fleksi.
d. Infeksi dan Gangguan Saraf Perifer Akibat Traksi yang Berlebihan
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini

11
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena
penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti traksi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Mansjoer (2014), ada beberapa pemeriksaan diagnostik pada klien fraktur
humerus antara lain:
2.7.1 Pemeriksaan Radiologi
a. X-ray : menentukan gambaran, lokasi, dan luasnya fraktur
b. Venogram/anterogram : menggambarkan vaskularasi
c. CT-scan : mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
2.7.2 Pemeriksaan Laboratorium
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hemoglobin, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat bila
kerusakanjaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan, Ca dan P mengikat
di dalam darah.

2.8 Penatalaksanaan
Pada waktu menangani fraktur ada konsep dasar yang harus dipertimbangkan yaitu
rekognisi, reduksi, dan rehabilitasi (Rasjad, 2014).
a. Rekognisi meliputi diagnosis dan penilaian fraktur, dilakukan anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan radiologis.
b. Reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk
mendapatkan posisi yang dapat diterima.
c. Rehabilitasi adalah mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin
Rencana rehabilitasi harus segera dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan
fraktur.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
 Aktivitas/Istirahat
Tanda : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkinsegera akibat fraktur itu sendiri,atau terjadi secara sekunder dari
pembengkakan jaringan dan nyeri)

12
 Sirkulasi
Tanda :
- Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri/ansietas atau
hipotensi (kehilangan darah)
- Takikarda (respon stress, hipovolemia).
- Penurunan atau tak ada nadi pada bagian distal area cedera, pengisian kapiler
lambat dan pucat pada bagian yang terkena.
- Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
 Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi,spasme otot, kebas/kesemutan
(parestesis)
Tanda : Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, klepitasi
(bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau ansietas atau
trauma lain).
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada
area jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada
imobilisasi);tak ada nyeri akibat kerusakan saraf.
Spasme/keram otot (setelah imobilisasi).
 Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-
tiba).
 Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan cedera.
Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat;
humerus 7,8 hari; panggul/pelvis, 6,7 hari; lainnya, 4,4 hari bila memerlukan
perawatan dirumah sakit. Memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas
perawatan diri, dan tugas pemeliharaan/perawatan rumah.

13
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan cedera pada jaringan lunak
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler
3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi terbuka
4) Resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée luka fraktur humerus
5) Gangguan rasa aman berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

c. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
.
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Menentukan
dengan cedera pada jaringan tindakan keperawatan tanda vital intervensi
lunak diharapkan masalah 2. Kaji skala nyeri selanjutnya
nyeri akut dapat teratasi 3. Tinggikan 2. Menetukan
Definisi : Jaringan lunak segera dengan kriteria dandukung seberapa nyeri
adalah jaringan yang hasil: ekstremitas yang dirasaka
menunjang dan • Nyeri hilang yang terkena klien
menghubungkan struktur • Mampu berpartisipasi 4. Ajarkan klien 3. Meningkatkan
dan organ tubuh. Yang dalam menggunakan aliran balik
termasuk dalam jaringan ini akktivitas/istirahat teknik relaksasi, vena dan
antara lain lemak, otot, • Menunjukkan contoh: latihan menurunkan
pembuluh darah, saraf, penggunaan napas dalam nyeri
tendon, dan lapisan pada keterampilan relaksasi 5. Kolaborasi 4. Memfokuskan
tulang sendi. sesuai indikasi untuk dengan dokter kembali
situasi individual dalam perhatian,
Batasan Karakteristik: pemberian obat meningkatkan
 Bukti nyeri dengan analgesik rasa kontrrol,
mengunakan standar (ketorolac) dan dapat
daftar periksa nyeri untuk meningkatkan
pasien yang tidak dapat kemampuan
mengungkapkanya koping dalam
 Ekspresi wajah nyeri manajemen
 Keluhan tentang intensitas nyeri, yang
menggunakan standar mungkin

14
skala nyeri menetap untuk
 Keluhan tentang periode lebih
karakteristik nyeri dengan lama
menggunakan standar 5. Diberikan
instrumen nyeri untuk
 Laporan tentang perilaku menurunkan
nyeri/perubahan aktifitas nyeri
 Mengekspresikan perilaku
 Perilaku distraksi
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Kaji derajat 1. Memerlukan
berhubungan tindakan keperawatan imobilitas yang informasi
dengankerusakan rangka diharapkan masalah dihasilkan oleh intervensi
neuromuskuler gangguan mobilitas cedera untuk
fisik dapat teratasi 2. Instruksikan meningkatkan
Definisi: segera dengan kriteria klien kemajuan
Neuromuskuler adalah saraf hasil: untuk/bantu kesehatan
dan otot  Meningkatkan dalam rentang 2. Meningkatkan
mobilitas pada tingkat gerak pada aliran darah ke
Batasan Karakteristik : paling tinggi yang ektremitas yang otot dan tulang
 Penurunan waktu reaksi mungkin sakit dan yang untuk
 Kesulitan membolak-  Mempertahankan tidak sakit meningkatkan
balik posisi posisi fungsional 3. Tempatkan gerak sendi,
 Perubahan cara berjalan  Meningkatkan dalam posisi dan mencegah

 Gerakan bergetar kekuatan/fungsi yang terlentang atrofi

 Keterbatasan sakit secara periodik 3. Menstabilkan

kemampuan melakukan 4. Bantu klien fraktur dengan

keterampilan motorik dalam menurunkan

halus mobilisasi resiko


dengan kursi kontraktur
 Keterbatasan
roda, kruk, fleksi panggul
kemampuan melakukan
tongkat 4. Belajar
keterampilan motorik
5. Kolaborasi memperbaiki
kasar
dengan ahli dengan cara
 Keterbatasan rentang
terafi menggunakan

15
pergerakan sendi fisik/okupasi alat, penting
 Pergerakan lambat dan rehabilitasi untuk
spesialis mempertahank
an mobilisasi
optimal dan
keamanan
klien
5. Berguna dalam
membuat
aktivitas
individuaal
latihan
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan 1. Kaji kulit untuk 1. Memberikan
berhubungan dengan lesi tindakankeperawatan luka terbuka informasi
terbuka diharapkan masalah 2. Massase kulit tentang
integritas kulit dapat sekitar terapi sirkulasi kulit
Definisi: segera teratasidengan restriktif untuk
Lesi adalah luka kriteria hasil: 3. Balik klien intervensi
•Menyatakan dengan sering medis lanjut
Batasan Karakteristik: ketidaknyamanan untuk 2. Menurunkan
 Kerusakan lapisan kulit hilang melibatkan sisi tekanan pada
(dermis) •Menunjukkan perilaku yang tidak sakit area yang peka
 Gangguan permukaan untuk mencegah 4. Letakkan dan resiko
kulit (epidermis) kerusakan kulit bantalan kerusakan
 Invasi struktur tubuh •Mencapai pelindung di kulit
penyembuhan lesi bawah kaki dan 3. Meminimalka
sesuai waktu di atas tonjolan n tekanan pada
tulang kaki
4. Meminimalka
n tekanan pada
area ini
4. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan 1. Analisa hasil  Leukositosis
dengan port de entrée luka tindakan keperawatan pemeriksaan biasanya
fraktur humerus diharapkan masalah laboratorium terjadi pada

16
resiko infeksi dapat (Hitung darah proses infeksi,
segera teratasi dengan lengkap, LED, anemia dan
Definisi : kriteria hasil: Kultur dan peningkatan
Port de entree adalah portal  Luka bersih sensitivitas LED dapat
masuk  Tidak ada pus atau luka/serum/tula terjadi pada
nanah ng) osteomielitis.
Batasan Karakteristik:  Luka kering 2. Lakukan Kultur untuk
 RR Dalam rentang perawatan luka mengidentifika
normal dengan teknik si organisme
 saat disentuh tangan aseptik penyebab
terasa hangat 3. Kalaborasi infeksi.
 luka menutup Pemberian  teknik aseptic
antibiotik. dapat
mengurangi
bakteri
pathogen oada
daerah luka
 antibiotic
dapat
membunuh
bakteri yang
dapat
menyebabkan
infeksi.
5. Gangguan rasa aman Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Menggali
berhubungan dengan tindakan keperawatan kecemasan tingkat
kurangnya pengetahuan diharapkan masalah keluarga klien kecemasan
gangguan rasa aman 2. Beri penjelasan keluarga klien
Batasan Karakteristik: dapat segera teratasi pada keluarga dapat
 Ansietas dengan kriteria hasil: tentang kondisi diketahui
 Menangis  Ekspresi wajah klien klien apakah

 Ganguan pola tidur tampak tenang 3. Ajarkan pada keluarga

 Takut  Keluarga mengerti kleuarga untuk berada dalam


menegani kondisi selalu beradoa tahap cemas,

17
 Ketidakmampuan klien dan mesnuport ringan, sedang,
untuk rileks klien agar cepat dan berat.
 Merintih sembuh 2. Penjelasan
 Melaporkan 4. Beri dapat
perasaan tidak reinforcement menambah
nyaman positif bila pengetahuan

 Melaporkan gejala kelaura dapat keluarga

distress menjelaskan tentang


kembali tentang kondisi klien.
kondisi klien 3. Dengan selalu
berdoa akan
mengurangi
kecemasan
bagi keluarga
klien
4. Reinforcement
positif dapat
memberikan
motivasi dan
meningkatkan
semangat
keluarga
sehingga dapat
mengurangi
cemas

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An.F
No.RM :03307117
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Sumur Putri, Teluk Betung Utara
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Tanggal MRS : 21 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 23 Desember 2019
Diagnosa Medis : Post Op ORIF Fraktur Humerus
Asal Masuk : UGD

3.2 RIWAYAT KEPERAWATAN


a. Keluhan Utama Saat MRS
Ibu klien datang bersama klien ke RSUD dr. A. Dadi Tjokrodipo dengan kondisi
patah tulang karena klien terjatuh dari pohon seri pada hari Sabtu tanggal 21
Desember 2019.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 23 Desember 2019, ibu klien mengatakan
klien nyeri pada lengan kirinya, ibu klien mengatakan nyeri klien bertambah jika
klien menggerakan tangannya dan berkurang saat beristirahat. Ibu klien mengatakan
skala nyeri 3 yang dirasakan hilang timbul. Keluhan penyerta yaitu tampak luka
kering pada lengan kiri klien dengan panjang luka 5 cm dan mobilisasi klien dibantu
oleh keluarganya.
c. Penyakit Yang Pernah Diderita
Ibu klien mengatakan baru kali ini klien mengalami patah tulang dan tidak pernah
menderita penyakit kronis.
d. Diagnosa Medik Saat MRS
Fraktur supracondylar humerus sinistra
19
e. Pemeriksaan Penunjang Yang Telah Dilakukan
Radiologi dengan hasil fraktur os humerus 1/3 distal disertai subluksasi sendi
f. Tindakan yang telah dilakukan
- Kolaborasi dalam pemberian terapi IVFD ringer laktat 15 tpm makro, cefotaxime
2x300 mg, ketorolac 3x10 mg
- Post op orif
g. Riwayat Pengobatan
Ibu klien mengatakan klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
h. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi,
diabetes mellitus, asma maupun penyakit turunan.
i. Riwayat Lainnya
Ibu klien mengatakan klien tidak memiliki alergi obat, makanan, debu ataupun
lainnya. Klien tidak pernah melakukan transfusi darah dan tidak pernah operasi
sebelumnya.

3.3 PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum klien baik, kesadaran composmentis, GCS 15 : E4 V5 M6. Diperoleh
tanda-tanda vital klien nadi 90 x/menit secara radialis dengan kualitas kuat dan irama
regular, suhu 36,50C, RR 30 x/menit, BB 13 kg, dan TB 100 cm.
a. B1 ̶ Breathing : Pernapasan
Pola napas klien dengan irama teratur dan tidak mengalami sesak napas, bunyi napas
vesikuler, tidak menggunakan otot bantu napas, tidak batuk, tidak ada sputum,
pergerakan dada simetris, tidak terpasang WSD, tidak pakai alat bantu napas.
b. B2 ̶ Bleeding : Kardiovaskuler
Irama jantung klien regular, suara jantung I (S1) terdengar bunyi “lub” pada ruang
ICS V sebelah kiri sternum di atas apeks jantung, suara jantung II (S2) terdengar
bunyi “dub” pada ICS II sebelah kanan sternum, tidak ada nyeri dada, CRT <2 detik,
akral teraba hangat, tidak ada distensi vena jugularis, dan tidak sianosis.
c. B3 ̶ Brain : Persarafan
Klien melakukan gerakan ekstensi dari tungkai bawah saat tendon patella diketuk,
klien melakukan gerakan fleksi pada siku saat tendon bisep diketuk, klien melakukan
gerakan ekstensi pada siku saat tendon trisep diketuk. Klien didapatkan gerakan

20
dorsofleksi ibu jari dan pengembangan jari-jari lainnya saat reflek babinsky,
brudzinsky I II III IV negatif, kernig negatif, serta ibu klien mengatakan klien tidak
mengeluh pusing.
 Pengelihatan (Mata) : Pupil klien isokor, reflek cahaya ka/ki baik dengan
diameter 4 mm/4 mm, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, penglihatan
normal, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
 Pendengaran (Telinga) : Telinga klien bersih dan tidak ada gangguan
pendengaran.
 Penciuman (Hidung) : Hidung klien tidak bermasalah, tidak ada sumbatan atau
sekret, tidak batuk, tidak ada gangguan penciuman.
 Pola Tidur : Pola tidur klien normal dengan 12 jam/hari.
 Pengkajian Nyeri
P : Nyeri diakibatkan post operasi fraktur
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar
R : Tangan kiri klien
S : Skala nyeri 3
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
d. B4 – Bladder : Perkemihan
Jumlah urine klien >50 cc/hari dengan warna kuning dan bau khas, tidak terpasang
kateter, kandung kemih klien tidak membesar, tidak nyeri tekan, tidak ada gangguan
perkemihan, intake cairan oral klien ± 1000 cc/hari.
e. B5 – Bowel : Pencernaan
 Nafsu makan klien baik dengan frekuensi 3x/hari, porsi makan yang diberikan
oleh RS habis, makanan kesukaan klien buah-buahan, tidak ada perubahan BB,
tidak menggunakan alat bantu makan, klien minum ± 1000 cc/hari.
 Mulut klien tampak bersih, mukosa lembab, tidak ada nyeri telan, tidak kesulitan
menelan, tidak ada pembesaran tonsil.
 Abdomen klien normal, tidak ada nyeri tekan, peristaltik 15x/menit, tidak ada
pembesaran hepar dan limpa, BAB teratur 1x/hari dengan konsistensi lunak, bau
khas, berwarna kuning kecokelatan.
f. B6 – Bone and Musculoskeletal, Integumen
Kemampuan pergerakan sendi klien terbatas pada tangan kiri, klien mengalami
fraktur humerus sinistra, tidak ada dekubitus dan luka bakar, terdapat luka kering

21
pada lengan kiri klien dengan panjang luka 5 cm, akral teraba hangat, turgor kulit
baik, tidak ada odema, klien post orif fraktur humerus, dan sulit menggerakkan
tangan kiri.
g. Endokrin
Tidak ada pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening pada klien, serta tidak ada
luka gangren.
h. Psiko-Sosio-Spiritual
Ekspresi klien terhadap penyakitnya yaitu menangis dan gelisah, persepsi ibu klien
terhadap penyakit yaitu cobaan dari Tuhan, orang yang paling dekat dengan klien
yaitu ibu klien.
i. Pemeriksaan penunjang dan terapi
 Laboratorium 21 Desember 2019
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Darah Rutin:
Leukosit 8.8 5.5 - 17.5 x 10^3/µL
Eritrosit 4.64 3.4 - 5.2 x 10^6/µL
Haemoglobin 11.1 9.6 - 15.6 g/dL
Hematrokrit 34.2 34 – 48 %
Trombosit 478 150 - 450 x 10^3/µL
Diff Count :
Limfosit 4.3 1.25 - 4.0 x 10^3/µL
Gran 3.6 2.50 - 7.00 x 10^3/µL
MID 0.9 0.1 - 1.5 x 10^3/µL
Hemostatis :
Masa Perdarahan (BT) 1 menit 30 detik 1 - 6 menit
Masa Pembekuan (CT) 3 menit 1 - 6 menit

KIMIA
Kimia Darah :
Glukosa Sewaktu 99 <200 mg/dL
SGOT 33 15 - 48 µ/L
SGPT 14 10 - 40 µ/L
Ureum 25 13 - 50 mg/dL
Creatinin 0.6 0.9 - 1.3 mg/dL
 Radiologi
Kesan : Fraktur os Humerus 1/3 distal disertai subluksasi sendi
 Tindakan medis
Kolaborasi dalam pemberian dalam terapi IVFD RL 15 tpm Makro, cefotaxime 2x
300 mg, Ketorolak 3x10 mg.

22
 Tindakan keperawatn
o Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
o Mengajarkan teknik non farmakologi
o Membantu mobilisasi klien

3.4 DATA FOKUS


Data Subjektif :
- Ibu klien mengatakan klien nyeri pada lengan kiri.
- Ibu klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar.
- Ibu klien mengatakan nyeri klien bertambah jika klien menggerakan tangannya dan
berkurang saat istirahat.
- Ibu klien mengatakan nyeri yang dirasakan klien hilang timbul.
- Ibu klien mengatakan terdapat luka kering pada lengan kiri klien.
- Ibu klien mengatakan klien sulit menggerakkan tangan kirinya.
- Ibu klien mengatakan klien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri.

Data Objektif :
- Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban elastis mulai dari lengan bawah,
melewati siku sampai lengan atas.
- Klien tampak meringis saat menggerakan tangan kirinya.
- Skala nyeri 3.
- Klien tampak takut menggerakan tangan kirinya.
- Tampak luka kering pada lengan kiri klien dengan panjang 5 cm.
- Tidak ada darah dan pus pada luka klien.
- Kulit sekitar luka tampak kemerahan.
- Mobilisasi klien dibantu oleh keluarga.
- Klien tampak kesulitan menggerakan tangan kirinya.
- Nadi 90 x/menit, Suhu 36,50C, RR 30 x/menit.

3.5 ANALISA DATA


NO
DATA ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS: Tindakan invasif Nyeri akut
23
- Ibu klien mengatakan klien nyeri pada
lengan kiri.
- Ibu klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan tidak menjalar.
- Ibu klien mengatakan nyeri klien
bertambah jika klien menggerakan
tangannya dan berkurang saat istirahat.
- Ibu klien mengatakan nyeri yang
dirasakan klien hilang timbul.

DO:
- Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang
perban elastis mulai dari lengan bawah,
melewati siku sampai lengan atas.
- Klien tampak meringis saat menggerakan
tangan kirinya.
- Skala nyeri 3.
- Klien tampak takut menggerakan tangan
kirinya.
- Nadi 90 x/menit.
- Suhu 36,50C.
- RR 30 x/menit.
2. DS: Kerusakan Resiko kerusakan
- Ibu klien mengatakan terdapat luka kering permukaan kulit integritas kulit
pada lengan kiri klien. sekunder

DO:
- Tampak luka kering pada lengan kiri klien
dengan panjang 5 cm.
- Tidak ada darah dan pus pada luka klien.
- Kulit sekitar luka tampak kemerahan.
3. DS: Terapi restriktif Hambatan mobilitas
- Ibu klien mengatakan klien sulit (imobilisasi) fisik

24
menggerakan tangan kirinya
- Ibu klien mengatakan klien tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri
DO:
- Mobilisasi klien dibantu oleh keluarga
- Klien tampak kesulitan menggerakan
tangan kirinya

3.6 PRIORITAS MASALAH


1) Nyeri akut berhubungan dengan tindakan invasif
2) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
sekunder
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi restriktif (imobilisasi)

25
3.7 INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Menentukan derajat nyeri yang
berhubungan dengan diharapkan masalah nyeri akut dapat segera komprehensif termasuk lokasi, akan digunakan untuk pemilihan
tindakan invasif teratasi dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, terapi yang sesuai
 Mampu mengontrol nyeri (penyebab nyeri, kualitas, faktor presipitasi 2. Mengetahui tingkat nyeri klien
mampu menggunakan teknik non 2. Observasi reaksi nonverbal dari 3. Mengalihkan perhatian klien
farmakologi, mencari bantuan) ketidaknyamanan terhadap rasa nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang 3. Gunakan komunikasi teraupetik 4. Agar klien mampu menggunakan
dengan manajemen nyeri untuk mengetahui pengalaman teknik nonfarmakologi dalam
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, nyeri manajemen nyeri
frekuensi, tanda nyeri) 4. Ajarkan tentang teknik non 5. Istirahat yang cukup dapat

 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri farmakologi membantu klien mereduksi nyeri

berkurang 5. Tingkatkan istirahat 6. Obat analgetik untuk meredakan


6. Kolaborasi dengan dokter dalam nyeri
pemberian analgetik
2 Resiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Anjurkan klien untuk 1. Menghindari gesekan antara kulit
integritas kulit diharapkan masalah resiko kerusakan menggunakan pakaian yang dan pakaian
berhubungan dengan integritas kulit dapat segera teratasi dengan longgar 2. Mencegah timbulnya lesi baru
kerusakan permukaan kriteria hasil: 2. Hindari kerutan pada tempat 3. Menghindari infeksi
kulit sekunder -Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan tidur 4. Membantu sirkulasi udara klien
-Tidak ada luka/lesi pada kulit 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap agar tidak lembab

26
-Perfusi jaringan baik bersih dan kering 5. Mengetahui adanya tanda iritasi
- Menunjukkan pemahaman dalam proses 4. Mobilisasi klien tiap 2 jam sekali yang melebar
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 5. Monitor kulit akan adanya
cedera kemerahan
-Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit
3 Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui keadaan umum klien
fisik berhubungan diharapkan masalah hambatan mobilitas fisik sebelum/sesudah latihan dan lihat 2. Mengetahui tingkat mobilisasi
dengan terapi restriktif dapat segera teratasi dengan kriteria hasil: respon klien saat latihan klien
(imobilisasi) -klien meningkat dalam aktivitas fisik 2. Kaji kemampuan klien dalam 3. Agar klien dapat memenuhi
-mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas mobilisasi kebutuhan ADLs secara mandiri
- memverbalisasikan perasaan dalam 3. Latihan klien dalam pemenuhan 4. Meningkatkan kemandirian klien
meningkatkan kekuatan dan kemampuan kebutuhan ADLs secara mandiri dalam memenuhi kebutuhan
berpindah sesuai kemampuan ADLs
-memperagakan penggunaan alat 4. Dampingi dan bantu klien saat 5. Meningkatkan kemandirian klien
 bantu untuk mobilisasi mobilisasi dan bantu penuhi dalam merubah posisi
kebutuhan ADLs klien
5. Ajarkan klien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

27
3.8 CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
No Tanggal Implementasi Paraf Evaluasi
Keperawatan
1 23 Des Nyeri akut  Melakukan pengkajian nyeri secara S : ibu klien mengatakan klien nyeri pada lengan
2019 berhubungan komprehensif termasuk lokasi, kirinya
dengan karakteristik, durasi, frekuensi, af O:
tindakan kualitas, faktor presipitasi - Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
invasif  Mengobservasi reaksi nonverbal dari elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
ketidaknyamanan sampai lengan atas
 Menggunakan teknik komunikasi - Klien tampak meringis saat menggerakan
terapeutik untuk mengetahui tangan kiri
pengalaman nyeri - Skala nyeri 3
 Mengajarkan teknik nonfamakologi A : nyeri akut belum teratasi
(napas dalam) P : lanjutkan intervensi
 Meningkatkan istirahat - tingkatkan istirahat
 Berkolaborasi dengan dokter dalam - kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
pemberian terapi obat ketorolac terapi
3x10 mg

2 23 Des Resiko  Menganjurkan klien untuk S : ibu klien mengatakan terdapat luka kering pada
2019 kerusakan menggunakan pakaian yang longgar lengan kiri klien

28
integritas kulit  Menghindari kerutan pada tempat af O:
berhubungan tidur - Tampak luka kering pada lengan kiri klien
dengan  Menjaga kebersihan kulit agar tetap dengan panjang 5 cm
kerusakan bersih dan kering - tidak ada darah dan pus pada luka klien
permukaan  Memobilisasi klien setiap 2 jam - kulit sekitar luka tampak kemerahan
kulit sekunder sekali A : resiko kerusakan integritas kulit belum teratasi
 Memonitor kulit akan adanya P : lanjutkan intervensi
kemerahan - Monitor kulit akan adanya kemerahan
- mobilisasi klien tiap 2 jam sekali
3 23 Des Hambatan  Memonitor vital sign sebelum dan S : Ibu klien mengatakan klien sulit menggerakkan
2019 mobilitas fisik sesudah latihan tangan kirinya
berhubungan  Mengkaji kemampuan klien dalam
af O:
dengan terapi mobilisasi - Mobilisasi klien dibantu oleh keluarga
restriktif  Melatih klien dalam pemenuhan - Klien tampak kesulitan menggerakan tangan
(imobilisasi) kebutuhan ADLs secara mandiri kirinya
sesuai kemampuan - Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
 Mendampingi dan membantu klien elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
saat mobilisasi sampai lengan atas
 Mengajarkan klien bagaimana - Nadi : 90 x/menit
merubah posisi dan memberikan - Suhu : 36,7˚C
bantuan jika diperlukan - RR :28 x/menit

29
A : hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan Interverensi
- Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
1 24 Des Nyeri akut  Meningkatkan istirahat af S : ibu klien mengatakan klien masih nyeri pada
2019 berhubungan  Berkolaborasi dengan dokter dalam lengan kirinya
dengan pemberian terapi obat ketorolac O:
tindakan 3x10 mg - Klien mampu melakukan tekhnik
invasif nonfarmakologi latihan napas dalam
- Skala Nyeri 2
- Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
sampai lengan atas
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan Interverensi
- Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
terapi.
2 24 Des Resiko  Menjaga kebersihan kulit klien agar S : ibu klien mengatakan terdapat luka kering pada
2019 kerusakan tetap bersih dan kering lengan kiri klien
integritas kulit  Memobilisasi klien dalam 2 jam af O : Kulit di sekitar luka tampak berkurang

30
berhubungan sekali kemerahannya
dengan  Memonitor kulit akan adanya A : Resiko kerusakan integritas kulit teratasi
kerusakan kemerahan sebagian
permukaan P : Lanjutkan Interverensi
kulit sekunder - Jaga kebersihan kulit klien agar tetap bersih
dan kering
- Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali
3 24 Des Hambatan  Memonitor vital sign sebelum dan S : ibu klien mengatakan klien masih sulit
2019 mobilitas fisik sesudah latihan menggerakan tangan kirinya
berhubungan  Melatih klien dalam pemenuhan
af O:
dengan terapi kebutuhan ADLs secara mandiri - Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
restriktif sesuai kemampuan elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
(imobilisasi)  Mendampingi dan membantu klien sampai lengan atas
saat mobilisasi dan membantu - Mobilisasi klien di bantu keluarga
memenuhi kebutuhan ADLs klien - Nadi : 90 x/menit
- Suhu : 36,7˚C
- RR :28 x/menit
A : hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan Interverensi
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
latihan

31
- Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan
bantu memenuhi kebutuhan ADLs klien
1 25 Des Nyeri akut  Mengobservasi reaksi nonverbal dan S : ibu klien mengatakan nyeri klien berkurang
2019 berhubungan ketidaknyamanan klien pada lengan kiri
dengan  Berkolaborasi dengan dokter dalam
af O:
tindakan pemberian terapi ketorolac 3x10 mg - Klien mampu melakukan teknik non
invasif farmakologi latihan napas dalam
- Skala nyeri 1
- Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
sampai lengan atas
A : nyeri akut teratasi
P : hentikan intervensi, klien boleh pulang

2 25 Des Resiko  Memobilisasi klien setiap 2 jam af S : ibu klien mengatakan terdapat luka kering pada
2019 kerusakan sekali lengan kiri klien
integritas kulit  Menjaga kebersihan kulit klien agar O : kulit sekitar luka tampak berkurang
berhubungan tetap bersih dan kering kemerahannya
dengan A : resiko kerusakan integritas kulit teratasi
kerusakan P : hentikan intervensi, klien boleh pulang
permukaan
kulit sekunder

32
3 25 Des Hambatan  Memonitor vital sign sebelum dan S : ibu klien mengatakan klien masih sulit
2019 mobilitas fisik sesudah latihan menggerakkan tangan kirinya
berhubungan  Mendampingi dan membantu klien
af O:
dengan terapi saat mobilisasi dan membantu - Ekstremitas atas sebelah kiri terpasang perban
restriktif memenuhi kebutuhan ADLs klien elastis mulai dari lengan bawah, melewati siku
(imobilisasi) sampai lengan atas
- Nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,7˚C
- RR :28 x/menit
A : hambatan mobilitas fisik teratasi
P : hentikan intervensi, klien boleh pulang

33
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Fraktur humerus merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan
kontinuitas tulang humerus yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun
trauma tidak langsung dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
Penyebab fraktur secara fisiologis merupakan suatu kerusakan jaringan tulang
yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan trauma dapat
disebabkan oleh cedera langsung dan cedera tidak langsung.
Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan dengan
cedera pada jaringan lunak, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
rangka neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi terbuka,
resiko infeksi berhubungan dengan port de entrée luka fraktur humerus, dan
gangguan rasa aman berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, penulis memberikan
beberapa saran yang bisa dijadikan untuk program selanjutnya, diantaranya adalah:
1. Bagi mahasiswa
Untuk lebih meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan fraktur humerus dengan intervensi keperawatan sesuai dengan teori
yang digunakan.
2. Bagi perawat
Untuk lebih meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan fraktur humerus sehingga meminimalkan masalah
keperawatan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, S., & Suddarth, D. (2014). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Elizabeth, J. C. (2014). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Faqih, M., & Wijianto, S. (2019). Penatalaksanaan Infra Red dan Hold Relax untuk
Mengurangi Nyeri, Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi, Meningkatkan Kekuatan
Otot Shoulder pada Kasus Post Orif Fraktur Humerus 1/3 Distal Dextra di RSUD
Panembahan Senopati Bantul (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Helmi, Z. N. (2014). Buku ajar gangguan muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Mansjoer, A. (2014). Kapita Selekta Kedokteran, edisi III. Jakarta: Media Aesculapius.

Morison, M. J. (2014). Manajemen Luka. Jakarta : EGC.

Nasari, D., & Sudaryanto, W. T. (2019). Penatalaksanaan Infra Red Dan Terapi Latihan
Untuk Mengurangi Nyeri, Oedema Dan Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Pada
Kasus Post Orif Fraktur Humerus 1/3 Proksimal Dextra Di Rumah Sakit Umum Dr.
Loekmono Hadi Kudus (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction Publishing.

Pranata, B. (2016). Pemberian latihan rom aktif dan pasif terhadap kepuasan pasien pada
asuhan keperawatan Ny. S dengan post orif fraktur humerus medial sinistra di
Ruang Mawar II

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2015). Patofisiologi konsep klinis dan proses-proses
penyakit. Edisi Keenam. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Rasjad, C. (2014). Pengantar ilmu bedah ortopedi. PT. Yarsif Watampone.


35
Rizal, A. A. F. (2016). Asuhan Keperawatan pada Bapak H yang Mengalami Close
Fraktur Antebrachii 1/3 Medial Sinistra di Ruang Dahlia RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

Satriana, V., & Dewi, E. (2016). Humerus Post Orif Hari Ke 0 Di Rsop Dr. R. Soeharso
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sjamsuhidajat, R. (2016). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

36

Anda mungkin juga menyukai