Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam
kehidupan anak. Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia 6 tahun adalah usia kritis
sekaligus strategis untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan,
kemampuan fisik, kongnitif, bahasa,sosio-emosional, dan spiritual. Hal ini mengisyaratkan
bahwa semua pihak perlu memahami pentingnya masa usia dini untuk optimalisasi
pertumbuhan dan perkembangan (Yamin & Sabri, 2013).
Anak merupakan salah satu cakupan sasaran bidan. Proses yang sangat dipantau karena
dapat mempengaruhi mutu seorang balita tersebut yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting yang selalu dipantau oleh orang tua
dimana proses tersebut merupakan proses yang harus dilalui setiap anak. Perkembangan
setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak
berbeda. Kisaran waktu pencapaian tiap tahap perkembangan dan pertumbuhan umumnya
cukup besar. Akan tetapi, seringkali orang tua tidak menyadari ketika buah hatinya
mengalami keterlambatan perkembangan (Maryuni, 2010).
Balita di Indonesia berjumlah 23,7 juta jiwa atau sekitar 10,4% dari total penduduk
Indonesia (IDAI, 2008). Namun hingga saat ini, angka gangguan perkembangan anak di
Indonesia masih cukup tinggi. Profil kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukan bahwa 13-
18% anak balita mengalami keterlambatan perekmbangan (Usman, et al, 2014). Berdasarkan
penilitian yang dilakukan di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, terdapat 30,9%
anak mengalami keterlambatan perkembangan (Tjandrajani, et al., 2012). Sementara hasil
skrining perkembangan anak yang dilakukan Depkes RI pada 30 provinsi didapatkan data
gangguan perkembangan pada anak1 sebesar 45,12% (Christiari, et al.,2013). Sementara
penelitian yang dilakukan di Bandung menyebutkan adanya gangguan sosialisasi dan
kemandirian pada anak sebesar 2,92% (Gunawan, et al., 2016).
Menurut Depkes RI (2005) mengatasi gangguan perkembangan motorik pada anak
dengan melalui penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini mungkin
sejak anak dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh kembang
anak secara dini, sehingga upaya, pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan
dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang.
Penilaian pertumbuhan fisik dan perkembangan meliputi dua hal pokok , yaitu penilaian
pertumbuhan fisik dan penilaian perkembangan. Alat yang digunakan untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak yaitu: Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah
untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak sesuai dengan umurnya dan dapat
dijadikan sebagai alat deteksi dini di tingkat posyandu, dan Denver Development Skrining
Test (DDST II) adalah mengarahkan kepada perbandingan kemampuan atau perkembangan
anak dengan kemampuan anak lain yang seumurnya (Suistyawati, 2014).
Menurut (Word Health Organization) WHO masalah tumbuh kembang anak merupakan
masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18 tahun
(Hidayat, 2009). Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan
tumbuh kembang balita dilakukan mulai pada“masa kritis”.Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak
umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi
dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap
(Depkes RI, 2012).
Di Indonesia jumlah anak usia balita mencapai 23,7 juta, mencapai 10,4% dari total
penduduk Indonesia. Berdasarkan laporan Departement Kesehatan Republik Indonesia
cakupan pelayanan kesehatan balita dalam deteksi tumbuh kembang balita yang mengalami
gangguan tumbuh kembang anak di Indonesia adalah 45,7 (Dinkes RI, 2010).
Salah satu factor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu keluarga terutama ibu
(Rukiyah, dkk, 2010). Orang tua merupakan salah satu hal terpenting dalam proses
pendeteksian dini tumbuh kembang anak. Pegetahuan orangtua sangat diperlukan agar orang
tua dapat melakukan skrining untuk mendeteksi secara dini. Pengetahuan tersebut juga
dipengaruhi banyak factor salah satunya pendidikan.
Pada tahun 2003 Depkes RI melakukan skrining perkembangan di 30 provinsi di
Indonesia dan dilaporkan 45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan, penelitian di
Jawa Barat memberikan hasil bahwa 30% anak mengalami gangguan perkembangan
disebabkan oleh kurangnya pemberian stimulasi. Dari berbagai fenomena di atas disimpulkan
bahwa pengetahuan ibu tentang stimulasi dapat mempengaruhi perkembangan motorik pada
anak (Christi, 2013).
Pertumbuhan fisik adalah perubahan bentuk dan fungsi organisme. Proses ini terjadi
secraa terus-menerus dari konsepsi sampai dewasa dengan pemahaman bahwa perubahan
bentuk dan fungsi organisme ke arah keadaan yang lebih besar dan matang dalam fungsi
pertumbuhan.
Sebagai calon penerus generasi bangsa, kualitas tumbuh kembang balita perlu
mendapatkan perhatian yang serius karena salah satu mutu bangsa dilihat dari kualitas anak
bangsa. Masa dua tahun pertama kehidupan anak disebut masa kritis (critical period), pada
masa tersebut anak memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar, salah satunya adalah asah
( pemberian stimulasi/rangsangan). Tiga puluh persen kasus penyimpangan tumbuh kembang
yang terjadi pada balita disebabkan karena kurang nya pemberian stimulasi/rangsangan
(http://jurnalnasional.ump.ac.id,2015 diambil pada tanggal 13 april 2020).
Pemberian stimulasi akan efektif apabila memperhatikan kebutuhan anak sesuai tahapan
perkembangannya terutama apabila dilakukan pada periode kritis (golden period) yakni pada
usia kehamilan Trismester III hingga dua tahun pertama kehidupan anak atau yang dikenal
dengan 1000 hari pertamna kehidupan. Salah satu perkembangan anak yang penting untuk
dipantau pada periode ini adalah perkembangan motorik karena banyak kinerja kognitif yang
berakar pada keberhasilan perkembangan motorik. Stimulasi tumbuh kembang merupakan
factor yang mempengaruhi perkembangan balita. Interaksi antara lingkungan dan rangsangan
dapat membantu perkembangan otak dalam menyusun struktur syaraf
(http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/JNKI,2016 diambil pada tanggal 13 april 2020).
SDIDTK yang dilakukan pada anak usia dini sangatlah penting karena masa
pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat pada otak manusia. PAUD atau TK
memberikan upaya untuk menstimulsi, membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak sebelum
memasuki pendidikan lebih lanjut (Fadlillah, 2012).
Stimulasi tumbuh kembang adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak usia 0-6
tahun agar berekmabng secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin secara
dini dan terus-menerus pada stiap kesempatan. Stimulasi perkembangan anak dilakukan oleh
ibu,ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lainnya dan kelompok masyarakat dilingkungan
sekitarnya. Selain itu, secara otomatis anak juga “terstimulasi” oleh teman bermainnya ketika
dalam permainan yang diatur oleh “ sistem permainan dan interaksi” yang bermanfaat juga
untuk proses tumbuh kembangnya.
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan
gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan
sosialisasi dan kemandirian (Ary Sulistyawati, 2014).
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
merupakan revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang. SDIDTK dapat
diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti posyandu,
Bina Keluarga Balita, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK merupakan jalur formal
dan non formal SDIDTK (Yazid, 2012). Indikator keberhasilan SDIDTK pada tahun 2010
diharapkan 90% balita dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK (Depkes,
2012).
Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh kembang adalah meningkatnya status
kesehatan gizi, mental, emosional, sosial, dan kemandirian anak berkembang secara optimal.
Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia adalah 5,4% dan gizi kurang 13,0%.
Sebanyak 21 provinsi masih memiliki gizi buruk di atas prevalensi nasional. Dua belas
provinsi lainnya berada di bawah prevalensi nasional (Susanti, 2011).
Tumbuh kembang merupakan menifestasi yang kompleks dari perubahan morfologi,
biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sama maturitas/dewasa. Banyak orang
menggunaka istilah “ tumbuh” dan “kembang” secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-
tukar (Soetjiningsih, 2016).

1.2. Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan pelaksaan praktek Stimulasi tumbuh kembang balita di
rumah An. H Jl. Kulit, Kemilimg Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek stimulasi tumbuh kembang balita selama 1 minggu
di Rumah An. F Jl. Kulit, Kemiling kecamatan Langkapura Bandar Lampung
mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian tentang pelaksanaan stimulasi tumbuh kembang anak
balita di Rumah An. H Jl. Kulit Bandar Lampung.
2. Memberikan contoh terhadap pelaksanaan stimulasi tumbuh kembang anak
balita di Rumah An. H Jl. Kulit, Kemiling Kecamatan Langkapura Bandar
Lampung.
3. Melakukan pengkajian tentang perubahan pelaksanaan stimulasi tumbuh
kembang anak balita setelah dilakukan intervensi di rumah An. H Jl. Kulit,
Kemiling Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.

1.3. Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program Profesi Ners
dalam melakukan SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang secara langsung.

1.3.2 Manfaat Praktis


Sebagai bahan masukan bagi keluarga khususnya dengan An. H di Jl. Kulit,
Kemiling Kecamatan Langkapura Bandar Lampung untuk meningkatkan kualitas
tumbuh kembang anak yang mangacu kepada Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Tumbuh Kembang


2.1.2. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan , sehingga dapt diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan dalam jumlah,ukuran dan fungsi tingkat
sel,organ,maupun individu (Kemenkes RI, 2012).
Pertumbuhan dapat dibagi dua, yaitu pertumbuhan yang bersifat linear dan
pertumbuhan massa jaringan. Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada masa lampau. Ukuran linear yang rendah biasanya menunjukkan
keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu
lampau. Ukuran linear yang sering digunakan adalah tinggi atau panjang badan.
Pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi yang dihubungkan pada
masa sekarang atau saat pengukuran. Contoh massa jaringan adalah berat badan,
lingkar lengan atas (LILA) dan tebal lemak bawah kulit. Ukuran yang rendah atau
kecil menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang yang paling
sering digunakan adalah berat badan (Supariasa dkk, 2016).
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secraa fisik, melaikan juga ukuran struktur organ-
organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak
mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan
akalnya. jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat
dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
umur tulang, dan tanda-tanda seks skunder (Ari Sulistyawati, 2014).
Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan, yang bisa bersifat
sementara maupun permanen serta dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas
tumbuh kembang anak. Pengaruhnya bisa memperlambat atau meningkatkan
kecepatan tumubuh kembang anak. Lingkungan disekitar anak merupakan potensi
risiko terhadap tumbuh kembang anak (Ari Sulistyawati, 2016).

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal


(genetik) dan faktor eksternal (lingkungan). Faktor internal antara lain jenis kelamin,
obstetrik dan ras atau suku bangsa. Apabila faktor ini dapat berinteraksi dalam
lingkungan yang baik dan optimal, akan menghasilkan pertumbuhan yang optimal
pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor
genetik, di negara berkembang selain disebabkan oleh faktor genetik juga dipengaruhi
oleh lingkungan yang tidak memungkinkan seseorang tumbuh secara optimal. Faktor
eksternal repository.unimus.ac.id 8 sangat menentukan tercapainya potensi genetik
yang optimal. (Supariasa dkk, 2016).

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal


yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut:

1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak


a. Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras//bangsa amerika, maka ia memiliki faktor
herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecendrungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus.
c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
d. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat.
e. Genetik
Genetik (Heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya.

2) Faktor luar (Eksternal)


a) Faktor prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trismester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club
foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomind dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar rotgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin.
6. Infeksi
Infeksi pada trismester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes Simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada
janin.
7. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasena masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan
Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan
terganggu.

9. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu
hamil.

3) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.

4) Faktor pasca persalinan


1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diiperlukan zat makanan yang adekuat.
2. Penyakit kronis/kelainan kongenital, tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia
Melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia
kebutuhan dasar anak (provider).
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami
hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak
mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, kana menghambat pertumbuhan anak.
7. Linggkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
8. Stimulasin
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakai kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan anak.

2.1.4. Pengertian Perkembangan


Perkembangan (devolopment) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (Skill) struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses
diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan
merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpaduu/koheren. Progresif
mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dan
cendrung maju ke depann, tidak mundur kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini,
sebelumnya dan berikutnya.
Pada pertumbuhan kembang anak, terdapat suatu aspek perkembangan yang
sangat menedebarkan yaitu saat pertama (first), seperti senyum pertama, memegang
dengan kukuh pertamma, kata pertama, berjalan pertama, dan kalimat pertama.
Tumbuh kembang pada awal kehidupan sangat penting, karena menentukan
perkembangan selanjutnya (Soetjiningsih, 2016).
Menurut Kemenkes, 2012 perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan
sususnan syaraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan
sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Aspek-aspek
perkembangan yang biasanya dipantau adalah:
1. Gerak kasar atau motorik kasar a
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri
dan sebagainya(Kemenkes, 2012).
2. Gerak halus atau motorik halus
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati seseuatu,
menjimpit, menulis dan sebagainya (Kemenkes, 2012).
3. Kemampuan bicara dan bahasa
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan
sebagainya (Kemenkes, 2012).
4. Sosialisasi dan kemandirian
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak
(makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain), berpisah dengan
ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya
(Kemenkes RI, 2012).

2.1.8 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri yang saling berkaitan,
yaitu :
1. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf (Kemenkes, 2012). repository.unimus.ac.id 14
2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan
kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat.
Perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya (Kemenkes, 2012).
3. Pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ pada masingmasing anak
mempunyai kecepatan yang berbeda (Kemenkes, 2012).
4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung
cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya (Kemenkes, 2012).
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu :
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal) (Kemenkes, 2012).
2) Perkembangan terjadi terlebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal) (Kemenkes, 2012)
6. Perkembangan memilki tahap yang berurutan Tahap perkembangan seorang anak
mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tidak bisa terjadi terbalik (Kemenkes RI,
2012).

3.1.8 Beberapa Gangguan Tumbuh Kembang Yang Sering Ditemukan


1) Gangguan Bicara dan Bahasa Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan
kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurang stimulasi
akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini
dapat menetap (Kemenkes, 2012).
2) Cerebral Palsy Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel
motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya (Kemenkes, 2012).
3) Sindrom Down Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal
dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari
anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia
yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri (Kemenkes, 2012).
4) Perawakan Pendek (stunting) Short stature atau perawakan pendek merupakan
suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau –
2SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya
dapat karena variasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit
sistemik atau karena kelainan endokrin (Kemenkes, 2012).
5) Gangguan Autisme Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti
repository.unimus.ac.id 16 meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga
gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara
mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku (Kemenkes, 2012).
6) Retardasi Mental Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal
(Kemenkes, 2012).
7) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Merupakan gangguan
dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali
disertai dengan hiperaktivitas (Kemenkes, 2012).
2.1.7 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan semua tingkat
pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra-
Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Skrining pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK
dan petugas PAUD terlatih. Jadwal skrining/pemeriksaan KPSP setiap 3 bulan
pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan.
Alat atau instrumen yang digunakan adalah :
1. formulir KPSP menurut umur, yang berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembngan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak
umur 0-72 bulan.
2. alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5-1 cm.
b) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6
bulan pada anak umur 12 bulan keatas.
c) Tes Daya Lihat
Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Tes daya lihat dilakukan
setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 bulan sampai 72 bulan.
d) Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku
emosional, austisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi.
1. Deteksi dini masalah perilaku emosional
Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan/masalah perilaku emosional pada anak pra sekolah.
2. Deteksi Dini Autis Pada Anak Pra-Sekolah
Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan. Dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatanDeteksi
dini gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) pada anak.
3. Deteksi Dini Gnagguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH)
Pada Anak
Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH)) pada anak umur 36
bulan keatas.
e) Pelaksanaan dan Instrument Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak atau pelayanan SDIDTK adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan
tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara
dini penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih
mudah dilakukan, bila terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit
dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Ada tiga jenis
deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
1. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu menentukan status gizi
anak,apakah gemuk, normal, kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat
pendek, makrosefali atau mikrosefali..
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktifitas.
f) Deteksi Dini Penyimmpangan Pertumbuhan
1) Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Berat Badan Menurut
Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Untuk Anak Umur 0-60 Bulan
2) Pengukuran Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut
Umur (IMT/U) Untuk Anak Umur 60-72 Bulan
Cara menghitung IMT:
IMT dihitung dengan cara membagi berat badan (dalam kilogram)
dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) (kg/m2)
Rumus :
BB
IMT TB2

3) Pemeriksaan Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Panjang/Tinggi Badan


Menurut Untuk Anak Umur Usia 0-60 Bulan.
4) Pemeriksaan Lingkaran Kepala Untuk Anak Usia 0-72 Bulan
g) Deteksi Dini Penyimpangan Perkembanga, menggunakan Algoritme Kuesioner
Pra Skrining Perkembanga (KPSP)

2.1.8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak


Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut:
1) Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
a. Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras//bangsa amerika, maka ia memiliki faktor
herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk, atau kurus.

c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.

2) Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan
lebih cepat.
3)Genetik
Genetik (Heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang
akan menjadi ciri khasnya.

2)Faktor luar (Eksternal)


a. Faktor prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trismester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomind dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar rotgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin.

6. Infeksi
Infeksi pada trismester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes Simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin.
7. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasena masuk dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
9. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil.

3) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.

4) Faktor pasca persalinan


a. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diiperlukan zat makanan yang adekuat.
b. Penyakit kronis/kelainan kongenital, tuberkulosis, anemia, kelainan jantung
bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c. Lingkungan fisis dan kimia
Melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai
penyedia kebutuhan dasar anak (provider).

d. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, kana menghambat pertumbuhan
anak.
g. Linggkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
h. Stimulasin
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i. Obat-obatan
Pemakai kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan anak.

2.2.
2.3.
2.4.

Anda mungkin juga menyukai