Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH TERAPI RELIGIUS ZIKIR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

MENGONTROL HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIEN HALUSINASI DI


RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Wahyu Catur Hidayati*)


Dwi Heppy Rochmawati**), Targunawan***)

*) Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**) Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang
***) Dosen Universitas PGRI Semarang

ABSTRAK

Terapi religius yang dilakukan dengan tepat dapat berdampak pada peningkatan kemampuan mengontrol
halusinasi pendengaran. kemampuan mengontrol merupakan tindakan keperawatan yang sangat
bermanfaat untuk pasien halusinasi karena untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi.
Intervensi yang dilakukan 1kali dalam sehari selama 6 hari. Intervensi yang di berikan adalah terapi zikir
juga dapat diterapkan pada pasien halusinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh terapi
religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Desain penelitian ini adalah Quasy
Experimental Design dengan pendekatan one group pre and postest , jumlah sampel 75 pasien halusinasi
pendengaran dengan teknik purposive sampling. Hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon menunjukkan
ada pengaruh terapi religius zikir terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
diperoleh nilai p-value = 0,000, karena nilai p<α (0,05) sehingga dapat disimpulkan terapi religius zikir
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien
halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat
dapat menambahkan terapi religius zikir sebagai intervensi dalam tindakan keperawatan mengontrol
halusinasi pendengaran

Kata Kunci : terapi religius zikir, kemampuan mengontrol halusinasi, pasien halusinasi pendengaran

ABSTRACT
Therapy is done with proper religious can have an impact on improving the ability to control auditory
hallucinations. ability to control a nursing actions that are beneficial to patients hallucinations due to help
patients to be able to control the hallucinations. Interventions quake 1 a day for 6 days. Interventions are
provided in remembrance therapy can also be applied to the patient's hallucinations. This study aims to
determine the effect of therapy on the improvement of the ability of religious remembrance control
auditory hallucinations in patients with hallucinations in RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. The
design of this study is the approach Quasy Experimental Design with one group pre and posttest, the
number of samples of 75 patients with auditory hallucinations purposive sampling technique. The results
of bivariate analysis with Wilcoxon test showed no therapeutic effect of religious remembrance to the
increased ability to control auditory hallucinations obtained p-value = 0.000, since the value of p <α
(0.05) so that we can conclude religious remembrance therapy affect the increased ability to control
auditory hallucinations in Dr. RSJD hallucinations in patients. Amino Gondohutomo Semarang.
Recommendations from this study, so that the nurse can add religious remembrance therapy as a nursing
intervention in the control of auditory hallucinations actions.

Keywords: religious remembrance therapy, the ability to control hallucinations, auditory hallucinations
patien

Pengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan…(W.C.Hidayati, 2014) 1


PENDAHULUAN

Individu yang tidak dapat menghadapi stressor atau membunuh orang lain (Yustinus, 2006,
yang ada pada diri sendiri maupun pada hlm.24).
lingkungan sekitarnya dan tidak mampu
mengendalikan diri termasuk dalam individu Pasien yang mengalami halusinasi disebabkan
yang mengalami gangguan jiwa (Nasir & karena ketidakmampuan pasien dalam
Muhith, 2011, hlm.2). Beberapa jenis gangguan menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan
jiwa yang sering kita temukan di masyarakat dalam mengontrol halusinasi. (Maramis, 2004,
salah satunya adalah skizofrenia. (Nasir & hlm. 34). Dampak yang terjadi pada pasien
Muhith, 2011, hlm.16). halusinasi seperti munculnya histeria, rasa
lemah, dan tidak mampu mencapai tujuan,
World Health Organization (WHO, 2010) ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk
memperkirakan bahwa 151 juta orang menderita (Yosep, 2007, hlm.77).
gangguan jiwa dan 26 juta orang menderita
skizofrenia. Menurut (National Institute of Sehingga untuk meminimalkan komplikasi atau
Mental Health) (NIMH) berdasarkan hasil dampak dari halusinasi dibutuhkan pendekatan
sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2004, dan memberikan penatalaksanaan untuk
diperkirakan 26,2% penduduk yang berusia 18 mengatasi gejala halusinasi. Penatalaksanaan
tahun lebih mengalami gangguan jiwa (NIMH, yang diberikan meliputi terapi farmakologi, ECT
2011). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar dan non farmakologi. Sedangkan terapi
farmakologi lebih mengarah pada pengobatan
(Riskesdas) Pada tahun 2013 di Indonesia antipsikotik dan pada terapi non farmakologi
prevalensi gangguan jiwa mencapai 17,1% dari lebih pada pendekatan terapi modalitas
1000 orang sedangkan prevalensi untuk (Videbeck, 2008, hlm.358)
gangguan jiwa di atas usia 15 tahun yang
berkisar rata-rata 6%. (Rachmaningtyas, 2013). Terapi modalitas adalah terapi kombinasi dalam
Prevalensi skizofrenia yang ada di Indonesia rata keperawatan jiwa, dimana perawat jiwa
- rata 1-2 % dari jumlah penduduk dan usia memberikan praktek lanjutan untuk
paling banyak penderita skizofrenia di alami menatalaksanaan terapi yang digunakan oleh
sekitar 15-35 tahun ( Makhfludi, 2009, pasien gangguan jiwa (Videbeck, 2008,
hlm.255). Hasil penelitian WHO di Jawa Tengah hlm.411). Ada beberapa jenis terapi modalitas,
tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 antara lain: terapi individual, terapi lingkungan
warga Jawa Tengah terdapat 3 orang yang (milliu therapi), terapi biologis atau terapi
mengalami ganguan jiwa. Sementara 19 orang somatik, terapi kognitif, terapi keluarga, terapi
dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami perilaku, terapi bermain, terapi spiritual (Yosep,
stress (Depkes RI, 2009). 2007, hlm.210).
Halusinasi merupakan salah satu tanda gejala Terapi spiritual atau terapi religius yang antara
dari skizofrenia positif. Halusinasi adalah lain zikir, apabila dilafalkan secara baik dan
hilangnya kemampuan manusia dalam benar dapat membuat hati menjadi tenang dan
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rileks. Terapi zikir juga dapat diterapkan pada
rangsangan eksternal (dunia luar). (Kusumawati pasien halusinasi, karena ketika pasien
& Hartono, 2010, hlm.107). Beberapa jenis melakukan terapi zikir dengan tekun dan
halusinasi yang banyak kita dengar seperti memusatkan perhatian yang sempurna ( khusu’ )
halusinasi pendengaran adalah, pasien dapat memberikan dampak saat halusinasinya
mendengar suara-suara yang memanggilnya muncul pasien bisa menghilangkan suara-suara
untuk menyuruh melakukan sesuatu yang berupa yang tidak nyata dan lebih dapat menyibukkan
dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah diri dengan melakukan terapi zikir.
laku atau pikiran pasien dan suara – suara yang
terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri
2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. ….
penelitian Mery Fananda (2012) tentang untuk penelitian terkait tentang terapi zikir di
penerapan perawat dalam terapi psikoreligius RSJD Dr. Aminogondo Hutomo Semarang
untuk menurunkan tingkat stress pada pasien belum pernah dilakukan sebelumnya.
halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang, dengan hasil pada tingkat Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik
stres pasien halusinasi didapatkan bahwa setelah untuk mengetahui pengaruh terapi religius zikir
ketiga pasien diajak zikir berjamaah dengan terhadap peningkatan kemampuan mengontrol
pasien lain, mereka mampu mengikuti zikir halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi.
dengan baik dan benar serta khusyuk dan setelah
sholat mereka dapat mengemukakan tentang METODE PENELITIAN
perasaannya yang lebih tenang, emosi lebih
terkendali serta tidak gelisah lagi sehingga Desain penelitian menggunakan metode
mereka bisa bersosialisasi dengan pasien lain khususnya Quasy Experimental Design (
dan mulai bisa mengikuti aktifitas sehari-hari. eksperimen semu) dengan pendekatan one group
pre and posttest. Pengukuran dilakukan sebelum
Pada penelitian yang dilakukan oleh Qodir dan sesudah diberikan terapi dan pengaruh
(2013) tentang pengaruh terapi aktivitas kemampuan mengotrol halusinasi pendengaran
kelompok orientasi sesi I-III terhadap diukur dari perbedaaan antara pengukuran awal
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien dan akhir. Populasi dalam penelitian ini yaitu
halusinasi di RSJD Dr. Amino Gondohutomo seluruh pasien halusinasi pendengaran yang
Semarang menyebutkan bahwa setelah dirawat pada bulan November 2013 di Rumah
dilakukan terapi aktivitas kelompok orientasi Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondoutomo
sesi I-III, responden yang sejumlah 55 pasien Semarang, dengan jumlah pasien halusinasi
halusinasi yang paling banyak mampu pendengaran sebanyak 306 orang. Penentuan
mengontrol halusinasinya sebanyak 36 (65%). ukuran sampel menggunakan Slovin, dengan
tingkat kesalahan yang dikehendaki 10%
Hasil studi pendahuluan oleh peneliti pada sehingga didapatkan sampel 75 responden.
tanggal 8-10 Januari 2014, di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang, pasien yang Instrument yang digunakan pada penelitian ini
mengalami halusinasi pada tahun 2011 menggunakan lembar observasi yang telah
berjumlah 2214 orang, kemudian pada tahun dibuat daftar/lembar check list. Instrument ini
2012 meningkat menjadi 3530 orang dan data akan dilakukan uji content validitas/uji expert.
terakhir tahun 2013 yang lalu menyebutkan Hasil sudah dikonsulkan kepada 1 ahli/ expert
jumlah pasien halusinasi sebanyak 3362 orang yaitu ibu Anjas Surtiningrum, M.Kep,Sp.Kep.J.
(Profil RSJD Dr. Amino Gondohutomo Uji validitas pada penelitian ini menggunakan
Semarang). rumus korelasi Pearson Product Moment, Jika r
hitung lebih besar dari r tabel dan nilai r positif,
Pelaksanaan terapi zikir di RSJD Dr. Amino maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid
Gondohutomo Semarang yang disampaikan oleh (Riwidikdo, 2009, hlm. 153).
ketua ruang rehabilitasi hanya dilakukan atas
dasar inisiatif perawat dan tidak ada jadwal yang Uji validitas yang dilaksanakan pada tanggal 21
pasti untuk melakukan kegiatan tersebut, April-22 April 2014 diruang 11,10,1, dan dari
sehingga pada pasien gangguan jiwa salah enam pertanyaan pada kuesioner peningkatan
satunya halusinasi jarang atau tidak pernah kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran
mendapatkan kegiatan keagamaan yang telah di ujicobakan dan didapatkan hasil:
seharusnya penting bagi kesehatan jiwanya, dan
kegiatan untuk mengontrol halusinasi lebih
cenderung ditekankan pada terapi aktifitas
kelompok (TAK). Penatalaksanaan terapi zikir
belum diterapkan secara optimal oleh pihak
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Dan

Pengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan…(W.C.Hidayati, 2014) 3


Tabel 4.1. Berdasarkan Tabel 5.1. diketahui bahwa
Hasil validitas kemampuan mengontrol responden yang paling banyak perempuan
halusinasi pendengaran pada pasien sebanyak 39 orang (52,0%), dibandingkan laki-
halusinasi di RSJD Dr. Amino laki sebanyak 36 orang (48,0%).
Gondohutomo Semarang
(n=20) pada laki-laki jumlah reseptor dopamin
No. Pertanyaan Hasil Keterang
berkurang dengan tajam pada usia antara 30
Uji an sampai 50 tahun, sedangkan pada wanita
Validitas jumlah reseptor dopamin itu berkurang
1. Mampu menurunkan 0,729 Valid secara perlahan-lahan (Wong, et, al, 1984
frekuensi halusinasi dalam Videbeck, 2008, hlm. 256).
setelah berzikir
Penurunan reseptor dopamin pada usia
2. Menjelaskan 0,553 Valid
manfaat berzikir setengah baya mungkin menjelaskan
terhadap halusinasi munculnya skizofrenia terutama halusinasi
3. Mampu berzikir saat 0,641 Valid pada tahun-tahun itu menjadi berkurang dan
muncul halusinasi penurunan reseptor dopamin yang terjadi
4. Merasa nyaman saat 0,571 Valid secara perlahan pada wanita mungkin
berzikir setelah
muncul halusinasi menjelaskan fakta bahwa wanita lebih lama
5. Mampu melafalkan 0,616 Valid menderita halusinasi dibandingkan dengan
bacaan zikir laki-laki.
6. Mampu 0,616 Valid
menyampaikan 2. Usia
perasaannya setelah
berzikir
Tabel 5.2.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
Uji validitas terhadap pertanyaan sebanyak 6
di semua ruang rawat inap di RSJD Dr. Amino
item diperoleh hasil masing-masing r hitung di
Gondohutomo Semarang tahun 2014
atas > r tabel 0,444 pada taraf signifikan 1%.
(n=75)
Hasil reabilitas nilai α = 0,680. Karena nilai α > No. Usia Frekuensi Persentase
0,6 maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel (%)
pada taraf signifikan 1%. 1. Remaja 19 25,3
2. Dewasa muda 35 46,7
HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Dewasa tua 21 28,0
Total 75 100,0
A. Karakteristik Responden
Berdasarkan Tabel 5.2. diketahui bahwa
1. Jenis kelamin responden yang paling banyak pada usia dewasa
muda sebanyak 35 orang (46,7%), dan
Tabel 5.1. responden yang paling sedikit pada usia remaja
Distribusi frekuensi responden sebanyak 19 orang (25,3%).
berdasarkan jenis kelamin di semua
ruang rawat inap di RSJD Dr. Amino Usia dewasa muda memang beresiko lebih
Gondohutomo Semarang tahun 2014 tinggi terjadinya gangguan jiwa terutama
(n=75) halusinasi karena pada tahap ini kehidupan
No. Jenis Frekuensi Persentase penuh stressor (Kaplan, 2004, hlm. 70). Hal ini
Kelamin (%) ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh
1. Laki-laki 36 48,0 wahyuni (2010) dengan judul Hubungan Lama
2. Perempuan 39 52,0 Hari Rawat dengan Kemampuan Pasien Dalam
Total 75 100,0 Mengontrol Halusinasi adalah usia 25-45 tahun,

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. ….


usia tersebut dalam kategori usia dewasa muda. B. Kemampuan mengontrol halusinasi
Hal ini diperkuat dengan teori yang dijelaskan pendengaran sebelum diberikan terapi
(Pieter dan Namora, 2010, hlm. 76) masa religius zikir
dewasa muda mengalami masa ketegangan
emosi dan itu berlangsung hingga usia 30-an. Tabel 5.5.
Dalam usia ini individu akan mudah mengalami Distribusi frekuensi responden berdasarkan
ketidakmampuan dalam mengatasi masalah kemampuan mengontrol halusinasi
sehingga akan mudah menyebabkan gangguan pendengaran pada pasien halusinasi sebelum
emosional. diberikan terapi religius zikir di semua
ruang rawat inap di RSJD Dr. Amino
3. Pendidikan Gondohutomo Semarang
tahun 2014
Tabel 5.3. (n=75)
Distribusi frekuensi responden berdasarkan No. Peningkatan Frekuensi Persentase
pendidikan di semua ruang rawat inap di RSJD kemampuan (%)
mengontrol
Dr. Amino Gondohutomo Semarang tahun 2014
halusinasi
(n=75) sebelum
No. Pendidikan Frekuensi Persentase terapi religius
(%) zikir
1. SD 34 25,3 1. Baik 5 6,7
2. SMP 26 46,7
3. SMA 13 28,0 2. Buruk 70 93,3
4. D3 0 0,0
5. S1 2 2,7
Total 75 100,0
Total 75 100,0
Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui kemampuan
Berdasarkan Tabel 5.3. diketahui bahwa responden mengontrol halusinasi pendengaran
responden yang paling banyak berpendidikan pada pasien halusinasi sebelum diberikan terapi
SD sebanyak 34 orang (25,3%), dan paling religius zikir dengan kategori baik sebanyak 5
sedikit S1 sebanyak 2 orang (2,7%). orang (6,7%), sedangkan kategori buruk
sebanyak 70 orang (93,3%). Sesuai uji statistik
Seseorang yang berpendidikan lebih rendah terhadap kemampuan responden mengontrol
cenderung mempunyai ilmu pengetahuan lebih halusinasi pendengaran pada psien halusinasi
sempit dan pemikirannya kurang meluas sebelum diberikan terapi religius zikir diperoleh
dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang mean= 2,41 < 3. Sehingga kemampuan
tinggi (Notoatmodjo, 2003, hlm. 30). Sesuai mengontrol halusinasi pendengaran masih
dengan penelitian yang dilakukan oleh Witojo dikatakan buruk.
dan Widodo (2008, hlm. 3) bahwa sebagian
besar pasien yang dirawat adalah sekolah dasar, Berdasarkan penjelaskan diatas pasien dengan
karena tingkat pendidikan yang rendah kategori buruk lebih banyak dari pada pasien
mengurangi respon otak untuk berpikir. dengan kategori baik. Hal ini memberikan
Pendidikan akan berpengaruh pada seluruh gambaran bahwa masih banyak responden
aspek kehidupan manusia baik pikiran, perasaan dengan kemampuan mengontrol halusinasi
maupun sikapnya. Semakin tinggi tingkat dengan kategori buruk. Dikatakan buruk apabila
pendidikan semakin tinggi pula kemampuan belum mampu menunjukkan manfaat berzikir
dasar seseorang dan kemampuan dalam ketika muncul halusinasi, tidak nyaman berzikir
management stress (Mairusnita, 2007, hlm. 67). setelah halusinasinya muncul, tidak mampu
untuk melafalkan bacaan zikir, sedangkan
dikatakan baik apabila menimbulkan pengaruh
positif dalam proses menghafalkan,
menunjukkan manfaat, nyaman saat berzikir

Pengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan…(W.C.Hidayati, 2014) 5


baik ketika muncul halusinasi maupun setelah Hal ini bisa disebabkan oleh karena salah satu
munculnya halusinasi. responden melakukan terapi zikir, responden
masih ada hambatan sehingga menyebabkan
Kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran kurang fokus terhadap kalimat-kalimat bacaan
di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang zikir yang diucapkan untuk mengontrol
masih buruk karena kebanyakan pasien hanya halusinasi karena kemungkinan besar responden
diberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) masih mendengar suara-suara dari sumber lain,
biasa seperti menutup telinga dan menghardik sehingga responden sulit untuk berkonsentrasi.
sedangkan untuk ketenangan rohani nya pihak
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Yosep (2009, hlm. 62 ) menerangkan bahwa
belum menerapkan SOP terapi religius zikir individu dengan halusinasi akan memperlihatkan
secara optimal dan belum diberikan secara adanya fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
berkala oleh perawat karena hanya diberikan merupakan usaha dari ego sendiri untuk
atas dasar inisiatif perawat saja. melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan
C. Kemampuan mengontrol halusinasi kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh
pendengaran sesudah diberikan terapi perhatian pasien dan tak jarang akan mengontrol
religius zikir perilaku pasien.

Tabel 5.7. Terapi religius zikir bisa dikatakan efektif untuk


Distribusi frekuensi responden berdasarkan meningkatkan kemampuan mengontrol
kemampuan mengontrol halusinasi halusinasi pendengaran dengan hasil sudah
pendengaran pada pasien halusinasi sesudah dibuktikan bahwa banyak responden mengalami
diberikan terapi religius zikir di semua peningkatan dalam kemampuan mengontrol
ruang rawat inap di RSJD Dr. Amino halusinasi pendengaran, tetapi banyaknya
Gondohutomo Semarang stimulus suara lain yang datang dari banyak
tahun 2014 sumber akan sedikit menyulitkan satu responden
(n=75) dalam proses terapi religius zikir.
No. Peningkatan Frekuensi Presentase
kemampuan (%) D. Analisa Bivariat
mengontrol
halusinasi 1. Uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test
sesudah
terapi
Tabel 5.8
religius zikir
Distribusi frekuensi berdasarkan
1. Baik 74 98,7
2. Buruk 1 1,3 kemampuan mengontrol halusinasi
Total 75 100,0 pendengaran pada pasien halusinasi
sebelum dan sesudah diberikan terapi
Berdasarkan Tabel 5.7. diketahui kemampuan religius zikir di RSJD Dr. Amino
responden mengontrol halusinasi pendengaran Gondohutomo Semarang tahun 2014
pada pasien halusinasi sesudah diberikan terapi (n=75)
religius zikir dengan kategori baik sebanyak 74 F Mean Sun of Sig
Rask Ranks
orang (98,7%), sedangkan kategori buruk
sebanyak 1 orang (1,3%). Sesuai uji statistik Posstest- 74 37.50 2775.00 0.000
terhadap kemampuan responden mengontrol Prestest
halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi Ties 1 .00 .00 0.000
sesudah diberikan terapi religius zikir diperoleh Total 75
mean= 5,55 > 3. Sehingga kemampuan
mengontrol halusinasi pendengaran sudah
dikategori baik.

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. ….


kejiwaan, mengurangi penderitaan,
Tabel 5.9 meningkatkan proses adaptasi mengontrol suara-
Distribusi frekuensi berdasarkan suara yang tidak ada wujudnya seperti halusinasi
kemampuan mengontrol halusinasi pendengaran. (Mahoney et.all, 1985 dalam
pendengaran pada pasien halusinasi terapi Yosep, 2007).
religius zikir di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang tahun 2014 Terapi religius tidak diarahkan untuk merubah
(n=75) agama pasiennya tetapi menggali sumber
Variabel Mea Medi Std. Min Max kopingnya (Yosep, 2009, hlm.344). Terapi Zikir
n an Deviasi adalah ucapan yang selalu mengingatkan kita
Pre test 2.41 2.00 0.807 0 4 kepada Allah (Hawari, 2009, hlm.202). dengan
sebelum berzikir. Hati seseorang akan terasa tentram.
diberika
Terdapat 3 sesi yang menjadikan pasien
n terapi
religius halusinasi mampu melafalkan bacaan zikirnya,
zikir mampu lebih nyaman untuk berzikir saat
Post test 5.55 6.00 0.827 0 6 halusinasinya muncul, mampu menyampaikan
sesudah perasaanya setelah berzikir.
diberika
n terapi Dalam penelitian ini, masing-masing anggota
religius kelompok terapi religius zikir adalah sebanyak
zikir 15 responden, jumlah ini adalah jumlah yang
tepat untuk diberikan terapi zikir, karena dengan
Berdasarkan Tabel 5.8 maka dapat diketahui jumlah yang tepat dan tidak terlalu banyak
hasil pre test dan post test pada uji Wilcoxon anggota kelompok yang satu dengan yang lain
dengan keberhasilan 74 orang dan gagal 1 orang, dan lebih bisa berkonsentrasi dalam pelaksanaan
sedangkan nilai mean rank 37.50, nilai sum terapi religius zikir dengan demikian terapis
ranks 2775.00 dengan nilai signifikan 0.000. dapat lebih mudah melihat pengaruh terapi
Pada Tabel 5.9 maka di dapatkan hasil dari uji religius zikir pada diri pasien.
statistik sebelum diberikan terapi nilai mean
2.41, nilai median 2.00, nilai std.deviasi 0.807, Begitu pula yang diungkapkan oleh Keliat
nilai min 0 dan nilai max 4, sedangkan sesudah (2005, hlm. 3), jumlah anggota kelompok yang
diberikan terapi religius zikir didapatkan hasil nyaman adalah kelompok kecil yang jumlah
nilai mean 5.55, nilai median 6.00, nilai anggotanya berkisar 5-12 orang. Lama sesi
std.deviasi 0.827, nilai min 0, nilai max 6. untuk terapi religius zikir pada saat penelitian
adalah 10 menit, sehingga waktu yang
Hasil uji statistik peningkatan kemampuan diperlukan untuk satu kali terapi religius zikir
mengontrol halusinasi pendengaran sebelum dan adalah 30 menit. Waktu yang optimal untuk satu
sesudah dilakukan terapi religius zikir pada sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
pasien halusinasi pendengaran menunjukkan yang rendah, dan 60-120 menit bagi fungsi
nilai nilai signifikan kurang dari α yang kelompok yang tinggi (Stuart & Laraia, dalam
ditetapkan sebelumnya sebesar 5% (0,05), Keliat, 2005, hlm. 4). Pada masing-masing
dengan demikian Ho ditolak, sehingga ada kelompok diberikan 3 sesi terapi religius zikir,
pengaruh yang signifikan dari terapi religius setelah dilakukan terapi religius zikir dan
zikir terhadap peningkatan kemampuan diobservasi kembali didapatkan hasil
mengontrol halusinasi pendengaran. peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
pendengaran pada pasien halusinasi.
Kegiatan terapi religius zikir, dapat menurunkan
gejala psikiatrik, Riset yaang lain menyebutkan E. Keterbatasan Penelitian
bahwa menurunnya kunjungan ke tempat
ibadah, meningkatkan jumlah bunuh diri di USA Penelitian ini merupakan penelitian yang
,Kesimpulan dari berbagai riset bahwa religius pertama kali dilakukan oleh peneliti,
mampu mencegah dan melindungi dari penyakit
Pengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan…(W.C.Hidayati, 2014) 7
sehingga masih banyak kekurangan dan Tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
keterbatasan di dalam penelitian ini. memberikan asuhan keperawatan perlu
Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah diterapkan secara berkala tentang terapi
keterbatasan waktu. Banyak hal yang religius zikir karena dapat meningkatkan
seharusnya dapat dilakukan oleh peneliti kemampuan mengontrol halusinasi
dalam penelitian ini, namun karena pendengaran pada pasien halusinasi.
keterbatasan penelitian khususnya hal waktu Pemberian asuhan keperawatan terapi
maka terapi yang diberikan oleh peneliti religius zikir perlu dikembangkan lebih
kepada responden hanya satu kali dalam dalam lagi dan diterapkan SOP yang sesuai
sehari selama 6 hari terus menerus kemudian di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
di observasi kembali. Semarang

F. Implikasi Keperawatan 2. Bagi institusi pendidikan


Pada penelitian ini masih banyak Pemberian asuhan keperawatan terapi
kekurangan dalam pengambilan data, maka religius zikir perlu dikembangkan lebih
pada penelitian selanjutnya diharapkan dalam mengenai manfaat terapi zikir bagi
peneliti menambahkan variabel bebas institusi agar lebih banyak pengetahuan
lainnya, misalnya dengan menambahkan tentang terapi-terapi yang baik dan tepat
terapi sholat. Hasil penelitian ini dapat untuk diberikan pada pasien halusinasi
dijadikan rujukan atau referensi bagi peneliti pendengaran.
berukutnya yang akan dilakukan.
3. Bagi penelitian selanjutnya
SIMPULAN Perlu adanya penelitian - penelitian yang
lain dengan menambahkan variabel-variabel
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang lebih banyak dan berpengaruh terhadap
disimpulkan sebagai berikut: kemampuan mengontrol halusinasi
1. Karakteristik pasien halusinasi di RSJD Dr. pendengaran pada pasien halusinasi. Dalam
Amino Gondohutomo Semarang, perempuan melakukan penelitian yang berkaitan
sebanyak 52,0%, usia dewasa muda dengan pasien yang mengalami gangguan
sebanyak 46,7%, berpendidikan SD jiwa diperlukan BHSP (Bina Hubungan
sebanyak 34 46,7%. Saling Percaya) yang baik dengan psien
2. Kemampuan mengontrol halusinasi gangguan jiwa tersebut.
pendengaran pada pasien halusinasi sebelum
diberikan terapi religius zikir di RSJD Dr. DAFTAR ISI
Amino Gondohutomo Semarang kategori
baik sebanyak 6,7%. Fananda, M. dkk. (2012). Penerapan perawat
3. Kemampuan mengontrol halusinasi dalam terapi psikoreligius untuk
pendengaran sesudah diberikan terapi menurunkan tingkat stress pada pasien
religius zikir pada pasien halusinasi RSJD halusinasi pendengaran di Rumah Sakit
Dr. Amino Gondohutomo Semarang Ernaldi Bahar Palembang. Hasil
kategori baik sebanyak 98,7%. penelitian yang telah dipublikasikan
4. kemampuan mengontrol halusinasi dalam bentuk jurnal keperawatan oleh
pendengaran pada pasien halusinasi sebelum Badan Diklat Rumah Sakit Ernaldi
dan sesudah diberikan terapi religius zikir di Bahar Palembang. www.
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Banyuasinkab.go.id/tamping/dokumen/d
dengan nilai p = 0,000 dan nilai t = -7,589. okumen-15-34.pdf

SARAN Hawari, D. (2009). Psikometri; Alat ukur (skala)


1. Bagi RSJD Dr. Amino Gondohutomo kesehatan jiwa. Jakarta: FKUI
Semarang

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. ….


http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789 Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental 3.
241563949_eng,pdf. Diakses pada Yogyakarta: Kanisius
tanggal 18 desember 2013
Sriwahyuni, dkk. (2010). Hubungan lama hari
Kaplan, H J. S; Benjamin J; Grebb J A. (2004). rawat dengan kemampuan pasien dalam
Buku ajar psikiatri klinis edisi 2. mengontrol halusinasi. Pekan baru:
Jakarta: EGC model praktek keperawatan professional
(MPKP).
Keliat, B.A, et.al. (2011). Keperawatan Http://ejournal.Unri.ac.id/index.php/JNI
kesehatan jiwa komunitas: CMHN /aritcle/download/641/631
(Intermediate Nurse). Jakarta: EGC Videbeck, S L. (2008). Buku ajar keperawatan
jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku
ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salem Witojo dan W. (2008). Pengaruh komunikasi
Medika teraupetik terhadap penurunan tingkat
perilaku kekerasan pada pasien
Makhfudli, F E. (2009). Keperawatan kesehatan skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah
komunitas: terori dan praktek dalam Surakarta.
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Http://eprints.ums.ac.id/1023/1/2008
vIn1-01.Pdf diperoleh tanggal 12 mei
Nasir. A, M. (2011). Dasar-dasar keperawatan 2014
jiwa: pengantar dan teori. Jakarta:
Salemba Medika Yosep, I.FDG. (2007). Keperawatan jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama
NIMH. (2011). National institute of mental
health: USA . (2009). Keperawatan jiwa: edisi
revisi. Bandung: PT Refika Aditama
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: PT.RINEKA CIPTA

Pieter Z.H & Namora.(2010). Pengantar


psikologi dalam keperawatan. Jakarta:
Kencana

Qodir, A M. (2013). pengaruh terapi aktivitas


kelompok orientasi sesi I-III terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada
pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarangi. Stikes
telogorejo: Semarang

Rachmaningtyas, Ayu
http://nasional.sindonews.com/read/201
3/12/02/15/812353/tingkatkan-peran-
psikiater-untuk-gangguan-jiwa. dikutip
tanggal 20 desember 2013. Jam 11.30

Riwidikdo, H. (2009). Statistik untuk penelitian


kesehatan dengan aplikasi program R
dan Spass. Yogyakarta: Pustaka Rinaha

Pengaruh Terapi Religius Zikir terhadap Peningkatan…(W.C.Hidayati, 2014) 9

Anda mungkin juga menyukai