Anda di halaman 1dari 13

Klasifikasi cedera kepala

Berdasarkan patologi:
1. Cedera kepala primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan
integritas fisik, kimia, dan listrik dari sel di area tersebut, yang menyebabkan
kematian sel.
2. Cedera kepala sekunder
Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut
yang terjadi setelah trauma sehingga meningkatkan TIK (Tekanan Intra-Kranial) yang
tak terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk edema serebral,
perubahan biokimia, dan perubahan hemodinamik serebral, iskemia serebral, hipotensi
sistemik, dan infeksi lokal atau sistemik.

Berdasarkan jenis cedera


1. Cedera kepala terbuka
dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak dan
laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan jaringan otak
2. Cedera kepala tertutup
dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan cedera serebral
yang luas.

Berdasarkan berat ringannya cedera


1. Cedera kepala ringan/minor
GCS 14-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30 menit
Tidak ada fraktur tengkorak
Tidak ada kontusia serebral, hemotoma
2. Cedera kepala sedang
GCS9-13
kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m tetapi kurang dari
24 jam
dapat mengalami fraktur tengkorak
diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial
3. Cedera kepala berat
GCS 3-8
Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam
Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma intrakranial
Skala koma Glasgow:
Bayi dan anak-anak
Respon
Dewata
Buka Mata (Eye)
Spontan
Berdasarkan suara
Berdasarkan rangsang nyeri
Tidak memberi respons
Spontan
Berdasarkan perintah verbal
Berdasarkan rangsang nyeri
Tidak memberi respon
Respon Verbal
Senyum, orientasi terhadap obyek
Menangis tetapi dapat ditenangkan
Menangis dan tidak dapat
ditenangkan
Mengerang dan agitatif
Tidak memberi respons
Orientasi baik
Percakapan kacau
Kata-kata kacau
3
Mengerang
Tidak memberi respons
Respon Motorik
Aktif
Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsang nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons
Menurut perintah
Melokalisir rangsang nyeri
Menjauhi rangsang nyeri
Fleksi abnormal
Ekstensi abnormal
Tidak memberi respons
3
<5
11-12
8-10
12-13
14-15
Skor
Apatis Somnolent
Koma
Stupor
Compos Mentis
Kondisi
Sumber:ilmu bedah saraf satyanegara hal: 185

B. Etiologi
Mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi, deselerasi, akselerasi-
deselerasi, coup-countre coup, dan cedera rotasional.
1. Cedera Akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak (mis., alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang
ditembakkan kekepala)
Cedera Deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek alai
sepe
depan mobil.
2.
pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca
aan
3. Cedera akselerasi-deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendara
4. Cedera Coup-countre coup terjadi jika kepala terbentur yang meny
bermotor dan episode kekerasan fisik
menyebabkan
tulang
otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang
tengkorak
vang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur. Sebagai
contoh pasien dipukul dibagian belakang kepala.
Cedera rotasional terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak berputar
dalam rongga tengkOrak, yang mengakibatkan peregangan atau robeknya
neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang
5.
memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak
C. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan klinis biasa yang dipakai untuk menentukan cedera kepala
menggunakan pemeriksaan GCS yang dikelompokkan menjadi cedera kepala
ringan, sedang dan berat seperti diatas.
Nyeri yang menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur.
(Smeltzer, suzanna, 2002)
1. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur
2. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.
3
Laserasi atau kontusio otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah
Kondisi cedera kepala yang dapat terjadi antara lain:
1.
Komosio serebri
Tidak ada jaringan otak yang rusak, tetapi hanya kehilangan fungsi otak sesaat
(pingsan<10 menit) atau amnesia pasca cedera kepala.
2. Kontusio serebri(
Adanya kerusakan jaringan otak dan fungsi otak
(pingsan> 10 menit) atau terdapat lesi neurologik
yang jelas. Kontusio serebri sering terjadi dan
sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus
temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap
bagian dari otak. Kontusio serebri dalam waktu
beberapa jam atau hari, dapat berubah menjadi
perdarahan intraserebral yang membutuhkan
tindakan operasi. (Brain Injury Association of
Michigan)
3 Laserasi serebri
Kerusakan otak yang luas disertai robekan duramater
serta fraktur terbuka pada kranium. (Brain Injury Association of Michigan)
Epidural Hematom (EDH)
4.
Hematom antara durameter dan tulang, biasanya
sumber perdarahannya adalah robeknya arteri
meningea media. Ditandai dengan penurunan
kesadaran dengan ketidaksamaan neurologis sisi kiri
dan kanan (hemiparese/plegi, pupil anisokor, reflex
patologis satu sisi). Gambaran CT Scan area hiperdens
dengan bentuk bikonvek atau lentikuler diantara 2
sutura. Jika perdarahan> 20 cc atau> 1 cmmidline shift
>5mm dilakukan operasi untuk menghentikan
perdarahan.
won tomtreet CT

Klasifikasi Cedera Kepala:


Cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi 3 hal yaitu berdasarkan mekanism
ringannya dan morfologi.
erat
Mekanisme Cedera Kepala
Cedera kepala dibagi menjadi cedera kepala tumpul dan cedera kepala tembus /.
Cedera kepala tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bern
jatuh dari ketinggian atau pukulan akibat benda tumpul. Sedangka
luka tembus disebabkan oleh luka tembak atau luka tusuk.
motor,
Berat Ringannya Cedera Kepala
2.
Secara umum untuk menetapkan berat ringannya cedera kepala digunakan asien, mo
Respon
ode
penilaian Glasgow Coma Scale (GCS), yaitu menilai respon Buka Mata
Bicara/Verbal pasien dan respon Motorik. Nilai normal GCS pada pasien
kepala ringan adalah berkisar 13-15, sedangkan untuk cedera kepala sedang
GCS berkisar 9-12 dan untuk cedera kepala berat nilai GCS berkisar 3- 8, Dals
penilaian GCS jika ditemukan adanya asimetris ekstremitas kanan dan kiri, maka van
dipergunakan adalah respon motorik yang terbaik dan harus dicatat.
Respon Buka Mata (Eye Opening)
cedera
nilai
Membuka mata spontan
Membuka mata terhadap suara/ Perintah
Membuka mata terhadap rangsang nyeri
Tidak ada respon
Respon Bicara (Verbal)
Berorientasi baik
Berbicara mengacau (bingung)
Kata - kata tidak teratur (kacau)
Suara tidak jelas (mengerang/merintih
Tidak ada respon
:2
:1
Respon Motorik (Motorik)
Mengikuti perintah
Melokalisir nyeri
Fleksi normal (menarik anggota yang dirangsang)
Fleksi abnormal (dekortikasi)
Ekstensi abnormal (deserebrasi)
Tidak ada respon / flasid
Morfologi Cedera Kepala
1. Fraktur kranial
Fraktur kranial dapat terjadi pada bagian atas atau dasar tengkorak, dapat berbentuk
garis/ linear atau bintang, dan dapat pula terbuka maupun tertutup. Adanya tanad
klinis fraktur dasar tengkorak merupakan petunjuk kecurigaan untuk melakukat
pemeriksaan lebih rinci. Tanda -tanda tersebut antara lain adanya ekomosi
periorbital (Racoon eyes), ekomosis retroaurikuler (Battle Sign), kebocoran caira
cerebrospinal/ liquid cerebrospinal (LCS) seperti Rhinorrhea dan Otorrhea, paresi
nervus facialis dan kehilangan pendengaran, yang dapat timbul segera d
beberapa hari setelah mengalami trauma.
au
kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaput duramater. Adanya fra kulit
Fraktur kranial terbuka dapat mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi
tengkorak tidak dapat diremehkan, karena menunjukan adanya benturan yang
hebat/keras.
aktur
cukup

*******

CT Scan idealnya harus dilakukan pada semua cedera kepala ringan yang
engan kehilangan sadaran lebih dari 5 menit, amnesia, sakit kepala hebat,
Eraktur linear atau depresi pada servical, fraktur tulang wajah ataupun adanya benda
atau adanya deficit neurologis fokal, foto servical juga harus dibuat bila
leher. Pemeriksaan foto polos dilakukan untuk mencari
GCS dar
terdapat nyeri pada palpasi
tetapi harus diingat bahwa pemeriksaan foto polos tidak
asinnlnda transfer penderita/ Medevac ke RS yang lebih memadai. Apalagi bila
jala neurologis yang abnormal, harus segera dikonsulkan kepada
daerah kepala, akan
nukan adanya
ahli bedah syaraf.
kepala mengalami asimtomatis, sadar, neurologis normal,
/asi diterus kan selama beberapa jam dan dilakukan pemeriksaan ulang. Bila
iciDenderita tetap normal maka dapat dianggap penderita aman. Akan tetapi
nonderita tidak sadar penuh atau berorientasi kurang terhadap rangsang verbal
maupu tulisan, keputusan untuk memulangkan penderita harus ditinjau ulang.
enderita cedera
bila
2, Cedera Kepala Sedang (GCS = 9-12)
Dari seluruh penderita cedera kepala yang masuk ke UGD RS hanya 10% yang
mengalami cedera kepala sedang. Mereka pada umumnya masih mampu menuruti
perintah sederhana, namun biasanya tampak bingung atau terlihat mengantuk dan
disertai dengan defisit neurologis fokal seperti hemiparese. Sebanyak 10%- 20% dari
penderita cedera kepala sedang mengalami perburukan dan jatuh dalam keadaan
koma, pada saat dilakukan pemeriksaan di UGD dilakukan anamnesa singkat dan
stabilisasi kardiopulmoner sebelum pemeriksaan neurologis dilakukan. Penderita
harus dirawat diruang perawatan intensif yang setara, dilakukan observasi ketat dan
pemeriksaan neurologis serial selama 12-24 jam pertama.
3. Cedera Kepala Berat (GCS= 3-8)
Penderita dengan cedera kepala berat tidak mampu melakukan perintah sederhana
walaupun status kardiopulmonernya telah stabil, memiliki resiko morbiditas dan
mortalitas cukup besar. Penderita dengan cedera kepala berat adalah sangat
Derbahaya, karena diagnosis serta terapi yang sangatlah penting. Jangan menunda
transter/ Medevac karena menunggu pemeriksaan penunjang seperti CT Scan.
Primary Survey dan Resusitasi
rdda setiap cedera kepala harus selalu diwaspadai adanya fraktur servikal. Cedera
olak sering diperburuk akibat cedera sekunder. Penderita cedera kepala berat
gan nipotensi mempunyai status mortalitas 2 kali lebih besar dibandingkan engan
PEnderita cedera kepala berat tanpa hipotensi (60% vs 27%), adanya hipotensi akan
Enyebabkan kematian yang cepat. Oleh karena itu tindakan stabilisasi dan resusitasi
kardiopulmoner harus segera dilakukan.
Airway dan Breathing
Terhentinya
sementara dapat terjadi pada penderita cedera kepala berat
AMdpat mengakibatkan gangguan sekunder. Intubasi Endotrakeal (ETT) / Laryngeal
Mask irway (LMA) harus
pernafasan
us segera dipasang pada penderita cedera kepala berat yang
d KUkan ventilasi dan oksigenisasi 100% dan pemasangan pulse oksimetri /
gen. Tindakan hiperventilasi harus dilakukan secara hati-hati
nonitor satura oksiger
ita cedera kepala berat yang menunjukan perburukan neurologis akut.
dan breathing sangat berhahaya pada trauma kapitis karena akan
kerusabunbulkan hipoksia atau hiperkarbia yang kemudian akan menyebabkan
Gangg airway
dapa
Sgen selalu diberikan, dan bila pernapasan meragukan, lebih baik memulai
otak sekunder.
ventilasi tambahan.

**

Le an'al

' Lesi mtrakranial diklasifikasikan sebagai lesi fokal atau lesi difus, walaupun kedua jenig lesi mi
sering terjadi secara bersamaan. Yang termasuk lesi fokal adalah perdarahan epidural,
perdarahan subdural dan perdarahan intra serebral.

a. Cedera Otak Difus

pada konkusi ringan penderita biasanya kehilangan kesadaran dan mungkin mengalami amnesia
retro atau anterograd.

Cedera otak difus biasanya disebabkan oleh hipoksia, iskemia dari bagian otak karena syok yang
berkepanjangan atau periode apneu yang segera setelah mengalami trauma. Selama ini dikenal
dengan istilah Cedera Aksonal Difus (CAD) untuk mendeflnisikan trauma otak berat dengan
prognosis yang buruk, yang menunjukan adanya kerusakan pada akson yang terlihat pada
manifestasi klinisnya.

b. Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural relatif jarang ditemukan (0,596) dari semua penderita cedera kepala, dan
yang mengalami koma hanya 9% dari semua penderita cedera kepala.

Perdarahan epidural terjadi di luar duramater tetapi masih berada didalam rongga tengkorak,
dengan ciri berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di area
temporal atau tempoparietal yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media,
akibat terjadinya fraktur tulang tengkorak namun dapat juga terjadi akibat robekan vena besar.

c. Perdarahan Subdural

Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural (30% pada cedera otak
berat). Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil dipermukaan korteks serebri.
Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan kerusakan otak
dibawahnya lebih berat dan prognosisnyapun jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan
perdarahan epidural.

d. Kontusio dan Perdarahan lntraserebral

Kontusio dan Perdarahan lntraserebral sering terjadi (20% 30% pada cedera otak berat).
Sebagian besar terjadi di area lobus frontal dan lobus temporal, walaupun demikian dapat juga
terjadi pada setiap bagian dari otak. Kontusio serebri didapat tlalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari setelah trauma, kemudian berubah tnenjadi perdarahan intraserebral yang
membutuhkan tindakan operasi segera.

a. Pupil Kedua pupil mata harus selalu diperiksa. Biasanya sama lebar (3mm) dan reaksi sama
cepat. Apabila salah satu lebih lebar (lebih dari 3mm), maka keadaan ini disebut sebagai

unisokoria.

b. Motorik

Dilakukan perangsangan pada kedua lengan dan tungkai. Apabila salah satu lengan atau dan
tungkai kurang atau sama-sekali tidak bereaksi, maka disebut sebagai adanya tanda

lateralisasi. Tanda-Tanda Peninggian Tekanan Intra-Kranial (TIK)

a. Pusing dan muntah b. Tekanan darah sistolik meninggi c. Nadi melambat (bradikardia)

Tanda-tanda peninggian tekanan intra-kranial tidak mudah untuk dikenali, namun apabila
ditemukan maka harus sangat waspada.

Pengelolaan Cedera Kepala

1. GCS Ringan (GCS=13-1S) Penderita dengan cedera kepala yang dibawa ke Unit Gawat
Darurat (UGD) RS kurang lebih 80% dikategorikan dengan cedera kepala ringan, penderita
tersebut masih sadar namun dapat mengalami amnesia berkaitan dengan cedera kepala yang
dialaminYa' Dapat disertai dengan riwayat hilangnya kesadaran yang singkat namun sulit untu
dibuktikan terutama pada kasus pasien dengan pengaruh alcohol atau obat-obatan
5ebagian besar penderita cedera kepala ringan dapat sembuh dengan sempurna” walaupun
mungkin ada gejala sisa yang sangat kecil.

**

PENYEBAB

Pasien mengalami suatu trauma pada kepala. Akibat dari cedera bisa jadi berupa luka kecil pada
kulit kepala atau luka dalam yang parah dengan atau tanpa retak pada tengkorak. Mungkin ada
pendarahan internal atau edema otak yang mengakibatkan hipoksia dan penurunan kemampuan
kognitif dan fungsional. Ada berbagai cedera yang dapat ditangani. Cedera kepala terbuka (open
head injuries) biasanya akibat luka proyektil dari suatu tembakan atau pisau. Cedera kepala
tertutup biasanya trauma dari jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga, atau perkelahian.

Gegar melibatkan suatu pukulan pada kepala di mana ada suatu cedera jenis memar ketika otak
melawan daya dorong di dalam tengkorak. Titik cedera di mana otak membuat benturan
melawan bagian dalam tengkorak dikenal sebagai luka coup. Ada juga suatu cedera contrecoup
ketika kepala menjauh dari titik benturan dan otak terbentur bagian dalam tengkorak pada titik
yang berlawanan dari kepala. Pasien dengan gegar otak mungkin mengalami hilang kesadaran
karena bradycardia, atau detak jantung lambat; tekanan darah rendah; napas pendek; hilang
ingatan karena cedera dan peristiwa yang baru saja terjadi setelah cedera; sakit kepala; dan
hilangnya fokus menta| temporer. Memar cerebral adalah suatu cedera lebih serius dibanding
gegaf otak. Kerusakan lebih besar yang dialami oleh otak; edema cerebral atau

pendarahan dapat terjadi dan menyebabkan necrosis. Pasien umumnya hilang kesadaran lebih
panjang jika terjadi memar cerebral.

Pendarahan dapat terjadi pada berbagai tingkatan, antara tengkorak dan pelindung otak (dura)
sebelah luar, di dalam lapisan pelindung otak, atau di dalam jaringan otak. Pendarahan dapat
terjadi secara akut, pada saat cedera terjadi, atau beberapa jam hingga berminggu-minggu
kemudian. Hematoma epidural terjadi ketika cedera di lokasi urat nadi. Darah mengumpul antara
tengkorak dan selaput sumsum (dura mater), atau lapisan paling jauh dari otak. Lokasi sering di
area temporal. Pasien biasanya terjaga dan berbicara dengan seketika setelah benturan di kepala.
Dalam waktu singkat, pasien menjadi tidak stabil dan kemudian tak sadar. Pembedahan urat
saraf keadaan darurat (emergency neurosurgery) diperlukan untuk menghilangkan tekanan dan
menghentikan pendarahan. Hematoma subdural umumnya pendarahan dan' suatu sumber
pembuluh darah ke dalam area di bawah selaput sumsum dan di atas selaput arachnoid. Ini bisa
terjadi secara akut pada beberapa pasien, tetapi dapat pula terjadi karena pendarahan lambat,
kronis, terutama pada pasien usia lanjut. Pasien usia lanjut dengan pendarahan kronis mungkin
telah memiliki akumulasi darah dalam jumlah signifikan sebelum muncul gejala-gejala terkait
perubahan volume jaringan otak karena usia. Pendarahan subarachnoid menyebabkan darah
berakumulasi di dalam area di bawah selaput archnoid dan di atas pia mater. Cairan
cerebrospinal ditemukan di area ini. Pendarahan di dalam otak merupakan akumulasi darah
dalam jaringan otak. Ini mungkin terkait dengan gaya lintang pada jaringan otak dari suatu
gerakan melengkung antara bagian atas otak (otak besar) dan batang otak atau pembuluh darah
kecil di dalam otak. Hal ini terkait akan adanya edema dan meningkatnya tekanan intrakranial (di
dalam kepala).

Fraktur tengkorak sederhana dibiarkan dan tidak memerlukan intervensi spesifik. Retak
tengkorak akibat tertekan mempunyai fragmen tulang yang telah lepas dari tengkorak dan
ditekan ke bawah ke arah jaringan otak. Retak ini perlu ditangani melalui pembedahan. Suatu
fraktur tengkorak basilar mempunyai tanda klasik meliputi memar periorbital (tanda Raccoon),
darah di belakang selaput gendang (tanda Battle), dan mengalirnya cairan cerebmspinal dari
telinga atau hidung (periksa isi glukosa untuk membedakan dari hidung basah/meler).

PROGNOSIS

Prognosis yang mengikuti cedera kepala sangat bervariasi tergantung Md., lokasi cedera,
parahnya kerusakan yang terjadi, dan perawatan yang dltcrlm Pasicn dengan hilang kesadaran di
atas 2 menit mempunyai cedera lam}, parah. karena itu prognosis lebih buruk. Pasien yang
mempunyai hilang memori, baik tentang peristiwa maupun peristiwa seketika yang mengikuti,
juga mempunyai cedera lebih parah dan prognosis Iebih bumk. Beberapa pasien mengarah pada
pendarahan sebagai efek akhir dari cedera kepala pada jam-jam setelah kejadian, atau dalam
beberapa kasus, beberapa hari setelah awal cedera. Gangguan paska trauma dapat juga terjadi
sebagai efek akhir dan cedera kepala.

TANDA-TANDA DAN GEJALA

. Sakit kepala karena trauma langsung dan/atau meningkatnya tekanan intrakranial Disorientasi
atau perubahan kognitif Perubahan dalam berbicara Perubahan dalam gerakan motorik Mual dan
muntah karena meningkatnya tekanan intrakranial Ukuran pupil tidak sama-penting untuk
menentukan apakah terkait dengan pembahan neurologis atau apakah pasien mempunyai ukuran
pupil berbeda (persentase kecil populasi mempunyai ukuran pupil berbeda) . Berkurangnya atau
tidak adanya reaksi pupil terkait dengan kompromi neurologis Menurunnya tingkat kesadaran
atau hilangnya kesadaran Hilang ingatan (amnesia)

INTERPRETASI HASIL TES

Sinar x pada tengkorak menunjukkan fraktur.

MRI menunjukkan edema dan perdarahan.

C T scan menunjukkan pendarahan, edema otak, pergeseran struktu! tengah.


EEG mengindikasikan aktivitas seranganfocal.

TINDAKAN

Intervensi pembedahan mungkin diperlukan (craniotomy):

G Pengangkatan hematoma

G) Litigasi pendarahan pembuluh darah

O Lubang Burr (pembuatan lubang) untuk dekompresi

e Pemotongan jaringan dari benda asing dan sel mati

Pemberian antibiotik untuk luka kepala terbuka guna mencegah infeksi.

Bantuan pernapasan jika diperlukan-intubasi dan ventilasi mekanis. Pemberian opioid dosis
rendah untuk kegelisahan, agitasi, dan sakit pada pasien yang bergantung pada ventilator:

O morphine sulfate atau fentanyl citrate

Pemberian diuretik osmotic untuk mengurangi edema otak:

O mannitol

Pemberian diuretik loop untuk mengurangi edema dan sirkulasi volume darah:

O furosemide

Pemberian analgesik:

O acetaminophen (Tylenol)

Diet tinggi protein, tinggi kalori, tinggi vitamin.

Transfusi RBC dan keping darah-jika jumlah darah menunjukkan perlunya transfusi.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Risiko cedera

Perfusi jaringan tidak efektif

Turunnya kemampuan adaptasi intrakranial Gangguan proses pikir

INTERVENSI KEPERAWATAN

Hindari mendiskusikan kondisi pasien di hadapan pasicn-ingat pasien masih dapat mendengar
Anda sekalipun dia tidak sadar, dan dapat mengingat percakapan setelah mereka sadar kembali.

Anda mungkin juga menyukai