Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.

K DENGAN CORONARY ARTERY


DISEASE (CAD) di RUANGAN RAUDHAH RUMAH SAKIT UMUM CUT
MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

Disusun Oleh:

Elza Dwi Kurnia


NPM: 21020211

Dosen Pembimbing:

Ns. Fauziah.S.Kep., M.Kep

Ns. Setia Budi S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

BUMI PERSADA LHOKSEUMAWE

2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN Tn.K DENGAN CORONARY ARTERY DISEASE


(CAD) di RUANGAN RAUDHAH RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA
KABUPATEN ACEH UTARA

Aceh Utara, 04 April 2022

Telah di setujui

DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING

Ns .Fauziah., S.Kep., M.Kep Ns. Setia Budi.,S.Kep.,M.Kep


NIDN. 1311028201 NIP.

CI RUANGAN

Ns. Khairani., S.Kep


NIP. 198012282001122002

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan laporan ini.

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya laporan ini
nantinya dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Lhokseumawe, 03 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ....................................................................................... I

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................... 2

Bab II Tinjaun Pustaka ................................................................................ 4

A. Definisi ................................................................................................ 4
B. Etiologi ................................................................................................ 6
C. Patofisiologi ......................................................................................... 8
D. Manifestasi Klinis ................................................................................ 10
E. Komplikasi .......................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 12
G. Penatalaksanaan .................................................................................. 13
H. Basic Promoting Physiology Of The Helath ........................................ 15
I. Diagnosa .............................................................................................. 18
J. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 18

Bab III Tinjaun Kasus ................................................................................... 10

A. Pengkajian ........................................................................................... 24
B. Analisa Data ........................................................................................ 24
C. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 34
D. Intervensi ............................................................................................. 35
E. Implementasi & Evaluasi .................................................................... 36

iii
Bab IV Kesimpulan Dan Saran .................................................................... 40

A. Kesimpulan ......................................................................................... 40
B. Saran .................................................................................................... 41

Daftar Pustaka ..................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu
di dunia, dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling
ditakuti. Selain itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi
menjadi pembunuh misteri.
Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok,
kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor
penyumbang kepada penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini
lebih banyak berkisar kepada aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup
sehat, makanan yang seimbang, olahraga dan sebagainya.
Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap mencatatkan
peningkatan yang membimbangkan.(Noer, Sjaifoellah. 1996)
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) jantung akan menjadi penyebab utama
kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78%
kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat
miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi
terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk menurunkan
penyakit kardiovaskuler pada tahun 2010. Di negara berkembang dari tahun
1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung akan meningkat
137% pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita.
Ditahun 2020, diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab
kematian 125 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu penyakit jantung penyebab
kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. (Vany Yany, 2010).
Memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung
kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan
kewenangannya, sebagai pengelola (manager) yaitu perawat mempunyai peran

1
dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan disemua tatanan
layanan kesehatan, sebagai pembela (advokad) berfungsi membela kepentingan
klien, sebagai Pendidik (edukator) yaitu dengan memberikan informasi
kesehatan melalui upaya perawat secara promotif yang merupakan upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Upaya preventif dengan menyarankan agar
menjalani pola hidup sehat : makan-makanan yang rendah lemak, kurangi
merokok dan rajin berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien agar
kooperatif yaitu dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang
dianjurkan dokter. Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien
agar tetap kontrol ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang
tinggi kolesterol, penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan tidak
melakukan aktifitas fisik yang berat.
Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap
tahunnya dan pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan “Asuhan
Keperawatan Pada Klien Tn.K dengan Coronary Artery Disease
diruang Raudhah Rumah Sakit umum Cut Meutia selama 6 Hari perawatan dari
tanggal 28 Maret 2022 sampai dengan 01 April 2022.

B. TUJUAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan duharapkan penulis dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang bermutu dalam menerapkan asuhan keperawatan yang
bermutu pada pasien.

C. MANFAAT
a. Bagi Rumah Sakit
Hasil penulisan laporan praktek ini diharpkan dapat digunakan sebagai
dasar pengembanagn manjemen asuhan keperawatan dan membantu
perawat di ruang perawatan dalam menjaga kepuasan klien terhadap
pelayanan asuhan keperawatan.

2
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang medical bedah pada klien Tn.K
dengan coronary artery disease diruang perawatan.
c. Bagi Penulis
Hasil penulisan laporan praktek ini diharapkan memberikan pengetahuan
dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan
menyusun asuhan keperawatan pada pasien coronary artery disease sebagai
salah satu syarat menyelesaikan tugas praktek klinik keperawatan Dasar
Profesi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan


arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah
melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih
dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
(kerusakan pada otot jantung) (Brunner and Sudarth, 2001).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penebalan dinding dalam


pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini,
darah yang mengalir ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran
sekitar sekepalan tangan itu kekurangan darah.

Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu


manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak
jarang pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi

4
secara permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

(Joanne and Gloria. 1995)

Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah


ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal jantung
kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan
(Brunner & Suddarth, 2002)

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung


artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada
arteri koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri,
menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi
kurang untuk disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan
arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada
arteri sirromflex. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang di sebabkan oleh akumulasi plaque atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi
arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

5
Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply oksigen yang adekuat
ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran
darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark)
dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Dep.kes, 1993.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang


adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan
aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993).

B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya
bukan merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara
spesifik, faktor-faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri
koroner adalah:
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit
jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita
serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara
fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit
jantung koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia
lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari
profil kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang
"buruk" dalam segi diet keluarga.

6
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya
level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma
langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga
memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari
banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas
lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal
bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang
rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena pneyakit jantung koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi
yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

7
C. PATOFISIOLOGI

8
9
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:
1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau
terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)

2. Sesak napas
3. Berdebar-debar
4. Denyut jantung lebih cepat
5. Pusing
6. Mual
7. Kelemahan yang luar biasa

E. KOMPLIKASI
1. Aritmia
Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu
gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.

10
2. Gagal Jantung Kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard.
Disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan
kongesti pada vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel
kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
3. Syok kardikardiogenik
Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan
perubahan hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu
penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan
kongesti paru yang bisa berakhir dengan kematian.
4. Disfungsi Otot Papillaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan
mengganggu fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan
aliran balik dari ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan
aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena
pulmonalis.
5. Ventrikuler Aneurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek
jantung. Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada
setipa sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup.
Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung
kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia
ventrikel refrakter.
6. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.
7. Emboli Paru

11
Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau
kematian mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien
payah jantung kongestif yang parah.

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


PENUNJANG
1. Analisa gas darah (AGD)
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Hb, Ht
4. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran
elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk
memberi petunjuk adanya PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui apakah sudah ada tanda-tandanya. Dapat berupa serangan
jantung terdahulu, penyempitan atau serangan jantung yang baru terjadi,
yang masing-masing memberikan gambaran yang berbeda.
5. Foto Rontgen Dada
Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah
berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut
pada payah jantung.
6. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko
meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya
serangan jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung
7. Treadmill
Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa

12
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal
ini disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat
gambaran EKG tampak normal.
8. Kateterisasi Jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam
selang seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke
pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau
melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan
tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah
tepat di lubangnya, kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga
mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat
adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.
Penyempitan atau penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa
tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai
beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini
akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup
hanya dengan obat saja, disamping mencegah atau mengendalikan
factor resiko. Atau mungkin memerlukan intervensi yang dikenal
dengan balon. Banyak juga yang menyebut dengan istilah ditiup atau
balonisasi. Saat ini disamping dibalon dapat pula dipasang stent,
semacam penyangga seperti cincin atau gorng-gorong yang berguna
untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila tidak mungkin dengan
obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya lain adalah dengan
melakukan bedah pintas koroner.

G. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung.
Yang paling umum diantaranya:
1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.

13
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka
dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan
tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi
jantung.
3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian
meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya
diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan
untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril)
and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih
mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein
Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
6. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung
yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri
baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri
jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk
membuka penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin)
disebarkan untuk membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos
(logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode

14
ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut.
Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat
keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple,
atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan
Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau
pilihan pengobatan yang lebih baik.
7. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding
dada, lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran
darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan
tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang
aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa
serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai
prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen.
b. Revaskularisasi Transmiokardia
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk
melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi
Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser
digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung.
Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini
membantu mengurangi angina

H. BASIC PROMOTING PHYSIOLOGY OF HEALTH


1. Definisi
Eliminasi urin merupakan kebutuhan manusia untuk mengosongkan
kandung kemih atau kebutuhan untuk mengeluarkan urin.
2. Fisiologi eliminasi urin
Sistem eliminasi urin terdiri dari:

15
Ginjal : Terletak di kiri dan kanan vertebralis, belakang
peritoneum, posterior kavum abdominalis
Fungsi : Mempertahankan komposisi dan volume cairan
Ureter : Untuk mengalirkan urin dari ginjal ke vesika
urinaria. Ureter masuk secara melingkar dalam
lipatan membrane dan menutupi tempat masuknya
ureter. Hal ini untuk mencegah aliran urin dari
kandung kemih kembali ke ginjal.
Vesika : Terletak di daerah supra pubis. Timbul keinginan
urinaria miksi bila terkandung urin 250-450 ml.
pengeluaran urin 1500 ml/hari
Uretra : Pada pria berfungsi sebagai sistem reproduksi dan
ekskresi. Panjang 13,7-16,2 cm
Pada wanita berfungsi mengalirkan urin dari
vesika urinaria dengan panjang 3,7-6,2 cm.
Proses perkemihan: diatur oleh pusat syaraf otak dan korda spinalis.
Prosesnya: Stimulus (strect receptor) → otot detrusor kontraksi →
spinkter interna relaksasi → urin masuk uretra posterior → otot
perineum dan spinkter eksterna relaksasi → miksi
3. Faktor Yang Mempengaruhi
a. Tingkat Perkembangan
Anak-anak masih sering mengompol karena sistem urinarinya masih
belum bekerja sempurna
b. Makanan Dan Minuman
Minuman yang mengandung diuretic (missal: kopi) membuat sering
BAK
c. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok, alkoholisme, kebiasaan BAK di tempat bersih
d. Psikologis
Stress, cemas menyebabkan sering BAK
e. Aktivitas dan Tonus Otot

16
Orang yang senang beraktivitas sering BAK
f. Kondisi patologis, seperti ISK, DM
g. Medikasi : obat-obat tertentu
h. Sosiokultural
i. Kebiasaan tertentu
4. Gangguan Pada Sistem Eliminasi Urin
a. Gangguan Produksi Urin:
1) Poliuri: Urin Lebih Dari 2500 Ml/Hari. Penyebabnya Minum
Berlebihan, Minuman Banyak Mengandung Kafein, Defisiensi
ADH, CRF
2) Oliguri : Urin 100-500 Ml/Hari
3) Anuria : Urin <100 Ml/Hari
Tidak Ada Urin Dapat Disebabkan Karena:
• Urin Tidak Disekresi Ginjal (Gagal Ginjal)
• Urin Direpresi Yaitu Urin Tidak Dikeluarkan
b. Gangguan Eliminasi Urin
1) Nokturia : sering BAK pada malam hari
2) Urgensi : keinginan BAK yang terus-menerus
3) Disuria : BAK yang disertai nyeri
4) Inkotinensia : BAK yang tidak terkontrol
5) Retensi Urin : urin tertahan di vesika urinaria
6) Hesistensi : kesulitan untuk memulai BAK
7) Anuresis : Mengompol
8) Piuria : terdapat pus didalam urin
9) Hematuria : terdapat darah dalam urin
c. Gangguan-Gangguan Di Atas Disebabkan Oleh :
1) Besarnya Intake Cairan
2) Kehamilan
3) Infeksi
4) Radang
5) Iritasi VU, Uretra, Ureter

17
6) Gangguan Neuromuscular
7) Disorientasi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan
kontraktilitas, perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme
ventrikular).
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat
turunnya curah jantung.
 Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
kapiler paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.
 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan
adanya penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
 Frekuensi jantung meningkat
 Status Hemodinamik stabil
 Haluaran Urin adekuat
 Tidak terjadi dispnu
 Akral Hangat

18
Intervensi

 Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung.


Rasional: Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi
penurunan kontraktilitasjantung.
 Catat bunyi jantung.
Rasional: S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3
sebagai aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan
inkopetensi atau stenosis katup.
 Palpasi nadi perifer.
Rasional: Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
 Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi
oleh CO dan pengisisanjantung.
 Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke
ginjal yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron
yang berfungsi pada proses pengeluaran urine.
 Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi,
cemas dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah jantung.
 Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
 Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional: Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.

19
2. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital,
adanya dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.
Tujuan dan kriteria hasil:
 Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
 Memenuhi perawatan diri sendiri
 Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila
pasien menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas
karena efek obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh
fungsi jantung.
b. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,
disritmia, dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat
menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung.
c. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta
bloker, traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga
memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi,
selingi periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.
f. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.

20
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja
jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan
fungsi jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat
baik kembali.

3. Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus


(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan
retensi natrium dan air.
Intervensi
a. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana
diuresis terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya
selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal
b. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan
tiba-tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites
masih ada
c. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan
pemasukan nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
d. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas
tambahan contoh krekels, mengi atau batuk.
e. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri
akut.
f. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada
digestif.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan
dan elektrolit.

21
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat
menghambat reabsorbsi.
h. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.

4. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahn membrane


kapiler-alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke
dalam area interstitial atau alveoli.
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan
secret
b. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran
oksigen
c. Dorong perubahan posisi
Rasional: Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional: Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
e. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai
indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
f. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic
dan bronkodilator.
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan
pertukaran gas, meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi
jalan napas dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk
menurunkan kongestif paru.

22
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema,
penurunan perfusi jaringan
Intervensi
a. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area
sirkulasinya terganggua atau pigmentasi atau kegemukan
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko
imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia
jaringan.
c. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area
yang mengganggu aliran darah.
d. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakan.
e. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema
dependen., meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada
kaki.
f. Hindarai obat intramuscular.
Rasional: Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya
infeksi.

23
BAB III
TINJAUN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
A. DENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : Tambon Baroh
Tanggal Masuk Rs : 22 Maret 2022
No. Register : 010693
Ruangan/Kamar : Ruang Raudhah
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 28 Maret 2022
Diagnosa Medis : CAD

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny.R
Hubungan Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tambon Baroh

24
I. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas tiba-tiba sejam yang lalu saat
selesai makan, pasien memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
II. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
-
III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua : Tidak ada
B. Saudara Kandung : Tidak ada
C. Penyakit Keturunan Yang Ada : Tidak ada
D. Anggota Keluarga Yang Meninggal : Tidak ada
E. Penyebab Meninggal : Tidak ada

F. Genogram

Keterangan:
Laki-Laki Hidup
Perempuan Hidup ------------- : Tinggal Serumah
Laki-Laki Meninggal
Perempuan Meninggal

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum: Compos Metis
TB : cm
BB : Kg
B. Tanda Tanda Vital
Suhu Tubuh : 36 C
TD : 130/90mmHg

25
Nadi : 102 x/m
RR : 30 x/m
Spo2 : 94 %
C. Pemeriksa Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut dan leher
Kepala : Normal
- Bentuk : Normal
- Ubun-ubun : Normal
- Kulit Kepala : Normal
a. Rambut : Normal
- Penyebaran dan keadaan rambut : Normal
- Bau : Normal
- Warna Kulit : Normal
b. Wajah : Normal
- Warna Kulit : Normal
2. Mata
a. Kelengkapan dan keseimetrisan : Normal
b. Palpebra : Normal
c. Konjungtiva : Normal
d. Selera : Normal
e. Pupil : Normal
f. Cornea dan iris : Normal
g. Visus : Normal
h. tekanan bola mata : Normal
3. Hidung
a. Tulang Hidung dan posisi septum : Normal
b. lubang hidung : Normal
c. Cuping hidung : Normal
d. Fungsi Penciuman : Normal
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : Normal
b. Ukuran Telinga : Normal
c. Lubang Telinga : Normal
d. Ketajaman Pendengaran : Normal
5. Mulut Dan Faring
a. keadaan bibir : Normal
b. Keadaan gusi dan gigi : Normal
6. Leher

26
a. Posisi Trachea : Normal
b. Thyroid : Normal
c. Suara : Normal
d. Kelenjar Linfe : Normal
e. Fena Jugularis : Normal
f. Denyut Nadi Karotis : Normal

D. Pemeriksaan integuman
1. Kebersihan : Normal
2. Kehangatan : Normal
3. Warna : Normal
4. Turgor : normal
5. Kelembaban : Lembab
6. Kelainan Pada Kulit :-
E. Pemeriksaan Payudara dan ketiak
1. Ukuran Dan bentuk Payudara : Normal
2. Warna dan bentuk payudara : Normal
3. Kelainan payudara dan puting : Normal
4. Aksila dan clavikula : Normal
F. Pemeriksaan Thoraks dan dada
1. Inspeksi Thoraks
a. Bentuk Thoraks : Normal
b. Pernafasan : Normal
- Frekuensi : Normal
- Irama : Normal
c. Tanda Kesulitan Bernafas :-
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : Normal
b. Perkusi : Normal
c. Auskultasi : Normal
- Suara Nafas : Normal
- Suara tambahan : Normal
3. Pemeriksaan jantung
a. insfensi : Normal
b. Palpasi : Normal
- Pulpasi : Normal
- Ictus cordis : Normal
c. Perkusi : Normal
- Batas jantung : Normal
d. Auskultasi : Normal
- Bunyi Jantung I : Normal
- Bunyi Jantung II : Normal
- Bunyi jantung tambahan : Normal

27
- Mur-mur : Normal
- Frekuensi : Normal

G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi : Normal
a. Bentuk Abdomen : Normal
b. Benjolan/massa : Normal
c. Bayangan Pembuluh darah : Normal
2. Auskultasi
a. Peristaltik usus : Normal
b. Palpasi : Normal
- Benjolan/massa : Normal
- Tanda ascites : Normal
- Hepar : Normal
- Lien : Normal
-Titikme.burney : Normal
c. Perkusi
- Suara Abdomen : Normal
- Pemeriksaan ascites : Normal
H. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia
a. Rambut pubis : Normal
b. Lubang uretra : Normal
c. Kelainan pada genetalia eksterna : Normal
d. Kelainan pada genetalia interna : Normal
2. Anus
a. Lubang Anus : Normal
b. Kelainan pada lubang anus : Normal
c. Perincum : Normal
I. Pemeriksaan Muskuloskeletal/ekstremitas
1. ekstremitas Atas : Normal
a. Kesimetrisan Otot : Normal
5 kiri 5kanan
b. Edema (derajat) : Tidak ada
c. Kekuatan Otot : Normal
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : Normal
Kiri Kanan
b. Edema : tidak dikaji
c. Kekuatan Otot : tidak dikaji
d. Kelainan pada ekstremitas : tidak dikaji
e. Varies : tidak dikaji

28
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
E: 4 M: 6 V: 5
2. Meningeal sign : Tidak ada
3. Status mental : Compos Mentis
a. Kondisi emosi dan perasaan : Normal
b. Orientasi : Normal
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan) : Normal
d. Motivasi (kemauan) : ada
e. Bahasa : Aceh
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius/NI/Penciuman (hidung) : Normal
b. Nervus Optikus/N II/Penglihatan (mata) : Normal
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen/N
VI/Bergeraknya bola mata : Normal
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas) : Normal
e. Nervus Fasialis /N VII/Wajah /(otot wajah) : Normal
f. Nervus Vestibulo cochlearis /N VIII/Acusticus )Pendengaran) : Normal
g. Nervus Glosso pharingeus/N IX, Vagus/N X/Menelan (Tenggorokan)
:Normal
h. Nervus Asesorius /N XI/Bahu : Normal
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah : Normal
5. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : Normal
b. Romberg Test : Normal
c. Test Jari Hidung : Normal
d. Pronasi Suvinasi Test : Normal
e. Heel to shin test : Normal
6. Fungsi Sentuhan Ringan
a. identifikasi sentuhan ringan : Normal
b. Test Tajam Tumpul : Normal
c. Test Panas Dingin : Normal
d. Test Getaran : Normal
e. Sreognosis Test : Normal

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI HARI


A. Pola Tidur
a. Sebelum sakit
- Waktu tidur : Normal
- Waktu Bangun : Normal
- Masalah tidur : nyeri
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur : nyeri

29
b. Selama sakit
- Waktu tidur : Tidak teratur
- Waktu bangun : tidak normal
- Masalah tidur : tidak ada
- Hal-hal yang memperngaruhi tidur : tidak ada

B. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
- Pola BAB : Normal
- Karakteristi Fases : Normal
o Warna : Normal
o Konsistemsi : Normal
o Bau : Normal
o Penggunaan Laksatif : Normal
- BAB Terakhir : Normal
- Riwayat pendarahan : Normal

2. BAK
-Pola BAK : normal
- Karakter Urine : normal
- Nyeri/Kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : tidak ada
- Retensi : tidak ada
- penggunaan deuretik : tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
b. Selama sakit
1- Pola BAB : Normal
- Karakteristi Fases : Normal
o Warna : Normal
o Konsistemsi : Normal
o Bau : Normal
o Penggunaan Laksatif : Normal
- BAB Terakhir : Normal
- Riwayat pendarahan : Normal

2. BAK
-Pola BAK : normal
- Karakter Urine : normal
- Nyeri/Kesulitan BAK : tidak ada

30
- Inkontinentia : tidak ada
- Retensi : tidak ada
- penggunaan deuretik : tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : tidak ada
C. Pola Makan dan Minum
a. Sebelum Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) : Normal
- Jumlah/Porsi : Normal
- Pola Diet : tidak ada
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-Muntah : tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya:
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : Kg
- TB : Cm
- Bentuk Tubuh :
3. Waktu Pemberian makanan : pagi, siang dan malam
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : tidak ada
5. Pola minum
- Jumlah/porsi :-
- Kesulitan Menelan : tidak ada
b. Selama Sakit
1. Pola makan
- Diet (type) : tidak ada
- Jumlah/Porsi :-
- Pola Diet : tidak ada
- Anoreksia : tidak ada
- Mual-Muntah : tidak ada
- Nyeri ulu hati : tidak ada
- Alergi makanan : tidak ada
- BB biasa (sebelumnya:
2. Tanda Objek
- BB Sekarang : Kg
- TB : Cm
- Bentuk Tubuh :-
3. Waktu Pemberian makanan : tidak ada

31
4. Masalah makanan
- Kesulitan Mengunyah : tidak ada
- Kesulitan menelan : tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : tidak ada
5. Pola minum
- Jumlah/porsi :-
- Kesulitan Menelan : tidak ada

D. Kebersihan Diri/Personal hygiene


a. sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : Normal
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Normal
3. Pemeliharaan kuku : Normal
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : Normal
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Normal
3. Pemeliharaan kuku : Normal
E. Pola kegiatan/Aktifitas :
a. Sebelum Sakit : Normal
b. Selama Sakit : tidak ada
F. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum Sakit : Normal
b. Selama Sakit : Normal
G. Pemberian Obat
No Nama Obat Dosis
1 Furosemide 2 ampul
2 Clopidogrel 1 x 75 mg
3 Candesartal 1 x 8 mg
4 concor 1 x 2,5 mg
5 Simvastatin 1 x 20 mg

32
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 Ds : Faktor resiko Gangguan rasa
- Klien mengatakan ↓ nyaman nyeri
nyeri dada sebelah Endapan lipoprotan di tunika
kiri intima

Do : Cidera endotel
- Klien nampak ↓
Kesakitan Invasi dan akumulasi dari lipid
- TTV ↓
Suhu Tubuh: 36,7 Flaque rebrosa
C ↓
TD: 130/90 mmHg Lesi komplikata

Nadi: 102 x/m
Aterosklerosis
RR : 30 x/m ↓
Penyempitan/obtruksi arteri
- Skala nyeri : 4
koroner

Penurunan suplai darah ke
miokard

Iskemia

Metabolisme anaerob↑

Asam laktat↑

Nyeri dada

Nyeri

Faktor resiko
2 Ds : ↓ Penurunan curah
- Klien mengeluh Endapan lipoprotan di tunika jantung
lemah intima

Do : Cidera endotel
- TD : 130/90 mmHg ↓
- Kulit dingin Invasi dan akumulasi dari lipid

Flaque rebrosa

33
Lesi komplikata

Aterosklerosis

Penyempitan/obtruksi arteri
koroner

Penurunan suplai darah ke
miokard

Ketidak seimbangan kebutuhan
dengan suplai oksigen

Iskemia

Penurunan kontraksilitas

Penurunan curah jantung

3 Ds : Iskemia Intoleransi aktivitas


- Klien mengeluh ↓
sesak bila bangun Penurunan kontraksilitas
dari tidur ↓
Penurunan curah jantung
Do : ↓
- Klien bedrest Suplai darah ke jaringan tidak
- ADL adekuat
ketergantungan ↓
sedang (9-11) Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Nursalam (2001, hal 35), Diagnosa keperawatan adalah suatu


pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok di mana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti

34
untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah status
kesehatan.
Adapun diagnosa keperawatan pada klien dengan:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d iskemia jaringan jantung atau sumbatan
pada arteri
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraksilitas
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan curah jantung

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan Intervensi Rasional


1 Setelah dilakukan 1. Catat karakteristik nyeri, 1. Variasi penampilan dan
tindakan keperawatan lokasi, intensitas, perilaku klien karena nyeri
selama 3x24 jam lamanya dan terjadi sebuah temuan
diharapkan nyeri penyebarannya pengkajian baru
berkurang atau hilang 2. Ajarkan teknik distraksi 2. Mengalihkan perhatian
Kriteria hasil: relaksasi pasien dari nyeri
1. Tanda vital 3. Control lingkungan yang 3. Pemberian health education
dalam batas dapat mempengaruhi dapat mengurangi tingkat
normal respon ketidaknyamanan kecemasan dan membantu
2. Klien (suhu, ruangan, cahaya, klien membentuk
melaporkan suara) mekanisme koping terhadap
nyeri berkurang 4. Kolaborasi pemberian nyeri
analgetik 4. Pemberian analgetik dapat
5. Pantau perubahan EKG mengurangi nyeri
5. ngetahui kinerja gelombang
listrik jantung
2 Setelah dilakukan 4. Auskultasi nadi apical, 1. Biasanya tejadi takikardi,
tindakan keperawatan kaji frekuensi dan irama untuk mengkompensasi
selama 3x24 jam jantung penurunan kontraktilitas
diharapkan 5. Observasi bunyi jantung jantung
penurunan curah 6. Palpasi nadi perifer 2. S1 dan S2 lemah karena
jantung teratasi 7. Anjurkan posisi semi menurunnya kerja pompa
dengan kriteria hasil: recumbent (semi fowler) S3 sebagai aliran ke dalam
1. frekuensi jantung 8. Kolaborasi pemberian serambi yaitu distensi, S4
meningkat terapi oksigen, obat menunjukkan inkompensasi
2. tidak terjadi diuretic, dan cairan. atau stenosis katup
distensi 3. Untuk mengetahui fungsi
3. akral hangat pompa jantung yang sangat
di[engaruhi oleh CO dan
pengisian jantung

35
4. Memperbaiki insufisiensi
kontraksi jantung dan
menurunkan kebutuhan
oksigen dan penurunan
venous return
5. Membantu proses kimiawi
dalam tubuh
3 Setelah dilakukan 2. Catat frekuensi 1. Kecenderungan
tindakan keperawatan jantung, irama , dan menentukan respons
selama 3x24 jam perubahan tekanan terhadap aktivitas dan dapat
diharapkan klien darah mengindikasikan penurunan
dapat melakukan sebelum/sesudah oksigen
aktifitas mandiri melakukan aktivitas 2. Memenuhi kebutuhan dasar
sebagian dengan sesuai indikasi. klien akan kenyamanan dan
kriteria hasil: 3. Bantu aktivitas pada keindahan
1. Klien dapat dasar nyeri / respon 3. Menurunkan kerja jantung
melakukan ADL hemodinamik dan menurunkan resiko
secara mandiri 4. Batasi pengunjung komplikasi
5. Batasi pengunjung 4. Periode kunjungan yang
6. Motivasi klien untuk tenang bersifat teurapeutik
melakukan aktivitas 5. Meningkatkan toleransi
motoric: duduk, aktivitas secara bertahap.
mika, miki

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DX.KEP JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


1 07.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Jam 12.00
lamanya dan penyebarannya S:
*Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada Klien masih mengeluh nyeri
08.00 sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan berada di skala 5
menyebar hingga ke lengan kiri O:
mengAjarkan teknik distraksi relaksasi Klien tampak gelisah
*Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan Tanda vital: TD: 117/85 N: 90
teknik relaksasi RR: 18 SPO2: 99%
08.30 mengontrol lingkungan yang dapat A: masalah belum teratasi
mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, P:
ruangan, cahaya, suara) Lanjutkan Intervensi
*Hasil: klien tampak gelisah
08.45 Kolaborasi pemberian analgetik
*Hasil: klien tampak gelisah
09.00 memantau perubahan EKG
*Hasil: Sinus Rytme
2 08.15 Auskultasi nadi apical Jam. 12.30
*Hasil: Nadi teraba kuat S:

36
08.30 Observasi bunyi jantung -
*Hasil: bunyi regular (lupdup) O:
08.35 Palpasi nadi perifer Nadi 88x/menit
*hasil: nadi teraba kuat Akral dingin
09.37 Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) Klien tampak gelisah
*Hasil: klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi
10.00 Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat P: Lanjutkan intervensi
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang IVFD
3 10.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan Jam. 13.00
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan S:
aktivitas sesuai indikasi. -
*Hasil: 115/67 O:
11.00 Anjurkan keluarga untuk membatasi ADL klien semuanya dibantu
pengunjung oleh perawat dan keluarga
11.30 *Hasil: keluarga klien mengikuti A: masalah belum teratasi
Motivasi klien untuk melakukan aktivitas P: lanjutkan intervensi
motoric: duduk, mika, miki
*Hasil: klien tampak gelisah
1 07.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Jam 12.00
lamanya dan penyebarannya S:
*Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada Klien masih mengeluh nyeri
08.00 sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan berada di skala 5
menyebar hingga ke lengan kiri O:
mengAjarkan teknik distraksi relaksasi Klien tampak gelisah
*Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan Tanda vital: TD: 117/85 N: 90
teknik relaksasi RR: 18 SPO2: 99%
08.30 mengontrol lingkungan yang dapat A: masalah belum teratasi
mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, P:
ruangan, cahaya, suara) Lanjutkan Intervensi
*Hasil: klien tampak gelisah
08.45 Kolaborasi pemberian analgetik
*Hasil: klien tampak gelisah
09.00 memantau perubahan EKG
*Hasil: Sinus Rytme
2 08.15 Auskultasi nadi apical Jam. 12.30
*Hasil: Nadi teraba kuat S:
08.30 Observasi bunyi jantung -
*Hasil: bunyi regular (lupdup) O:
08.35 Palpasi nadi perifer Nadi 88x/menit
*hasil: nadi teraba kuat Akral dingin
09.37 Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) Klien tampak gelisah
*Hasil: klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi
10.00 Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat P: Lanjutkan intervensi
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang IVFD

37
3 10.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan Jam. 13.00
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan S:
aktivitas sesuai indikasi. -
*Hasil: 115/67 O:
11.00 Anjurkan keluarga untuk membatasi ADL klien semuanya dibantu
pengunjung oleh perawat dan keluarga
11.30 *Hasil: keluarga klien mengikuti A: masalah belum teratasi
Motivasi klien untuk melakukan aktivitas P: lanjutkan intervensi
motoric: duduk, mika, miki
*Hasil: klien tampak gelisah
1 07.00 mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Jam 12.00
lamanya dan penyebarannya S:
*Hasil: klien mengatakan nyeri di bagian dada Klien masih mengeluh nyeri
08.00 sebelah kiri, nyeri dirasakan terus menerus, dan berada di skala 5
menyebar hingga ke lengan kiri O:
mengAjarkan teknik distraksi relaksasi Klien tampak gelisah
*Hasil: Klien tidak dapat mendemonstrasikan Tanda vital: TD: 117/85 N: 90
teknik relaksasi RR: 18 SPO2: 99%
08.30 mengontrol lingkungan yang dapat A: masalah belum teratasi
mempengaruhi respon ketidaknyamanan (suhu, P:
ruangan, cahaya, suara) Lanjutkan Intervensi
*Hasil: klien tampak gelisah
08.45 Kolaborasi pemberian analgetik
*Hasil: klien tampak gelisah
09.00 memantau perubahan EKG
*Hasil: Sinus Rytme
2 08.15 Auskultasi nadi apical Jam. 12.30
*Hasil: Nadi teraba kuat S:
08.30 Observasi bunyi jantung -
*Hasil: bunyi regular (lupdup) O:
08.35 Palpasi nadi perifer Nadi 88x/menit
*hasil: nadi teraba kuat Akral dingin
09.37 Anjurkan posisi semi recumbent (semi fowler) Klien tampak gelisah
*Hasil: klien tampak gelisah A: masalah belum teratasi
10.00 Kolaborasi pemberian terapi oksigen, obat P: Lanjutkan intervensi
diuretic, dan cairan
*Hasil: klien terpasang IVFD
3 10.30 Catat frekuensi jantung, irama , dan perubahan Jam. 13.00
tekanan darah sebelum/sesudah melakukan S:
aktivitas sesuai indikasi. -
*Hasil: 115/67 O:
11.00 Anjurkan keluarga untuk membatasi ADL klien semuanya dibantu
pengunjung oleh perawat dan keluarga
11.30 *Hasil: keluarga klien mengikuti A: masalah belum teratasi
Motivasi klien untuk melakukan aktivitas P: lanjutkan intervensi
motoric: duduk, mika, miki

38
CATATAN PERKEMBANGAN TERINTEGRITAS

Dx.Kep Catatan Perkembangan


1,2,3 S: -
O
- Keadaan umum : lemah
- Masih tampak sesak
- Terdapat suara wheezing di kedua lapang paru
- RR: 28x/menit S: 36,5oC
TD: 117/85mmHg SPO2: 99%
- Terpasang O2 5 liter
- Intake: 345
- Output: 1350 --> 2,4cc/BB/Jam
- Balance: -1005
A: masalah belum teratasi
P: Hentikan Intervensi, klien pindah ruangan

39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah mengemukakan dan memaparkan tentang penerapan asuhan

keperawatan pada Tn.K dengan diagnosa CAD di Raudhah RSU Cut Meutia

kabupaten Aceh Utara selama 3 hari, maka penulis menarik kesimpulan

sebagai berikut :

Penulis dapat menerapkan asuhan keperawatan pada Tn.K dengan diagnosa

CAD di Ruang Raudhah RSU Cut Meutia kabupaten Aceh Utara melalui 5

tahapan, yaitu pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

B. SARAN

Dalam waktu tiga hari penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan

pada Tn.K selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang

dijadikan pertimbangan atau pedoman dalam melakukan proses keperawatan

yaitu:

1. Mahasiswa

Memperdalam penguasaan teori dan praktik, meningkatkan semangat

belajar, dan menumbuhkan solidaritas dan mempertahankan etika

keperawatan. Jadikan kesenjangan antara teori dan kasus pengetahuan

tambahan, pengalaman dan pembelajaran, karena pada kenyataannya tidak

semua yang ada teori, kita temukan pada kasus yang ada.

40
2. Klien dan keluarga

Lebih aktif mencari informasi kesehatan, rutin periksa kesehatan, dan

mengelola pola makan dan aktivitas dengan baik agar tetap memiliki jiwa

yang sehat dan raga yang kuat.

3. Institusi Pendidikan

Meningkatkan sarana prasarana penunjang seperti kepustakaan dan

bimbingan dalam hal belajar mengajar agar tercipta perawat profesional

yang berkualitas.

4. Rumah Sakit

Meningkatkan kerjasama antara tim kesehatan, menyediakan sarana

prasarana penunjang kesehatan dan memberikan kebijakan-kebijakan yang

memberikan keuntungan pada berbagai pihak termasuk tim kesehatan dan

pasien.

41
DAFTAR PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk
in Physical Workers and Managers.

Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung


Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan


Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.

Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit :


Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1.


Jakarta : EGC, 2009.

Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat,


Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati

Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik


dengan Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.

Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan


Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner.

Anda mungkin juga menyukai