Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : FRAKTUR


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan medikal bedah III
Dosen pengampu : Ns. Asep Solihat, S.kep., M.kep

Disusun Oleh:
Nopah : 12210104
Razu Eka Saputri : 12210110
Wafda Sabila Rizqi : 12210133

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
serta karuunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelsaika makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan system
Muskuloskeletal: Fraktur”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam
terang benderang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak dosen yang telah membimbing kami dan tidak lupa teman-teman yang
senantiasa kami banggakan yang semoga kita selalu dalam lindungan Allah serta dapat
berjuang dijalan Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan dalam penulisan makalah pada masa yang akan datang.

Cianjur, 10 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................5
B. Rumusan Masalah....................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Pengertian fraktur....................................................................................................6
1. Klasifikasi frakrur...........................................................................................7
2. Etiologi fraktur ..............................................................................................7
3. Patofisiologi faktur.........................................................................................7
4. Faktor risiko faktur.........................................................................................8
5. Manifestasi klinis..........................................................................................8
6. Komplikasi.....................................................................................................9
7. Pemeriksaan diagnostik .................................................................................10
8. Penatalaksanaan .............................................................................................10
B. Phatwey ..................................................................................................................11
C. Asuhan keperawatan................................................................................................12
BAB III PENUTUPAN......................................................................................................20
A. Kesimpulan..............................................................................................................20
B. Saran........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2014). Dikehidupan sehari hari yang
semakin padat dengan aktifitas masingmasing manusia dan untuk mengejar
perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal musculoskeletal
terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia, tulang membentuk rangka
penujang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk melekatnya otototot yang
menggerakan kerangka tubuh.. namun dari ulah manusia itu sendiri, fungsi tulang dapat
terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap (Mansjoer, 2015)

Fraktur Cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang
biasanya terjadi pada bagian proksimal, diafisis, atau persendian pergelangan kaki. Pada
beberapa rumah sakit kejadien fraktur cruris biasanya banyak terjadi oleh karena itu
peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan trauma musculoskeletal pada
fraktur cruris akan semakin besar sehingga di perlukan pengetahuan mengenai anatomi.
fisiologi, dan patofisiologi tulang normal dan kelainan yang terjadi pada pasien dengan
fraktur cruris (Depkes RI. 2015)

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang
terjadi. 2 Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang.
Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses
degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur
(Depkes RI, 2011).
4
Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu keadaan yang tidak di
inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak. Angka kejadian
kecelakaan lalu lintas di kota Semarang sepanjang tahun 2011 mencapai 217 kasus,
dengan korban meninggal 28 orang, luka berat 40 orang, dan luka ringan sejumlah 480
orang (Polda Jateng, 2011)

Berbagai penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan


yang lainnya karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya
komplikasi yang berlanjut diantaranya syok. sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam
waktu yang lama akan terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan
perdarahan (Price, 2015).

Berbagai tindakan bisa dilakukan di antaranya rekognisi, reduksi, retensi, dan


rehabilitasi. Meskipun demikian masalah pasien fraktur tidak bisa berhenti sampai itu saja
dan akan berlanjut sampai tindakan setelah atau post operasi. Fenomena yang ada di rumah
sakit menunjukan bahwa pasien di rumah sakit mengalami berbagai masalah keperawatan
diantaranya nyeri, kerusakan mobilitas, resiko infeksi. cemas, bahkan gangguan dalam
beribadah. Masalah tersebut harus di antisipasi dan di atasi agar tidak terjadi komplikasi.
Peran perawat sangat penting dalam perawatan pasien pre dan post operasi terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien.

1. Rumusan masalah
a. Bagaimana definisi fraktur ?
b. Sebutkan apa saja klasifikasi fraktur ?
c. Sebutkan apa saja etiologi fraktur ?
d. Bagaimana patofisiologi fraktur?
e. Bagaimana faktor risiko fraktur?
f. Bagaimana manifestasi klinis fraktur?
g. Bagaimana komplikasi fraktur?
h. Bagaimana pemeriksaan diagnostic fraktur?
i. Bagaimana penatalaksanaan pada fraktur?
j. Bagaimana pathway fraktur?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada fraktur?
5
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi fraktur
b. Untuk mengetahui klasifikasi fraktur
c. Untuk mengetahui etiologi fraktur
d. Untuk mengetahui patofisiologi fraktur
e. Untuk mengetahui faktor risiko fraktur
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis fraktur
g. Untuk mengetahui komplikasi fraktur
h. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic fraktur
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada fraktur
j. Untuk mengetahui pathway fraktur
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada fraktur

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Fraktur
1. Definisi fraktur
Fraktur adalah gangguan yang lengkap atau tidak lengkap dalam kontinuitas
stuktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan luasan nya. Fraktur
terjadi Ketika tulang mengalami tekanan yang lebih besar dari pada yang bisa
diterimanya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, kekuatan
penghancur, Gerakan memutar tiba-tiba juga terpengaruh, mengakibatkan edema
jaringan lunak, perdarahan ke otot dan kontraksi otot yang ekstrem. Ketika
tulang rusak, struktur yang berdekatan juga terpengaruh mengakibat kan edema
jaringan lunak perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, pecahnya tendon,
terputusnya saraf dan rusaknya pembuluh darah. Organ tubuh dapat terbukaoleh
kekuatan yang menyebabkan fraktur atau fragmen fraktur (Smeltzer dkk.,2010).
2. Klasifikasi
Secara umum keadaan patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan
sebagai fraktur terbuka, fraktur tertutup, dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur
terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat terbentuk dari dalam maupun luar,
fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang
sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan atau dunia luar, fraktur
dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi seperti
malunion, delayed union, nounion dan infeksi tulang (Bucholz dkk., 2006).
3. Jenis fraktur berdasarkan bentuk dan kaitannya dengan mekanisme trauma :
a. Fraktur transversal
Fraktur dengan garis patah tegak lurus terhadap sumbu Panjang tulang. Jika
segmen patah tulang direposisi atau direduksi Kembali ketempat semula,

7
maka segmen akan setabil dan biasanya akan mudah dikontrol dengan bidat
gips. Fraktur ini terjadi akibat trauma angulasi (langsung).

b. Fraktur oblik
Fraktur dengan garis patah membentuk sudut terghadap tulang. Fraktur ini
jga merupakan akibat dari trauma angulasi.
c. Fraktur spiral
Fraktur dengan arah garis patah berbetuk spiral ini terjadi akibat torsi pada
ekstremitas. Kondisi ini dapat menimbulkan sedikit kerusakan jaringan
lunak dan cenderung dapat sembuh dengan imobilisasi luar.
d. Fraktur kongkresi
Fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumpuk pada tulang ketiga yang
berbeda diantaranya, misalnya satu vertebra dengan vertebra lain. Fratur ini
terjadi karena aksial fleksi yang mendorong tulang ke permukaan lain.
e. Fraktur avulsi
Fraktur yang memisahkan pragmen tulang pada tempat insisi tendon atau
ligament, contohnya fraktur patella. Fraktur ini terjadi karena trauma tarikan
atau teraksi otot pada insersinya pada tulang.

4. Etiologi
a. Penyebab Ekstrinsik
Fraktur dapat terjadi karena adanya trauma langsung maupun trauma
tidak langsung. Trauma adalah penyebabpaling umum patah tulang,
biasanyakarena cedera mobil atau jatuh dari ketinggian. Karena trauma
langsung jarang terjadi dalam jumlah yang dikalibrasi karena tempat
tertentu, fraktur yang dihasilkan jarang diprediksi. Jumlah dan arah gaya
akan berpariasi dari kecelakaan ringan hingga kecelakaan berat. Sebagian
besar patah tulang yang dihasilkan dari trauma langsung adalah comminuted
atau multiple.
Sementara itu, fraktur karena trauma tidak langsung lebih mudah
diprediksi dari pada trauma langsung. Umumnya gaya ditransmisikan ke
tulang dengan cara tertentu dan menyebabkan fraktur terjadi. Selain itu,

8
fraktur juga dapat terjadi akibat adanya gaya lentur, regangan torsional, gaya
kompres, dan gaya geser tulang.
b. Penyebab Intrinsik
Penyebab intrinsik faktur tulang berasal dari daya tahan tulang seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.
5. Patofisiologi
Fraktur bisa terjadi secara terbuka atau tertutup. Fraktur terbuka terjadi
apabila terdapat luka yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan udara
luar atau permukaan kulit, sedangkan fraktur tertutup terjadi apabila kulit yang
menyelubungi tulang tetap utuh. Fraktur terjadi Ketika kekuatan ringan atau
minimal mematahkan area tulang yang dilemahkan oleh gangguan (misalnya,
osteoporosis, kanker, infeksi, dan kista tulang).
6. Faktor Risiko
Sebagai faktor risiko, usia dan jenis kelamin adalah penyebab terbesar patah
tulang. Wanita jauh lebih mungkin mengalami patah tulang daripada pria. Hal
ini karena tulang-tulang Wanita (usia 25-30 tahun) umumnya lebih kecil dan
kurang padat daripada tualng-tulang pria. Selain itu, Wanita kehilangan
kepadatan tulang lebih banyak daripada pria saat mereka menua karena
kehilangan estrogen saat menopause. Pada pria, patah tulang biasanya terjadi
diatas usia 50 tahun.
Berikut beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan risiko fraktur.
a. Merokok merupakan faktor risiko patah tualang karena dampaknya pada
tingkkat hormon. Wanita yang merokok umumnya mengalami menopause
pada usia yang lebih dini.
b. Minum alcohol secara berlebihan dapat memengaruhi struktur dan masa
tulang. Penelitian yang diterbitkan oleh National Institute On Alcohol Abuse
And Alcoholism menunjukan bahwa seseorang yang mengonsumsi alcohol
selama bertahun-tahun akan mengalami kerusakan kualitas tulang dan hal
tersebut dapat meningkatkan resiko keropos tulang dan fraktur potensial.
c. Steroid (Kortikosteroid) sering diresepkan untuk mengobati kondisi
peradangan kronis, seperti rematoid atritis, penyakit radang usus, dan
penyakit paru abstruktif kronik (PPOK). Sayangnya, pengunaannya pada

9
dosis yang tinggi dapat menyebabkan tulang keropos dan patah tulang. Efek
samping yang tidak diinginkan ini tergantung dosis dan secara langsung
berkaitan dengan kemampuan steroid untuk menghambat pembentukan
tulang, mengurangi penyerapan kalsium di saluran pencernaan, dan
meningkatkan kehilangan kalsium melalui urin.
d. Rematoid Artritis merupakan penyakit autoimun yang menyerang sel-sel
dan jaringan sehat disekitar sendi. Akibatnya, peradangan kronis terjadi
pada sendi dan menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kaku. Peradangan ini
seiring waktu dapat menghancurkan jaringan persendian dan bentuk tulang.
e. Gangguan kronis lainnya seperti penyakit celiac, penyakit chrohn, dan
colitis ulserativa sering dikaitkan dengan pengeroposan tulang. Berbagai
kondisi tersebut mengakibatkan kemampuan saluran cerna penderita
berkurang, sehingga kalsium yang berguna untuk mempertahankan kekuatan
tulang tidak dapat terserap dengan baik.
f. Pasien diabetes tipe 1 memiliki kepadatan tulang yang rendah. Onset
diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada masa kanak-kanak Ketika masa tulang
terbentuk. Masalah penglihatan dan kerusakan saraf yang sering menyertai
diabetes dapat berkontribusi pada patah tulang terkait. Pada diabetes tipe 2,
biasanya dengan onset dikemudian hari, penglihatan yang buruk, kerusakan
saraf, dan ketidakaktifan dapat menyebabkan jatuh; meskipun kepadatan
tulang biasanya lebih besar dari pada diabetes tipe 1, kualitas tulang dapat
terpengaruh oleh perubahan metabolic karena kadar gula darah yang tinggi.
7. Manifestasi klinis
a. Nyeri hebat
b. Deformitas, anggota badan terlihat tidak pada tempatnya
c. Pembengkakan, memar, atau nyeri disekitar cedera
d. Matirasa dan kesemutan
e. Masalah pergerakan anggota tubuh

8. Komplikasi
Komplikasi srius fraktur dapat mengancam nyawa atau menyebabkan
disfungsi ekstremitas permanen. Ris iko komplikasi dialami oleh seseorang
dengan fraktur terbuka (yang menjadi predisposisi infeksi) dan praktur yang

10
mengganggu pembuluh darah, perpusi jaringan, dan saraf. Komplikasi akut
(cedera terkait) termasuk hal hal berikut.
a. Pendarahan : perdarahan menyertai semua fraktur (dan cedera jaringan
lunak).
b. Cedera vascular : beberapa fraktur terbuamengganggu pembuluh darah.
Disisi lain, fraktur tertutup, terutama fraktur humerat suprakondilaris
posterior, mengganggu sulai vascular yang cukup dan menyebab kan
iskemia ekstemitas distal.
c. Cedera saraf : saraf mungkin cedera Ketika diregangkan oleh potongan
tulang yang retak, Ketika memar oleh pukulan beda tumpul, atau Ketika
robek karena serpihan tulang yang tajam. Ketika saraf memar (disebut
neurapraxsia), konduksi sarafr terhambat, tetapi saraf tidak robek.
Neurapraxsia menyebabkan deficit motoric dan / atau sensorik
sementara. Ketika saraf hancur (disebut axsonotmesia), akson terluka,
tetapi selubung mieling tidak. Cedera ini lebih parah daripada
neurapraxsia. Tergantung pada tingkat kerusakan, saraf dapat
beregenerasi selam beberapa minggu hingga ber tahun tahun. Biasanya,
saraf robek (disebut neurtmesis) pada fraktur terbuka. Saraf yang robek
tidak sembuh secara sepon tan dan harus diperbaiki dengan pembedahan.
d. Embolopulmonal : penyumbatan pada arteri pulmonalis yang biasanya
terjadi pada pasien dengan praktur panggul dan pinggul
e. Emboli lemak : praktur tulang Panjang (paling sering, fraktur femur).
Dapat menyebabkan robeknya jaringan lemak hingga masuk kedalam
aliran darah danmenyumbat pembuluh darah
f. Sindrom kompartemen : praktur dapat mmemicu pembengakaan pad otot
atau jaringan didalam kompartemen. Pembengkakan ini mengakibatkan
tekanan didalam kompartemen akan meningkat. Setelah beberapa
waktu,aliran darah dan pasokan oksigen akan menurun dan mengakibat
kan kerusakan otot. Jika tidak segera ditangani, kondisi akan
memperburuk pembengkakan dan merusak saraf yang menjadi bagian
dari kompartemem. Otot juga akan rusak dan mengalami kematian
jaringan (nekrosis secara permanen).

11
g. Infeksi : setiap praktur dapat terinfeksi, tetapi risiko tertinggi akan
dialami oleh orang orang yang pernah menjalani pembedahan. Infeksi
akut lebih jauh lagi dapat menyebabkan osteomyelitis, yang akan sult
disembuhkan.
Komplikasi jangka Panjang dari fraktur adalah sebagai berikut
1) Ketidakstabilan sendi : patah tulang dapat menyebab kan
ketidaksetabilan sendi. Ketidak stabilan ini dapat melumpuh kan
dan meningkatkan risiko osteoatritis
2) Kekakuan dan gangguan rentang gerak : fraktur yang meluas
kesendi biasanya mengganggu kartilago articular, menyebabkan
osteatritis, dan merusak Gerakan sendi. Kekakuan akan lebih
terjadi jika sendi membutuh kan imobilisasi yang berkepanjangan.
Lutut,siku, dan bahu sangat rentang terhadap kekakuan traumatis,
terutama padaorang tua.
3) Nonunion : faktor penyebab utamanya termasik imobilisasi tidak
lengkap, gangguan srbagian pasokan vascular, dan paktor pasien
yang merusak penyembuhan (misalnya, penggunaan kortikostiroid
atau hormon tirod).
4) Malunion : malunion adalah sembuhnya tulang tetapi
meninggalkan kelainan bentuk pada tulang.
5) Osteonecrosis : ocneocrosis adalah kematian beberapa bagian
tulang akibat darah yang mengalir kearea tulang terganggu.
6) Osteoarthritis : osteoarthritis adalah keadaan dimana sendi sendi
terasa sakit, kaku, dan bengkak akibat adanya fraktur nbagiantubuh
yang biasanya terserang meliputi tangan, lutut, pinggul dan tulang
punggung.
7) Perbedaan Panjang tungkai : jika praktur pada anak anak melibat
kan lempeng pertumbuhan, pertumbuha anak tersebut data
terpengaruh. Biasanya satu tungkai anak menjadi lebih pendek dari
yang lain. Pada orang dewasa, perbaikan fraktur secara bedah
terutama fraktur femur, dapat menyebab kan perbedaan Panjang
kaki. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan berjalan.

12
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang umum dilakukan pada kasus fraktur adalah:
a. Foto Rontgen (X-Ray) untuk menentukan dan luasnya fraktur.

b. Scan tulang, tomogram, atau CT/MRI Scan untuk memperlihatkan


fraktur secara lebih jelas dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vascular.
d. Hitung darah lengkap. Hemokonsentrasi mungkin meningkat atau
menurun pada perdarahan. Selain itu, peningkatan leukosit mungkin
terjadi sebagai respon terhadap peradangan.
e. Retinin. Trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi. Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi, atau cedera organ hati.
10. Penatalaksanaan
a. Reduksi
Tujuan dari reduksi adalah untuk mengembalikan Panjang dan
kesejajaran garis tulang yang dapat dicapai dengan reduksi tertutup atau
reduksi terbuka. Reduksi tertutup dilakukan dengan traksi manual atau
mekanis untuk menarik fraktur kemudian memanipulasinya untuk
mengembalikan kesejajaran garis normal. Jika reduksi tertutup gagal atau
kurang memuaskan, maka bisa dilakukan reduksi terbuka.
Reduksi terbuka dilakukan dengan menggunakan alat fiksasi internal
untuk mempertahankan posisi sampai penyembuhan tulang menjadi
solid. Alat fiksasi internal tersebut antara lain pen, kawat, skrup, dan plat.
Alat-alat tersebut dimasukan kedalam fraktur melalui pembedahan open
reduction internal ficsation (ORIF). Pembedahan terbuka ini akan
mengimobilisasikan fraktur hingga bagian tulang yang patah dapat
tersambung Kembali.
b. Retensi
Imobilisasi fraktur bertujuan untuk mencegah pergeseran fragmen dan
mencegah pergerakan yang dapat mengancam penyatuan. Pemasangan

13
plat atau teraksi dimaksudkan untuk mempertahankan reduksi
ekstremitas yang mengalami fraktur.
c. Rehabilitasi
Mengembalikan aktifitas fungsional seoptimal mungkin

B. Pathway Fraktur

Terauma langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologi

Fraktur Pergeseran Fragmen


Tulang

Diskontinuitas Tulang
Terputusnya
Perubahan Jaringan Sekitar Kontinuitas Jaringan

Pergerakan Fragmen Laserasi kulit : Spasme Otot


Tulang Putus
vena/arteri Menekan Saraf
Peningkatan Perasa Nyeri
Deformitas Tekanan
Kapiler
Kerusakan Pendarahan
Gangguan Integritas Kulit
Fungsi Stimulasi
Pelepasan Neurotransmitter
Kehilangan Volume Histamin Nyeri
Hambatan Cairan
Mobilitas Fisik
Protein
Pelepasan Mediator
Hipovolemia plasma Hilang
Gangguan Prostaglandia
Mobilitas Fisik
Edema
Respons Nyeri Hebat
dan Akut
Penekanan
Pembuluh Darah
Nyeri Akut

Penurunan
Perfusi jaringan

Perfusi Perifer
14 tidak efektif
C. Asuhan Keperawatan Faktur
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Pasien tidak dapat melakukan pergerakan, merasakan nyeri pada area fraktur, rasa
lemah dan tidak bisa melakukan aktifitas.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kapan pasien mengalami fraktur, bagaimana terjadinya dan bagian tubuh mana yang
terkena.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit tertentu yang dapat mempengaruhi
penyakit sekarang.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah keluarga pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin akan
mempengaruhi kondisi kesehatan sekarang.
f. Keadaan Tempat Tinggal
g. Status Psikologis
Konsep diri pasien imobilisasi mungkin terganggu, oleh karena itu kaji gambaran
ideal diri, harga diri dan identitas diri serta interaksi pasien dengan anggota
keluarga maupun dengan lingkungan tempat tinggal.
h. Status Sosial
i. Status Spiritual
j. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan saat ini
a) Pola nutrisi
b) Pola eliminasi
c) Pola aktivitas dan latihan
d) Oksigenasi
e) Pola tidur dan istirahat
k. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pasien imobilisasi biasanya mengalami kelemahan, kurangnya kebersihan diri dan
penurunan berat badan
2) Pemeriksaan Head to Toe
(a) Inspeksi
Pada tahap ini perawat melakukan inspel\ksi pada lokasi
fraktur terhadap warna dan perfusi area fraktur, penilaian
luka (lokasi, ukuran, perdarahan, tanda radang, bone
expose, skin loss, skin coverage), deformitas

15
(angulasi/pemendekan), dan pembengkakan.
(b) Palpasi
Dilakukan untuk menilai neurovaskularisasi distal dari
daerah fraktur dan memeriksa funsi sensorik, nyeri tekan,
suhu, serta krepitasi.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Foto Rontgen (X-Ray)
b) Scan tulang, tomogram, atau CT/MRI Scan
c) Arteriogram
d) Hitung darah lengkap
e) Retinin
2. Diagnosa Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah : SDKI)
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri (dibagian kaki), tampak meringis kesakitan dan napsu makan
berubah (D.0077)
b. Perfusi perifer tidak epektif berhubungan dengan penurunan arteri dan / atau vena
ditandai dengan adanya edema,warna kulit pucat, turgor kulit menurun dan
pengisian kapiler > 3 detik (D.0009)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang/ganguan muskuloskeletal ditandai dengan mengeluh sulit menggerakan
ekstremitas, kekuatan otot menurun dan rentang gerak (ROM) menurun.
(D.0052)
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun dan pengisian vena menurun.
(D.0023)
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan,
penurunan mobilitas ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit,
perdarahan dan kemerahan. (D.0129)
3. Intervensi Keperawatan (Berdasarkan Prioritas Masalah : SIKI & SLKI)
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri (dibagian kaki), tanpak meringis kesakitan dan nafsu
makan berubah (D.0077)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Nyeri
berkurang/hilang.
2) Kriteria Hasil (L.08066)
a) Pasien menyatakan nyeri hilang
b) Pasien menunjukan sikap rileks/tidak meringis
c) Pasien mengatakan nafsu makan membaik
d) Pasien menunjukan keterampilan penggunaan relaksasi dan aktifitas
terapetik sesuai indikasi untuk situasi individu.
3) Intervensi (I. 14518)
a) Kaji tingkat nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, skala, lokasi,
kedalaman, karakteristik serta intensitas
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c) Berikan teknis nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Terapi musik, kompres hangat, terapi bermain dll).
d) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu

16
ruangan, kebisingan, pencahatyaan dll).
e) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
f) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
g) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak epektif berhubungan dengan penurunan arteri dan / atau vena
ditandai dengan adanya edema, warna kulit pucat, akral teraba dingin dan pengisian
kapiler > 3 detik. (D.0009)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer tidak
efektif membaik dengan,
2) Kriteria Hasil (L.02011)
a) Pengisian kapiler membaik
b) Turgor kulit membaik
c) Edema perifer menurun/hilang
d) Tekanan darah membaik
e) Tekanan arteri rata-rata membaik
3) Intervensi (I. 02079)
a) Periksa saluran sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
pengisian kapiler, warna, suhu)
b) Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok,
lansia, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi)
c) Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah diarea
keterbatasan perfusi
d) Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera
e) Anjurkan berolahraga rutin
f) Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang/ganguan muskuloskeletal ditandai dengan mengeluh sulit
menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun dan rentang gerak (ROM)
menurun. (D.0052)
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan
mobilitas fisik terpenuhi
2) Kriteria Hasil (L.05042)
a) Pegerakan ekstermitas pasien meningkat
b) Kekuatan otot meningkat
c) Rentang gerak (ROM) meningkat
d) Gerakan terbatas menurun
3) Intervensi (I. 05173)
a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
c) Monitor frekuensi jantng dan tekanan darah sebelum melakukan
mobilisasi
d) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
e) Fasilitasi aktivitas mobilisasi (mis. Pagar/ tempat tidur)
f) Ajarkan mobilisasi sederhana (mis. Duduk ditempat tidur, duduk
disisi tempat tidur, pindah dari tempat tidurke kursi)
17
d. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
tekanan darah menurun, turgor kulit menurun dan pengisian vena menurun.
(D.0023)
1) Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan hipovolemia
membaik dengan,
2) Kriteria Hasil (L.03028)
a) Turgor kulit meningkat
b) Pengisian vena meningkat
c) Tekanan darah membaik
d) Memberan mukosa membaik
e) Edema perifer menurun
3) Interpensi (I. 02050)
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi nafas)
b) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
c) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
d) Periksa tingkat kesadran dan respons pupil
e) Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap adanya DOTS
(deformity/deformitas, open wound/luka terbuka, terdeness/nyeri
tekan, swelling/bengkak)
f) Pertahankan jalan nafas pasien
g) Periksa intubasi dan ventilasi mekasnis
h) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen ¿ 94%
i) Kolaborasi pemberian infus
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekurangan volume cairan,
penurunan mobilitas ditandai dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit,
perdarahan dan kemerahan. (D.0129)
1) Tujuan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan integritas kulit
membaik dengan
2) Kriteria Hasil (L.14125)
a) Perfusi jaringan meningkat
b) Kerusakan jaringan menurun
c) Kerusakan jaringan kulit menuruun
d) Nyeri menurun
e) Perdarahan menurun
f) Kemerahan menurun
3) Interpensi (I. 11353)
a) Identifikasi penyebab gangguan penyebab integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kelembapan, suhu lingkungan ekstrim, penurunan mobilitas)
b) Ubah posisi setiap 2 jam sekali jika tirah baring
c) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu
d) Anjurkan menggunakan pelembab jika perlu
e) Anjurkan asupan nutrisi yang cukup
4. Implementasi
Perawat melaksanakan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam
tahap perencanaan lalu mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
18
keperawatan dan respon klien terhadap tindakan yang diberikan. Implementasi
keperawatan berdasarkan intervensi utama yang digunakan untuk pasien dengan risiko
ketidakstabilan kadar glukosa darah, deficit nutrisi, dan intoleransi aktivitas berdasarkan
dengan standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI).
5. Evaluasi
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah diterapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi
telah teratasi seluruhnya, teratasi sebagian, atau belum teratasi semuanya (Debora,
2013).

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Fraktur adalah gangguan yang lengkap atau tidak lengkap dalam kontinuitas
stuktur tulang dan didefinisikan sesuai dengan jenis dan luasan nya. Fraktur terjadi
Ketika tulang mengalami tekanan yang lebih besar dari pada yang bisa diterimanya.
Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, kekuatan penghancur, Gerakan
memutar tiba-jtiba juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan
lunak,perdarahan ke otot dan kontraksi otot yang ekstrem. Secara umum keadaan
patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur
tertutup, dan fraktur dengan komplikasi.
Sebagai faktor risiko, usia dan jenis kelamin adalah penyebab terbesar patah tulang.
Wanita jauh lebih mungkin mengalami patah tulang daripada pria. Komplikasi srius
fraktur dapat mengancam nyawa atau menyebabkan disfungsi ekstremitas permanen.
Risiko komplikasi dialami oleh seseorang dengan fraktur terbuka. Dengan
penatalaksanaan reduksi, retensi dan rehabilitasi.
B. Saran
Sebagai penyusun, kami mengaharapkan saran dan kritik dari para pembaca kami
menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekuranngannya
maka kami berterimakasih apabila para pembaca memberikan saran dan kritiknya
dan semoga makalah yang kami buat bisa menambah ilmu bagi para pembaca
sekalian, sekian dan terimakasih.

19
DAFTAR FUSTAKA
Haryono Rudi Dkk. 2022. Keperawatan Medikal Bedah 2. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Tim Pokja. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.
.................. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.
.................. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI. Jakarta Selatan.

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai