Anda di halaman 1dari 21

A.

Konsep Teoritis
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya
sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak,
karena otot rahimnya dominan. (Menurut Manuaba, 2011). Mioma uteri adalah
tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda otot rahim, yang
mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen sehingga terus
bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor jinak otot rahim
sebagian besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat wanita masih
menstruasi(Menurut Manuaba, 2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif
(Anwar, dkk, 2011)
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Mansjoer, 2001) Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya. Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah
suatu pertumbuhan jinak dari otot – otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai
jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis
tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai
ukuran basar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi
terutama pada usia 35 tahun.
Sedangkan miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika
diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan.
Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh
keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi
berkisar ± 30% sampai 50%. (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri antara lain :
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkanhaid).
b. Hormon Endogen (endogenoushormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
c. Riwayatkeluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan miomauteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor
pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan primipara.
Faktor terbentuknya tumor:
a. Faktorinternal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel- sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika
yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara,
tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama,
karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal
dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal
dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa,
yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
3. KlasifikasiMioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana
mioma tumbuh.
a. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
1) Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga
akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang
terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhanmiksi.
2) Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma
inibertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh
keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma
subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering parasitisfibroid.
3) Mioma UteriSubmukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma
geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama
mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani,2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar
dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007)
6. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan komplikasi yang terjadi gejala yang mungkin timbul diantaranya :
a. Perdarahan abnormal, berupa, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor menyebabkan perdarahan antara lain :
1) Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
anta
5) serabut miometrium
b. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma,
c. yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
d. Pembesaran perut bagian ba!ah
e. Uterus membesar merata
f. Infertilitas
g. Perdarahan setelah bersenggama
h. Dismenore
i. Abortus berulang
j. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul
(Chelmow, 2005).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri antara lain :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT Scan)
ataupun Magnetic Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan tersebut
biayanya lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO) dan Intra Vena Pielografi (IVP),
pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografidan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin,karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atauoleh karena adanya suatu miomauteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
8. Penanganan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-
kelompok berikut :
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah
sebagaiberikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hbmenurun.
c. Pemberian zatbesi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid
asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12minggu.
b. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-halberikut.
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14minggu.
2) Pertumbuhan tumorcepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dantorsi.
4) Dapat mempersulit kehamilanberikutnya.
5) Hiperminorea pada miomasubmukosa.
6) Penekanan organ padasekitarnya.
c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkahberikut :
1) Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit
dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus
atau sangat dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
2) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG),
kriteria preoperasi adalah sebagaiberikut :
 Kegagalan untuk hamil atau keguguranberulang.
 Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatastegas.
 Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidakditemukan.
3) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan
pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.

a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat


teraba dari luar dan dikelukan olehpasien.
b. Perdarahan uterusberlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangandarah.
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu :
a. Degenerasi ganas
b. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopouse.
c. Torsi (putaran tangkai)
d. Sarangmioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut.
10. Prognosis
Prognosis mioma uteri ditentukan oleh jumlah, tipe, ukuran, dan lokasi mioma.
Tata laksana dan penanganan yang dipilih juga berpengaruh pada prognosis
mioma uteri. Selain itu, mioma uteri dapat menimbulkan berbagai komplikasi
yang juga berkaitan dengan prognosis bagi pasien tersebut.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien MiomaUteri
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan,alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan
dengan keluarga, pekerjaan,alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya
timbul benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama. Kadang-kadang
disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan
pengkajian, seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan
organ. Rasa nyeri setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada
rasa nyeri adalah lokasi nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis
pengobatan yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan
penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan
riwayat kehamilan dan riwayat persalinan dahulu, penggunaan alat
kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit
kelainan darah dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit
mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu
diketahui adalah :
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab
mioma uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan
mengalami atrofi pada masa menopause.
b. Riwayat kehamilan danpersalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktor-
faktor budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang
dimiliki pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan
perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien miomauteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan
hubungan terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis
kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan
diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan oranglain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan
yang terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan
bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, danbermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktutidur.
h. PemeriksaanFisik
1) KeadaanUmum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu,pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head totoe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan
rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola matasimetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konkanasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihatkebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesarantonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler
dan sirkulasi, ketiak danabdomen.
h) Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol,
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien miomauteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi,
perdarahan diluar siklusmenstruasi.
2. Diagnosa
1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pendarahan dan
muntah.
2. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau tindakan
operasi.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan inkontinitus
jaringan sekunder.
4. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca operasi.
5. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah
operasi.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
7. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
distress emosional, ketetihan, control nyeri buruk
3. Intervensi
1. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan pendarahan dan
muntah.
Tujuan :
- Keseimbangan cairan yang adekuat
- Turgor kulit baik
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan keseimbangan cairan dengan parameter individual yang tepat,
misal : membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat,
tanda vital stabil.
a. Intervensi : Hitung balance cairan
Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi pasien
b. Intervensi : Pantau tanda – tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
c. Intervensi : Kolaborasi pemberian cairan parenteral Rasional : Untuk
meminimalkan tingkat dehidrasi pasien
d. Intervensi : Berikan anti ametik sesuai kebutuhan Rasional : Untuk
meminimalkan iritasi pada lambung
1. Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan.
Tujuan :
- Pasien paham terhadap proses penyakit atau operasi dan harapan operasi.
- Cemas berkurang.
Kriteria Hasil :
- Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai.
Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi
- Menunjukkan strategi koping efektif/ketrampilan pemecahan masalah.
a) Intervensi : Kaji ulang tingkat pemahaman pasien.
Rasional : Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan
pengetahuan masalah.
b) Intervensi : Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran sesuai
keadaan.
Rasional : Untuk mengetahui sumber teori.
c) Intervensi : Pengajaran pra operasi secara individu tentang
pembatasan dan prosedur pra operasi.
Rasional : Untuk memberikan gambaran kepada pasien
d) Intervensi : Informasi kepada pasien keluarga atau orang
dekat tentang rencana prosedur tindakan.
Rasional : Meminimalkan tingkat kecemasan keluarga.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan inkontinitus
jaringan sekunder.
Tujuan :
- Ekpresi wajah pasien rilek.
- Mengungkapkan penurunan nyeri. Kriteria Hasil :
- Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang / terkontrol
- Mendemonstrasikan pengguanaan teknik relaksasi
- Menunjukkan penurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak.
a) Intervensi : Kaji tingkat nyeri klien, perhatikan lokasi, lamanya dan
intensitas nyeri
Rasional : Untuk mengetahui skala nyeri dengan pengkajian
PQRST.
b) Intervensi : Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti
nyeri sesuai indikasi (analgetik).
Rasional : Analgetik dapat mencegah atau mengurangi intensitas
nyeri.
c) Intervensi : Berikan posisi dan tindakan kenyamanan dasar
(reposisi, gosok punggung dan aktivitas hiburan) pada klien.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.
d) Intervensi : Ajarkan teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam
dan hembuskan lewat mulut secara pelan – pelan sampai pasien
tenang. Rasional : Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi
secara aktif dan meningkatkan control.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidaknyamanan pasca operasi.
Tujuan : Bunyi nafas normal, nafas tidak koping hidung, tidak terjadi
Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernafasan normal / efektif,
bebas sianosis, dengan GDA dalam batas normal
pasien.
a) Intervensi : Atur posisi kepala ekstensi atau sesuai sesuai
kebutuhan untuk mempertahankan ventilasi.
Rasional : Untuk melancar jalan nafas.
b) Intervensi : Bantuan untuk merubah posisi bentuk dan nafas dalam.
Rasional : Untuk mengefektifan jalan nafas.
c) Intervensi : Kaji ada hipoksia.
Rasional : Untuk mengurangi terjadinya henti nafas.
d) Intervensi : Monitor respiration rate.
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan jalan nafas.
4. Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan pembatasan aktivitas setelah
operasi.

Tujuan :
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
a) Intervensi : Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien.
b) Intervensi : Bantu pasien untuk ambulasi dini dan
tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas.
c) Intervensi : Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Rasioanal : Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
Tujuan :
- Penyembuhan luka tepat waktu.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Kriteria Hasil :
- Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko
infeksi.
- Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman.
a) Intervensi : Monitor luka operasi.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.

b) Intervensi : Rawat luka sesuai prinsip.


Rasional : Untuk mengurangi resiko infeksi.
c) Intervensi : pertahankan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
Rasional : Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit.
d) Intervensi : Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e) Intervensi : Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi.
6. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Distress emosional, ketetihan, control nyeri buruk
Tujuan :
- Pola nutrisi terpenuhi (porsi yang disediakan habis) KH :
- Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan adekuat
- Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan atau
meningkatkan masukan diet.
a) Intervensi : Pantau masukan makanan setiap hari Rasioanal :
Mengindetifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
b) Intervensi : Ukur tinggi berat badan, dan kelembaban lipatan kulit
trisep (atau pengukuran antropometri lain sesuai indikasi)
Rasional : Membantu dalam indetifikasi malnutrisi protein – kalori,
khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometri kurang dari
normal
c) Intervensi : Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya
nutrisi dengan masukan cairan adekuat
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
(untuk menghilangkan produk sisa)

Anda mungkin juga menyukai