Konsep Teoritis
1. Definisi
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul
yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan ikatnya
sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikatnya dominan dan lunak,
karena otot rahimnya dominan. (Menurut Manuaba, 2011). Mioma uteri adalah
tumor jinak rahim ini sebagian besar berasal dari sel muda otot rahim, yang
mendapat rangsangan terus menerus dari hormon estrogen sehingga terus
bertumbuh dan bertambah menjadi besar. Oleh karena itu tumor jinak otot rahim
sebagian besar terjadi pada masa reproduktif aktif, yaitu saat wanita masih
menstruasi(Menurut Manuaba, 2012).
Mioma uteri adalah tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot polos
rahim. Mioma uteri terjadi pada 20% - 25% perempuan di usia reproduktif
(Anwar, dkk, 2011)
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat sehingga disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid.
(Mansjoer, 2001) Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya. Dari berbagai pengertian dapat disimpulkan bahwa Mioma Uteri adalah
suatu pertumbuhan jinak dari otot – otot polos, tumor jinak otot rahim, disertai
jaringan ikat, neoplasma yang berasal dari otot uterus yang merupakan jenis
tumor uterus yang paling sering, dapat bersifat tunggal, ganda, dapat mencapai
ukuran basar, biasanya mioma uteri banyak terdapat pada wanita usia reproduksi
terutama pada usia 35 tahun.
Sedangkan miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa
pengangkutan uterus, miomektomi dilakukan dengan pertimbangan jika
diharapkan pada proses selanjutnya penderita masih menginginkan keturunan.
Apabila miomektomi dikerjakan karena alasan keinginan memperoleh
keturunan, maka kemungkinan akan terjadinya kehamilan setelah miomektomi
berkisar ± 30% sampai 50%. (Sarwono, 2005)
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri antara lain :
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan
sebelum menarche (sebelum mendapatkanhaid).
b. Hormon Endogen (endogenoushormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
c. Riwayatkeluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan miomauteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini
mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan
mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain.
Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor
pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan
wanita yang mempunyai riwayat melahirkan primipara.
Faktor terbentuknya tumor:
a. Faktorinternal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel- sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika
yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara,
tidak serta merta semua anak gadisnya akan mengalami hal yang sama,
karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal
dan 85%, disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia
yang ditambahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal
dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah
reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa,
yaitu HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
3. KlasifikasiMioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana
mioma tumbuh.
a. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
1) Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga
akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang
terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat
menimbulkan keluhanmiksi.
2) Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma
inibertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh
keluar dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma
subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari
uterus sehingga disebut wandering parasitisfibroid.
3) Mioma UteriSubmukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,
kemudian di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma
geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa
walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma
submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah
jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama
mioma geburt atau mioma yang dilahirkan.
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani,2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih,
padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan
gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi
umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar
dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar dari pada
ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam miometrium, sementara
yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat
dibawah serosa (subserosa). Terakhir membentuk tangkai, bahkan
kemudian melekat ke organ disekitarnya, dari mana tumor tersebut
mendapat pasokan darah dan kemudian membebaskan diri dari uterus
untuk menjadi leimioma “parasitik”. Neoplasma yang berukuran besar
memperlihatkan fokus nekrosis iskemik disertai daerah perdarahan dan
perlunakan kistik, dan setelah menopause tumor menjadi padat
kolagenosa, bahkan mengalami kalsifikasi (Robbins, 2007)
6. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan komplikasi yang terjadi gejala yang mungkin timbul diantaranya :
a. Perdarahan abnormal, berupa, menoragia dan metroragia.
Faktor-faktor menyebabkan perdarahan antara lain :
1) Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di
anta
5) serabut miometrium
b. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma,
c. yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
d. Pembesaran perut bagian ba!ah
e. Uterus membesar merata
f. Infertilitas
g. Perdarahan setelah bersenggama
h. Dismenore
i. Abortus berulang
j. Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul
(Chelmow, 2005).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri antara lain :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma
juga dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT Scan)
ataupun Magnetic Resonance Image (MRI), tetapi kedua pemeriksaan tersebut
biayanya lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO) dan Intra Vena Pielografi (IVP),
pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai
fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
c. Histerografidan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium : hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin,karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atauoleh karena adanya suatu miomauteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.
8. Penanganan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan
ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-
kelompok berikut :
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra
dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah
sebagaiberikut :
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hbmenurun.
c. Pemberian zatbesi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid
asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap
minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor
dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan
menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa ditemukan pada
periode postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran
tumor diobsevasi dalam 12minggu.
b. Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-halberikut.
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14minggu.
2) Pertumbuhan tumorcepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dantorsi.
4) Dapat mempersulit kehamilanberikutnya.
5) Hiperminorea pada miomasubmukosa.
6) Penekanan organ padasekitarnya.
c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa
langkah-langkahberikut :
1) Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan
terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan
dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi
pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit
dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus
atau sangat dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
2) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG),
kriteria preoperasi adalah sebagaiberikut :
Kegagalan untuk hamil atau keguguranberulang.
Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatastegas.
Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidakditemukan.
3) Histeroktomi
Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan
pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah
bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
Tujuan :
- Melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
- Kebutuhan tubuh pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi
perawatan diri sendiri.
- Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur,
dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
a) Intervensi : Pantau aktivitas yang dapat dilakukan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kelemahan pasien.
b) Intervensi : Bantu pasien untuk ambulasi dini dan
tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas.
c) Intervensi : Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Rasioanal : Untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan
operasi.
Tujuan :
- Penyembuhan luka tepat waktu.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Kriteria Hasil :
- Dapat mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan risiko
infeksi.
- Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
lingkungan yang nyaman.
a) Intervensi : Monitor luka operasi.
Rasional : Untuk mengetahui keadaan luka pada pasien.