Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KANKER SERVIKS

KELOMPOK 2 :

1. Tuti Wahyuni
2. Vebriyana Riski Meturan
3. Wahyuddin
4. Widya Ade Iriani
5. Nur Arifah Alimuddin
6. Satriani
7. St. Mutiara Ahmad

PROGRAM STUDI S1 ILMU


KEPERAWATAN STIKES NANI
HASANUDDIN
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP) KANKER SERVIKS

Topik : Kanker Serviks

Sub Topik : Bahaya Kanker Serviks pada perempuan

Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS)

Hari dan tgl : Sabtu, 28 Oktober 2023

Pemateri : Kelompok 4

A. Analisis data
Sesuai data 3 tahun terakhir (2021, 2022, 2023) dari Puskesmas A jumlah pasien kanker serviks
mengalami kenaikan, dimana tahun 2021 berjumlah 5 kasus, tahun 2022 berjumlah 8 kasus, dan
tahun 2023 berjumlah 14 kasus.
Dari hasil data yang didapatkan maka kami memutuskan untuk melakukan penyuluhan terkait
kanker serviks di wilayah kerja Puskesmas A.
B. Karateristik repsonden
 Umur : 15 - 50 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Pelajar, IRT, Kader, dan Aparat Desa
 Tingkat Pengetahuan : kebanyakan sasaran belum mengetahui kanker serviks
C. Tujuan
Tujuan Umum
 Untuk mengetahui kanker serviks pada perempuan.
Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
 Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
 Untuk mengetahui faktor risiko kanker serviks
 Untuk mengetahui gejala dan tanda kanker serviks
 Untuk mengetahui skrining dan macam deteksi kanker serviks
 Untuk mengetahui stadium kanker serviks
 Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
 Untuk mengetahui skrining dan macam deteksi kanker serviks
D. Materi
Terlampir
E. Metode
Ceramah dan tanya jawab
F. Media
Pamfleat
G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan penyuluhan


1 5 menit 1. Memberikan salam
Pembukanaan 2. Perkenalan
3. Menyebutkan materi
2 10-15 menit Pemberian materi :
1. Menggali pengetahuan peserta tentang kanker serviks
2. Menjelaskan tentang pengertian kanker serviks
3. Menyebutkan penyebab kanker serviks
4. Menyebutkan tanda dan gejala kanker serviks
5. Menjelaskan tentang deteksi dini kanker serviks
6. Menjelaskan tentang stadium kanker serviks
7. Menjelaskan yang harus dilakukan/penatalaksanaan
kanker serviks
8. Menjelaskan tentang pencegahan kanker serviks
3 5-10 menit Tanya jawab
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya
tentang materi yang kurang dipahami
4 5 Menit Penutup
Penutup 1. Menjelaskan kesimpulan dari materi
penyuluhan
2. Ucapan terima kasih
3. Salam penutup
MATERI
PENYULUHAN
KANKER SERVIKS

A. BAB I Pendahuluan
1. Latar belakang
Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan Kanker
Indonesia setelah kanker payudara. Menurut Global Cancer Observatory 2020 terjadi sekitar
341.831kematian akibat kanker serviks. Menurut WHO, sekitar 490.000 perempuan didunia
setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di Negara Berkembang
termasuk Indonesia. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1
orang perempuan karena kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul 40-
45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang perempuan
meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan 600-750 orang
perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan,
sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks datang ketempat
pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker tersebut sudah
menyebar ke organ- organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya pengobatan semakin mahal
dan angka kematian semakin tinggi. Disisi lain kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang kanker termasuk faktorfaktor risiko dan upaya pencegahannya masih kurang.
Padahal 90-95 % faktor risiko terkena kanker berhubungan dengan perilaku dan lingkungan.
Karena itu perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan untuk
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks.
2. Tujuan
Tujuan Umum
 Untuk mengetahui kanker serviks pada perempuan.
Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
 Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
 Untuk mengetahui faktor risiko kanker serviks
 Untuk mengetahui gejala dan tanda kanker serviks
 Untuk mengetahui skrining dan macam deteksi kanker serviks
 Untuk mengetahui stadium kanker serviks
 Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
 Untuk mengetahui skrining dan macam deteksi kanker serviks
B. BAB II Tinjauan Pustaka
1. Pengertian
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat
diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang lainnya.
Perbedaan sel kanker dengan sel normal terletak pada sifat sel kanker yang tidak pernah
berhenti membelah.
Kanker serviks adalah kanker yang menyerang leher rahim, maksudnya kanker yaitu tumor
ganas dan terjadi di serviks, sedangkan serviks sendiri adalah bagian dari uterus yang
menonjol ke vagina. Kanker serviks berkembang ketika sel yang abnormal dalam serviks
mulai membelah diri tanpa terkendali (Faizah, 2010). Sedangkan menurut Samadi (2011)
kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim,
khususnya berasal dari lapisan terluar serviks Kanker serviks merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus onkogenik, mempunyai presentase
yang cukup tinggi dalam menyebabkan kanker serviks, yaitu sekitar 99,7%. Kanker serviks
adalah salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada kaum wanita (Adi, 2012)
2. Etiologi
Pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang
dengan kecepatan yang teratur. Sel kanker tumbuh dan bertambah banyak tanpa control dan
mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor).
Sel kanker menginvasi jaringan sekitar dan dapat berkembang dan tersebar di tempat lain di
dalam tubuh (metastasis). Penyebab langsung dari karsinoma serviks belum diketahui.
Faktor ekstrinsik yang diduga berhubungan dengan insiden karsinoma serviks adalah infeksi
virus Huma Papilloma Virus (HPV). Lebih dari 95 % kanker serviks berkaitan erat dengan
infeksi HPV ditularkan melalui aktivitas seksual. HPV tipe resiko rendah (tipe 6 & 11)
hampir tak berisiko menjadi Ca Serviks, tapi menimbulkan genital warts. Infeksi tipe risiko
tinggi (tipe 16 & 18) mengarah pada Ca Serviks (Hartono, 2000).
3. Patofisilogis
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe onkogenik
(yang berpotensi menyebabkan kanker). Telah terbukati virus HPV telah menginfeksi dan
menyebabkan kanker serviks dengan prevalensi di dunia sebesar 99,7%. Infeksi HPV terjadi
setelah wanita melakukan hubungan seksual. Sudah banyak virus HPV ini menyerang
wanita dengan prevalensi 80% dari wanita yang terinfeksi sebelum usia 50 tahun. Sebagian
infeksi HPV bersifat hilang timbul, oleh karena itu banyak wanita yang tidak menyadarinya
dan menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi prakanker. Tetapi tidak semua virus
HPV berkembang menjadi kanker serviks. Sebagian besar virus HPV (sekitar 50-70%) akan
menghilang melalui respon imun alamiah setelah melalui masa beberapa bulan hingga dua
tahun.
Diperkirakan bahwa setiap satu juta wanita yang terinfeksi HPV tipe onkogenik, hampir
10% (sekitar 100.000) akan mengalami perubahan sel serviks prakanker (dysplasia serviks).
Dari angka tersebut, sekitar 8% (sekitar 8.000) akan mengalami perubahan prakanker pada
sel-sel yang terdapat permukaan serviks (carcinoma in situ), dan sekitar 20% (sekitar 1.600)
akan terus berkembang menjadii kanker serviks jika terus dibiarkan tanpa ada tindakan
pengobatan. Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik akan mejadi kanker serviks jika
infeksi ini menetap di beberapa sel yang terdapat di serviks (sel epitel pipih atau lonjong di
zona transformasi serviks). Sel-sel ini sangat rentan terhadap infeksi HPV, dan jika sel ini
telah terinfeksi maka ia akan berkembang melampui batas wajar atau abnormal dan akan
mengubah susunan sel di dalam serviks. Perkembangan sel abnormal pada epitel serviks
dapat berkembang menjadi prakanker yang disebut Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN).
Jika memperhatikan infeksi HPV onkogenik ini secara persisten, maka akan ditemukan tiga
pola utama pada prakanker dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel-sel
abnormal hingga dapat berlanjut menjadi intraepithelial neoplasia dan pada akhirnya
menjadi kanker serviks. Dari serviks HPV sampai terjadinya kanker ini memerlukan waktu
cukup lama, sekitar 20 tahun. Tahapan perkembangan sel-sel abnormal hingga menjadi
kanker serviks adalah, sebagai berikut :
1. Cervical Intraepithelial Neoplasia I (CIN I) atau Grade Squamous Intraepithelial Lesions
(GSILs). Dalam tahap ini, terjadi perubahan yaitu sel yang terinfeksi HPV onkogenik
akan membuat partikel-partikel virus baru.
2. Cervical Intraepithelial Neoplasia II (CIN II) atau High Grade Squmous Intraepithelial
Lesions (HSILs). Dalam tahap ini, sel-sel semakin menunjukan gejala abnormal
prakanker.
3. Cervical Intraepithelial Neoplasia III (CIN III). Dalam tahap ini, lapisan permukaan
serviks dipenuhi dengan sel-sel abnormal dan semakin menjadi abnormal.
4. Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat berkembang atau menunjukan kehadiran
lesi prakanker, seperti CIN I, CIN II, CIN III dan Carcinoma In Situ (CIS).
5. Kanker serviks yang semakin invasive yang berkembang dari CIN III.
4. Gejala klinis
Tanda dan gejala kanker servik mungkin tidak menimbulkan gejala. Tanda dini yang tidak
spesifik seperti secret vagina yang agak berlebihan dan terkadang disertai dengan bercak
perdarahan. Gejala umum yang sering terjadi berupa perdarahan pervaginam (pasca
senggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan Pada penyakit lanjut keluhan berupa
keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri punggung, nyeri pinggang dan
panggul,sering berkemih, buang air kecil atau besar yang sakit. Gejala penyakit yang residif
berupa nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstuksi ureter (Sarwono, 2010).
5. Komplikasi
Semakin luas kanker serviks menyebar/melebar, artinya penderita memasuki stadium yang
lebih lanjut, maka komplikasi akan mulai terjadi. Komplikasi biasanya dimulai ketika
memasuki stadium 2 atau lebih. Berikut beberapa komplikasi kanker serviks yang dapat
terjadi:
a. Nyeri pada bagian rahim, mungkin terjadi juga pada tulang pinggul.
b. Gangguan pada pembuluh darah, seperti darah lebih mudah
membeku. Pada stadium yang lanjut kanker dapat menyebabkan:
a. Fistula (lubang akibat kerusakan jaringan pada kandung kemih/saluran kotoran dan
vagina) sehingga terjadi kebocoran dan dapat menyebabkan infeksi.
b. Gagal ginjal karena tersumbatnya saluran kencing.
c. Sesak napas karena menyebar sampai paru.
d. Terjadi kejang saat kanker menyebar ke otak.
6. Penanganan
Menurut Sarwono (2010), Bila diagnosa hispatologi telah dibuat maka pengobatan harus
segera dilakukan dan pilihan pengobatan tergantung beberapa faktor yaitu letak dan luas
lesi, usia dan jumlah anak serta keinginan menambah jumlah anak, adanya patologi dalam
uterus, keadaan sosial ekonomi dan fasilitas. Pengobatan kanker servik tergantung pada
stadium klimis, secara umum dapat digolongkan ke dalam golongan 3 terapi yaitu:
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara pengobatan dengan jalan pemakaian obat kimia. Resep
kombinasi obat ini diharapkan dapat membunuh seluruh sel kanker yang menempel
melalui aliran darah kita. Ada obat yang dikonsumsi lewat mulut dengan cara diminum
atau dimakan, dan ada pula yang dimasukkan ke tubuh dengan cara diinfus. Jenis
pengobatan ini hanya berlaku untuk kondisi kanker servik seseorang yang belum
menncapai stadium akhir. Walaupun terlihat beresiko sebenarnya kemoterapi juga
memiliki tingkat resiko yang bisa terjadi yaitu: Menapause dini,tdak subur lagi
(Infertilitas), dan kerontokan rambut jangka pendek.
b. Radioterapi
Radioterapi yaitu pengobatan kanker servik dengan bantuan sinar berenergi tinggi (sinar
X) maupun dengan bahan radio aktif untuk membunuh sel kankernya. Mungkin teknik
pengobatan inilah yang efektif dan sering dipakai di dunia medis.Tetapi perlu diketahui
bahwa hanya kanker servik stadium awal saja yang bisa ditangani oleh radioterapi ini.
Radioterapi dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1) Radioaktif terapi internal Dilakukan dengan cara memasukkan bahan radioaktif ke
dalam leher rahim wanita selama beberapa jam untuk membunuh sel kankernya.
Bahan radio aktif yang sering digunakan adalah radium dan kalsium.
2) Radioaktif terapi eksternal Dilakukan dengan cara menebalkan sinar-X ke area
panggul kita melalui sebuah mesin radiologi yang besar. Diharapkan sel kankernya
ini mati atau rusak oleh gelombang X sinar-X yang memiliki frekuensi tertentu.
c. Operasi
Operasi dilakukan pada stadium klinis I dan II meliputi histerektomi radikal,
histerektomi ekstrafansial dan limpadenoktomi pada stadium II, disamping operasi,
dilakukan juga terapi radiasi (Riona,1999).
7. Skrining Dan Macam Deteksi
Skrining/ Deteksi dini sama dengan pencegahan pertama dan upaya untuk mendeteksi
adanya suatu kelainan pada suatu objek atau penyakit. Deteksi dini dilakukan untuk
menemukan adanya penyimpangan. Dengan ditemukan secara dini adanya penyimpangan
atau masalah maka akan lebih mudah untuk membuat intervensi, tenaga kesehatan juga
memunyai waktu dalam membuat rencana atau intervensi yang tepat, terutama ketika harus
melibatkan keluarga. Bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensinya akan
lebih sulit (Evnnent, 2006).
Adapun macam skrining adalah:
a. Papsmear
Pap smear adalah suatu metode pemeriksaan sel yang diabil dari serviks dan kemudian
diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan yang terjadi dari sel tersebut.
Perubahan sel serviks yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa
tindakan pengobatan diambil sebelum sel tersebut dapat berkembang menjadi sel
kanker. Pemeriksaan ini hanya memerlukan waktu beberapa menit saja. Dalam keadaan
berbaring terlentang, sebuah alat yang dinamakan speculum akan dimasukan kedalam
liang senggama. Alat ini berfungsi untuk membuka dan menahan dinding vagina supaya
tetap terbuka, sehingga memungkinkan pandangan yang bebas dan serviks terlihat
dengan jelas. Sel servik kemudian diambil dengan cara mengusap serviks dengan
sebuah alat yang dinamakan spatula, suatu alat yang menyerupai tangkai pada es krim,
dan usapan tersebut dioleskan pada obyek gelas kemudian dikirim ke laboratorium
patologi. Prosedur pemeriksaan pap smear mungkin sangat tidak menyenangkan tetapi
tidak menimbulkan rasa sakit. Pemeriksaan papsmear disarankan untuk dilakukan oleh
para wanita secara teratur sekali setahun berterusan dalam waktu tiga tahun bila sudah
aktif berhubungan seksual dan berusia minimal 21 tahun. Bila hasil pemeriksaan tiga
tahun berterusan normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap tahun
(Evennent, 2006)
b. Pemeriksaan Koloskopi
Koloskopi akan direkomundasikan jika terdapat salah satu atau beberapa abnormalitas
pada hasil papsmear. Pemeriksaan inimemerlukan waktu 5-10 menit dan mirip
pemeriksaan papsmear, kecuali menggunakan suatu yang lebih tertutup untuk melihat
serviks melalui koloskopi yang mempunyai lensa mikroskop. Koloskopi adalah
pemeriksaan pada serviks dan vagina yang diperbesar, yang digunakan untuk
mengidentifikasi atau mengesampingkan adanya sel yang bersifat pra kanker atau awal
kanker pada serviks setelah didapati hasil CIN yang abnormal. Cara untuk melakukan
tes koloskopi ini adalah yang pertama pasien diminta untuk meletakan kedua kaki pada
tempat kaki, sementara dokter tersebut menggunakan speculum untuk meregangkan
dinding vagina untuk pemeriksaan. Cahaya kemudian disinarkan tepat pada serviks.
Setelah dilakukan papsmear, dokter tersebut akan mengoles serviks dengan cairan
berbeda sehingga akan terlihat gambaran selnya. Tidak ada rasa sakit dengan tindakan
ini merasa sedikit tidak nyaman dan agak perih. Petugas (koloskopis) kemudian akan
mengambil beberapa contoh dari permukaan jaringan untuk diperiksa ke laboratorium
patologi sebagai suatu pemeriksaan lebih lanjut. Foto dapat diambil sebagai rekaman
dan pemeriksaan dilakukan dalam 10 menit. Doter atau ahli koloskopi tersebut biasanya
memberi tahu ke pasien pada saat itu juga jika memang tidak terdapat kanker. Jika pasti
itu adalah sel abnormal, dipastikan dokter tersebut dapat menggunakan suatu diagram
untuk memperlihatkan kepada pasien dimana mereka dan merekomendasikan terapinya
(Evennett, 2004)
c. Konisasi Diagnosis
Ada kalanya dengan transformasi tidak dapat dilihat seluruhnya dengan koloskopi
karena terletak didalamnya rongga dari mulut rahim. Bila hasil sitologi berulang
menunjukkkan kelainan yang mengarah keganasan mulut rahim, maka dilaksanakan
tindakan konisasi yaitu eksisi jaringan mulut rahim yang berbentuk kerucut.
d. Tes HAD
Tes HAD Skrining prosedur HAD (Hydrolyzed DNA Assay) menggunakan zat warna
khusus utuk material genetik abnormal pada sel yag bersifat kanker dan bukan kanker.
Kedalaman warna, yang diukur komputer, mengidentifikasi keparahan dari abnormalitas
yang berkaitan dengan kanker, tetapi belum tersedia informasi yang berkaitan dengan
jenis kanker yang ada, sehingga pendekatan sekunder dibutuhkan untuk menganalisis
fluoresensi daripada warna yang dihasilkan dari perwanaan khusus. Tes didiagnosis
mengunakan mikroskop laser canggih untuk menganalisis sinyal fluoresensi. Dari sini
terbentuk suatu gambaran aktivitas genetic, dan hasil menunjukkan suatu gambaran dari
aktivitas abnormal yang berhubungan dengan kanker jelas terlihat pada saat dianalisis
oleh komputer. Dari sini terdapat kemungkinana untuk memberikan informasi yang rinci
mengenai jenis kanker yang ada seperti gambaran yang dikenal jenis dari flouresensi
yang telah diidentifikasi pada kanker yang lain.
e. Tes Palarprobe
Alternatif lain untuk tes papsmear untuk masa depan adalah palarprobe, yaitu mesin
yang dibantu komputer yang dikembangkan oleh dokter Australia. Palarprobe ini
dioperasikan prinsip bahwa terdapat perbedaan tingkat aliran darah pada jaringan yang
bersifat kanker dan non kanker. Alat ini dapat menangkat perbedaan tersebut melalui
suatu alat yang berbentuk seperti pensil yang disisipkan ke dalam vagina dan digerakkan
melintasi servik untuk memeriksa abnormalitas. Alat ini dianggap 100% akurat dan
memperoleh hasil
dalam hitungan menit, sementara pasien masih berada dalam ruangan pemeriksaan (
Evennet, 2004).
f. IVA
IVA adalah metode baru deteksi dini kanker leher rahim dengan mengoleskan asam
acetat 3-5% ke dalam portio, bila terdapat lesi kanker, maka akan terjadi perubahan
warna menjadi agak keputihan pada leher rahim yang diperiksa (Sukaca, 2009).
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan asam asetat 3-
5% (Delia, 2010).
C. BAB III Evalusi Hasil Penyuluhan
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas A.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
D. BAB IV Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kanker adalah suatu pertumbuhan sel-sel abnormal atau proliferasi sel-sel yang tidak dapat
diatur. Tingkat poliferasi antara sel kanker berbeda beda antara satu dengan yang lainnya.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim,
pada umumnya, kanker bermula pada saat sel sehat mengalami mutasi genetic yang
mengubahnya dari sel normal menjadi sel abnormal. Gejala umum yang sering terjadi
berupa perdarahan pervaginam (pasca senggama, perdarahan di luar haid) dan keputihan
Pada penyakit lanjut keluhan berupa keluar cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri
punggung, nyeri pinggang dan panggul,sering berkemih, buang air kecil atau besar yang
sakit. Semakin luas kanker serviks menyebar/melebar, artinya penderita memasuki stadium
yang lebih lanjut, maka komplikasi akan mulai terjadi. Untuk pengobatan kanker serviks
dapat dilakukan dengan 3 terapi yaitu kemoterapi, radioterapi, dan Tindakan operasi.
2. Saran
Disarankan kepada para pembaca khususnya untuk para wanita agar selalu menjaga
kebersihan daerah kewanitaannya selain menjaga para wanita juga bisa mencegah kanker
serviks dengan cara pola hidup sehat, tidak merokok, tidak melakukan hubungan seksual di
usia muda, tidak melahirkan banyak anak, hindari pemakaian DES tanpa resep dokter,
melakukan pap smear ketika sudah memiliki anak. Penulis mengharapkan agar pencegahan
dilakukan oleh setiap wanita supaya angka mortalitas yang diakibatkan oleh kanker serviks
bisa menurun dan juga penyebarannya tidak meluas lebih jauh lagi.
DAFTAR PUSTAKA
 Juanda, D., & Kesuma, H. (2015). Pemeriksaan metode IVA (Inspeksi Visual Asam asetat)
untuk pencegahan kanker serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2(2), 169-174.
 JUANDA, Desby; KESUMA, Hadrians. Pemeriksaan metode IVA (Inspeksi Visual Asam
asetat) untuk pencegahan kanker serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan: Publikasi
Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, 2015, 2.2: 169-174.
 Dewanti, Ayu Satya. Makalah Kanker Serviks.
https://www.academia.edu/16692483/Makalah_Kanker_Serviks. Diakses pada tanggal 26
Oktober 2023.
Pamfleat

Anda mungkin juga menyukai