DISUSUN OLEH
KEPERAWATAN TINGKAT 2A
Penyusun sadar bahwa Makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, Penyusun memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penyusun juga senantiasa
membuka tangan untuk menerima kritik dansaran yang membangun agar kelak kami bisa
berkarya lebih baik lagi. Harapan Penyusun, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.Semoga pula makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................................................................................... 5
PENDAHULUAN ................................................................................................................................................................................. 5
Latar belakang.............................................................................................................................................................................. 5
BAB II ....................................................................................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................................................................................................... 7
2. Faktor .............................................................................................................................................................................................. 8
3. Patofisiologi .......................................................................................................................................................................... 9
6. Penatalaksanaan .............................................................................................................................................................. 11
A. PENGKAJIAN ................................................................................................................................................................. 14
3
F. Tujuan atau kriteria hasil ............................................................................................................................................. 21
BAB IV .................................................................................................................................................................................................. 24
PENUTUP ............................................................................................................................................................................................ 24
Kesimpulan ................................................................................................................................................................................. 25
Saran ............................................................................................................................................................................................. 25
4
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kehamilan merupakan sesuatu yang terjadi pada wanita usia produktif, tetapui kurang
pengetahuan berkaitan dengan reproduksi dapat menimbulkan kecemasan tersendiri
(Handayani,2017). Dalam kehamilan mual muntah adalah gejala yang normal dan sering terjadi
pada trimester pertama (Setyawati et al, 2014). Namun, apabila berlebihan dapat mengganggu
pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk sehingga ibu kekurangan energi dan
juga zat gizi yang disebut hiperemesis gravidarum (Rofi’ah et al, 2019).
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil saat melahirkan atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan
oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara
kebutulan atau oleh penyebab lainnya (Sarwono, 2006:22).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik
langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death),
kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah pendarahan, infeksi, dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan oleh
penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dll termasuk hiperemesis
gravidarum (sarwono ,2006:22)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, tetapi kondisi ini sering kali
dikaitkan dengan tingginya kadar hormon human chorionic gonadotropin (HCG) dalam darah.
Hormon ini dihasilkan oleh ari-ari (plasenta) sejak trimester pertama kehamilan dan kadarnya
terus meningkat sepanjang masa kehamilan. Beberapa faktor predisposisi yang
seringterjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
kehamilanganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi khorial
is dalamsirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan
5
rumahtangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takutmemikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60%
- 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pada pagi hari. Rasa
mual biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan ke
empat,namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah ini adalah sebagai berikut:
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hiperemesis Gravidarum
1. Hiperemesis Gravidarum
Hipermesis gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan
selama kehamilan ( Hellen Farrer, 1999,hal 112 ). Hiperemesis gravidarum adalah
bertambahnya emesis yang dapat mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari.
Hiperemesia gravidarum yang berlangsung lama( umumnya antara minggu 6-12) dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. (manuaba,2007). Hiperemesis
gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil.Muntah yang
membahayakan ini dibedakan dari morning sicknes normal yang umum
dialami wanita ahamil karena intensitasnya melebihi muntah normal dan
berlangsung selama trimester pertama kehamilan.( varney 2007 )
Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah
sering,cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik.(Llwellyn,2011 ) dari
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah
suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah -muntah yang
berlebihan (muntah berat dan terus menerus pada minggu kelima sampai
dengan minggu kedua belas,jadi mual -muntah yang berlebihan disaat
kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari -hari.
7
2. Faktor
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti
bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik,juga tidak ditemukan kelainan
biokimia.perubahan-perubahan anatomik pada otak jantung, hati,dan susunan saraf,
disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor
prediposisi dan faktor lain yang ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organik
3. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak,juga disebut
sebagai salah satu faktor organik
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,rumah tangga
yang retak,kehilangan pekerjaan,takut terhadap kehamilan dan persalinan takut
terhadap kehamilan dan persalinan takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu,dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum
diketahui pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru,sudah dapat
membantu mengurangi frekuensi muntah. (wiknjosastro,2005) diduga terdapat
factor yang menyebabkan hiperemesis gravidarum
8
2) Fisik,terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan
kenaikan human chorionik gonadothropin factor konsentrasi human chorionic
gonadothropin yang tinggi:
3. Patofisiologi
Diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah menurun, dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi
ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi.
Oleh karena ini, dapat terjadi peubahan metabolisme menuju ke arah anerobik
yang minbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan
perubahan elektrolit sehingga Ph darah menjadi lebih tinggi. Dampak yang minimbulkan
gangguan perfusi alat vital sebagai berikut:
1. Liver
2. Ginjal
b. Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya bend aketon dapat merusak fungsi
saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke dengan gejala:
nystagmus, gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
1. Tingkatan I
2. Tingkatan II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgo kulit lebih mengurang,
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan
mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
urine.
3. Tingkatan III
10
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun
somnolen sampai koma, nadi kesil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun.
Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang di kenal sebagai
ensefalopatiwernicke, dengan gejala: diplopia dan perugabahan mental. Keadaan ini
adalah akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B komplek. Timbul
menunjukkan adanya payah hati.
6. Penatalaksanaan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi
lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit denagn teh hangat. Makanan yang berminyak dan
berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman disajikan dalam keadaan
11
panas atau sangat dingin. Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan
makanan yang banyak mengandung gula.
1. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang
maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak disiklominhidrokhlorid
atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit memberikan
obat yang teratogen. Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin
yang dianjurkan adalah B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan,
sepertidramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik, seperti
disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum
yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang
boleh masuk ke dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan
masala h dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukose 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam aminos ecara
intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk memberikan minum dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak
cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan
12
keadaan akan bertambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium,
kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk
mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus teraupetik sering sulit
diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi
dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ
vital.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Hiperemesis Gravidarum
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Berisi tentang biodata pasien dan penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Keluhan Ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan untuk mengetahui apa yang
dirasakan ibu, pada pengkajian ibu mengatakan muntah begitu hebat dimana apa yang
dimakan dan diminum selalu dimuntahkan, sehingga mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari, sehingga berat badan menurun dan dehidrasi.
3. Riwayat Kesehatan
Sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab terjadinya
hiperemesis gravidarum, yang dapat membantu dalam menentukan perencanaan tindakan.
a. Riwayat Kesehatan Dahulu Berisi tentang data adakah penyakit yang berat yang akan
mempengaruhi kehamilan, dan data yang ditentukan kemungkinan penyebabnya
terjadinya hiperemesis gravidarum.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga dikaji untuk mengetahui
apakah ada penyakit keturunan seperti keturunan kembar karena pada kehamilan
kembar jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan dapat menyebabkan
hiperemesis gravidarum.
c. Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola metabolik nutrisi Pada penderita hiperemesis gravidarum cenderung
mengalami penurunan nafsu makan.
2) Pola eliminasi
Berisi data tentang eliminasi dan BAB, data eliminasi buang air besar pada pasien
fraktur ekstremitas bawah tidak ada perubahan. Frekuensinya satu hingga dua kali
perhari dengan warna kekuningan, sedangkan pada eliminasi BAK terdapat
14
perubahan karena pasien terpasang karteter urine, yang biasanya BAK 3-4 kali -+
1800cc perhari setelah terpasang karteter urine hanya -+1200cc perhari.
(Susilowati, 2014).
3) Pola aktivitas
Terdapat rasa lemas yang berlebihan akibat kekurangan cairan
4) Pola tidur dan istirahat Pasien hiperemesis gravidarum biasanya mual, muntah dan
pusing sehingga hal ini mengganggu pola tidur pasien. Selain itu pengkajian juga
dikaji dari lamanya tidur pasien,suasana lingkungan,kebiasaan tidur,dan kesulitan
tidur.
5) Pola konsep diri
Dampak yang timbul dari pasien hiperemesis gravidarum dapat membahayakan
kondisi ibu dan janin, mual dan muntah yang berlebihan akan menyebebkan ibu
hamil kehilangan banyak cairan, sehingga beresiko mengalami dehidrasi dan
gangguan elektrolit, serta ibu hamil tidak mampu dalam melakukan aktivitas secara.
6) Aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan puncak pada hirarki kebutuhan Maslow, jika
klien sudah mengalami penurunan harga diri maka klien sulit untuk melakukan
aktivitas di rumah sakit enggan mandiri, tampak tak bergairah, dan bingung
(Susilowati, 2014)
7) Pola nilai keyakinan Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan
kebutuhan mendapatkan sumber kesembuhan dari Tuhan (Susilowati, 2014).
B. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : Lemah
2) Tingkat kesadaran Kesadaran composmentis, latergi, strupor, koma, apatis
3) Tanda tanda vital Frekuensi nadi dan tekanan darah : takikardi, bradikardia dan hipertermi,
hipotermi Frekuensi pernafasan: adanya frekuensi pernafasan yang meningkat (Takipnea),
nafas dalam atau hiperventilasi (bila terjadi gangguan asam basa/asidosis metabolic akibat
penumpukan benda keton dalam tubuh) (Willem Pieter, 2013).
Suhu tubuh Hipertemi ditemukan pada pasien hiperemesis gravidarum. Berat
badan dan tinggi badan tergantung pola makan pasien dan konsusmsi makanan yang
dikonsumsi sebelum terjadi hiperemesis gravidarum.
15
4) Kepala dan rambut Inspeksi: kaji bentuk kepala warna rambut, kebersihan, persebaran
warna rambut dan adanya lesi atau tidak. Palpasi: Raba adanya massa dan nyeri tekan
5) Mata Biasanya pada pasien hiperemesis gravidarum kongjungtiva anemis atau sklera tidak
ikterik.
6) Hidung kaji bentuk hidung, lubang hidung, persebaran warna kulit, kesimetrisan dan
adanya pernafasan cuping hidung. Palpasi: kaji ada tidaknya nyeri tekan pada sinus
(Susilowati, 2014).
7) Mulut
Biasanya bibir pasien tampak pucat,mukosa bibir kering dan sianosis.
Palpasi: kaji reflek menghisap dan menelan (Purwaningsih, 2014).
8) Telinga
Inspeksi: kaji ada tidaknya serumen, kesimetrisan dan kebersihan telinga. Palpasi: ada
tidaknya nyeri tekan pada tragus (Rohman& Walid, 2013).
9) Leher
Inspeksi : pembesaran pada leher , pembesaran kelenjar limfa leher dapat muncul jika ada
pembesaran kelenjar sistemik, persebaran kulit. Palpasi : ada tidaknya pembendungan
vena jugularis (Susilowati, 2014).
10) Thorax
Inspeksi : biasanya pernafasan meningkat regular atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit pasien terdahulu yang berhubungan dengan paru. Palpasi : Kaji kesimetrisan dada,
taktil fremitus Perkusi : Kaji apakah terdapat penumpukan sekret, cairan atau darah
Auskultasi : Ada atau tidaknya suara nafas tambahan seperti ronchi dan whezzing di semua
lapang paru (Mulyati, 2014).
11) Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tampak atau tidaknya iktus kordis pada permukaan dinding dada di ICS 5
midklavikula sinistra Palpasi : teraba atau tidaknya iktus kordis di ICS 5 midklavikula
sinistra. Perkusi : pada ICS 3 hingga ICS 5 terdengar pekak, Auskultasi : bunyi jantung S1
dan S2 terdengar tunggal, tidak ada suara jantung tambahan (Muttaqin, 2012).
12) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : warna kulit merata, ada atau tidaknya lesi, bentuk abdomen apakah
datar, cembung, atau cekung. Kaji adanya mual atau muntah disebabkan karena kadar
kalium yang menurun akibat polyuria, pankreastitis, kehilangan nafsu makan. Terjadi
16
peningkatan rasa lapar dan haus pada individu yang mengalami ketoasidosis Auskultasi :
bising usus terdengar 20 x/menit
Palpasi : ada massa pada abdomen, kaji ada tidaknya pembesaran hepar, kaji ada
tidaknya asites, ada atau tidaknya nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) atau pada
9 regio Perkusi : Bunyi timpani, hipertimpani untuk perut kembung, pekak untuk jaringan
padat
13) Genetalia
Inspeksi : kaji apakah pada saat BAK terasa panas dan sakit, apakah terdapat keputihan
pada daerah genetalia atau tidak, ada atau tidaknya tanda-tanda peradangan pada genetalia.
14) Extremitas
Inspeksi: kaji persebaran warna kulit, turgor kulit Kembali >2 detik, akral hangat,
sianosis, produksi keringat (menurun atau tidak) pada p dilihat adanya luka pada
extremitas, kedalaman luka, luas luka, adanya nekrosis (jaringan mati atau tidak ) adanya
edema, adanya pus dan bau luka serta nyeri atau baal. Serta gejala lain seperti cepat lelah,
lemah, kesemutan dan nyeri pada ektremitas.
Palpasi : kaji kekuatan otot, ada tidaknya pitting edema. (Sudarta, 2012).
15) Kulit dan kuku
Inspeksi: lihat adanya luka, warna luka, dan edema, kedalaman luka, ada tidaknya
nekrosis, adanya pus atau tidak.
Palpasi: kaji apakah akral teraba dingin , kulit pecah-pecah, pucat, kulit kering.
4. Riwayat obsterik
a. Riwayat haid
HPHT adalah hari pertama haid terakhir, menurut Manuaba menentukan usia
kehamilan sangat penting untuk memperkirakan persalinan. Usia kehamilan dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus naegle yang dihitung dengan menentukan haid
terakhir. Pada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum sering terjadi pada trimester
pertama kurang lebih pada umur kehamilan 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir.
17
radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar
20 hari sejak menstruasi terakhir.
2) Jumlah kehamilan
Gravida adalah jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh wanita
tersebut (Varney, Hellen.2007.525). Pada primigravida (kehamilan yang pertama
kali), ia belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan korionik
gonadotropin, yang menimbulkan keluhan mual muntah.
3) Riwayat ANC
Riwayat kehamilan sekarang pelu dikaji untuk mengetahui apakah ibu
rutin ANC atau tidak dan untuk mendeteksi komplikasi, beberapa
ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan yang dialami wanita.
4) Keluhan
Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan mengetahui apa
yang dirasakan ibu, pada waktu pengkajian ibu mengatakan mual muntah begitu
hebat dimana apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan, sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi.
5) Pola kebutuhan sehari-hari
Pola intake nutrisi Nafsu makan berubah selama ibu hamil. Pada
trisemester pertama sering terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea dan atau
vomitus (Bobak.2004.hal; 120). Ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum
akan mengalami intoleransi makanandan minuman, dimana apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan
kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, simptom akan teratasi hingga akhir
trisemester pertama
6) Pola eliminasi
Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum akan mengalami
konstipasi sehingga ibu kesusahan BAB. Hal ini disebabkan oleh efek hormon
progesteron yang menyebabkan relaksasi otot polos dan peningkatan waktu
transit dari lambung dan usus dapat meningkatkan absorbsi cairan.
7) Pola aktivitas
Hiperemessis gravidarum akan mempengaruhi keadaan umum dan
pekerjaan sehari-hari. 8) Pola Psikososial, Kultural dan Spiritual Data tentang
psikososial kultural dan spiritual menentukan prilaku seseorang tentang kesehatan
dan penyakit yang sering berhubungan dengan kebiasaan, kepercayaan dan tradisi
18
dapat Menunjang, namun tidak jarang menghambat perilaku hidup sehat.
Hubungan faktor psikologi dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang rumah tangganya retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental.
C. Diagnosis Keperawatan
Keputusan tentang penentuan diagnosa keperawatan terkait dengan masalah fisiologis terhadap
kehamilan ibu dan mengurangi penyebab hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017) diagnosa keperawatan
yang muncul sebagai berikut :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan, penurunan energi,
kecemasan
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,iskemia,
neoplasma)
c. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kekuranganintake cairan
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhanmetabolisme, faktor
psikologis (mis. stress, keengganan untuk makan)
e. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan Perubahan status nutrisi (kelebihan
atau kekurangan), kekurangan/kelebihan volume cairan,penurunan mobilitas, perubahan
hormonal, suhu lingkungan yang ekstrem
f. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala
penyakit,ketidakadekuatan sumber daya (mis.dukungan finansial, social
danpengetahuan), gangguan adaptasi kehamilan
g. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan
motilitasgastrointestinal, ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan
asupancairan, kelemahan otot abdomen), psikologis (depresi),
situasional(ketidakadekuatan toileting)
h. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan
panas,ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan
lajumetabolisme
i. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplaidan kebutuhan
19
oksigen, tirah baring, kelemahan, imobilitas
D. DIAGNOSA PRIORITAS
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan, ketidakmampuan
mencerna makanan, peningkatan kebutuhanmetabolisme, faktor psikologis (mis. stress,
keengganan untuk makan)
2) Penyebab
3) Batasan karakteristik
a. Data mayor
✓ Subjektif
(tidak tersedia)
✓ Objektif
20
Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
b. Data minor
✓ Subjektif
- Kram/nyeri abdomen
✓ Objektif
- Sariawan
- Diare
(tidak ada)
Intervensi
22
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), Jika
perlu
- kaloborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, Jika perlu.
G. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang telah
direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah,
mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatan (Ali, 2014).
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan klien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri (self care) dengan penyakit yang ia alami sehingga
klienmencapai derajat kesembuhan yang optimal dan efektif. Sehingga kemandirian pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum dapat meningkat dengan dilakukan
tindakankeperawatan untuk mengurangi penyebab terjadinya mual muntah yang berlebih
dan memberikan rasa nyaman dan aman pada ibu.
H. Evaluasi Keperawatan
23
digunakan komponen SOAP. Pengertian SOAP adalah sebagai berikut :
S : Data Subjektif Keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O : Data Objektif Hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien
dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan
A : Analisis Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu
masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
BAB IV
PENUTUP
24
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarumadalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan
terus menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas, jadi mual-muntah yang
berlebihan disaat kehamilan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik,
memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik
pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.
Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar lebih memperhatikan pola
makan dan keadaan fisik ibu, dan saran untuk perawat agar dapat meberikan asuhan dan pandangan
tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada seorang ibu dengan
baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi menjadi penderita
hiperemesis gravidarum.
DAFTAR PUSAKA
25
tentang-hemostatis.html Diakses pada tanggal 31 Desember 2019.
(Online)http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1933896/hiperemesis-gravidarum-
bahayakan-ibu-janin Diakses pada tanggal 31Desember 2019.
26