Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL DATA SURVEY DETEKSI DINI KEPERAWATAN

JIWA DI KECAMATAN SUKORAMBI

Diajukan Sebagai Syarat untuk


Menyelesaikan Tugas di Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:
Kelompok 3

Silvia Lestari : 2001032018


Cindhy Ayu Meilani : 2001032019
Dodik Dwi Hadiansah : 2001032020
Ira Ardhiana : 2001032023
Yuyus Febsyna Feronika : 2001032024
Ika NormaYunita : 2001032025
Rima Triaskaningrum : 2001032026
Nurul Hidayah Rahmawati : 2001032027
Eri Purba Utomo : 2001032029
Ela Kusuma Wardani : 2001032030
Shela Wulandari : 2001032031
Tacuk Kurniawan : 2001032032
Fawaid Imamul Hasan : 2001032043
Veliyana Sukarji : 2001032048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JUNI, 2021
LAPORAN HASIL DATA SURVEY DETEKSI DINI KEPERAWATAN
JIWA DI KECAMATAN SUKORAMBI

LAPORAN HASIL DATA SURVEY DETEKSI DINI KEPERAWATAN


JIWA DI KECAMATAN SUKORAMBI

Diajukan Sebagai Syarat untuk


Menyelesaikan Tugas di Stase Keperawatan Jiwa

Oleh:
Kelompok 3

Silvia Lestari : 2001032018


Cindhy Ayu Meilani : 2001032019
Dodik Dwi Hadiansah : 2001032020
Ira Ardhiana : 2001032023
Yuyus Febsyna Feronika : 2001032024
Ika NormaYunita : 2001032025
Rima Triaskaningrum : 2001032026
Nurul Hidayah Rahmawati : 2001032027
Eri Purba Utomo : 2001032029
Ela Kusuma Wardani : 2001032030
Shela Wulandari : 2001032031
Tacuk Kurniawan : 2001032032
Fawaid Imamul Hasan : 2001032043
Veliyana Sukarji : 2001032048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
JUNI, 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Hasil Data Survey Deteksi Dini Keperawatan Jiwa yang telah
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei -19 Juni 2021 Di Kecamatan Sukorambi telah
disetujui oleh:

Jember, 19 Juni 2021

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Ketua Kelompok

(Ners. Mad Zaini, M. Kep., Sp. Kep.J) Tacuk Kurniawan, S.Kep


NPK. 1987071411003751 NIM. 2001032032
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “Laporan Hasil Survey Deteksi Dini Keperawatan Jiwa Di Kecamatan
Sukorambi ”
Penyusunan laporan ini diajukan sebagai salah syarat untuk menyelesaikan
tugas di stase keperawatan jiwa. Banyak hambatan yang penyusun temukan dalam
penyusunan laporan ini yang semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman penyusun. Dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini.
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang tulus
dan ikhlas atas bimbingannya kepada yang terhormat:
1. Dr. Hanafi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember.
2. Ns. Sasmiyanto, S.kep., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember.
3. Ns. Susi Wahyuning Asih, S. Kep., M. Kep. selaku Kepala Program Studi
Profesi Ners Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember.
4. Ns. Komarudin, M.Kep., Sp.KepJ. selaku PJMK Departemen Jiwa Program
Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah
Jember.
5. Ns. Mad Zaini, M. Kep., Sp. Kep.J selaku Pembimbing Akademik Praktik
Keperawatan Jiwa Kelompok 3.
6. Ketua RT di wilayah binaan desa masing- masing wilayah anggota kelompok
yaitu Di Desa Jubung Lor, Karang Pring, Dukuh Mencek, Krajan.
7. Klien dan keluarga klien binaan desa masing- masing wilayah anggota
kelompok.
8. Masyarakat di wilayah binaan desa masing- masing wilayah anggota

kelompok

9. Penyusun menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dalam penyusunan laporan

akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknik
penulisan karena keterbatasan yang dimiliki penyusun. Semoga amal baik

yang telah dilakukan mendapat pahala dari Allah SWT. Penyusun menyadari

bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini masih memerlukan

penyempurnaan, oleh karena itu penyusun mengharapkan koreksi dan telaah

yang konstruktif agar laporan akhir ini menjadi lebih baik.

Jember, 19 Juni 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................
1.3 Manfaat...............................................................................................

BAB II HASIL DAN ANALISIS.................................................................


2.1 Hasil Survey.......................................................................................
2.2 Analisis...............................................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................


3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masyarakat telah menjadi bagian masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia. Berbagai masalah multi – dimensional
yang masih akan terus dihadapi masyarakat menyangkut masalah
ekonomi, bencana alam, wabah penyakit merupakan faktor pencetus
terjadinya masalah pada kesehatan jiwa masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018 prevalensi


gangguan jiwa di Indonesia, didapatkan data bahwa proporsi rumah tangga
dengan gangguan jiwa mengalami kenaikan dari tahun 2013. Prevalensi
penderita gangguan jiwa dari hasil riset kesehatan dasar 2018 sebesar 7,0
per mil. Untuk provinsi yang memiliki prevalensi penderita gangguan jiwa
paling banyak pada tahun 2018 adalah sulawesi tenggara dengan jumlah
19,8 per mil. Dan provinsi dengan prevalensi penderita gangguan jiwa
yang paling sedikit adalah jambi dengan total 3,6 per mil.

Untuk pengobatan pada penderita gangguan jiwa di dapatkan hasil


84,9% yang berobat dan sisanya 15,1% tidak berobat. Dari 84,9% yang
berobat 51,1 persennya tidak rutin berobat. Mereka beralasan merasa
sudah sehat. Untuk kasus pemasungan yang terjadi di Indonesia sendiri
mengalami penurunan dari tahun 2013 sampai tahun 2018 dan dapatkan
hasil sebesar 0,3 dan banyak terjadi di daerah pedesaan (Depkes, 2009).
Jumlah penderita gangguan jiwa yang ada di masyarakat terus meningkat
yakni satu diantara empat penduduk mengalami gangguan jiwa, gejala
yang sering kali muncul pada awal penderita gangguan jiwa berupa
kecemasan, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai
skizofrenia, menurut Azrul Anwar (Balitbang Depkes, 2008).

Selama ini penderita gangguan jiwa kerap mendapatkan perlakuan


diskriminatif dari masyarakat,baik berupa isolasi social, pembatasan
memperoleh akses kesehatan, hingga pemasungan fisik. Hal ini disebabkan
adanya stigma yang berkembang di masyarakat yang menganggap
penderita gangguan jiwa adalah orang aneh, berbahaya dan tidak dapat
disembuhkan. Hal tersebut mengakibatkan penderita dan keluarga merasa
malu dan terhina, sehingga mereka cenderung untuk menutupi
penyakitnya dan menghindari pengobatan.

Berdasarkan hasil kegiatan pengkajian deteksi dini status kesehatan


yang dilakukan oleh mahasiswa Praktik Program Study Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember yang
dilakukan pada 15 RT yang tersebar di masing masing wilayah, Jubung,
Karang Pring, Krajan, Dukuh Mencek. Sebagian besar terdapat warga
yang mengalami gangguan jiwa terdapat 16 orang (0,6%), dan yang
mengalami resiko 5 orang (0,2%), Sehat 2770 (99,2%).

Untuk menangani permasalahan di atas, diperlukan strategi khusus


untuk mengatasi serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan jiwa
masyarakat. Adapun upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa ada tiga,
yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer
dilakukan pada kelompok masyarakat yang sehat dimana pencegahan ini
bertujuan untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa serta untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat. Pada
pencegahan sekunder fokus kegiatan pada masyarakat yang beresiko,
tujuan dari pencegahan ini untuk menurunkan kejadian gangguan jiwa.
Pencegahan tersier, fokus kegiatan pada kelompok masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa. Kegiatan pada pencegahan ini berupa
rehabilitasi dengan memberdayakan pasien dan keluarga hingga dapat
mandiri.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktik lapangan keperawatan jiwa
komunitas, diharapkan mahasiswa mampu mendeteksi kesehatan jiwa
masyarakat dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa komunitas pada
setiap area pelayanan keperawatan jiwa di komunitas dengan
pendekatan proses keperawatan jiwa komunitas dan pembentukan
kader kesehatan jiwa masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktik lapangan keperawatan jiwa
komunitas, mahasiswa mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mendeteksi kesehatan jiwa
masyarakat.
b. Menentukan diagnosis kesehatan dan keperawatan jiwa komunitas
untuk komunitas yang spesifik berdasarkan analisis epidemiologi.
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
pembentukan kader kesehatan jiwa dalam mengadakan perubahan
serta peningkatan kesehatan jiwa masyarakat.
d. Melaksanakan perawatan kesehatan jiwa berdasarkan faktor risiko,
gangguan maupun yang sehat jiwa.
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan jiwa masyarakat.

C. Manfaat
1. Manfaat bagi masyarakat di desa binaan
Menambah pengetahuan serta perhatian dan kepedulian masyarakat
tentang masalah kesehatan jiwa di masyarakat. Sehingga dapat
merubah sikap masyarakat tehadap masalah kesehatan jiwa di
masyarakat.
2. Manfaat bagi Profesi Keperawatan
Menambah skill dan pengetahuan, serta mampu membina kader
dan mampu memberikan asuhan keperawatan.
3. Manfaat untuk penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya dan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya
ilmu keperawatan jiwa serta menjadi tambahan dan rujukan
referensi makalah atau penelitian selanjutnya.
BAB II
HASIL DAN ANALISIS

A. Hasil Survey
1. Usia
Tabel 1. Data usia Warga Binaan Stase Keperawatan Jiwa di
Kabupaten Jember bulan Juni 2021

Usia Frekuensi Presentase


0 – 1,5 Tahun 44 2
>1,5 – 3 Tahun 91 3
>3 – 6 Tahun 149 6
>6 – 12 Tahun 227 8
>12 – 18 Tahun 286 10
>18 – 24 Tahun 400 14
>24 – 45 Tahun 846 30
>45 – 60 Tahun 506 18
>60 Tahun 242 9
Total 2791 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar


masyarakat berusia >24-45 tahun yaitu sebanyak 846 orang (30%),
dan sebagian kecil berusia 0-1,5 tahun yaitu sebanyak 44 orang
(2%).
2. Jenis Kelamin
Tabel 2. Data Jenis kelamin ODGJ Binaan Stase Keperawatan Jiwa
di Kabupaten Jember bulan Juni 2021.

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)


Laki – Laki 6 37
Perempuan 10 63
Total 16 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat terbesar


yang mengalami ODGJ berjenis kelamin Perempuan yaitu sebanyak
10 orang (63%) dan terkecil berjenis kelamin laki-laki yaitu
sebanyak 6 orang (37%).
3. Status Kesehatan Jiwa
Tabel 3. Data status kesehatan jiwa Warga Binaan Stase
Keperawatan Jiwa di Kabupaten Jember bulan Juni 2021.

Status Kesehatan Frekuensi Presentase (%)


Jiwa
Sehat 2770 99,2
Resiko 5 0,2
Gangguan 16 0,6
Total 2791 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat terbesar
mengalami sehat jiwa yaitu sebanyak 2770 orang (99,2%) dan
terkecil mengalami resiko yaitu sebanyak 5 orang (0.2%).
4. Pengobatan
Tabel 4. Data Status Pengobatan ODGJ Binaan Stase Keperawatan
Jiwa di Kabupaten Jember bulan Juni 2021.

Pengobatan Frekuensi Presentase (%)


Ya 12 75
Tidak 4 25
Total 16 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa masyarakat terbesar
melakukan pengobatan yaitu sebanyak 12 orang (75%) dan terkecil
tidak melakukan pengobatan yaitu sebanyak 4 orang (25%).
B. Analisis
Deteksi dini kesehatan jiwa merupakan salah satu kegiatan
asuhan keperawatan berbasis komunitas yang bertujuan untuk
mengetahui status kesehatan mental secara dini. Kegiatan ini dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat yang sudah
mendapatkan pelatihan kader kesehatan jiwa. (Sambonu et al., 2019).
Deteksi dini kesehatan jiwa perlu dilakukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan jiwa masyarakat agar individu yang sehat akan tetap
sehat, individu yang berisiko tidak mengalami gangguan jiwa dan
individu yang mengalami gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang
tepat sehingga dapat mandiri dan produktif di masyarakat (Livana et al,
2019).
Kegiatan deteksi dini status kesehatan jiwa ini dilakukan pada
15 RT yang tersebar di masing- masing wilayah anggota kelompok.
Hasil pengkajian didapatkan sampel sebanyak 2.791 Jiwa, dimana
terdapat s6 jiwa (37%) berjenis kelamin laki-laki orang dalam
gangguan jiwa gangguan jiwa dan sebanyak 10 jiwa (63%) Perempuan
orang dalam gangguan jiwa. Usia warga terbanyak berada pada rentang
usia >24-45 tahun yaitu sebanyak 846 orang (30%), dan sebagian kecil
berusia 0-1,5 tahun yaitu sebanyak 44 orang (2%). Pada status
kesehatan dapat dilihat bahwa masyarakat terbesar mengalami sehat
jiwa yaitu sebanyak 2770 orang (99,2%) dan terkecil mengalami
resiko yaitu sebanyak 5 orang (0.2%). Dan pada status pengobatan
yang melakukan pengobatan yaitu sebanyak 12 orang (75%) dan
terkecil tidak melakukan pengobatan yaitu sebanyak 4 orang (25%).
Menurut Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2014, orang dengan
gangguan jiwa yang disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam bentuk sekumpulan gejala dan perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil survei pada 15 RT di masing-masing wilayah anggota
kelompok 3 terdapa 2.791 jiwa. Sebagian besar penduduk berstatus
sehat jiwa sebanyak 2770 orang (99,2%). Sebagian kecil masyarakat
mengalami dan terkecil mengalami resiko yaitu sebanyak 5 orang
(0.2%). Seluruh mahasiswa profesi keperawatan kelompok 3
melakukan deteksi dini dengan tujuan untuk menemukan kasus
gangguan jiwa maupun resiko di masyarakat. Deteksi dini ini
dilakukan oleh mahasiswa praktikan dengan koordinasi bersama
pihak pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas setempat dan
dibantu oleh para kader kesehatan jiwa yang telah mendapatkan
pelatihan mengenai kesehatan jiwa, mereka bekerja secara sukarela,
ditunjuk dan diangkat berdasarkan kepercayaan dan persetujuan
masyarakat setempat. Diharapkan dengan koordinasi dan kolaborasi
dari berbagai pihak dapat mewujudkan indonesia yang sehat jiwa.
B. Saran
a. Bagi Pemerintah, Masyarakat, dan Keluarga
Saran bagi pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan
jiwa sehingga dalam pelayanan kesehatan lebih baik dan
terjangkau. Upaya lainnya adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang informasi mengenai pengaruh pendidikan
kesehatan terhadapat perubahan sikap dan pengetahuan pasien
gangguan jiwa dalam mendeteksi dini kekambuhan gangguan jiwa.
Untuk keluarga dalam memberikan perawatan kepada pasien
diharapakan mampu mengurangi terjadinya kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa akibat dari sikap yang salah.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan, disarankan agar adanya asuhan
keperawatan pada keluarga, konseling atau pendidikan kesehtan
terkait stigma yang terjadi diantara keluarga yang mempunyai
penderita gangguan jiwa sehingga keluarga berguna untuk
pengetahuan keluarga dan mengerti dalam sikap yang akan diambil
dalam tindak lanjut pengobatan pada keluarga yang sakit.
c. Bagi Tenaga Medis
Bagi tenaga medis, disarankan untuk lebih ditegaskan lagi dalam
pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pelayanan ODGJ
mencakup kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
untuk terlaksananya perluasan informasi tentang ODGJ, faktor
risiko ODGJ dan upaya pengendaliannya. Terwujudnya
penanggulangan ODGJ sesuai standar mutu nasional dan
keselamatan pasien.
d. Bagi Puskesmas
Bagi Puskesmas disarankan agar lebih meningkatkan peran
perawat dengan cara memonitoring dan evaluasi kemampaun
melalui kader kesehatan jiwa melalui kegiatan rutin yang telah
direncanakan untuk memberdayakan para kader di masyarakat
dan juga melakukan pengarahan kepada kader sesuai waktu yang
telah ditetapkan untuk memastikan terlaksana atau tidaknya tugas
kader.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar hasil dari penelitian ini
sebagai landasan awal penelitian selanjutkan untuk melakukan
penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan bahasan yang
berbeda, wilyah yang berbeda, serta jumlah yang berbeda, sehingga
dapat menentukan intervensi yang tepat dan sesuai untuk masalah
yang ada pada keluarga dengan penderita gangguan jiwa.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2009, Profil Pembangunan


Kesehatan Jiwa, Pusat Data dan Informasi, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Balitbang Depkes, (2008), Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan


Jiwa, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

FIK-UI, (2010), Laporan Spesialis Keperawatan Jiwa: Residensi dan


Aplikasi, FIK- UI Depok.

Yuni azmi rahman. 2017. Bab I Pendahuluan. Thesis. Umy.ac.id. (diakses


tanggal 17 Desember 2020).

Anda mungkin juga menyukai