Disusun Oleh:
Kenny Jhody S. I4061211003
Bima Zahri I4061211027
Michael Nironsta Harefa I4061211007
Jesicha Rizkita I4061211012
Raine Ardhita Anggraeny I4061211006
Ridha Hasanah I4061211011
Pembimbing:
Tri Lestari, S. ST
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
EVALUASI CAPAIAN PELAYANAN KESEHATAN JIWA
SESUAI STANDAR MELALUI PROGRAM GERAKAN BERSAMA
SEHATKAN JIWA (GEMA SEJIWA) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SIANTAN HILIR TAHUN 2021
Disusun Oleh:
Kenny Jhody S. I4061211003
Bima Zahri I4061211027
Michael Nironsta Harefa I4061211007
Jesicha Rizkita I4061211012
Raine Ardhita Anggraeny I4061211006
Ridha Hasanah I4061211011
Pembimbing:
Tri Lestari, S. ST
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui Oleh:
Pembimbing Penguji
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
i
SURAT KEPUTUSAN
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
NO.
Atas Nama:
Tanggal:
TIM PENGUJI
TANDA
NO. JABATAN NAMA GOL.
TANGAN
Tri Lestari, S. ST
1 Pembimbing III/D
NIP. 197006101994032010
dr. Syarifah Nurul Yanti R. S. A., M. Biomed
2 Penguji NIP. 198602112012122003 III/B
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk evaluasi
Capaian Pelayanan Kesehatan Jiwa sesuai
Standar Melalui Program Gerakan Bersama Sehatkan Jiwa (Gema Sejiwa) di Unit
Pelaksana Teknis Pusat Kesehatan Masyarakat Siantan Hilir Tahun 2021 .
Evaluasi program ini dilakukan sebagai satu di antara persyaratan untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas di Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak. Berbagai pihak telah membantu
penulis dalam menyelesaikan evaluasi program ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Muhammad Asroruddin, Sp. M selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
mengikuti pendidikan pada fakultas yang dibawahinya.
2. dr. Wiwik Windarti, Sp. A selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Universitas Tanjungpura yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan ilmu kedokteran di program studi ini.
3. Ibu Tri Lestari, S. ST selaku Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Siantan Hilir yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk melakukan evaluasi program di UPT
Puskesmas Siantan Hilir dan sebagai pembimbing yang bersedia meluangkan
waktu dan pikiran serta bimbingan terbaik dalam memberikan masukan, saran,
dan arahan kepada penulis dalam penyusunan evaluasi program ini.
4. dr. Syarifah Nurul Yanti R. S. A., M. Biomed selaku penguji yang telah
memberikan kritikan dan masukan serta perbaikan yang berharga dalam
penyusunan evaluasi program ini.
5. Seluruh rekan-rekan, bapak/ibu di UPT Puskesmas Siantan Hilir tanpa
terkecuali yang juga mendukung kelancaran dalam penyusunan evaluasi
program ini.
6. Rekan seperjuangan dalam tim ini yang telah banyak membantu dan bekerja
sama untuk menyelesaikan evaluasi program ini.
iii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan evaluasi program ini masih
jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritikan, saran, dan masukan yang akan membangun penulis guna
menyempurnakan karya tulis ini. Harapan penulis, yaitu semoga evaluasi program
ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, bagi masyarakat pada umumnya dan bagi
UPT Puskesmas Siantan Hilir pada khususnya.
Tim Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB VI ..................................................................................................................28
6.1 Kesimpulan ............................................................................................28
6.2 Saran.......................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................29
LAMPIRAN ...........................................................................................................31
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Indikator Kependudukan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Siantan Hilir
Tahun 2020.............................................................................................................15
Tabel 4.2 Distribusi Pegawai di UPT Puskesmas Siantan Hilir Menurut Jenis
Pendidikan Tahun 2020..........................................................................................16
Tabel 5.1 Indikator dan Tolok Ukur Program.........................................................18
Tabel 5.2 Penentuan Perioritas Masalah.................................................................19
Tabel 5.3 Daftar Permasalahan yang Memengaruhi Persentase Pelayanan
Kesehatan Jiwa di UPT Puskesmas Siantan Hilir...................................................21
Tabel 5.4 Penetapan Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah dengan Metode
CARL.....................................................................................................................27
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
hanya 167
emosional di Kota Pontianak adalah 2.607 jiwa.4 Berdasarkan Profil Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2020,
penderita skizofrenia yang terdata di Puskesmas Siantan Hilir sebanyak penderita
skizofrenia yang terdata di Puskesmas Siantan Hilir sebanyak 49 orang, sedangkan
target yang seharusnya dicapai adalah 64 orang. 5 Angka tersebut menurun
berdasarkan Profil UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2021 yang
menyatakan bahwa penderita skizofrenia yang terdata di Puskesmas Siantan Hilir
sebanyak 41 orang, sedangkan target yang seharusnya dicapai adalah 64 orang. 6
Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa seringkali
malu diakibatkan stigma masyarakat terhadap ODGJ. Stigma masih menyelimuti
isu kejiwaan di Indonesia karena sebagian besar masyarakat Indonesia masih
memercayai gangguan kesehatan jiwa disebabkan oleh hal yang tidak rasional
maupun supranatural, misalnya pengidap skizofrenia disebabkan karena sihir,
kemasukan setan, kemasukan roh jahat, pelanggar larangan, dan lain-lain. Dengan
adanya stigma ini, masyarakat menanganinya dengan non-medis (ahli spiritual).3
Puskesmas berperan dalam kegiatan promotif berupa penyuluhan kesehatan
jiwa, kegiatan preventif berupa deteksi dini, outreach pasien jiwa, dan pencegahan
pemasungan, kegiatan kuratif berupa sistem rujukan, pelayanan rawat jalan, dan
pelayanan kedaruratan psikiatri, serta kegiatan rehabilitatif berupa pelayanan
kunjungan rumah (home visit). Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, seperti mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Satu di antara tujuan kegiatan preventif
kesehatan jiwa di puskesmas adalah mencegah terjadinya masalah kejiwaan.
Kegiatan di pos kesehatan jiwa diawali dengan pembentukan kader untuk skrining.
Skrining jiwa dilakukan menggunakan lembar self-report questionnaire.
Selanjutnya, home visit dilakukan untuk mengedukasi keluarga pasien. Hal ini
diperlukan karena keluarga memainkan peran penting dalam promosi,
perlindungan, dan pemeliharaan kesehatan jiwa. Promosi kesehatan jiwa oleh dan
untuk keluarga sangat penting karena keluarga lebih banyak mengasumsikan bahwa
tanggung jawab untuk mencegah masalah kejiwaan dan merawat anggota keluarga
dengan masalah kejiwaan adalah milik keluarga.7 Oleh karena itu, kami selaku tim
3
2.1 Puskesmas
2.1.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 43 Tahun 2019
tentang Puskesmas menyebutkan bahwa pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. 8
2.1.2 Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang
memiliki perilaku sehat meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat;
mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat;
serta memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.8
2.1.3 Prinsip Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi paradigma sehat,
pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, ketersediaan akses
pelayanan kesehatan, teknologi tepat guna, serta keterpaduan dan kesinambungan.8
2.1.4 Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan
yang berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat tingkat
pertama. Sebagai langkah awal dari program keperawatan kesehatan masyarakat,
fungsi dan peran puskesmas bukan saja persoalan teknis medis, tetapi juga berbagai
keterampilan sumber daya manusia yang mampu mengorganisasi model sosial yang
ada di masyarakat, juga sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat
di wilayah terkecil dan membutuhkan strategi dalam hal pengorganisasian
masyarakat untuk terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri.8
4
5
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1
(satu) puskesmas.
c. Kondisi tertentu yang dimaksud ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk, dan aksesibilitas.
d. Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan,
ketenagaan, kefarmasian, dan laboratorium klinik.
2.2 Evaluasi Program
2.2.1 Definisi
Evaluasi program adalah suatu proses menemukan tujuan dan sasaran program
atau proyek yang telah terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan
keputusan, membandingkan kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui
adanya kesenjangan, penilaian harga dan kualitas, serta penyelidikan sistematis
tentang nilai atau kualitas suatu objek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah dapat terealisasikan. Selain itu, evaluasi program juga dapat diartikan
sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi
tentang realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan
sekelompok orang guna pengambilan keputusan.9
2.2.2 Tujuan Evaluasi
Tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah:10
1. Mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dan dana untuk program dan
pelayanan yang sedang berjalan dan yang akan datang.
2. Evaluasi harus digunakan secara konstruktif dan bukan untuk membenarkan
tindakan yang telah lalu atau sekedar mencari kekurangan-kekurangan saja.
3. Penilaian secara menyeluruh terhadap program kesehatan dapat dilakukan
dengan menilai input, proses dan output. Pendekatan sistem pada manajemen
memandang organisasi sebagai suatu kesatuan, yang terdiri dari bagian-bagian
(sumber daya, masukan, proses, keluaran, umpan balik, dampak dan
lingkungan).
2.2.3 Prosedur Evaluasi Program
Prosedur evaluasi program, yaitu:11
1. Menentukan apa yang akan dievaluasi. Hal ini dikarenakan apa saja dapat
7
9
10
13
14
pemukiman 613 ha/m2, luas persawahan 0 ha/m2, luas perkebunan 67 ha/m2, luas
kuburan 2 ha/m2, luas pekarangan 7 ha/m2, luas taman 0 ha/m2, luas perkantoran 10
ha/m2, dan luas prasarana umum lainnya 88 ha/m2. UPT Puskesmas Siantan Hilir
Utara mempunyai 40 ruku warga (RW) dengan 151 rukun tetangga (RT) binaan.
UPT Puskesmas Siantan Hilir memiliki luas wilayah binaan ± 787 ha/m 2
dengan batas wilayah, yaitu:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Pontianak
b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Siantan Tengah
c. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Sungai Kapuas
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Batulayang
UPT Puskesmas Siantan Hilir terletak berseberangan dengan sungai kapuas,
beralamat di Jl. Dharma Putra I Samping Gg. Dharma Putra Wakaf, Kelurahan
Siantan Hilir.
4.1.5 Kependudukan
Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Siantan Hilir Tahun 2020 penduduk
wilayah binaan UPT Puskesmas Siantan Hilir berjumlah 30.442 jiwa yang terdiri
dari jenis kelamin laki-laki 15.167 (49,83%) jiwa dan jenis kelamin perempuan
15.275 (50,17%) jiwa. Menurut data monografi kecamatan yang termasuk dalam
wilayah kerja UPT Puskesmas Siantan Hilir, yang tersebar di empat kelurahan
yaitu: Kelurahan Siantan Hilir terdiri dari 40 RW, 151 RT dan 1093 KK. Secara
keseluruhan indikator kependudukan di UPT Puskesmas Siantan Hilir tahun 2020
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Indikator kependudukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Siantan Hilir
tahun 2020
No. Sasaran Program Jumlah
1 Jumlah wilayah 787 ha/m2
2 Jumlah RW 40 RW
3 Jumlah RT 151 RT
4 Jumlah Penduduk 30.442
a. Laki-laki 15.167
b. Perempuan 15.275
5 Jumlah KK 1.093
16
6 Bayi 601
7 Balita 2.048
8 Anak Usia Pendidikan Dasar 3.107
9 Ibu Hamil 608
10 Ibu Bersalin 632
11 Ibu Nifas 632
12 2.518
13 Usia 15-59 19.941
Sumber: Indikator Kinerja dan Standar Pemayanan Minimal Tahun 2020
4.1.6 Ketenagaan Kesehatan
Jumlah pegawai di UPT Puskesmas Siantan Hilir sampai dengan 31
Desember 2020 seluruhnya berjumlah 145 orang terdiri dari 62 PNS dan 83 Non
PNS. Distribusi pegawai di UPT Puskesmas Siantan Hilir menurut kualifikasi
pendidikannya Tahun 2020 dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi pegawai di UPT Puskesmas Siantan Hilir menurut jenis
pendidikan tahun 2020
No. Jenis Pendidikan 2020
1 Dokter Umum (S1) 4
2 Dokter Umum (S1) Tubel 3
3 Dokter Spesialis 1
4 Dokter Gigi 1
5 Magister (Kesehatan & Non Kesehatan) 1
6 S1 Farmasi 2
7 DIII Farmasi 4
8 S1 Perawat 1
9 DIV Perawat 1
10 DIII Perawat 12
11 SPK 2
12 DIII Perawat Gigi 3
13 S1 Gizi 1
14 DIII Gizi 1
15 DIV Kebidanan 0
16 DIII Kebidanan 5
17 DIV Kesehatan Lingkungan 1
17
18
19
faktor risiko angka kekerasan dan bunuh diri pada penderita gangguan jiwa.
Pemantauan kesehetan orang dengan gangguan jiwa akan membantu penderita
untuk lebih paham dan menerima penyakitnya. Satu di antara caranya adalah
meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan orang
dengan gangguan jiwa di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer.
Jika hal ini tidak diatasi akan menyebabkan risiko penyiksaan dan tingkat bunuh
diri akan terus meningkat.4
Pada in dikator Seriousness (S) diberikan nilai 5 dikarenakan dampak
masalah yang dapat ditimbulkan di lingkungan sosial dan mengancam jiwa sendiri
maupun orang lain. Program yang mewadahi penderita ODGJ dapat menjadi sarana
pelayanan cepat, tepat, dan sederhana sehingga meminimalisir dampak yang
ditimbulkan. Selain itu menjadi sumber informasi tentang ODGJ dan bagaimana
cara mendapatkan pelayanan yang cepat. Ketidaktahuan dalam mendapatkan
pelayanan yang cepat atau informasi yang tepat menjadi keluhan yang membuat
penderita ODGJ kurang memberi diri untuk mendapatkan pelayanan, serta
kurangnya edukasi tentang kesehatan jiwa di daerah tempat tinggal ODGJ. Stigma
negatif akan semakin terus terbentuk dan menjadi suatu penghalang bagi teman
ODGJ untuk mendapat pelayanan. Pelayanan yang cepat, tepat, dan sederhana
tentunya memenuhi standar pelayanan serta edukasi kesehatan jiwa menjadi solusi
yang dibutuhkan segera. Dalam hal ini dibutuhkan keseriusan secara menyeruluh
agar pelayanan kesehatan jiwa dapat diberikan dan stigma negatif dapat diubah.12
Nilai 5 untuk indikator Growth (G) dikarenakan terbentuknya stigma atau
pandangan yang buruk dalam masyarakat dan keluarga penderita mengenai
penyakit jiwa sehingga penderita tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai. Stigma atau persepsi yang salah mengenai penyebab gangguan jiwa di
masyarakat masih sering dikaitkan dengan hal-hal seperti kerasukan roh jahat dan
lain sebagainya. Selain itu, gangguan jiwa masih dianggap aib dan menjadi hal
memalukan bagi keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa.
Keluarga dan masyarakat beranggapan bahwa gangguan jiwa berbeda dengan
gangguan fisik lainnya sehingga tidak dapat diobati dan mengakibatkan pasien
gangguan jiwa jarang dibawa ke fasilitas kesehatan. Akibat hal tersebut maka
pasien dengan gangguan jiwa dipisahkan atau ditolak dari kelompok masyarakat
21
karena menganggap bahwa pasien gangguan jiwa berbahaya dan tidak dapat
diprediksi. Persepsi tersebut dapat mengakibatkan pasien dengan gangguan jiwa
merasa malu, menarik diri, menghambat adaptasi sosial, dan kesulitan mengakses
serta mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan. 13 Berdasarkan metode USG
di atas, diperoleh prioritas masalah utama, yaitu persentase orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) berat yang mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar.
5.3 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah
Sesuai dengan pendekatan sistem, pencapaian persentase. Sistem tersebut
meliputi man, material, method, money, dan environment. Untuk mengidentifikasi
penyebab masalah yang memengaruhi pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar di
Puskemas Siantan Hilir maka kami berupaya menemukan dan menganalisa
penyebab masalah berdasarkan aspek man, material, method, money, dan
environment.
Identifikasi masalah dapat kami susun setelah kami mendapatkan data yang
bersumber dari observasi langsung dan wawancara dengan penanggung jawab
program, kepala puskesmas, petugas puskesmas (dokter dan perawat), dan
masyarakat. Berikut adalah tabel daftar masalah yang memengaruhi persentase
pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar:
Tabel 5.3 Daftar permasalahan yang memengaruhi persentase pelayanan kesehatan
jiwa di UPT Puskesmas Siantan Hilir
No. Faktor Penyebab Masalah Tolok Ukur Keterangan
1 Man
Tenaga kesehatan Kinerja Wawancara Petugas
petugas dengan kesehatan
kesehatan penanggung kesulitan
kurang jawab dan dalam
optimal. pemegang menjalin kerja
program di sama dengan
UPT keluarga
Pusekesmas pasien.
Siantan Hilir.
22
penanggung
jawab dan
pemegang
program di
UPT
Pusekesmas
Siantan Hilir.
5 Method
Pangkalan data Data yang Wawancara Terdapat
terkumpul dengan beberapa data
kurang penanggung pasien dengan
tersusun rapi. jawab dan gangguan
pemegang jiwa yang
program di belum
UPT diperbaharui
Pusekesmas (pasien lama
Siantan Hilir. dan baru).
Kader Tidak ada Wawancara Tidak adanya
kader jiwa. dengan kader jiwa
penanggung yang
jawab dan membantu
pemegang kegiatan
program di pelayanan
UPT kesehatan
Pusekesmas jiwa.
Siantan Hilir.
METHOD MAN
Kurangnya
peran keluarga
Kinerja petugas ODGJ dalam
kurang optimal mendukung
Tidak ada kader kesehatan jiwa
Kurangnya kesadaran
Sulitnya pengumpulan untuk datang ke fasilitas
data dari luar PKM pelayanan kesehatan
Siantan Hilir
Presentase ODGJ
kesehatan jiwa
mendapatkan
pelayanan
Tidak ada pos
kesehatan jiwa
Tidak ada Tidak ada kendala
kendala
Kurangnya media
informasi tentang
kesehatan jiwa
Desain ruang
pemeriksaan
kurang efisien
MONEY
ENVIRONMENT
MATERIAL
Gambar 5.1 Diagram Fishbone pada Identifikasi Akar Permasalahan pada persentase ODGJ mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa di UPT Puskesmas Siantan Hilir.
26
matriks. Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka
akan dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan
memungkinkan.
Kami memilih program Pos Jiwa Terpadu sebagai alternatif utama dalam
pemecahan masalah. Pada permasalahan yang ada seperti kurang nya pengetahuan
di daerah sekitar atau kurangnya edukasi tentang kesehatan jiwa yang membuat
stigma negatif tentang penderita ODGJ semakin berkembang, pelayanan kesehatan
jiwa yang harus dirujuk, dan kurangnya pendataan secara lengkap menjadi masalah
yang harus dibenahi agar tercapainya kesehatan ODGJ dapat terjamin lebih baik.
Tabel 5.4 Penetapan prioritas alternatif penyelesaian masalah dengan metode
CARL
CARL
No. Alternatif Penyelasain Masalah Total Ranking
C A R L
1 Program Pos Jiwa Terpadu 9 10 10 10 9.000 1
6.1 Kesimpulan
1. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan metode USG, yaitu capaian SPM
pelayanan kesehatan jiwa ODGJ yang masih di bawah target.
2. Identifikasi penyebab masalah tersebut dilakukan dengan pendekatan sistem
man, material, method, money, dan environment.
3. Prioritas penyelesaian berdasarkan metode CARL, yaitu program Posjitu.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi UPT Puskesmas Siantan Hilir
1. Meningkatkan kemitraan dengan tokoh masyarakat serta kader terkait kegiatan
Posjitu.
2. Melaksanakan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa serta penyakit jiwa, baik di
dalam maupun di luar gedung puskesmas yang didukung dengan adanya media
informasi sebagai upaya promosi.
3. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar.
6.2.2 Bagi Masyarakat
1. Bekerja sama dengan pihak puskesmas dalam upaya melaksanakan dan
mendukung program Posjitu sebagai satu di antara upaya dalam meningkatkan
pengetahuan sehingga dapat mengurangi persepsi negatf dari masyarakat
mengenai pasien kejiwaan serta keluarga pasien.
2. Dapat menerapkan informasi sehingga dapat menghindari proses pemasungan
atau penolakan terhadap pasien jiwa.
6.2.3 Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Diperlukan integrasi antara dinas kesehatan dan puskesmas dalam
pelaksanaan kegiatan Posjitu yang didukung dengan penyediaan media informasi
berbasis teknologi di ruang publik di wilayah Kota Pontianak.
6.2.4 Bagi Dinas Sosial Kota Pontianak
Diperlukan kerjasama terutama saat terjadi keadaan urgensi sehingga dapat
membantu proses mobilisasi pasien jiwa yang perlu segera ditangani atau dirujuk
ke puskesmas atau rumas sakit.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2019.
12. Agusno M. Global National Mental Health & Psychosocial Problem &
Mental Health Policy. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2011.
13. Lubis N, Krisnani H, Fedryansyah M. Pemahaman Masyarakat mengenai
Gangguan Jiwa dan Keterbelakangan Mental. Share: Social Work Journal
2015;4(2).
30
LAMPIRAN
1. Sasaran
Pasien terdiagnosis skizoprenia dan keluarga yang tinggal serumah dengan
pasien yang masih berada dalam wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir.
2. Wadah kegiatan
Posjitu dilaksanakan di rumah kader jiwa yang telah ditentukan. Selanjutnya
program dapat dilaksanakan pada hari dan waktu yang disepakati sesuai jam
kerja Posjitu.
3. Pelaku kegiatan
Penanggung jawab program adalah pemegang program pelayanan kesehatan di
Puskesmas Siantan Hilir.
4. Waktu kegiatan
Program dapat dilaksanakan pada hari dan waktu yang disepakati sesuai jam
kerja puskesmas.
5. Bentuk kegiatan
Adapun bentuk kegiatan program, yaitu sebagai berikut.
a. Menentukan Ketawa;
b. Membuat peraturan program Gema Sejiwa;
c. Memastikan ODGJ terdata di Posjitu;
d. Membagikan buklet Jiwai Jiwa.
6. Persiapan
a. Membentuk Posjitu;
b. Menentukan Ketawa;
c. Menentukan gambaran tugas penanggung jawab program dan Ketawa;
d. Menentukan peraturan Posjitu dan Ketawa;
e. Membagikan buklet Jiwai Jiwa.
7. Teknis pelaksanaan
a. Setiap ODGJ yang terdata diikusertakan dalam program;
b. Penyuluhan oleh penanggung jawab program dan/atau Ketawa;
c. Pengisian buklet Jiwai Jiwa;
31
d. Program dilaksanakan minggu pertama di tiap bulannya. Jam operasional
program 08.00-12.00.
8. Gambaran tugas penanggung jawab program
a. Memastikan ODGJ di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hilir terdata.
b. Memastikan terlaksananya kegiatan dengan cara menghubungi Ketawa H-1
kegiatan
c. Menentukan topik penyuluhan tiap bulannya
d. Menjalin koordinasi yang baik dengan para Ketawa
9. Gambaran tugas Ketawa
a. Menghubungi keluarga pasien untuk memastikan kehadiran keluarga
dan/atau pasien di Posjitu setiap bulannya.
b. Sebagai perantara antara penanggung jawab program dengan keluarga
dan/atau pasien.
c. Memastikan jadwal pengambilan obat dengan mengisi tabel pengambilan
obat di buklet Jiwai Jiwa.
d. Menyediakan tempat kegiatan.
10. Tata tertib program
a. Peserta Posjitu datang tepat waktu;
b. Peserta wajib membawa buklet Jiwai Jiwa.
11. Alur pelaksanaan program
a. Mengisi daftar hadir Posjitu;
b. Cekatan;
c. Mengisi jadwal pengambilan obat;
d. Penyuluhan.
32
33
34