Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK USIA

SEKOLAH DI KELAS 6 SD NEGERI PURWOBINANGUN


PERIODE BULAN JULI 2021

DISUSUN OLEH:
1. Ambarwati 203203005
2. Ammanah Syiti Hajjar 203203006
3. Audrey Prischa P 203203012
4. Dwy Kurniawan Sang P 203203025
5. Hendra Kusuma Jaya 203203030
6. Merry 203203046
7. Niken Ratna Sari 203203053
8. Ria Afriani 203203062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK USIA
SEKOLAH DI KELAS 6 SD NEGERI PURWOBINANGUN
PERIODE BULAN JULI 2021

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik profesi Ners


Stase Primary Health Care

DISUSUN OLEH:
1. Ambarwati 203203005
2. Ammanah Syiti Hajjar 203203006
3. Audrey Prischa P 203203012
4. Dwy Kurniawan Sang P 203203025
5. Hendra Kusuma Jaya 203203030
6. Merry 203203046
7. Niken Ratna Sari 203203053
8. Ria Afriani 203203062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK ANAK USIA SEKOLAH DI


KELAS 6 SD NEGERI PURWOBINANGUN
PERIODE BULAN JULI 2021

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktik Profesi Ners


Stase Primary Health Care

Telah disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ratna Lestari, M.Kep., Sp.Kep.) (Ns. Sriyati Sipora, S.)

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................2
1.3 Manfaat.....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Anak Usia Sekolah.....................................................................................4
2.1.1 Definisi Usia Sekolah..........................................................................4
2.1.2 Tahapan Anak Usia Sekolah...............................................................4
2.1.3 Keterampilan Anak Usia Sekolah.......................................................5
2.1.4 Ciri Anak Usia Sekolah........................................................................5
2.1.5 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah..........................................6
2.2 Usaha Kesehatan Sekolah.........................................................................7
2.2.1 Definisi Usaha Kesehatan Sekolah.....................................................7
2.2.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah......................................................8
2.2.3 Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah....................................................8
2.2.4 Sarana dan Prasarana Usaha Kesehatan Sekolah..............................9
2.2.5 Program Usaha Kesehatan Sekolah.................................................10
2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.............................................................12
2.3.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).............................12
2.3.2 PHBS di Lingkungan Sekolah............................................................13
2.3.3 Fasilitas Penunjang PHBS.................................................................14
2.3.4 Manfaat PHBS..................................................................................15
2.3.5 Sasaran PHBS...................................................................................16
2.4 Karies Gigi................................................................................................16
2.4.1 Definisi Karies Gigi............................................................................16
2.4.2 Etiologi Karies Gigi............................................................................17
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi..........................................18
2.4.3.1 Faktor Langsung..................................................................................18
2.4.4 Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar.................................................24
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH................27
3.1 Analisis Situasi.........................................................................................27
3.2 Hasil Pengkajian dan Analisis Data..........................................................28

iii
3.2.1 Pengkajian........................................................................................28
3.2.2 Analisa Data.....................................................................................30
3.3 Diagnosis Keperawatan...........................................................................30
3.4 Rencana Tindakan/Rencana Program.....................................................31
3.5 Implementasi dan Evaluasi......................................................................34
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................38
4.1 Kesimpulan..............................................................................................38
4.2 Saran........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................40
LAMPIRAN..............................................................................................................41

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Tabulasi data Mobscreen


Lampiran 2: Dokumentasi pelaksanaan pendidikan kesehatan

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian dari kesehatan tubuh yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena kesehatan gigi dan
mulut akan mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan
di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan nasional,
yang artinya pembangunan di bidang kesehatan gigi dan mulut tidak boleh
ditinggalkan. Upaya pada bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian,
demi menunjang kesehatan yang optimal. Pencapaian derajat kesehatan yang
optimal, salah satunya perlu dilakukan pada anak usia sekolah dasar. Upaya
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak anak usia
dini (Riyanti, dkk., 2016).
Menurut Rismawati (2015) pelaksanaan pembangunan kesehatan
dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan
pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar demi
tercapainya derajat kesehatan yang optimal. Adapun untuk menunjang upaya
kesehatan yang optimal maka upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat
perhatian. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,
pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat serta penanganan kesehatan
gigi dan mulut termasuk pencegahan dan perawatan. Kondisi kesehatan gigi
dan mulut secara keseluruhan sudah diabaikan oleh sebagian besar orang.
Perawatan gigi dan mulut dianggap tidak begitu penting, padahal manfaatnya
sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2017).
Karies merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang menjadi
masalah utama yang sering terjadi pada anak-anak (Worotitjan, dkk., 2014).
Karies adalah penyakit infeksi yang disebabkan demineralisasi jaringan keras
gigi yang mengenai email, dentin dan sementum. Karies disebabkan oleh
aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang diragikan. Sehingga terjadi

1
invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya yang dapat
menyebabkan rasa nyeri apabila terus dibiarkan (Kidd dan Bechal, 2015).
Usia sekolah merupakan masa dimana anak suka jajan makanan
sembarangan sesuai dengan yang dia suka seperti gula-gula, namun motivasi
yang dimiliki dalam melakukan perawatan gigi kurang. Apabila anak terlalu
banyak makan-makanan manis dan jarang membersihkan gigi segera makan
manis tersebut maka akan timbul masalah pada gigi-giginya. Gigi anak akan
rusak dan berlubang karena kuman sehingga akan muncul masalah kesehatan
gigi yaitu karies gigi. Oleh karena itu perlu dilakukan pendidikan kesehatan
terhadap anak usia sekolah tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut
(Machfoedz dan Zein, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian menggunakan aplikasi Mobscreen
Penjarkes di SD Negeri Purwobinangun Kalasan pada siswa kelas 6 sebanyak
11 siswa. Hasil kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 6 SD purwobinangun
diketahui bahwa sebagian besar siswa/siswi kelas 6 di SD Purwobinangun
mengalami karies gigi sebanyak 5 orang (45%). Dari hasil pengkajian
tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan yang dialami oleh siswa
berkaitan dengan kesehatan gigi mulut yaitu karies gigi. Maka kelompok
mengambil Intervensi berupa edukasi tentang PHBS dan karies gigi serta
pemutaran video animasi tentang cara menggosok gigi, di mana metode ini
sangat tepat diberikan karena anak diberikan pemahaman dan meningkatkan
pengetahuan mereka melalui edukasi yang diberikan tentang kesehatan gigi
mulut. Kegiatan diawali dengan pemberian edukasi mengenai PHBS dan
kesehatan gigi mulut karies gigi, kemudian di akhir sesi akan dilakukan tebak
kuis tentang kapan saja waktu menggosok gigi dan cara menggosok gigi
dimana ini dilakukan untuk mengevaluasi pemahaman siswa dan orang tua.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada kelompok
anak usia sekolah.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui data kesehatan lingkungan dan anak sekolah pada Unit
Kesehatan Sekolah (UKS) di SD Negeri Purwobinangun
2. Memberikan gambaran masalah kesehatan dan merekomendasikan
upaya peningkatan kesehatan sekolah melalui UKS bekerja sama
dengan Puskesmas

1.3 Manfaat
Setelah dilaksanakannya praktik PHC (Primary Health Care) diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Sekolah
a. Dapat memberikan gambaran umum mengenai kesehatan lingkungan
sekolah dan kesehatan anak di lingkungan sekolah.
b. Mengoptimalkan program UKS yang merupakan tempat yang dapat
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik dengan meningkatkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta menciptakan
lingkungan yang sehat.
2. Bagi Institusi
a. Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada kelompok
Anak Usia Sekolah (UAS) dan lingkungan sekolah mulai dari
pengkajian kesehatan sekolah, menentukan diagnosa dan rencana
tindakan
b. Dapat terlibat dan menjalankan upaya peningkatan kesehatan
(promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) berdasarkan
evidence di sekolah dengan pendampingan.
c. Dapat berkoordinasi dengan puskesmas dan pihak sekolah dalam
melakukan rujukan dari sekolah ke puskesmas.
3. Bagi Puskesmas
a. Dapat memberikan gambaran umum mengenai kesehatan
lingkungan sekolah dan kesehatan anak di lingkungan sekolah.
b. Sebagai dasar pengambilan kebijakan terkait upaya kesehatan di
sekolah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah


2.1.1 Definisi Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang
artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-
anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Nugraheni dkk, 2018).

2.1.2 Tahapan Anak Usia Sekolah


Masa anak usia sekolah dasar merupakan masa intelektual atau
masa keserasian bersekolah. Secara relatif, pada masa ini anak-anak
lebih mudah dibimbing daripada masa sebelum dan sesudahnya.
Terdapat dua fase dalam masa usia sekolah dasar yaitu masa usia 6 atau
7 tahun sampai 9 atau 10 tahun dan masa usia 9 atau 10 tahun sampai
umur 12 atau 13 tahun (Nugraheni dkk, 2018). Tahap usia ini disebut
juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana anak mulai
mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga, kerja sama
antara teman, dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar.
Dengan memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki
anak dalam kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan
ketrampilan motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima
otoritas tokoh lain di luar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh
pada peraturan dan dapat mengendalikan emosi-emosinya. Pada masa
anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-
temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan
kegagalan dan ejekan teman (Nugraheni dkk, 2018).
Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan

4
tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan
apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya
dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi
sekolahnya, akan timbul motivasi yang tinggi terhadap karya dengan
lain perkataan terpupuklah “Industry” (Nugraheni dkk, 2018).

2.1.3 Keterampilan Anak Usia Sekolah


Menurut Hurlock (2011), dengan memasuki dunia sekolah dan
masyarakat, anak-anak dihadapkan pada tuntutan sosial yang baru, yang
menyebabkan timbulnya harapan-harapan atas diri sendiri (self-
expectaction) dan aspirasi-aspirasi baru. Dengan kata lain, akan muncul
lebih banyak tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri
yang ke semuanya ingin dipenuhi. Beberapa ketrampilan yang perlu
dimiliki anak pada fase ini meliputi antara lain:
1. Ketrampilan menolong diri sendiri (self-help skills): misalnya
dalam hal mandi, berdandan, makan, sudah jarang atau bahkan
tidak perlu ditolong lagi.
2. Ketrampilan bantuan sosial (social-help skills): anak mampu
membantu dalam tugas-tugas rumah tangga seperti: menyapu,
membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya.
3. Ketrampilan sekolah (school-skills): meliputi penguasaan dalam hal
akademik dan non akademik.
4. Ketrampilan bermain (play-skills): meliputi ketrampilan dam
berbagai jenis permainan seperti main bola, mengendarai sepeda,
catur, bulu tangkis dan lain-lain.

2.1.4 Ciri Anak Usia Sekolah


Menurut Hurlock (2011), orang tua, pendidik, dan ahli psikologis
memberikan berbagai label kepada periode ini dan label-label itu
mencerminkan ciri-ciri penting dari periode anak usia sekolah, yaitu
sebagai berikut:

5
1. Masa yang menyulitkan
Suatu masa di mana anak tidak mau lagi menuruti perintah dan di
mana ia lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya
daripada oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya.
2. Masa anak tidak rapi
Suatu masa di mana anak cenderung tidak memedulikan dan
ceroboh dalam penampilan, dan kamarnya sangat berantakan.
Sekalipun ada peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapian
dan perawatan barang-barangnya, hanya beberapa saja yang taat,
kecuali kalau orang tua mengharuskan melakukannya dan
mengancam dengan hukuman.

2.1.5 Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah


Menurut Susanto (2013) tugas perkembangan pada masa sekolah (6- 12
tahun), yaitu :
1. Belajar mendapatkan keterampilan fisik yang berupa penguasaan
otot untuk melakukan kegiatan/ permainan, dalam pertumbuhan
fisik dan otak, anak belajar dan melakukan kegiatan olahraga
seperti berlari dan melakukan senam pagi, serta dapat melakukan
permainan ringan (sepakbola, loncat tali, berenang, dll.).
2. Belajar membuat perilaku yang sehat terhadap dirinya sendiri
sebagai makhluk biologis, seperti mengembangkan kebiasaan
untuk memelihara badan (kebersihan, keselamatan diri, dan
kesehatan), membedakan sikap positif terhadap jenis kelaminnya
(laki-laki atau perempuan) dan juga menerima dirinya (rupa wajah
maupun postur tubuh) secara positif.
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan
berhitung.
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari, yakni dapat

6
mengingat sesuatu dengan panca indera mengenai pengamatan
yang telah lalu. Bertambahnya pengalaman dan pengetahuan, maka
semakin tambah pula konsep yang diperoleh. Konsep yang meliputi
kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat
istiadat, dll.
7. Mengembangkan kata hati, yakni mengembangkan sikap dan
perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Tugas
perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah,
boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dll.
8. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi, dapat
menjadi orang yang berdiri sendiri (membuat rencana, berbuat
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang), bebas dari
pengaruh orangtua dan orang lain.
9. Mengembangkan sifat yang positif terhadap kelompok sosial dan
lembaga-lembaga, dapat mengembangkan sikap sosial yang
demokratis dan menghargai hak orang lain, seperti
mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa,
bersedia bekerja sama dengan orang lain, toleransi terhadap
pendapat orang lain, dan menghargai hak orang lain.

2.2 Usaha Kesehatan Sekolah


2.2.1 Definisi Usaha Kesehatan Sekolah
Usaha kesehatan sekolah (UKS) merupakan salah satu wahana
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, sehingga mampu
menghasilkan derajat kesehatan peserta didik yang optimal (Kristiawan
dkk., 2017). Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah bagian dari usaha
kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan
kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya,
dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan
sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya
(Swarjana, 2016).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah bagian dari substansi

7
manajemen layanan khusus yang bergerak dalam bidang kesehatan
sekolah. Manajemen layanan khusus di sekolah pada dasarnya dibuat
untuk mempermudah atau memperlancar pembelajaran, serta dapat
memenuhi kebutuhan khusus siswa di sekolah. Mengingat UKS
merupakan salah satu unit yang memberikan layanan kesehatan kepada
peserta didik, yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara optimal
(Rahmawati dkk., 2015)

2.2.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah


Menurut Notoatmodjo (2013), secara umum UKS bertujuan
meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik
dengan upaya meningkatkan perilaku hidup sehat dan bersih, serta
menjaga derajat kesehatan peserta didik. Sedangkan tujuan UKS secara
khusus adalah untuk mengupayakan terciptanya lingkungan sekolah
yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan
membentuk perilaku baik peserta didik maupun masyarakat di sekolah
yang sehat dan mandiri. Selain itu juga untuk meningkatkan peran serta
peserta didik dalam usaha peningkatan kesadaran kesehatan di sekolah
dan di lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat umum.
Memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
peserta didik yang di dalamnya mencakup:
1. Berpengetahuan, bersikap, dan berketrampilan untuk melaksanakan
prinsip hidup sehat serta beradaptasi aktif di dalam usaha
peningkatan kesehatan.
2. Sehat fisik, mental, maupun sosial. dan
3. Memiliki daya hayat dan daya tangkap terhadap pengaruh buruk
narkotika, alkohol, rokok, dan sebagainya.

2.2.3 Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah


Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS menurut

8
Notoatmodjo (2013), meliputi: sasaran primer, sasaran sekunder, dan
sasaran tersier. Sasaran primer terdiri dari peserta didik yang berada di
lingkungan sekolah. Sasaran sekunder terdiri dari guru dan karyawan
sekolah di setiap jenjang pendidikan. Sasaran tersier terdiri dari
lembaga pendidikan dari tingkat prasekolah sampai pada sekolah
lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah beserta
lingkungannya.
Peserta didik yang berada di lingkungan sekolah. Sasaran
sekunder terdiri dari guru dan karyawan sekolah di setiap jenjang
pendidikan. Sasaran tersier terdiri dari lembaga pendidikan dari tingkat
prasekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan
pendidikan luar sekolah beserta lingkungannya.

2.2.4 Sarana dan Prasarana Usaha Kesehatan Sekolah


Mengenai sarana dan prasarana UKS dijelaskan oleh (Effendi,
2009) meliputi: 1) ruang UKS atau klinik sekolah, 2) alat-alat
pemeriksaan yang diperlukan, 3) alat- alat P3K, 4) Obat-obatan sehari-
hari yang diperlukan. Berdasarkan kelengkapannya dapat dibagi
menjadi:
1. Sarana dan Prasarana Sederhana meliputi :
1) Tempat tidur
2) Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3) Kotak P3K dan obat-obatan (Betadine, Oralit, Parasetamol).
4) Minimal melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan
Kesehatan.
5) Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 5% dari jumlah
siswa.
2. Sarana dan Prasarana Lengkap meliputi :
1) Tempat tidur.
2) Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3) Kotak P3K dan obat-obatan (Betadin, Oralit, Parasetamol).
4) Lemari obat, buku rujukan KMS, poster-poster, struktur

9
organisasi, jadwal piket, tempat cuci tangan, data kesakitan
murid
5) Melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan Kesehatan dan
pelayanan kesehatan.
6) Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 6-9% dari jumlah
siswa.
3. Sarana dan Prasarana ideal meliputi :
1) Tempat tidur
2) Timbangan berat badan, alat ukur tinggi badan, Snellen Chart.
3) Kotak P3K dan obat-obatan (Betadin, Oralit, Parasetamol).
4) Lemari obat, buku rujukan KMS, poster-poster, struktur
organisasi, jadwal piket, tempat cuci tangan, data kesakitan
murid.
5) Peralatan gigi dan unit gigi.
6) Contoh-contoh model organ tubuh.
7) Melaksanakan TRIAS UKS yang Pendidikan Kesehatan,
pelayanan kesehatan, dan pembinaan hidup lingkungan
kehidupan sekolah.
8) Memiliki kader Tiwisada/ KKR sebanyak 10% dari jumlah
siswa

2.2.5 Program Usaha Kesehatan Sekolah


Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS di
sini dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat.
Bagian-bagian jenis kegiatan tersebut termasuk dalam program kegiatan
UKS sebagai berikut:
1. Pengelolaan UKS (Tim Pembina UKS)
1) Pembentukan Tim Pelaksana UKS
2) Terlibatnya unsur guru dan petugas puskesmas
3) Penyusunan program kerja UKS

10
4) Pengawasan pelaksanaan 7K
5) Laporan pembinaan dari Puskesmas
6) Penyuluhan tentang UKS
7) Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program
kerja
8) Penyediaan sarana pelayanan kesehatan
9) Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS
10) Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS
2. Trias UKS
1) Pendidikan kesehatan
a. Pelaksanaan pemeriksaan berkala
b. Pelaksanaan pemeriksaan rutin
c. Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah
d. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
e. Pengadaan alat peraga
f. Pelaksanaan dokter kecil
g. Pelaksanaan pemeriksaan berat badan
h. Pengadaan alat peraga UKS
i. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan
j. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas
2) Pelayanan kesehatan
a. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
b. Pelaksanaan imunisasi
c. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
d. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini
penyakit
e. Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan
f. Pengadaan rujukan ke puskesmas
3) Lingkungan sekolah sehat
a. Pengadaan ruang/sudut UKS
b. Pembinaan kantin sekolah
c. Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat

11
d. Pengadaan tempat pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat
e. Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa

Upaya peningkatan kesehatan disekolah melalui kegiatan yang


dilaksanakan melalui masyarakat disekolah dipandang lebih efektif
dibanding kegiatan lain yang dilakukan dalam masyarakat umum.
Program UKS sangat efektif karena:
1. Sekolah Dasar sebagai masyarakat sekolah, mempunyai
komunitas peserta didik yang sangat besar.
2. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas
seluruh pelosok tanah air.
3. Anak-anak usia SD sangat peka terhadap perubahan dan
pembaharuan, bahkan anak-anak mempunyai sifat yang
menyampaikan apa yang dia terima dan diperoleh dari orang lain.
4. Di pandang dari pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa
depan pelaksanaan UKS di sekolah dasar sangat ekonomis.

2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


2.3.1 Definisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS) merupakan salah satu
upaya preventif (pencegahan terhadap suatu penyakit atau masalah
kesehatan) dan promotif (peningkatan derajat kesehatan pada seseorang,
sehingga dapat dikatakan sebagai pilar Indonesia sehat (Julianti dkk.,
2018).
Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan yang
berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
(Resmana dkk., 2017). Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
makhluk hidup yang dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah
suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta

12
lingkungan (Notoatmodjo, 2015).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kondisi sehat dapat dicapai
dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat
dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu
kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggota
rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga
sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan
setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan
lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2015).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan
advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan
masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam
program Perilaku Hidup Bersih Sehat (Muninjaya, 2015).

2.3.2 PHBS di Lingkungan Sekolah


PHBS disekolah adalah upaya untuk memberdayakan murid,
guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah
sehat. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi
dengan segala aktivitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang
disebut kurikulum (Ahmadi, 2015).
PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di

13
tatanan institusi pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/
sekolah meliputi (Depkes, 2015):
1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun
2. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
4. Olahraga yang teratur dan terukur
5. Memberantas jentik nyamuk
6. Tidak merokok di sekolah
7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
Menurut Maryunani (2015), sosialisasi penerapan PHBS di sekolah
lingkungan internal antara lain:
1. Penggunaan jamban sehat dan air bersih
2. Pemberantasan sarang nyamuk
3. Larangan merokok disekolah dan kawasan tanpa rokok disekolah
4. Membuang sampah pada tempatnya.

2.3.3 Fasilitas Penunjang PHBS


Fasilitas penunjang PHBS di sekolah antara lain adalah : (Depkes,
2012)
1. Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk Air bersih
yang tersedia di sekolah dapat digunakan oleh siswa dan guru
untuk berbagai keperluan. Siswa dan guru dapat menggunakan air
bersih untuk mencuci tangan dengan menggunakan air bersih yang
mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku
cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun
mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus,
cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu burung, dan lain
sebagainya. Kegiatan pemeriksaan tandon air bersih dilakukan
untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan
nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik
nyamuk di lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M

14
(menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan
air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan
lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari
pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian disosialisasikan kepada
seluruh warga sekolah.
2. Fasilitas penunjang PHBS disekolah yang lain adalah tersedianya
kantin sekolah dengan jajanan yang sehat, ketersediaan jamban
yang bersih, tempat dan program olahraga yang teratur dan terukur,
dan juga adanya tempat sampah. Di mana fasilitas tersebut dapat
menunjang siswa dan siswi dalam berperilaku hidup bersih dan
sehat dilingkungan sekolah.

2.3.4 Manfaat PHBS


Menurut Notoatmodjo (2015), kebijakan pembangunan
kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang
yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat
merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan
perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang
berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi
kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial. Perilaku
hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk (Akmal, 2016) :
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga
teratur dan hidup sehat
2. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit
3. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan
penyakit
4. Berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya
sekolah yang bersih dan sehat sehingga murid, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit,
meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar murid, citra sekolah sebagai institusi pendidikan

15
semakin meningkat sehingga mampu minat orang tua dan dapat
mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta
menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Kemenkes RI,
2015).

2.3.5 Sasaran PHBS


Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2015) dikembangkan dalam
lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di
tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan.
Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga.
institusi pendidikan yang terbagi dalam (Akmal, 2016):
1. Sasaran primer Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang
akan diubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah
(individu/ kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
2. Sasaran sekunder Sasaran yang mempengaruhi individu dalam
institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah,
guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat,
petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
3. Sasaran tersier Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi
pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan
untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan
seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru,
tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

2.4 Karies Gigi


2.4.1 Definisi Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit pada jaringan gigi yang

diawali dengan terjadinya kerusakan jaringan yang dimulai dari

permukaan gigi (pit, fissures, dan daerah inter proksimal), kemudian

16
meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan

juga dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat

meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari enamel ke

dentin atau ke pulpa. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

terjadinya karies gigi, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme

dan saliva, permukaan dan anatomi gigi (Tarigan, 2015).

Meningkatnya angka kejadian karies juga dihubungkan dengan

peningkatan konsumsi gula. Karies gigi merupakan penyakit yang

paling umum terjadi pada anak-anak dan prevalensinya meningkat

sejalan dengan pertambahan usia anak tersebut. Survei epidemologi

terbaru yang dilakukan di Negara Timur Tengah menunjukkan bahwa

karies pada anak relatif lebih tinggi dipengaruhi oleh diet (Surya, dkk.,

2011).

2.4.2 Etiologi Karies Gigi

Host
Mikroorganisme
Substrat
Waktu

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi


terjadinya karies (Shafer, 2012)

17
Karies merupakan salah satu penyakit muktifaktorial yang

terdiri dari empat faktor utama yang saling berinteraksi langsung di

dalam rongga mulut. Empat faktor utama yang berperan dalam

pembentukan karies yaitu host, mikroorganisme, substrat dan waktu

(Shafer, 2012). Karies akan timbul jika keempat faktor tersebut

bekerja sama. Selain faktor langsung di dalam mulut yang

berhubungan dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor tidak

langsung atau faktor predisposisi yang juga disebut sebagai risiko luar,

antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi,

lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan

gigi dan mulut (Laelia, 2011).

2.4.2
2.4.3
A.
2.4.1
2.4.2
2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi
2.4.3.1 Faktor Langsung
a. Host

Struktur dan komposisi gigi memiliki peran penting

terhadap perkembangan lesi karies. Permukaan enamel yang

terluar diketahui lebih resisten terhadap karies dibandingan

dengan permukaan enamel di bawahnya. Keadaan

morfologi gigi juga berpengaruh terhadap perkembangan

karies, hal ini disebabkan karena adanya pit dan fissure

yang dalam pada permukaan gigi yang dapat menjadi

18
tempat masuknya sisa-sisa makanan, bakteri dan debris.

Penumpukan sisa-sisa makanan, bakteri dan debris yang

tidak dibersihkan akan menyebabkan karies berkembang

dengan cepat. (Shafer, 2012).

Saliva merupakan salah satu faktor yang memiliki peranan

penting terhadap terjadinya karies. Sejak tahun 1901,

Rigolet telah menemukan bahwa pasien dengan sekresi

saliva yang sedikit atau tidak sama sekali yang biasanya

disebabkan oleh adanya aprialismus, terapi radiasi kanker

ganas, dan xerostomia, memiliki presentase karies gigi yang

semakin meninggi. Selain itu juga sering ditemukan kasus

pasien balita berusia 2 tahun dengan kerusakan atau karies

pada seluruh giginya karena aplasia kelenjar parotis

(Tarigan, 2015)

b. Mikroorganisme

Bakteri Streptococcus mutans dan bakteri Laktobacili

merupakan dua bakteri yang berperan penting dalam proses

terjadinya karies. Streptococcus mutans memiliki peran

dalam proses awal pembentukan karies, setelah itu bakteri

laktobacili meneruskan peran untuk membentuk kavitas

pada enamel. Plak gigi mengandung bakteri yang memiliki

sifat acidogenic (mampu memproduksi asam) dan aciduric

(dapat bertahan pada kondisi asam). Selama proses

pembetukan lesi karies, pH plak turun menjadi dibawah 5,5

19
sehingga menciptakan suasana asam dan terjadi proses

demineralisasi enamel gigi (Cameron, 2008). Enamel gigi

dapat mengalami disolusi asam selama proses

keseimbangan kembali dengan proses yang dikenal dengan

istilah remineralisasi. Keseimbangan antara demineralisasi

dan remineralisasi dari enamel menentukan terjadinya

karies gigi (Tarigan, 2015).

c. Substrat

Konsumsi karbohidrat seperti sukrosa yang dapat

terfermentasi akan mempengaruhi pembentukan plak gigi

dan membantu perkembangbiakan serta kolonisasi bakteri

Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Konsumsi

sukrosa secara berlebih dapat mempengaruhi metabolisme

bakteri dalam plak untuk memproduksi asam sehingga

menyebabkan timbulnya karies (Heymann, 2013; Koch,

2009).

d. Waktu

Proses demineralisasi dan remineralisasi pada rongga

mulut terjadi secara terus menerus, oleh sebab itu maka

dapat dikatakan bahwa seseorang tidak pernah terbebas dari

karies. Karies akan terjadi jika terdapat gangguan

keseimbangan antara proses demineralisasi dan

remineralisasi. Proses ini ditentukan oleh komposisi dan

jumlah plak yang terdapat pada rongga mulut, konsumsi

20
gula (frekuensi dan waktu), paparan fluoride, kualitas

enamel dan respon imun. Asam dapat menyebabkan

hancurnya kristal enamel sehingga dapat menyebabkan

kerusakan pada permukaan enamel. Hal ini dapat terjadi

dalam kurun waktu bulan hingga tahun tergantung pada

intensitas dan frekuensi suasana asam terjadi (Cameron,

2008).

2.4.3.2 Faktor Tidak Langsung

a. Ras (suku bangsa)

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi sangat sulit

ditentukan. Namun demikian, bentuk tulang rahang suatu

ras bangsa mungkin dapat berhubungan dengan presentase

terjadinya karies yang semakin meningkat atau menurun.

Misalnya, pada ras tertentu dengan bentuk rahang yang

sempit sehingga gigi-geligi pada rahang tumbuh berjejal

yang menyebabkan seseorang sulit membersihkan gigi-

geligi secara keseluruhan sehingga akan meningkatkan

presentase karies pada ras tersebut (Tarigan, 2015).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan

pendapat antara hubungan ras (suku bangsa) dengan

prevalensi karies. Hal ini disebabkan karena adanya

perbedaan tingkat sosial ekonomi dan keadaan lingkungan

sosial yang dipengaruhi oleh perbedaan pendidikan,

pendapatan dan ketersediaan akses pelayanan kesehatan

21
yang berbeda disetiap ras (suku bangsa) (Fejerskov, 2008).

e. Usia

Prevalensi karies meningkat seiring dengan

bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena gigi lebih

lama terpapar dengan faktor resiko penyebab karies, oleh

karena itu penting untuk memahami dan mengendalikan

faktor risiko untuk mencegah timbulnya lesi karies baru

atau memperlambat perkembangan lesi karies yang sudah

ada (Fejerskov, 2008; Heymann, 2013).

f. Jenis kelamin

Prevalensi karies gigi permanen dan gigi sulung pada

perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini

disebabkan karena erupsi gigi anak perempuan lebih cepat

dibanding anak laki- laki, sehingga gigi anak perempuan

terpapar faktor resiko karies lebih lama (Fejerskov, 2008).

g. Keturunan

Orang tua dengan karies yang rendah anak-anaknya

cenderung memiliki karies yang rendah, sedangkan orang

tua dengan karies yang tinggi anak-anaknya cenderung

memiliki karies yang tinggi pula. (Shafer, 2012). Namun

penelitian ini belum dipastikan penyebabnya karena murni

genetik, transmisi bakteri atau kebiasaan makan dan

perilaku dalam menjaga kesehatan gigi yang sama dalam

suatu keluarga (Fejerskov, 2008).

22
h. Status sosial ekonomi

Anak-anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi

rendah memiliki indeks DMF-T lebih tinggi dibandingkan

dengan anak- anak dari keluarga dengan status sosial

ekonomi tinggi (Tulongow, 2013). Hal ini disebabkan

karena status sosial ekonomi akan mempengaruhi sikap dan

perilaku seseorang dalam upaya pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut (Fejerskov, 2008). Status sosial ekonomi

keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan, pekerjaan

dan pendapatan orang tua yang dapat mempengaruhi

perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam upaya

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Susi, 2012;

Heymann, 2013).

i. Sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi

1. Perilaku menggosok gigi

Perilaku memegang peranan yang penting dalam

mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut, salah

satunya adalah perilaku menggosok gigi (Anitasari, 2005).

Beberapa penelitian menunjukan bahwa kebiasaan

menggosok gigi, frekuensi menggosok gigi dan penggunaan

pasta gigi yang mengandung fluoride berpengaruh terhadap

kejadian karies (Lakhanpal, 2014). Menggosok gigi dua kali

sehari dengan menggunakan pasta gigi mengandung

fluoride dapat menurunkan angka kejadian karies (Angela,

23
2005).

2. Penggunaan dental floss

Dental floss atau benang gigi merupakan alat yang

digunakan untuk menghilangkan sisa makanan dan plak

pada daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi, seperti

pada daerah interproksimal. Pembersihan plak pada daerah

interproksimal dianggap penting untuk memelihara

kesehatan gingiva, pencegahan karies dan penyakit

periodontal. Penggunaan dental floss sebaiknya dilakukan

sebelum menggosok gigi, karena dapat membersihkan

daerah interdental yang tidak bisa dicapai dengan sikat gigi

dan fluor yang terkandung dalam pasta gigi lebih mudah

mencapai bagian interproksimal sehingga dapat membantu

melindungi permukaan gigi dari terbentuknya plak

(Magfirah, 2014).

2.4.4 Menyikat Gigi Yang Baik Dan Benar

A. Pengertian Menyikat Gigi

Menyikat gigi adalah cara yang umumdianjurkan untuk

membersihkan berbagai kotoran yang melekat padapermukaan gigi

dan gusi. Lama menggosok gigi tidak ditentukan, tetapi biasanya

dianjurkan maksimal 5 menit (minimal 2 menit), yang terpenting

dilakukan secara sistematis supaya tidak ada bagian-bagian yang

terlampaui.

B. Waktu Menyikat Gigi

24
Menurut Hidayat, R dkk (2016), cara merawat kesehatan gigi yang

paling sederhana adalah menyikat gigi secara rutin dan teratur

minimal 2 kali sehari, waktu terbaik untuk menyikat gigi adalah

setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Menyikat gigi

setelah makan bertujuan menganggkat sisa-sisa makanan yang

menempel di permukaan atau pun di sela-sela gigi dan gusi.

Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur, berguna untuk menahan

perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan

tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan

mulut secara alami.

C. Jenis Sikat Gigi

Menurut Erwana, A (2013), memili jenis sikat gigi yang baik

sesuia kriteria sikat gigi yang baik yaitu:

1. Gagang sikat harus lurus, supaya memudahkan mengontol

gerakan penyikatan. Kalau tidak, nanti bisa mengarah ke

tidak tepat cara.

2. Kepala sikat tidak lebar dan membulat supaya tidak

melukai jaringan lunak lain seperti pipi, saat menyikat gigi

bagian belakang

3. Bulu sikatdipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan

mudah masuk ke sela-sela gigi.

D. Tujuan Menyikat Gigi

Menurut Pintauli dkk (2016), tujuan menyikat gigi adalah sebagai

berikut:

25
1. Menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya

pembentukan plak.

2. Membersikan sisa-sisa makanan, debris atau stein.

3. Merangsang jaringan gingiva.

4. Melapisi permukaan gigi dengan flour.

E. Cara Menyikat Gigi

Menurut Hidayat, R dkk (2016), cara menyikat gigi yang benar

adalah sebagai berikut:

1. Posisi sikat membentuk 45 derajat, kemudiangosok gigi

anda secara lembut dan perlahan dengan cara memutar.

2. Gunakan gerakan yang sama, yaitu memutar untuk

menyikat bagian permukaan gigi dalam.

3. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk

mengunyah, yaitu gigi geraham. Caranya adalah

menggunakan ujung bulu sikat gigi dengan tekanan ringan

sehingga bulu sikat tidak membengkok.

4. Gosok gigi dengan posisi tegak dan gerakan perlahan ke

atas dan ke bawah untuk membersihkan gigi depan bagian

dalam.

5. Tips tambahan: menyikat lidah setelah selesai menggosok

gigi dapat membersihkan bakteri sehingga nafas lebih segar

dan terhindar dari bau mulut.

26
BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH

3.1 Analisis Situasi


SD Negeri Purwobinangun merupakan salah satu sekolah dasar negeri
favorit yang beralamat di Jl. Ukrim Juwangen, Purwomartani, Kalasan
Cupuwatu 1, Kec, Seleman, DI Yogyakarta dengan akreditasi A. SDN
Purwobinangun merupakan SD induk/inti di wilayah gugus IV yang memiliki
kegiatan ekstrakurikuler drum band sebagai ekstrakurikuler unggulan yang
menjadi minat besar anak-anak yang mendaftar.
SD Negeri Purwobinangun didirikan pada tahun 1974 di atas tanah
seluas 1650 m2. Berdasarkan hasil pengkajian lingkungan fisik diketahui
bahwa SD Negeri Purwobinangun merupakan tipe sekolah permanen.
Tempatnya strategis dekat dengan jalan raya.
Kebersihan lingkungan sekolah terjaga dengan baik, terdapat 1 kantin
di dalam sekolah yang menjual makanan yang cukup terjamin kebersihannya.
Terdapat banyak penjual makanan di depan gerbang sekolah dengan jenis
makanan yang dijual tidak terjamin kebersihannya. Terdapat 6 kamar mandi
yang terpisah antara kamar mandi anak laki-laki dan perempuan kondisi
terawat dengan baik. Kemudian di depan masing-masing kelas terdapat 3 bak
sampah berwarna abu-abu yang masing-masing bertuliskan, sampah organik,
sampah non organik, serta sampah B3 (Bahan berbahaya dan beracun).
Selanjutnya terdapat 1 mushola (Al-ukhuwah) di mana mushola ini
sering digunakan untuk kegiatan keagamaan serta kegiatan ekstrakurikuler
TPA dan TBTQ (tutorial baca tulis Al-Quran). Kemudian terdapat 1 ruang
UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi
anak yang sakit dengan fasilitas P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
yang cukup lengkap.

27
3.2 Hasil Pengkajian dan Analisis Data
3.2.1 Pengkajian
1. Siswa/siswi
Jumlah siswa/siswi kelas 6 SD Purwobinangun untuk usia 11-12
tahun sebanyak 11 siswa/siswa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 6
(55%) siswa, dan wanita sebanyak 5 (45%) siswi.
2. Jenis distabilitas
Tidak terdapat siswa/siswi yang mengalami tunanetra, tunarungu,
tunarungu wicara, tuna grahita, tuna daksa, autisme, ganda,
maupun ADHD.
3. Dugaan masalah jantung dan paru
Berdasarkan hasil penjaringan kesehatan, tidak terdapat siswa/siswi
yang memiliki dugaan terkait masalah jantung dan paru.
4. Imunisasi
Siswa/siswi telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
5. Penilaian Status Gizi

Table 1 Status Gizi Siswa Kelas 4 SD Purwobinangun

Status Gizi Frekuensi Persentase %


Gizi Kurus 1 9%
Gizi Kurang 1 9%
Gizi Normal 7 64%
Gizi Lebih 2 18%
Jumlah 11 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa Status gizi siswa/siswi
kelas 6 di SD Purwobinangun sebagian besar mengalami gizi normal
yaitu sebanyak 7 (64%) siswa-siswi.
6. Kebersihan Diri, Gigi, dan Mulut

28
Table 2 Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 4 SD Purwobinangun

Karies Frekuensi Persentase %


Ya 5 45%
Tidak 6 55%
Jumlah 11 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar
siswa/siswi kelas 6 di SD Purwobinangun yang mengalami karies
gigi sebanyak 5 (45%) siswa.
7. Risiko Merokok

Table 3 Risiko Merokok Siswa Kelas 4 SD Purwobinangun

Berresiko Frekuensi Persentase %


Ya 6 55%
Tidak 5 45%
Jumlah 11 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa/siswi
kelas 6 di SD Purwobinangun mengalami risiko merokok sebanyak 6
(55%) siswa.
8. Mata/penglihatan
Terkait dengan tajam penglihatan sebagian besar siswa/siswi normal,
dapat mengenal warna dan tidak terdapat siswa/siswi yang menggunakan
alat bantu penglihatan seperti kacamata.
9. Telinga/pendengaran
Seluruh siswa/siswa SDN Purwobinangun memiliki pendengaran normal,
tidak terdapat infeksi pada bagian telinga, bersih dan terjaga tidak
terdapat serumen.
10. Kesehatan reproduksi, fisik, dan mental
Tidak terdapat siswa/siswi yang mengalami gangguan kesehatan
reproduksi serta kesehatan mental. Seluruh mahasiswa aktif dalam
kegiatan belajar mengajar dan sehat dalam kebugaran jasmani, serta tidak
terdapat siswa/siswi yang menggunakan alat bantu untuk melalukan
aktivitas fisik.
11. Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang, diketahui tidak ada

29
siswa/siswi yang mengalami cacingan serta anemia.

3.2.2 Analisa Data


Table 4 Analisa Data

N Masalah/Risiko
Data Fokus
o Masalah
Kesehatan Gigi dan Mulut
Sebagian besar siswa/siswi kelas VI di
SD Purwobinangun mengalami karies
gigi yaitu sebanyak 5 (45%) siswa. Defisiensi
1. Kesehatan
komunitas

Risiko merokok
Sebagian besar siswa/siswi kelas VI di
Perilaku Kesehatan
2 SD Purwobinangun memiliki risiko
cenderung berisiko
merokok yaitu sebanyak 6 (55%)
siswa.

3.3 Diagnosis Keperawatan


1. Defisiensi Kesehatan Komunitas
2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

30
3.4 Rencana Tindakan/Rencana Program
Table 5 Rencana Tindakan Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan Intervensi Implementasi
.
1 Setelah dilakukan tindakan 1.1 Label: Edukasi perilaku upaya kesehatan i.
keperawatan 1 x 60 menit, (12435)
Defisiensi Kesehatan komunitas
masalah kurangnya terpapar a. identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi meningkat dengan informasi.
kriteria hasil : b. Sediakan materi dan media pendidikan
Label: status pengetahuan Kesehatan.
(12111) c. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
a. Perilaku sesuai anjuran kesepakatan.
verbalisasi minat dalam belajar d. Berikan kesempatan untuk bertanya.
yang di laporkan dari cukup e. Menggunakan variasi metode pembelajaran.
menurun (2) menjadi meningkat f. Gunakan pendekatan promosi kesehatan dengan
(5), memperhatikan pengaruh dan hambatan dari
b. Kemampuan menjelaskan lingkungan, sosial serta budaya.
pengetahuan tentang suatu topik g. Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha
cukup menurun (2) menjadi positif dan pencapaian
meningkat (5). h. Jelaskan penanganan masalah kesehatan.
c. Pertanyaan tentang masalah i. Informasikan sumber yang tepat yang tersedia di
yang dihadapi cukup menurun masyarakat.
(2) menjadi meningkat (5). j. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
k. Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodik.
l. Ajarkan menentukan perilaku spesifik yang akan
diubah misalnya nya (status gizi, karies gigi, dan
pengaruh buruk merokok)

31
m.Ajarkan mengidentifikasi tujuan yang akan
dicapai
n. Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari (gizi seimbang melalui program
piringku, makan buah dan sayur, melakukan
aktivitas fisik dan tidak merokok)
o. Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat untuk
mengecek Kesehatan secara berkala (menimbang
berat badan)
p. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan masyarakat
sesuai permasalahan Kesehatan di lingkungan
sekolah.

1.2 Label: Edukasi perawatan mulut i.(12428) .


a. Jelaskan aspek yang perlu diidentifikasi dari
kondisi mulut ( misalnya luka, karies gigi ,
sariawan).
b. Anjurkan sikat gigi setiap 2 kali sehari.
c. Ajarkan memilih sikat gigi yang sesuai dengan
kondisi.
d. Ajarkan cara menyikat gigi dari arah gusi ke atas
pada masing-masing Gigi atas dan bawah.
e. Ajarkan penggunaan cairan antiseptik
Clorhexidin/betadin dalam perawatan mulut
ajarkan cara memantau kebersihan mulut lidah
dan gusi.

32
Setelah dilakukan tindakan 2.1 Promosi perilaku upaya kesehatan i.(12472)
keperawatan 1 x 60 menit, a. Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
masalah kurangnya terpapar ditingkatkan dua berikan lingkungan yang
informasi meningkat dengan mendukung kesehatan,
kriteria hasil : b. Anjurkan untuk tidak merokok.
Label: perilaku kesehatan c. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.
(12107) 2.2 Label: Edukasi berhenti merokok i. (12366)
a. Penerimaan terhadap a. Jelaskan gejala fisik bahaya nikotin (misalnya:
perubahan status kesehatan sakit kepala, pusing, mual dan insomnia)
dari (1) menurun b. Jelaskan gejala berhenti merokok (misalnya
ditingkatkan ke (4) cukup mulut kering dan tenggorokan gatal)
meningkat. c. Jelaskan aspek psikososial yang mempengaruhi
Perilaku Kesehatan cenderung b. Kemampuan melakukan perilaku merokok.
2
tindakan pencegahan d. Informasikan produk pengganti nikotin
berisiko masalah kesehatan dari (1) ( misalnya: permen karet, semprotan hidung dan
menurun ditingkatkan ke inhaler)
(4) cukup meningkat. ajarkan cara berhenti merokok
c. Kemampuan peningkatan
kesehatan ditingkatkan dari
(1) menurun ditingkatkan
ke (4) cukup meningkat.
d. Pencapaian pengendalian
kesehatan ditingkatkan dari
(1) menurun ditingkatkan
ke (4) cukup meningkat.

33
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Tanggal/ Diagnosis
Implementasi Evaluasi TTD
Waktu Keperawatan
Defisiensi Label: Edukasi perilaku upaya kesehatan i.
Kesehatan (12435)
komunitas a. Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi.
b. Menyediakan materi dan media
pendidikan Kesehatan.
c. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
d. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
e. Menggunakan variasi metode
pembelajaran.
f. Menggunakan pendekatan promosi
kesehatan dengan memperhatikan
pengaruh dan hambatan dari lingkungan,
sosial serta budaya.
g. Memberikan pujian dan dukungan
terhadap usaha positif dan pencapaian
h. Menjelaskan penanganan masalah
kesehatan.
i. Menginformasikan sumber yang tepat

34
yang tersedia di masyarakat.
j. Menganjurkan menggunakan fasilitas
kesehatan.
k. Menganjurkan mengevaluasi tujuan secara
periodik.
l. Mengajarkan menentukan perilaku
spesifik yang akan diubah misalnya nya
(status gizi & karies gigi).
m. Mengajarkan mengidentifikasi tujuan
yang akan dicapai
n. Mengajarkan program kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari (gizi seimbang
melalui program piringku, makan buah
dan sayur, melakukan aktivitas fisik dan
tidak merokok)
o. Mengajarkan pencarian dan penggunaan
sistem fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat untuk mengecek Kesehatan
secara berkala (menimbang berat badan)
p. Mengajarkan cara pemeliharaan kesehatan
masyarakat sesuai permasalahan
Kesehatan di lingkungan sekolah.

Label: Edukasi perawatan mulut i.(12428)


.
f. Menjelaskan aspek yang perlu
diidentifikasi dari kondisi mulut
(misalnya luka, karies gigi, sariawan).

35
g. Menganjurkan sikat gigi setiap 2 kali
sehari.
h. Mengajarkan memilih sikat gigi yang
sesuai dengan kondisi.
i. Mengajarkan cara menyikat gigi dari arah
gusi ke atas pada masing-masing Gigi
atas dan bawah.
j. Mengajarkan penggunaan cairan
antiseptik Clorhexidin/betadin dalam
perawatan mulut ajarkan cara memantau
kebersihan mulut lidah dan gusi.
2 Perilaku Promosi perilaku upaya kesehatan i.
Kesehatan (12472)
cenderung a. Mengidentifikasi perilaku upaya
berisiko kesehatan yang dapat ditingkatkan dua
berikan lingkungan yang mendukung
kesehatan.
b. Menganjurkan untuk tidak merokok.
c. Melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Label: Edukasi berhenti merokok i.


(12366)
a. Menjelaskan gejala fisik bahaya nikotin
(misalnya: sakit kepala, pusing, mual
dan insomnia)
e. Menjelaskan gejala berhenti merokok
(misalnya mulut kering dan tenggorokan

36
gatal)
f. Menjelaskan aspek psikososial yang
mempengaruhi perilaku merokok.
g. Menginformasikan produk pengganti
nikotin ( misalnya: permen karet,
semprotan hidung dan inhaler).
h. Mengajarkan cara berhenti merokok

37
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya
sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap
mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan
orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada anak usia sekolah kelas 6
di SD Negeri Purwobinangun didapatkan data berupa terdapat siswa/siswi
yang masih memiliki permasalahan karies gigi. Dari 11 siswa siswi 5 orang
mengalami karies gigi. Selain masalah kesehatan gigi, sebanyak 6 orang
siswa juga memiliki risiko merokok.
Dari masalah yang ada, kemudian dilakukan penatalaksanaan
keperawatan berupa diberikan pendidikan kesehatan dengan tema PHBS yang
terfokus pada masalah yang ada. Pemberian tindakan ini dilakukan via online
dengan melibatkan orang tua dan wali kelas.
Dari diberikannya tindakan keperawatan pendidikan kesehatan, karies
gigi, dan risiko merokok, diharapkan bahwa masalah defisit pengetahuan
teratasi sebagian. Dari hasil tersebut diberikan planning untuk tetap
memotivasi orangtua dan anak untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat sehingga masalah dapat teratasi.

4.2 Saran
1. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan upaya pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat
di lingkungan sekolah.
2. Bagi institusi
Dapat meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan, terutama
bagi anak usia sekolah dengan memikirkan faktor perkembangan dan
bekerja sama dengan sekolah dan puskesmas sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik.

38
3. Bagi puskesmas
Dapat memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap sekolah
sehingga baik sekolah dan seluruh civitas akademiknya dapat mencapai
kesejahteraan fisik dan mental.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Akmal, PHBS pada Tatanan Sekolah. DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Soetomo Surabaya. Surabaya 2016.
Depkes RI. 2012. Krida Bina Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2015. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Indonesia.Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rumah Tangga Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat Jakarta: Depkes RI; 2008.
Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Hardinsyah dan I Dewa Nyoman Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hesti . Marwadi , Dedi. Komponen Gizi & Bahan Makanan Untuk Kesehatan,
2013 (Yogyakarta: Pustaka Baru)
Hurlock., Elizabeth B. 2011. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Penilaian Status Gizi 2017. Badan
Pemberdayaan dan Pengembangan SDM Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementerian
Kesehatan, Jakarta.
Kristiawan, Muhammad dkk, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Deeplubish,
2017.
Muninjaya, A. Gde. 2015. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2013. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S 2015, Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta.
Nugraheni, H., Indarjo, S., Suhat. 2018. Buku Ajar Promosi Kesehatan Berbasis
Sekolah Yogyakarta: Deepublish
Sirajuddin, S., Masni, M., & Najamuddin, U. (2019). Peningkatan praktek gizi
seimbang dan PHBS Pada murid sekolah dasar. Media Gizi Pangan,
25(2), 13-19.
Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group
Swarjana, K. 2016. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Yogyakarta: ANDI.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Anda mungkin juga menyukai