LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN HIPRTENSI
Disusun oleh:
NIKEN RATNA SARI
203203053
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN HIPRTENSI
Disusun oleh:
NIKEN RATNA SARI
203203053
( ) ( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN HIPRTENSI
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi
Beberapa definisi keluarga menurut para ahli:
a. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
( Jhonsons dan Leny, 2010)
b. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari suami istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya
( Suprayitno, 2008)
c. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga (Friedman, 2010).
2. Tipe-Tipe Keluarga
Macam-macam tipe keluarga menurut Jhonsons dan Leny (2010)
Ada beberapa tipe keluarga yakni:
a. Menyatakan bahwa tipe-tipe keluarga dibagi atas keluarga
inti, keluarga orientasi, keluarga besar. Keluarga inti adalah
keluarga yang sudah menikah, sebagai orang tua, atau
pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami istri dan
anak mereka baik anak kandung ataupun anak adopsi.
b. Keluarga konjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa ( ibu
dan ayah ) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi
dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua atau
Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang
didalamnya seseorang dilahirkan.
c. Selain itu terdapat juga keluarga luas atau keluarga besar
yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga
aslinya. Keluarga luas ini yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah meliputi hubungan antara paman,bibi, keluarga
kakek, dan keluarga nenek.
Menurut (Suprajitno,2008) Keluarga juga dibedakan menjadi
keluarga tradisional dan non tradisional.
a. Tradisional
1) Nuclear Family atau Keluarga Inti: Ayah, ibu,
anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear: Pembentukan baru dari
keluarga inti melalui perkawinan kembali suami
atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan
anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru.
3) Niddle Age atau Aging Cauple: Suami sebagai
pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah atau
perkawinan / meniti karier.
4) Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear: Suami istri
tanpa anak.
5) Single Parent: Satu orang tua (ayah atau ibu)
dengan anak.
6) Dual Carrier: Suami istri / keluarga orang
karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married: Suami istri / keduanya
orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-
waktu tertentu.
8) Single Adult: Orang dewasa hidup sendiri dan
tidak ada keinginan untuk kawin.
9) Extended Family: 1, 2, 3 generasi bersama
dalam satu rumah tangga.
10) Keluarga Usila: Usila dengan atau tanpa
pasangan, anak sudah pisah.
b. Non Tradisional
1) Commune Family: Beberapa keluarga hidup
bersama dalam satu rumah, sumber yang sama,
pengalaman yang sama.
2) Cohibing Coiple: Dua orang / satu pasangan
yang tinggal bersama tanpa kawin.
3) Homosexual / Lesbian: Sama jenis hidup
bersama sebagai suami istri.
4) Institusional: Anak-anak / orang-orang dewasa
tinggal dalam suatu panti-panti.
5) Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin
dengan anak
3. Ciri –ciri Struktur Keluarga
Ciri-ciri struktur keluarga ada 3 yaitu :
a. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan
tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota
keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing -
masing.
B. KONSEP HIPERTENSI
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari satu periode (Udjianti, 2016). Hipertensi juga
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang terjadi pada seorang klien
pada tiga kejadian terpisah (Udjianti, 2016). Hipertensi merupakan
keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2015).
Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang dari
135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90
mmHg, dan di antara nilai tersebut dikatakan normal tinggi. Namun
buat orang Indonesia, banyak dokter berpendapat bahwa tekanan darah
yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg (Adib, 2015).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg
(Price & Wilson, 2017).
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golon
gan besar yaitu : (Price & Wilson, 2017).
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tida
k diketahui penyebabnya seperti genetic, gaya hidup
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyaki
t lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita h
ipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi seku
nder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti pe
nyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang s
pesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac outp
ut atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor ya
ng mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi at
au transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengaki
batkantekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
sertapelabaran pembuluh darah.
3. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO (2003) dalam Yogiantoro (2016).
Kategori Sistolik (Atas) Diastolik (Bawah)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal tinggi (perbatasan ) 130-190 85-89
Stadium I Ringan 140-159 90-99
Stadium 2 Sedang 160-179 100-109
Stadium 3 Berat 180-209 110-119
Stadium 4 Sangat Berat ³ 210 £ 120
4. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina seperti: perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil dapat
terjadi (edema pada diskus optikus). Gejala pada orang hipertensi
biasanya menunjukkan gejala vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai system organ yang divaskularisasi oleh system organ yang
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang sering menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila
jantung tidak lagi mampu menahan peningkatan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri. (Price & Wilson, 2017).
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi seperti
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia
(peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke atau serangan
iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada
satu sisi (hemiplegi) atau gangguan tajam pengluhatan. Tanda dan
gejala:
a. Sakit kepala dan pusing
b. Nyeri kepala berputar
c. Rasa berat di tengkuk
d. Marah/emosi tidak stabil
e. Mata berkunang – kunang
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Kesemutan
i. Kesulitan bicara
j. Rasa mual / muntah
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina seperti: perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil dapat
terjadi (edema pada diskus optikus). Gejala pada orang hipertensi
biasanya menunjukkan gejala vaskuler, dengan manifestasi yang khas
sesuai system organ yang divaskularisasi oleh system organ yang
bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala
yang sering menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa
berkontraksi melawan tekanan sistemik yang meningkat. Apabila
jantung tidak lagi mampu menahan peningkatan beban kerja, maka
dapat terjadi gagal jantung kiri. (Price & Wilson, 2017).
6. Pathway
Kurang
Perubahan nutrisi Koping individu
pengetahuan
berlebih
Renin (ginjal)
A III Angiotensin II
Tekanan darah
Shock
Intoleransi Aktifitas
7. Data Penunjang
a. Hemoglobin / hematokrit : Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan fac
tor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertens
i) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldoster
on utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebab
kan hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat mengind
ikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (e
fek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonst
riksi dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji aldosteronisme prim
er (penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. Asam urat: Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hip
ertensi
k. Steroid urin: Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. Intraveous Pyelogram: Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensi
seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada: Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, per
besaran jantung
n. CT scan: Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gan
gguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda d
ini penyakit jantung hipertensi.
8. Penatalaksanaan Medis
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. P
rinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
1) Diet : Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurun
an BB dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penu
runan aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam
plasma.
2) Aktivitas : Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kema
mpuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Golongan obat – obatan yang diberikan pada klien dengan hiperten
si seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antago
nis kalsium, golongan penghambat konversi rennin angitensin. Sec
ara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1) Mempunyai efektivitas yang tinggi.
2) Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minim
al.
3) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4) Tidak menimbulakn intoleransi.
5) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
6) Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
9. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung k
oroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugulari
s, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena ju
gularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaa
n).
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue pe
rhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan mengh
ela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riway
at penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
1) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi g
aram, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB ak
hir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
2) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosu
ria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara spo
ntansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia, pe
nglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung), sakit
kepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea,ort
opnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwa
yat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasa
n bunyinafas tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pusat Data dan Informasi Situasi Lanjut Usia
N. Richard. Mitchell. Et.al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins d
an Coutran. Jakarta : EGC.