TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga, seperti
yang dijelaskan oleh Friedmen (2010) .
Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar pernikahan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah, seperti yang dikemukakan oleh Sayekti (1994)
dalam Suprajitno (2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004). Dari
ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
2. Ciri-ciri keluarga
Menurut Effendi (1998) ciri-ciri kelurga yaitu :
a. Diikat dalam satu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan bathin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
7
8
3. Tipe keluarga
Pembagian tipe ini bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan (Suprajitno, 2004)
a. Secara tradisional
Secara tradisonal keluarga di kelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti
dengan ditambah anggota keluarga lain yang masih
hubungan darah (kakek, nenek, paman, dan bibi)
b. Secara Modern, berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan tipe
keluarga selain di atas adalah :
1) Tradisonal Nuclear
Keluarga Inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu atap
yang di tetapkan oleh sangsi-sangsi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, salah satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
2) Reconstituded Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawiann
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
salah satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
9
4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
10
c. Matrilokal.
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah isrti.
d. Patrilokal.
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga Kawin.
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Peran Keluarga
Peran Keluarga adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang
diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga, jadi
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
prilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan
“Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan”.
Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga menciptakan dan memelihara
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara
lain :
a. Ayah.
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa
11
B. Konsep Dasar.
1. Pengertian.
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu
penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat
dibagi menjadi beberapa macam :
a. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau malignadari lambung, atau
oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman, 2001)
20
3. Etiologi
Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian
besar kasus, gastritis erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang
21
4. Patofisiologi
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung
syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan
asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang
mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot
alussekitarnya.Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan
dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah
dan punggung.Dari masukan minuman yang mengandung kafein,
stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan
22
5. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi
klinis pada pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut :
a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.
b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anorexsia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
23
d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu
makan mungkin akan hilang selama 1 sampai 3 hari.
6. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.
7. Manifestasi Klinik
a. Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat
ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa
kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat
mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat
hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul
pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk
dengan tepat lokasinya.
3) Kadang–kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya
gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi
sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan
27
b. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang
8. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alcohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu
makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, caira perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab. (Suzane & Smelzhert, 2001, hal 1062).
28
9. Pathway.
1. Pengkajian Keperawatan.
Menurut Effendy (1998). Pengkajian adalah sekumpulan tindakan
yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
(keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun
sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk megatasinya. Sumber informasi dari tahap pengkajian
dapat menggunakan metode :
a. Wawancara berkaitan dengan hal-hal yang perlu di ketahui, baik
aspek fisik, mental, social-budaya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dsb.
b. Observasi pengamatan : pengamatan terhadap hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup dengan
pengamatan saja. Misalnya : yang berkaitan dengan lingkungan
fisik (ventilasi, penerangan kebersihan dsb).
c. Data Sekunder : studi yang berkaitan dengan perkembangan
kesehatan, diantaranya KMS, Kartu keluarga dan catatan
kesehatan-kesehatan lainnya. Contoh : hasil Lab, rontgen, dll
d. Pemeriksaan fisik : dilakukan terhadap anggota yang
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan
dengan fisik. Misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh dan
tanda-tanda penyakit.
d. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga : Meliputi data tentang sifat
komunikasi dalam keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga : Meliputi data tentang
kemampuan komunikasi keluarga.
3) Struktur peran : Meliputi data tentang peran anggota
keluarga misalnya, ayah berperan sebagai kepala keluarga.
4) Nilai dan norma kebudayaan : Meliputi data tentang nilai
dan aturan yang ada dalam keluarga.
e. Fungsi keluarga.
1) Fungsi efektif : Meliputi sikap dan perhatian masing-
masing keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.
2) Fungsi sosialisasi : Meliputi bagaimana keluarga
mengajarkan anak-anak untuk bersosialisasi dengan orang
lain.
3) Fungsi peran kesehatan : Menjelaskan kemampuan
keluarga mengenai masalah kesehatan dan mengambil
keputusan terhadap masalah kesehatan atau manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan.
g. Harapan keluarga.
Meliputi tentang apa yang diharapkan keluarga dengan bantuan
yang diberikan oleh perawat keluarga.
2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam
diagnosa keperawatan keluarga antara lain :
a. Analisa Data.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Cara menganalisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul
dalam format pengkajian.
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-
sosial dan spritual.
3) Mengembangkan standart dalam teknik analisa data dalam
asuhan keperawatan.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang
ditemukan.
33
Data Subjektif :
-
Data Objektif
-
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan
kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan
sign/sompton.
1) Masalah (Problem).
Tujuan penulisan peryataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan
sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan
keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam Setiadi
(2008) adalah sebagai berikut :
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan
gejala yang jelas mendukung bahwa benar-benar
terjadi.
(1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
(2) Ketidakefektifan pola napas.
(3) Gangguan pertukaran gas.
(4) Nyeri akut.
(5) Gangguan tumbuh kembang.
35
c. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
1) Tentukan skor untuk tiap criteria.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot.
3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang di
dasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan :
a. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan
kebutuhan kesehatan mereka.
b. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan :
1) Merundingkan bersama keluarga mengenai akibat-akibat
apabila mereka tidak mengaambil keputusan.
41
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Ada 3 tahap dalam keperawatan keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Persiapan.
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan :
1) Kontrak dengan keluarga.
2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
4) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai
kesiapan fisik dan psikis pada saat implementasi.
b. Tahap II : Intervensi.
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara profesional adaslah :
1) Independent.
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
sesusai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk
dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup
tindakan independent ini adalah :
a) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui
riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan.
46
5. Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
secara operasional dengan tahapan sumatif dan formatif.
a. Evaluasi berjalan (Sumatif).
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format
SOAP.
b. Evaluasi akhir (Formatif).
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengancara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantar
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatanperlu
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana
yang perlu dimodifikasi.