Anda di halaman 1dari 42

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keluarga

1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga, seperti
yang dijelaskan oleh Friedmen (2010) .
Keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup atas dasar pernikahan
antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian
dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi, dan tinggal
dalam sebuah rumah, seperti yang dikemukakan oleh Sayekti (1994)
dalam Suprajitno (2004).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami
istri, atau anaknya, atau ibu dan anaknya (Suprajitno, 2004). Dari
ketiga definisi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
2. Ciri-ciri keluarga
Menurut Effendi (1998) ciri-ciri kelurga yaitu :
a. Diikat dalam satu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan bathin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya

7
8

e. Ada pengambilan keputusan


f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam satu rumah

3. Tipe keluarga
Pembagian tipe ini bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan (Suprajitno, 2004)
a. Secara tradisional
Secara tradisonal keluarga di kelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi
2) Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti
dengan ditambah anggota keluarga lain yang masih
hubungan darah (kakek, nenek, paman, dan bibi)
b. Secara Modern, berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan tipe
keluarga selain di atas adalah :
1) Tradisonal Nuclear
Keluarga Inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu atap
yang di tetapkan oleh sangsi-sangsi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, salah satu atau keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
2) Reconstituded Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawiann
kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu
rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari
perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,
salah satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
9

3) Keluarga bentukan kembali (Dyaic family) adalah


keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
cerai atau kehilangan pasangannya.
4) Orang tua tunggal (Singgle parent family) adalah keluarga
yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
akibat perceraian atau ditinggal pasangan.
5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The unmaried mother)
6) Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal
sendiri tanpa pernah menikah (The single adult living
alone).
7) Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The
nonmatrial hetesexual cohabiting family).
8) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang kelamin
sama (Gay and lesbian family).
9) Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/perkawinan/meniti karir (Nidle age/aging
couple).

4. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
b. Matrilineal.
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
10

c. Matrilokal.
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah isrti.
d. Patrilokal.
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
e. Keluarga Kawin.
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5. Peran Keluarga
Peran Keluarga adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari
seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-
harapan. Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang
diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga, jadi
menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
prilaku keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam UU kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan
“Setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan
lingkungan”.
Dari pasal diatas jelas bahwa keluarga menciptakan dan memelihara
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan yang optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara
lain :
a. Ayah.
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa
11

aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota


masyarakat kelompok tertentu.
b. Ibu.
Ibu sebagi pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga dan juga sebagai anggota amsyarakat
kelompok tertentu.
c. Anak.
Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, sosial dan spritual.

6. Peran Perawat Keluarga.


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Ayu (2010), pengertian peran merupakan
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.

Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga


perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (a) melakukan kerja
bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai pekerjaan dari hal
yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana
asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d)
menerima dan mengakui struktur keluarga, dan (e) menekankan pada
kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007).
Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai Pendidik.
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
12

Terutama pada keluarga dengan gangguan sistem pencernaan


gastritis, perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat yang
ditimbulkan dan cara pengobatan pada gangguan sistem
pencernaan gastritis.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Keperawatan.
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan
keperawatan yang komprehensif, pelayanan keperawatan yang
berkesinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan.
Kemampuan mengkoordinir pelaksanaan pelayanan kesehatan
dengan baik mengakibatkan keluarga dapat terintervensi dengan
baik sehingga angka gangguan sistem pencernaan gastritis dapat
berkurang.
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan.
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang
memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota
keluarga yang sakit dapatmenjadi “entry point” bagi perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif. Memberikan pelayanan yang maksimal untuk
keluarga sehingga dapat mengurangi angka kejadian gangguan
sistem pencernaan gastritis.
d. Sebagai supervisor pelayanan kesehatan.
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut
dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
Terutama pada keluarga yang mempunyai gangguan sistem
pencernaan gastritis karena banyak orang yang menganggap
gangguan sistem pencernaan gastritis bisa sembuh tanpa harus
di bawa ke pelayanan kesehatan.
13

e. Sebagai pembela (advokat).


Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi
hak-hak keluarga sebagai klien. Perawat diharapkan mampu
mengetahui harapan serta memodifikasi sistem pada perawatan
yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka
sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan
keluarga.
f. Sebagai fasilitator.
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan di
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat
membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
Keluarga dengan gangguan sistem pencernaan gastritis dapat
bertanya pada perawat tentang pencegahan agar tidak terjadi lagi
gangguan sistem pencernaan gastritis di keluarga.
g. Sebagai peneliti.
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota
keluarga. Masalah kesehatan yang muncul di dalam keluarga
biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di praktikan
keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada
kemampuan keluarga dengan gangguan sistem pencernaan
gastritis untuk mengidentifikasi penyebab, cara menanggulangi
dan melakukan promosi kesehatan kepada anggota keluarganya.

7. Tahap Perkembangan Keluarga.


a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (Beginning family).
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga
baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai
kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai
tahap pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I
adalah membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama
14

lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan


dan perencanaan keluarga (Friedman, 2010).
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Childbearing
family) Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang
tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga.
Tugas perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya
anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan
penting. Suami, istri dan anak harus memepelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan
fungsi dan tanggung jawab (Friedman, 2010).
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (Families with
preschool). Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai
ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak
berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai
lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-
saudara laki-laki dan putri-saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak
kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia disekitar mereka dan
kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak
yang dekat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (Families with
schoolchildren). Tahap ini dimulai ketika anak pertama
memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5
tahun dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang
maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi
15

sekolah dan mempertahankan hubungan pernikahan yang


memuaskan (Friedman,2010).
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (Families with
teenagers). Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap
kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai.
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga
lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal dirumah pada
usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga
untuk meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang
lebih besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa
muda. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap
ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab
seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya
otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua
adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan
pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga
yang ketiga adalah untuk anggota keluarga, terutama orang tua
dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka satu sama
lain (Friedman, 2010).
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda
(Launching centerfamilies). Permulaan fase kehidupan
keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak
terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di
rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga
membantu anak tertua untuk terjun ke duania luar, orang tua
16

juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka


menjadi mandiri (Friedman, 2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (Middle age families).
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini
dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55
tahun dan berakhir dengan persiunannya pasangan, biasanya 16
sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada
tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka
dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai
pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih
mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman,
2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan. Tahap terakhir
perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat pensiunan
salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan dan berakhir dengan kematian pasangan
yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir
ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu pensiun/
berhenti bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).

8. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan.


Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut
Friedman (1998) dalam Dion & Betan (2013) adalalah sebagai
berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana
17

keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah


kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus
dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi,
prognosis dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota
keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan
dan financial, fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang
sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
18

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di


masyarakat.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

9. Tingkat Kemandirian Keluarga.


Keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan
perawat keluarga, dapat dinilai dari seberapa tingkat kemandirian
keluarga dengan mengetahui kriteria atau ciri-ciri yang menjadi
ketentuan tingkatan mulai dari tingkat kemandirian I sampai
tingkat kemandirian IV, menurut Depkes 2006 dalam Ayu 2010
sebagai berikut :
a. Tingkat kemandirian I (keluarga mandiri tingkat I/KM-I).
1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
b. Tingkat kemandirian II (keluarga mandiri tingkat II/KM-II).
1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar.
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
c. Tingkat kemandirian III (keluarga mandiri tingkat III/KM-III).
1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
19

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai


dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar.
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
6) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran.
d. Tingkat kemandirian IV (keluarga mandiri tingkat IV/KM-IV).
1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat.
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan rencana keperawatan.
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar.
4) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai yang
dianjurkan.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif.
6) Melakukan tindakan pencegahan sesuai anjuran.
7) Melakukan tindakan promotif secara aktif.

B. Konsep Dasar.
1. Pengertian.
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya
infiltrasi sel-sel radang daerah tersebut. Gastritis merupakan salah satu
penyakit dalam pada umumnya. Secara garis besar, gastritis dapat
dibagi menjadi beberapa macam :
a. Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi.
b. Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama dapat
disebabkan oleh ulkus benigna atau malignadari lambung, atau
oleh bakteri Helicobacter pylory. (Soeparman, 2001)
20

2. Anatomi dan Fisiologi


Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang
dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat
mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat,
mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan–lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke
dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan
antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter) akan membuka
dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke
lambung cincin ini menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat
yang sama, kelenjar–kelenjar yang berada di mukosa pada dinding
lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim–enzim
dan asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam
cairan ini.Dinding lambung dilindungi oleh mukosa–mukosa
bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam
hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung
ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding
lambung.

3. Etiologi
Gastritis dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian
besar kasus, gastritis erosive menyertai timbulnya keadaan klinis yang
21

berat.keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosive


misalnya trauma yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal napas,
penyakit hati yang berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma
kepala, dan septicemia. Kira-kira, 80-90% pasien yang dirawat
diruang intensif menerita gastritis akut erosive ini. Gastritis akut jenis
ini sering disebut gastritis akut stress. (Soeparman, 2001)
Penyebab lain adalah :
a. Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang
terlalu cepat dan makan-makanan yang terlalu berbumbu atau
mengandung mikroorganisme
b. Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat
merangsang peningkatan produksi asam-asam gerakan
paristaltik lambung. Sterss juga akan mendorong gerakan antara
makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat. Hal ini
dapat menyebabkan luka pada lambung.Stress berat (sekunder)
akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering pula
menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis
akibat infeksi bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri
tersebut akan terbunuh oleh asam lambung. Kuman penyakit
atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya berasal dari
dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya.

4. Patofisiologi
Pada fase awal peradangan mukosa lambung akan merangsang ujung
syaraf yang terpajan yaitu syaraf hipotalamus untuk mengeluarkan
asam lambung. Kontak antara lesi dan asam juga merangsang
mekanisme reflek lokal yang dimulai dengan kontraksi otot
alussekitarnya.Dan akhirnya terjadi nyeri yang biasanya dikeluhkan
dengan adanya nyeri tumpul, tertusuk, terbakar di epigastrium tengah
dan punggung.Dari masukan minuman yang mengandung kafein,
stimulan sistem saraf pusat parasimpatis dapat meningkatkan
22

aktivitaas otot lambung dan sekresi pepsin.Selain itu nikotin juga


dapat mengurangi sekresi bikarbonat pankreas, karena menghambat
netralisasi asam lambung dalam duodenum yang lama-kelamaan dapat
menimbulkan mual dan muntah.
Peradangan akan menyebabkan terjadinya hiperemis atau peningkatan
vaskularisasi, sehingga mukosa lambung berwarna merah dan
menebal yang lama-kelamaan menyebabkan atropi gaster dan menipis,
yang dapatberdampak pada gangguan sel chief dan sel parietal, sel
parietal ini berfungsi untuk mensekresikan faktor intrinsik, akan tetapi
karena adanya antibody maka faktor intrinsik tidak mampu untuk
menyerap vitamin B12 dalam makanan, dan akan terjadi anemia
perniciosa (Horbo,2000: 9 ; Smeltzer, 2001 : 1063 – 1066).
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosife karena
keadaan-keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Factor-
faktor yang amat penting adalah ischemia pada mukosa gaster di
samping factor popsin, refluks empedu dan cairan pakreas. Aspirin
dan obat anti inflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melalui
beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklo
oksigenese enzimyang penting untuk pembentukan prostaglandin dari
asam arakidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu factor
defensive mukosa lambung yang amat penting. Selain menghambat
prostaglandin mukosa, aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
tertentu dapat merusak mukosa secara topical. (Soeparman, 2001)

5. Manifestasi Klinis
Menurut Baughman, D, C & Hackley, J, C. (2000). Manifestasi
klinis pada pasien dengan gastritis adalah sebagai berikut :
a. Dapat terjadi ulserasi superficial dan mengarah pada hemoragi.
b. Rasa tak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,
mual, dan anorexsia. Mungkin terjadi muntah dan cegukan.
c. Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
23

d. Dapat terjadi kolik dan diare jika makan yang mengiritasi tidak
dimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e. Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsu
makan mungkin akan hilang selama 1 sampai 3 hari.

6. Komplikasi
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.

Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan


menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan
mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar
tidak ikut tercerna.Respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster.Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi
HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.

Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl


meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri.Rasa
nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa
gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi
mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup
24

penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses


regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah pendarahan.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif
Helicobacter pylori.Bakteri patogen ini (helicobacter pylori)
menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering
ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala
(asimptomatik). Sekali bersarang, bakteri Helicobacter
pylori dapat bertahan di perut selama hidup seseorang. Namun,
sekitar 10-15 persen individu yang terinfeksi kadang-kadang
akan mengalami penyakit luka lambung atau usus duabelas jari.
Kebanyakan luka, lebih sering terjadi di usus duabelas jari
daripada di lambung.

Helicobacter pylori merupakan jenis bakteri Gram negative


yang berbentuk spiral dan sangat cocok hidup pada kondisi
kandungan udara sangat minim. Bakteri Helicobacter
pylori berkoloni di dalam lambung dan bergabung dengan luka
lambung atau duodenum (lihat gambar). Infeksi
oleh Helicobacter pylori banyak ditemui pada penduduk di
negara-negara berstandar ekonomi rendah dan memiliki kualitas
kesehatan yang buruk.

Menempel dan Menginisiasi pembentukan luka Helicobacter


pylori tinggal menempel pada permukaan dalam lambung
melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida yang spesifik dari glikoprotein membran sel-sel
epitel lambung.Mekanisme utama dari bakteri ini dalam
menginisiasi pembentukan luka adalah melalui produksi racun
VacA.Racun VacA akan menghancurkan keutuhan sel-sel tepi
lambung melalui berbagai cara, diantaranya adalah melalui
25

pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan permeabilitas


parasel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau
apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel).

Lokasi infeksi Helicobacter pylori di bagian bawah lambung


dan mengakibatkan peradangan hebat, yang sering kali disertai
dengan komplikasi pendarahan dan pembentukan lubang-
lubang.Peradangan kronis pada bagian distal lambung
meningkatkan produksi asam lambung dari bagian badan atas
lambung yang tidak terinfeksi.Ini menambah perkembangan
tukak lebih besar di usus duabelas jari.

Pada beberapa individu, Helicobacter pylori juga menginfeksi


bagian badan lambung.Bila kondisi ini sering terjadi,
menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya
mempengaruhi borok di daerah badan lambung tetapi juga
kanker lambung.Kanker lambung merupakan kanker penyebab
kematian kedua di dunia.Peradangan di lendir lambung juga
merupakan faktor risiko tipe khusus tumor limfa (lymphatic
neoplasm) di lambung, atau disebut dengan limfoma MALT
(mucosa associated lymphoid tissue, jaringan limfoid yang
terkait dengan lendir).Infeksi Helicobacter pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor.Limfoma-limfoma
dapat merosot saat bakteri-bakteri itu dibasmi dengan antibiotik.

Helicobacter pylori hanya terdapat pada manusia dan telah


menyesuaikan diri di lingkungan lambung.Hanya sebagian kecil
individu terinfeksi berkembang menjadi penyakit lambung.
Bakteri Helicobacter pylori sendiri sangat beragam dan galur-
galurnya berbeda dalam banyak hal, seperti perekatan ke lendir
lambung dan kemampuan menimbulkan peradangan.Walau pada
satu individu terinfeksi, semua bakteri Helicobacter pylori tidak
26

identik, dan selama jalur infeksi kronis, bakteri menyesuaikan


diri terhadap perubahankondisi-kondisi di lambung.

Tukak lambung dan usus duabela jari dapat diobati melalui


penghambatan produksi asam lambung, tetapi sering kali akan
kambuh kembali akibat bakteri dan peradangan kronis lambung
tetap ada. Studi Marshall dan Warren menunjukkan bahwa
penyakit tukak lambung itu dapat diatasi hanya bila bakteri
dibasmi dari lambung dengan antibiotik.Namun, penggunaan
antibiotik secara serampangan dapat mengakibatkan masalah
serius, yaitu ketahanan bakteri melawan obat-obat penting. Oleh
karena itu, penggunaan antibiotik melawan Helicobacter
pylori pada pasien-pasien yang tidak mengalami tukak
lambung dan usus duabelas jari harus dibatasi.

7. Manifestasi Klinik
a. Gastritis akut erosive
Gastritis akut erosive sangat bervariasi, mulai dari yang sangat
ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa
kematian. Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat
mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat
hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul
pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk
dengan tepat lokasinya.
3) Kadang–kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya
gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi
sebagai darah samar pada tinja dan secara fisis akan
27

dijumpai tanda–tanda anemia defisiensi dengan etiologi


yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan
kecuali mereka yang mengalami perdarahan yang hebat
sehingga menimbulkan tanda dan gejala gangguan
hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.

b. Gastritis kronis
1) Bervariasi dan tidak jelas
2) Perasaan penuh, anoreksia
3) Distress epigastrik yang tidak nyata
4) Cepat kenyang

8. Penatalaksanaan
Gastritis diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari
alcohol dan makanan sampai gejala berukurang. Bila pasien mampu
makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala
menetap, caira perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen
penyebab. (Suzane & Smelzhert, 2001, hal 1062).
28

9. Pathway.

C. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatn keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada
tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman
pada standart keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan
dalam lingkup wewnang serta tanggung jawab keperawatan (kelompok
kerja keperawatan CHS,1994 : Mc closkey dan grance)
29

1. Pengkajian Keperawatan.
Menurut Effendy (1998). Pengkajian adalah sekumpulan tindakan
yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien
(keluarga) dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun
sosial, yang merupakan sistem yang terintegrasi dan kesanggupan
keluarga untuk megatasinya. Sumber informasi dari tahap pengkajian
dapat menggunakan metode :
a. Wawancara berkaitan dengan hal-hal yang perlu di ketahui, baik
aspek fisik, mental, social-budaya, ekonomi, kebiasaan,
lingkungan dsb.
b. Observasi pengamatan : pengamatan terhadap hal-hal yang tidak
perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup dengan
pengamatan saja. Misalnya : yang berkaitan dengan lingkungan
fisik (ventilasi, penerangan kebersihan dsb).
c. Data Sekunder : studi yang berkaitan dengan perkembangan
kesehatan, diantaranya KMS, Kartu keluarga dan catatan
kesehatan-kesehatan lainnya. Contoh : hasil Lab, rontgen, dll
d. Pemeriksaan fisik : dilakukan terhadap anggota yang
mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan berkaitan
dengan fisik. Misalnya : kehamilan, kelainan organ tubuh dan
tanda-tanda penyakit.

Hal hal yang perlu dikaji dalam keluarga penjajakan I adalah :


a. Data umum.
Data umum, yaitu meliputi nama keluarga, alamat dan telepon,
komposisi kleuarga (dilengkapi dengan genogran keluarga), tipe
keluarga, suku (dikaji data yang berhubungan dengan suku
kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan suku seseorang
atau keluarga), agama (dikaji tentang agama yang dianut),
aktifitas rekreasi keluarga (dikaji data tentang kebiasaan dan
pendapatan keluarga), status ekonomi keluarga (dikaji data
tentang besarnya penghasilan atau pendapatan keluarga).
30

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.


1) Tahap perkembangan saat ini: Dikaji tentang tahap
perkembangan tertinggi yang saat ini dicapai oleh
keluarga.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi saat
ini. Dikaji tentang maladaptif dari tengah pertumbuhan
dan perkembangan keluarga yang terpenuhi.
3) Riawayat kesehatan keluarga inti: Menjelaskan riwayat
kesehatan keluarga inti, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap upaya dan
pengalaman keluarga terhadap pelayanan kesehatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan, meliputi
keluhan, berapa lama sudah terjadi, apa upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi dan bagaimana hasilnya.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya: Menjelaskan
riwayat kesehatan diatas orang tentang riwayat penyakit
keturunan, upaya generasi tersebut tentang upaya
peanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang di
pertahankan sampai saati ini.
c. Lingkungan.
1) Karakteristik rumah: Dikaji tentang ukuran rumah, jumlah
kamar, ventilasi, sumber air, jumlah keliarga, saluran
pembuangan limbah, jamban keluarga, pembuangan
sampah dan kandang ternak.
2) Karakteristik tentang komunikasi: Meliputi tentang jenis
pekerjaan yang dominan dari tetangga diawali yang
terdekat dengan kleuarga.
3) Mobilitas keluarga: Bagaimana perpindahan tempat
tinggal yang terjadi dalam keluarga.
4) Perkumpulan keluarga dan nteraksi dengan masyarakat
meliputi data keefketifan dalam berinteraksi dengan
masyarakat.
31

5) Sistem pendukung keluarga: Meliputi tentang sumbe


pendukung eperti orang tua, mertua, saudara, teman dan
lain-lain.

d. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga : Meliputi data tentang sifat
komunikasi dalam keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga : Meliputi data tentang
kemampuan komunikasi keluarga.
3) Struktur peran : Meliputi data tentang peran anggota
keluarga misalnya, ayah berperan sebagai kepala keluarga.
4) Nilai dan norma kebudayaan : Meliputi data tentang nilai
dan aturan yang ada dalam keluarga.

e. Fungsi keluarga.
1) Fungsi efektif : Meliputi sikap dan perhatian masing-
masing keluarga terhadap anggota keluarga yang lain.
2) Fungsi sosialisasi : Meliputi bagaimana keluarga
mengajarkan anak-anak untuk bersosialisasi dengan orang
lain.
3) Fungsi peran kesehatan : Menjelaskan kemampuan
keluarga mengenai masalah kesehatan dan mengambil
keputusan terhadap masalah kesehatan atau manfaat
fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Stresor dan koping keluarga


1) Stresor jangka panjang dan pendek : Kekuatan keluarga
memikirkan tentang penyakit yang terjadi pada keluarga.
2) Kemapuan keluarga berespon terhadap masalah
3) Strategi koping yang digunakan : Meliputi mekanisme
pertanahan diri yang digunakan oleh keluarga jika
mendapatkan masalah/stressor.
32

4) Strategi adaptasi dsifungsional : Meliputi data tentang


mekanisme pertahanan diri (koping) keluarga yang
maladaptif.
5) Pemeriksaan fisik : Meliputi pemeriksaan head to toe
untuk semua anggota keluarga baik sehat maupun yang
sakit.

g. Harapan keluarga.
Meliputi tentang apa yang diharapkan keluarga dengan bantuan
yang diberikan oleh perawat keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan tentang respon keluarga
tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan kewenangan perawat. Tahap dalam
diagnosa keperawatan keluarga antara lain :

a. Analisa Data.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisa data,
yaitu mengkaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan
dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Cara menganalisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul
dalam format pengkajian.
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-
sosial dan spritual.
3) Mengembangkan standart dalam teknik analisa data dalam
asuhan keperawatan.
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang
ditemukan.
33

Ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat


perkembangan kesehatan keluarga untuk melakukan analisa
data, yaitu :
1) Keadaan kesehatan yang normal bagi setiap anggota
keluarga, yang meliputi :
a) Keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial anggota
keluarga.
b) Keadaan pertumbuhan dan perkembangan anggota
keluarga.
c) Keadaan gizi anggota keluarga.
d) Status imunisasi anggota keluarga.
e) Kehamilan dan KB.

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan, yang meliputi :


a) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan,
kebersihan, kontruksi, luas rumah dan sebagainya.
b) Sumber air minum.
c) Jamban keluarga.
d) Tempat pembuangan air limbah.
e) Pemanfaatan pekarangan yang ada dan sebagainya.

3) Karateristik keluarga yang meliputi :


4) Sifat-sifat keluarga.
5) Dinamika dalam keluarga.
6) Komunikasi dalam keluarga.
7) Interaksi antar anggota keluarga.
8) Kesanggupan keluarga dalam membawa
perkembangan anggota keluarga.
9) Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam
keluarga.
34

Dalam proses analisa, data dikelompokkan menjadi 2 yaitu data


subjektif dan objektif. Dengan menggunakan tabel sebagai
berikut :

No DATA MASALAH MASALAH


KESEHATAN KEPERAWATAN

Data Subjektif :
-
Data Objektif
-

b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan
kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis
keperawatan keluarga meliputi problem, etiologi dan
sign/sompton.
1) Masalah (Problem).
Tujuan penulisan peryataan masalah adalah menjelaskan
status kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan
sesingkat mungkin. Daftar diagnosa keperawatan
keluarga berdasarkan NANDA (1995) dalam Setiadi
(2008) adalah sebagai berikut :
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan
gejala yang jelas mendukung bahwa benar-benar
terjadi.
(1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
(2) Ketidakefektifan pola napas.
(3) Gangguan pertukaran gas.
(4) Nyeri akut.
(5) Gangguan tumbuh kembang.
35

b) Resiko (ancaman kesehatan).


Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan
mengarah pada timbulnya masalah kesehatan bila
tidak segera ditangani.
(1) Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit).
(2) Resiko peningkatan suhu tubuh.
(3) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(4) Resiko kurang volume cairan dan elektrolit.
c) Potensial/sejahtera.
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
(1) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan.
(2) Potensial peningkatan proses keluarga.
(3) Potensial peningkatan koping keluarga.
(4) Resiko terhadap tindakan kekerasan.
d) Sindrom.
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual
dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul
karena suatu kejadian/situasi tertentu. Menurut
NANDA ada 2 diagnosa keperawatan sindrom,
yaitu :
(1) Sindrom trauma pemerkosaan (Rape trauma
syndrome). Pada kelompok ini menunjukkan
adanya tanda dan gejala, seperti cemas, takut,
sedih gangguan istirahat tidur dan lain-lain.
(2) Resiko sindrom penyalahgunaan (Risk for
disuse syndrome). Misalnya resiko gangguan
proses pikir, resiko gangguan gambaran diri
dan lain-lain.
2) Penyebab (Etiologi).
Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5
tugas keluarga yaitu :
36

1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.


2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
yang tepat.
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit
atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri
karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan (pemamfaatan
fasilitas kesehatan yang ada).
3) Tanda (Sign).
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan
objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang
mendukung masalah dan penyebab. Tanda dan gejala
dihubungkan dengan kata-kata yang diperoleh perawat
dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab.
Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “yang
dimanifestasikan dengan”.

c. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan
keluarga yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala
prioritas (skala Baylon dan Maglaya) sebagai berikut :
1) Tentukan skor untuk tiap criteria.
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua criteria.


4) Skor tinggi adalah 5, dan sama utnutk seluruh bobot.
37

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


1. Sifat Masalah Mengacu pada masalah
Skala : Tidak/kurang sehat 3 1 yang sedang terjadi baru
Ancaman kesehatan 2 menunjukkan tanda
Keadaan Sejahtera 1 gejala atau bahkan dalam
2. Kemungkinan masalah dapat 2 Mengacu pada masalah
di ubah sumber keluarga.
Skala : Mudah 2 Sumber daya perawatan
Sebagian 1 dan lingkungan.
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk di Mengacu padaberat
cegah ringannya masalah.
Skala : Tinggi 3 1 Jangka waktu terjadi
Cukup 2 masalah, tindakan yang
Rendah 1 akan dilakukan,
kelompok resiko tinggi
yang dapat dicegah.
4. Menonjolnya masalah 1 Mengacu pada persepsi
Skala : Masalah berat, harus keluarga terhadap
ditangani 2 masalah
Ada masalah, ttp tidak perlu
ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala.


1) Kriteria I, yaitu sifat masalah untuk mengetahui sifat
masalah ini mengacu pada etiologi masalah kesehatan
yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :
a) Ancaman kesehatan.
Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan
antara lain :
38

(1) Penyakit keturunan (asma, DM, dan


sebagainya).
(2) Anggota keluarga ada yang menderita
penyakit menular (TBC, gonore, hepatitis dan
sebagainya).
(3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan
tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya
keluarga.
(4) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah
tidak aman).
(5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-
masing anggota keluarga.
(6) Keadaan yang menimbulkan stress, antara
lain :
(a) Hubungan keluarga tidak harmonis.
(b) Hubungan orang tua dan anak yang
tegang.
(c) Orang tua yang tidak dewasa.
(7) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya:
(a) Ventilasi kurang baik.
(b) Sumber air minum tidak memenuhi
syarat.
(c) Tempat pembuangan sampah yang tidak
sesuai syarat.
(d) Tempar pembuangan tinja yang
mencemari sumber air minum.
(e) Kebisingan.
(8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti:
(a) Merokok.
(b) Minum minuman keras.
(c) Makan obat tanpa resep.
(d) Makan daging mentah.
39

(e) Hygiene perseorangan jelek.


(9) Sifat kepribadian.
(10) Riwayat persalinan sulit.
(11) Peran yang tidak sesuai.
(12) Imunisasi anak yang tidak lengkap.
b) Kurang/tidak sehat.
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan,
seperti keadaan sakit (sesudah atau sebelum di
diagnosa) dan gagal dalam pertumbuhan dan
perkembangan yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
c) Situasi krisis (keadan sejahtera).
(1) Perkawinan.
(2) Kehamilan.
(3) Persalinan.
(4) Masa nifas.
(5) Menjadi orang tua.
(6) Penambahan anggota keluarga (bayi).
(7) Abortus.
(8) Anak masa sekolah.
(9) Anak remaja.
(10) Kehilangan pekerjaan.
(11) Kematian anggota keluarga.
(12) Pindah rumah.
2) Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan
tindakan untuk menangani masalah.
b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan,
dan tenaga.
c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan waktu.
40

d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas,


organisasi dalam masyarakat dan sokongan
masyarakat.
3) Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-
faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan
penyakit/masalah.
b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka
waktu masalah.
c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-
tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah.
d) Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang
sangat peka menambah potensi untuk mencegah
masalah.
4) Kriteria IV, yaitu menonjolkan masalah.
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan
yang mempunyai skor tinggi dan disusun sampai
skor rendah.

3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang di
dasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar
yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan
keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam memilih tindakan keperawatan :
a. Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan
kebutuhan kesehatan mereka.
b. Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan :
1) Merundingkan bersama keluarga mengenai akibat-akibat
apabila mereka tidak mengaambil keputusan.
41

2) Mengenalkan keluarga tentang alternatif yang dapat


dipilih dan sumber-sumber yang diperlukan dalam
melakukan tindakan keperawatan.
3) Merundingkan bersama keluarga tentang dari akibat
tindakan atau kemungkinan efek samping yang mungkin
timbul.
c. Menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap perawat
1) Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit.
2) Mencari cara untuk mengurangi ancaman kesehatan dan
perkembangan kepribadian para anggota keluarga.
3) Membantu memperbaiki fasilitas fisik rumah.
4) Mengembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar
terjadi saling pengertian yang mendalam.
5) Membantu keluarga mengembangkan kesanggupan
mereka dalam memenuhi kebutuhan psikososial anggota
keluarganya.
6) Perawat harus memperluas pengetahuannya tentang
sumber-sumber yang ada di masyarakat dan bagaimana
memnfaatkannya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan


keperawatan, antara lain :
a. Penetapan Tujuan
Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnosa keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka
waktu. Maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi:
1) Tujuan jangka panjang.
Menekankan pada perubahan prilaku dan mengarah
kepada kemampuan mandiri. Dan dengan waktu yang
ditentukan, contoh: setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 2 hari seluruh keluarga Tn. S dapat merawat
42

anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah


penularan penyakit.
2) Tujuan jangka pendek.
Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya
yang dihubungkan dengan keadaan yang mengancam
kehidupan. Contoh keluarga Tn. S dapat mengenal
dampak permasalaham penyakit Nn. H dengan
menjelaskan akibat yang terjadi bila Nn. H tidak segera
diobati.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan
keperawatan adalah:
1) Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan
2) Merupakan hasil akhir yang ingin dicapai
3) Harus objektif atau merupakan tujuan operasional
langsung dari kedua belah pihak (keluarga dan perawat)
4) Mencakup krteria keberhasilan sebagai dasar evaluasi
b. Penetapan Kriteria dan Standart.
Merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi
petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dengan digunakan dalam
membuat pertimbangan. Bentuk dari standart dan kriteia ini
adalah pernyataan verbal (pengetahuan), sikap dan psikomotor.
1) Kriteria Pengetahuan.
Standart : Keluarga mampu menyatakan pengertian.....
Keluarga mampu menyatakan penyebab.....
Keluarga dapat menyebutkan akibat......
2) Kriteria Sikap.
Standart : Keluarga mampu memutuskan untuk
membuat….
Rencana kontrol selama......
Keluarga mampu......
3) Kriteria Psikomotor.
Standart : Keluarga mengolah makanan....
43

Keluarga menyajikan makanan....


Keluarga mampu melakukan......

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat standart


adalah :
1) Berfocus pada keluarga, outcomes harus ditujukan kepada
keadaan keluarga.
2) Singkat dan jelas, perawat harus menghindari kata-kata
yang terlalu panjang dan bermakna ganda.
3) Dapat diobservasi dan diukur, perawat harus menghindari
penggunaan istilah memahami dan mengerti, karena istilah
tersebut sulit untuk diukur.
4) Realistik, harus disusun disesuaikan dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dirumah
5) Ditentukan oleh perawat dan keluarga.
c. Pembuatan rencana keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan rencana
tindakan keperawatan adalah :
1) Sebelum menulis cek sumber informai data.
2) Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.
3) Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur dan kriteria hasil
sesuai dengan identifikasi masalah.
4) Memulai intruksi keperawatan harus menggunakan kata
kerja.
5) Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah
penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan
6) Menggunakan kata kerja.
7) Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan
digunakan.
8) Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan.
9) Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama,
lingkungan, sumber daya dan fasilitas yang tersedia.
44

10) Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku


11) Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan
dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah
kemandirian sehingga tingkat ketergantungan dapat
diminimalisasikan.

Focus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi


kegiatan yang bertujuan :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenal masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
a) Memberi informasi yang tepat.
b) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga
tentang kesehatan.
c) Mendorong sikap emosi yang sehat yang
mendukung upaya kesehatan masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
keluarga yang tepat, dengan cara :
a) Mengidentifikas konsekuensi tidak melakukan
tindakan.
b) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga.
c) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota
keluarga yang sakit, dengan cara:
a) Mendemonstrasikan cara keperawatan.
b) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
c) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara
bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara :
(1) Menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga.
45

(2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga


seoptimal mungkin.
4) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada, dengan cara :
a) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga.
b) Membantu keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Ada 3 tahap dalam keperawatan keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Persiapan.
Persiapan meliputi kegiatan-kegiatan :
1) Kontrak dengan keluarga.
2) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.
3) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.
4) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.
Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai
kesiapan fisik dan psikis pada saat implementasi.
b. Tahap II : Intervensi.
Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara profesional adaslah :
1) Independent.
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat
sesusai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk
dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Lingkup
tindakan independent ini adalah :
a) Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui
riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan.
46

c) Mengidentifikasi tindakan keperawatan.


d) Melaksanakan rencana pengukuran.
e) Merujuk kepada tenaga kesehatan lain.
f) Mengevaluasi respon klien.
g) Partisipasi dengan consumer atau tebnaga kesehatan
lainnya.
Tipe tindakan Independent Keperawatan dapat
dikategorikan menjadi 4 yaitu :
a) Tindakan diagnostik.
Tindakan diagnostik.
(1) Wawancara.
(2) Observasi dan pemeriksaan fisik.
(3) Melakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana (Hb) dan membaca hasil dari
pemeriksaan laboratorium.
b) Tindakan terapetik.
Tindakan untuik mencegah, mengurangi, dan
mengatasi masalah kien.
c) Tindakan edukatif.
Tindakan untuk merubah prilaku klien melalui
promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan kepada
klien.
d) Tindakanmerujuk.
Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
2) Interdependent.
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya
3) Dependent
Yaitu pelaksanaan rencana tindakan medis, misalnya
dokter menuliskan “perawatan kolostomy”, kemudian
perawat melakukan tindakan tersebut sesuai dengan
kebutuhan klien.
47

c. Tahap III : Dokumentasi.


Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan.
Evaluasi adalah perbandingan sistematis dan terencana tentang
kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dengan
tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi disusun menggunakan SOAP
secara operasional dengan tahapan sumatif dan formatif.
a. Evaluasi berjalan (Sumatif).
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format
catatan perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang
dialami oleh keluarga. Format yang dipakai adalah format
SOAP.
b. Evaluasi akhir (Formatif).
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengancara membandingkan antara
tujuan yang akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantar
keduanya, mungkin semua tahap dalam proses keperawatanperlu
ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah atau rencana
yang perlu dimodifikasi.

Metode yang dipakai dalam evaluai antara lain:


a. Observasi langsung.
b. Wawancara.
c. Memeriksa laporan.
d. Latihan stimulasi.

Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :


a. Kognitif (pengetahuan).
1) Lingkup evaluasi pada kognitif adalah :
48

2) Pengetahuan keluarga mengenai penyakit.


3) Mengontrol gejala-gejalanya.
4) Pengobatan.
5) Diet, aktifitas, danpersediaan alat-alat.
6) Risiko komplikasi.
7) Gejala yang harus dilaporkan.
8) Pencegahan.
b. Afektif (status emosional).
Dengan cara observasi secara langsung yaitu dengan observasi
ekspresi wajah, postur tubuh, nada suara, isi pesan verbalpada
waktu melakukan wawancara.
c. Psikomotor
Yaitu dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai
dengan yang diharapkan.
Penentuan keputusan pada tahap evaluasi ada 3 kemungkinan,
yaitu :
1) Keluarga telah mencapai hasil yang ditentukan dalam
tujuan, sehingga rencana mungkin dihentikan.
2) Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu penambahan waktu, resources,
dan intervensi sebelum tujuan berhasil.
3) Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah
ditentukan, sehingga perlu :
a) Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih
akurat.
b) Membuat outcome yang baru.
c) Intervensi keperawtan harus dievaluasi dalam hal
ketepatan unttuk mencapai tujuan sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai