Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN PELATIAN KADER KESEHATAN JIWA DAN

DETEKSI DINI KESEHATAN JIWA DIDESA DUKUH MENCEK


KECAMATAN SUKORAMBI

KABUPATEN JEMBER

Disusun oleh :

Bagus Zulfana Aditya 2201031035


Arveo Jefry Trio Hanas 2201031036
Erika Nurul Hasanah 2201031050
Faizatus Zakiyah 2201031056
Syadida Yunita Sari 2201031065
Awaliya Diyas Putranto 2201031075
Rismadani riana P 2201031078
Moch Hafid Ramadhan 2201031082
Nevi Lia Elvi Andy 2201031043
Akbar Kurniawan 2201031073
Destianti Tamara 2201031064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JEMBER 2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Hasil survey deteksi dini kesehatan jiwa telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juni
2023 Oleh kelompok desa Dukuh Mencek Kecamtan Sukorambi Kabupaten Jember .

Telah diperiksa dan disetujui pembingbing

Jember, 08 Juni 2023

Mengetahui,

Pembimbing Akademik pembingbing klinik

(Ns. Komarudin S.Kp.,M.Kep.,Sp.J) (Yonanda HariyogiAnggoro,Amd.,Kep)


NPK. 1968120819305384

PJMK Keperawatan Jiwa Kaprodi Profesi Ners Unmuh Jember

(Ns. Komarudin S.Kp.,M.Kep.,Sp.J) (Ns. Susi Wahyuning A S.Kep.,M.Kep)


NPK. 1968120819305384 NPK.197505201084491

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................2
1.3 Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 Pengertian Jiwa ................................................................................ 4
2.2 Pengertian Kesehatan Jiwa............................................................... 4
2.3 Pengertian Gangguan Jiwa................................................................5
2.4 Konsep Deteksi Dini.........................................................................6
2.5 Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa…………………………………….7
BAB III HASIL DAN ANALISIS................................................................8
3.1 Kegiatan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa.........................................8
3.2 Hasil Survey Deteksi Dini Kesehatan Jiwa........................................9
3.3 Analisis Data …………………………………………………… .12
3.4 Pengorganisasisan Askep Jiwa…………………………………….13
BAB IV PENUTUP.....................................................................................14
4.1 Kesimpulan.....................................................................................14
4.2 Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..16
LAMPIRAN.................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup
serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa.
Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3%
diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun
mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan
peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi
masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan
jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Skizofrenia adalah Suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif atau gejala nyata,
yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran, bicara dan perilaku yang
tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki
kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman. Kesepian atau
loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang
dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan, hidup
tanpa melakukan hubungan, tidak punya keinginan untuk melakukan hubungan
interpersonal yang akrab. Isolasi sosial akan timbul sebagai akibat pengalaman
kesepian yang dialami dengan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dalam
suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan dengan perasaan depresi,

1
kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia dan kesedihan. Keadaan seperti ini
berpotensi berbahaya bagi kesehatan mental individu tersebut dengan tingginya
gejala-gejala negatif seperti persepsi (Sari, 2011).
Penyebab kesepian pada klien skizofrenia terdiri dari dua faktor yakni faktor
individual dan faktor lingkungan. Faktor-faktor individual termasuk efikasi diri bagi
kehidupan masyarakat dan persepsi. Faktor lingkungan termasuk isolasi sosial,
integrasi masyarakat dan service yang digunakan. Sebuah penemuan penting Shioda
ini adalah bahwa tingkat persepsi klien skizofrenia yang negatif terkait dengan tingkat
kesepian yang tinggi. Seperti penelitian yang telah dilakukan di Desa Dukuhmencek
kecamatan Sukorambi kabupaten Jember mulai tanggal 22 Mei 2023 didapatkan
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan risiko gangguan jiwa.
Desa Dukuhmencek terletak di wilayah Kecamatan Sukorambi Kabupaten
Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Panti Kabupaten Jember . Di sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Gelagahwero Di sisi Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sempusari,
Mangli Kecamatan Kaliwates, Desa Jubung Kecamatan Sukorambi, sedangkan di sisi
timur berbatasan dengan desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi. Penduduk desa
dukuhmencek itu sendiri sejumlah 8540 jiwa. Dukuhmencek itu sendiri mempunyai 4
dusun yaitu Ampo, Botosari, Krajan dan Tengiri. Khususnya di dusun Botosari itu
sendiri terdapat jumlah masyarakat 3283 jiwa menurut dapa dari balai desa. Penelitian
ini dilakukan di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek.

a.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga di Dusun Botosari Desa
Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan kegiatan pelatihan kader kesehatan jiwa di Desa
Dukuhmencek kecamatan Sukorambi.
2. Mengidentifikasi keluarga sehat di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek
Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
3. Mengidentifikasi keluarga risiko atau masalah psikososial di Dusun
Botosari Desa Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
4. Mengidentifikasi keluarga gangguan jiwa di Dusun Botosari Desa

2
Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
5. Melakukan perorganisasian dalam rangka kegiatan asuhan keperawatan jiwa
di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten
jember.

a.3Manfaat

1. Pada survey deteksi dini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai


pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan sikap dan pengetahuan
pasien gangguan jiwa dalam mendeteksi dini kekambuhan gangguan jiwa.
2. Sebagai dasar untuk menentukan atau identifikasi masalah kesehatan jiwa.
3. Dasar pelaksanaan asuhan klien di Desa Dukuh Mencek Kecamatan
Sukorambi Kabupaten Jember.
4. Sebagai tambahan referensi dan bahan pustaka bagi program studi
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember.
5. Memudahkan para tenaga medis dalam mengambil keputusan pelayanan
ODGJ mencakup kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative.
Terlaksananya perluasan informasi tentang ODGJ, faktor risiko ODGJ dan
upaya pengendaliannya. Terwujudnya penanggulangan ODGJ sesuai standar
mutu nasional dan keselamatan pasien.
6. Manfaat survey deteksi dini bagi peneliti selanjutnya adalah mempermudah
penelitian karena data yang telah ada sangat membantu jalannya penelitian
berikutnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jiwa


Kesehatan jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan
sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan mampu diri. Orang yang sehat jiwa
berarti mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan
sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Orang ‘gemuk’ dianggap sehat dan
orang yang mempunyai keluhan dianggap tidak sehat. Faktor subjektifitas dan kultural
mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat. World Health
Organization (WHO) merumuskan sehat dalam arti kata yang luas, yaitu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/cacat. Kesehatan fisik telah lama menjadi perhatian manusia, tetapi jangan
dilupakan bahwa manusia adalah mahluk yang holistic, terdiri tidak hanya fisik tapi juga
mental dan social yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara kesehatan fisik dengan
mental dapat dibuktikan oleh Hall dan Goldberg tahun 1984 (Notosoedirjo, 2019), bahwa
pasien yang sakit secara fisik menunjukkan adanya gangguan mental seperti depresi,
kecemasan, sindroma otak organik, dan lain-lain. Terdapat tiga kemungkinan hubungan
antara sakit secara fisik dan mental, pertama orang yang mengalami sakit mental karena
sakit fisiknya. Karena kondisi fisik tidak sehat, sehingga tertekan dan menimbulkan
gangguan mental. Kedua, sakit fisik yang diderita itu sebenarnya gejala dari adanya
gangguan mental. Ketiga, antara gangguan mental dan fisik saling menopang, artinya
orang menderita secara fisik menimbulkan gangguan secara mental, dan gangguan mental
turut memperparah sakit fisiknya

2.2 Pengertian Kesehatan Jiwa


Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Kesehatan merupakan keadaan kondisi sehat badan jasmani, rohani,

4
spiritual dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan, melainkan juga berkepribadian yang mandiri dan produktif. Kesehatan
meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Kesehatan fisik merupakan keadaan organ
tubuh yang dapat berfungsi secara baik tanpa merasakan sakit atau keluhan dan memang
secara objektiftidak tampak sakitdengan kata lain semua organ tubuh dapat bekerja secara
normal (Heru, 2018). Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat megatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (Maramis, 2018).
Hasil penelitian Nasir dan Abdul (2011) sehat jiwa merupakan suatu kestabilan emosional
yang diperoleh dari kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu
berpikir positif dalam menghadapi stressor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik,
psikologis baik secara internal maupun eksternal

2.3 Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseoran, umumnya
terkait dengan gangguan efektif, perilaku, kognitif, dan perseptual. Gangguan jiwa
adalah gangguan secara psikologis atau perilaku yang terjadi pada seseorang, umumnya
terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan perseptual. Penyebab yang sering
disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial (Insel &Wang, 2016). Prevalensi
gangguan jiwa diseluruh dunia pada tahun 2014 mencapai sekitar 450 juta orang (WHO,
2013). Individu gangguan jiwa akan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama
dan 70% pada tahun kedua (Keliat, 2019). Stigma terhadap gangguan jiwa dipengaruhi
oleh ketidak tahuan, prasangka serta perilaku diskriminasi terhadap seseorangdengan
gangguan jiwa.Persepsi masyarakat tentang gangguan jiwa dapat merusak interakasi
sosial di masyarakat hingga kasus terburuk adalah terjadinya bunuh diri pada keluarga
ODGJ ataupun individu tersebut (Mu, 2019). Sehingga perlu adanya pencegahan sedini
mungkin terhadap masalah gangun jiwa dimasyarakat (Varcarolis, 2017). Upaya
pencegahan tentang stigma gangguan jiwa salah satunya pemberian pesikoedukasi.
Psioedukasi adalah sebuah tindakan modalitas yang di sampaikan oleh profesional, yang

5
mengintegrasikan dan mensinergiskan antara psikoterapi dan intervensi edukasi.
Psikoedukasi merupakan pengembangan dan pemberian informasi dalam bentuk
pendidikan masyarakat mengenai informasi yang berkaitan dengan psikologi
populer/sederhana atau informasi lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikososial
masyarakat (Stuart, 2018).

2.4 Konsep Deteksi Dini


Konsep deteksi dini merupakan cara untuk mengetahui adanya gangguan jiwa di
suatu wilayah hal ini sama pentingnya dengan kesehatan fisik bagi manusia. Dengan
sehatnya mental  seseorang maka aspek kehidupan yang lain dalam dirinya akan bekerja
secara lebih maksimal. Kondisi mental yang sehat tidak dapat terlepas dari kondisi
kesehatan fisik yang baik.
Kesehatan mental yang baik untuk individu merupakan kondisi di mana individu
terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana individu dapat berfungsi
secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri untuk
menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya. Menurut
WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu,
yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan
yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya.
Di samping itu masalah kesehatan jiwa tersebut dapat menimbulkan dampak
sosial antara lain meningkatnya angka kekerasan baik di rumah tangga maupun di
masyarakat umum, bunuh diri, penyalahgunaan napza (narkotika psikotropika dan zat
adiktif lainnya), masalah dalam perkawinan dan pekerjaan, masalah di pendidikan, dan
semua dampak tersebut akan mengurangi produktivitas.
Pelaksanaan deteksi dini gangguan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan jiwa
sangat dipengaruhi oleh efikasi diri kader. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang
Karakteristik umum responden dalam kemampuannya untuk menjalani perilaku yang
sesuai dengan tujuannya Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri kader di
antaranya adalah pengetahuan yang baik akan mendorong seseorang dalam meyakini apa
yang dilakukannya Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor lain yang

6
mempengaruhi efikasi diri adalah pengalaman. Pengalaman merupakan kejadian-kejadian
yang pernah dialami sebelumnya dengan demikian maka akan meningkatkan efikasi diri
pada seseorang dalam melakukan tugasnya Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri adalah dukungan sosial. Dukungan sosial
yang berasal dari lingkungan keluarga, teman atau orang lain akan membuat seseorang
yakin pada apa yang dilakukannya.

2.5 Konsep desa siaga sehat jiwa


Desa siaga sehat jiwa adalah desa yang masyarakatnya sadar, mau, dan mampu
melakukan upaya-upaya dalam kesehatan jiwa. Tujuannya, yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan jiwa, meningkatkan
kemampuan masyarakat desa menolong dirinya dalam bidang kesehatan jiwa,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya kesehatan jiwa,
meningkatkan dukungan dan peran aktif stakeholder, serta meningkatnya masyarakat
desa dalam melaksanakan Perilaku Sehat Jiwa. Manfaat dari adanya program ini adalah
yang berisiko mengalami gangguan jiwa dapat terhindar dari gangguan jiwa dan
mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tepat. Prinsip pengembangan desa siaga , yaitu :

1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan
masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka
melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah
tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu,
puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.

7
BAB III
HASIL DAN ANALISIS

3.1 Kegiatan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa


Pada tanggal 08 Juni 2023 telah dilaksanakan kegiatan MOS (Magement Of
Service) yaitu Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa yang bertempat di kantor Desa Dukuh
Mencek dan dihadiri oleh Kepala Puskesmas Sukorambi, Perawat Desa Dukuh Mencek,
Penanggung Jawab Kesehatan Jiwa Puskesmas Sukorambi, Bapak Kepala Desa Dukuh
Mencek, beserta para Kader dari desa Dukuh Mencek, Desa Sukorambi Dan Desa
Jubung. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Dosen Pembimbing Akademik Universitas
Muhammadiyah Jember dan seluruh Mahasiswa Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Jember yang sedang menempuh departemen keperawatan jiwa
dikecamatan sukorambi.
Kegiatan Pelatihan kader kesehatan jiwa ini diawali dengan pembukaan dan
sambutan dari Kepala Desa, Kepala Puskesmas Dan Dosen Pembimbing. Kemudian
dilanjutkan pemaparan materi yang di sampaikan oleh 3 pamateri dengan topik Deteksi
Dini, Desa Siaga, Dan Menggerakkan Masyarakat. Sebelum diberikan materi peserta
pelatihan diberikan Pre Test terlebih dahulu untuk menilai kemampuan dan pengetahuan
kader sebelum diberikan materi. Kemudian setelah pemaparan materi selesai peserta
pelatihan diberikan Post Test untuk menilai kemampuan dan pengetahuan setelah
diberikan materi. Setelah kegiatan pelatihan selesai, dilanjutkan kegiatan pada hari kedua
yaitu deteksi dini yang dilakukan oleh kader dan mahasiswa profesi ners di masing-
masing RT/RW sesuai dengan pembagian, guna untuk menerapkan materi ya
disampaikan dan mengetahui tingkat kesehatan jiwa masyarakat serta menerapkan desa
siaga sehat jiwa

8
3.2 Hasil survey deteksi dini status kesehatan jiwa yang dilakukan pada Dusun Botosari
di Desa Dukuh Mencek, didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Tabel Hasil Survey
1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden yang Mengikuti
Deteksi Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase %


Laki-laki 658 51%
Perempuan 641 49%
Total 1.299 100%

Berdasarkan tabel 3.1.1 di atas diketahui bahwa responden pada deteksi dini ini
berjumlah 1.299 dengan responden terbanyak (51 %) berjenis kelamin laki-laki.

2. Usia
Tabel 3.1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden yang Mengikuti Deteksi Dini
Status Kesehatan Jiwa (n=1299)

Usia Frekuensi Presentase %


0-1,5 Tahun 9 1%
1,5-3 Tahun 27 2%
3-6 Tahun 95 7%
6-12 Tahun 119 9%
12-23 Tahun 249 19%
24-45 Tahun 367 28%
46-60 Tahun 292 22%
>60 Tahun 141 11%
Total 1.299 100%

Berdasarkan tabel 3.1.2 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut usia
didominasi oleh responden berusia 24-45 Tahun dengan presentase (28%)

3. Pendidikan
Tabel 3.1.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden yang Mengikuti Deteksi
Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)

9
Pendidikan Frekuensi Presentase %
Tidak sekolah 198 15%
SD 276 21%
SMP 286 22%
SMA 364 28%
Perguruan Tinggi 175 13%
Total 1.299 100%

Berdasarkan tabel 3.1.3 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut


pendidikan terakhir yang ditempuh paling banyak SMA dengan presentase (28%)

4. Pekerjaan
Tabel 3.1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden yang Mengikuti Deteksi
Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)

Pekerjaan Frekuensi Presentase %


PNS 44 3%
IRT 299 23%
Karyawan 129 10%
Wiraswasta 477 37%
Pelajar 217 17%
Tidak bekerja 133 10%
Total 1.299 100%

Berdasarkan tabel 3.1.4 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut


pekerjaan paling banyak yaitu Wiraswasta dengan presentase (37%)

5. Status Kesehatan Jiwa / Individu


Tabel 3.1.5 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Jiwa/Individu Responden yang
Mengikuti Deteksi Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)

Status Kesehatan Frekuensi Presentase %


Jiwa/Individu
Sehat 1159 89%
Risiko 139 11%
Gangguan 1 0%

10
Total 1.299 100%

Berdasarkan tabel 3.1.5 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut


status kesehatan/individu didominasi oleh responden dengan status kesehatan jiwa
Sehat dengan presentase (89%).
6. Status Kesehatan Jiwa / KK
Tabel 3.1.6 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Jiwa / KK Responden yang
Mengikuti Deteksi Dini Status Kesehatan Jiwa (n=434)

Status Kesehatan Frekuensi Presentase %


Jiwa/KK
Sehat 356 82%
Risiko 77 18%
Gangguan 1 0%
Total 434 100%

Berdasarkan tabel 3.1.6 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut


status kesehatan/KK didominasi oleh KK dengan status kesehatan jiwa Sehat
dengan presentase (82%).

11
3.3 ANALISIS DATA
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa merupakan upaya penemuan kasus gangguan
jiwa secara dini oleh tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya di puskesmas maupun jaringannya. kesehatan jiwa
merupakan salah satu kegiatan asuhan keperawatan berbasis komunitas yang bertujuan
untuk mengetahui status kesehatan mental secara dini. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat yang sudah mendapatkan pelatihan kader
kesehatan jiwa (livana et al, 2029).Deteksi dini kesehatan jiwa perlu dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat agar individu yang sehat akan tetat
sehat, individu yang berisiko tidak mengalami gangguan jiwa dan individu yang
mengalami gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang tepat sehingga dapat mandiri
dan produktif di masyarakat (livana et al, 2029).
Kegiatan deteksi dini status kesehatan jiwa ini dilakukan pada 11 RT didusun
Botosari yang tersebar dimasing - masing wilayah anggota. Hasil pengkajian didapatkan
sampel sebanyak 434 KK dengan jumlah 1.299 Jiwa. Dari 1.299 Jiwa tersebut, sebanyak
658 Jiwa (51%) berjenis kelamin laki-laki, berjenis kelamin perempuan sebanyak 641
Jiwa (49%). Usia warga terbanyak berada pada rentang usia > 24 – 45 Tahun yaitu
sebanyak 367 jiwa (28%) dan disusul oleh rentang usia > 46 – 60 tahun yaitu sebanyak
292 jiwa (22%). Sedangkan untuk pendidikan, sebagian besar warga merupakan lulusan
SMA yaitu sebanyak 364 jiwa (28%), Selanjutnya darisegi pekerjaan, sebagian besar
warga bekerja sebagai Wiraswasta yaitu sebanyak 477 jiwa (37%) dan IRT yaitu
sebanyak 299 (23%).
Dari 1.299 orang yang terdeteksi, didapatkan hasil bahwa sebagian besar (89%)
masyarakat berstatus kesehatan jiwa sehat yaitu sebanyak 1159 orang. Sedangkan untuk
hasil deteksi dini kesehatan jiwa per KK didapatkan KK yang bertatus sehat jiwa
berjumlah 356 KK (82%). Menurut (livana et al, 2029) kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang idividu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi
tekanan, dapat bbekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan
jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa merupakan upaya untuk mempengaruhi atau mengajak

12
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat agar melaksanakan perilaku
kesehatan jiwa.
Untukkelompok risiko, hasil pengkajian didapatkan jika sebanyak 139 orang (11%)
atau 77 KK (18%) berstatus kesehatan jiwa risiko.

3.4 Pengorganisasian Asuha Keperawatan Kesehatan Jiwa

NO Nama Mahasiswa Nama Pasien Alamat Kategori Keterangan

1. Bagus Zulfana A. Ngatinem Dsn Botosari Risiko Baru

2 Jefri Trio Hanas Sumiatus S. Dsn Ampo Risiko Baru

3 Erika Nurul H. Tiwi Dsn Krajan Risiko Baru

4 Faizatus Zakiyah Misari Dsn Krajan Risiko Baru

5 Syayida Yunita S. Riska Dsn Krajan Risiko Baru

6 Awaliya Dias P. Maulidatur Dsn Botosari Risiko Baru

7 Rismadani Riana P. Atem Dsn Ampo ODGJ Baru

8 Moh. Hafidz R. Yudi Dsn Botosari Risiko Baru

9 Nevi Lia Elvi Andhy Jumaati Dsn Krajan Risiko Baru

10 Akbar Kurniawan Yasid Dsn Botosari Risiko Baru

11 Destianti Tamara Dian Dsn Krajan ODGJ Baru

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil survei pada 11 RT di masing-masing wilayah Desa Dukuh Mencek Dusun
Botosari terdapat 434 KK dengan jumlah penduduk 1.299 jiwa. Sebagian besar penduduk
berstatus sehat jiwa sebanyak 1.159 orang yang terdapat pada 356 KK (82%). Sebagian
kecil masyarakat mengalami gangguan jiwa sebanyak 1 orang yang tersebar pada 1 KK
(0,07%). Sedangkan 139 orang yaitu 77 KK (18%) memiliki status kesehatan risiko
dengan beberapa penyebab seperti penyakit kronik yaitu DM, Hipertensi dan penyakit
lainnya serta masalah sosial yaitu pertikaian rumah tangga dan berduka.
Seluruh mahasiswa profesi keperawatan kelompok Desa Dukuh Mencek
melakukan deteksi dini dengan tujuan untuk menemukan kasus gangguan jiwa maupun
resiko di masyarakat. Deteksi dini ini dilakukan oleh mahasiswa praktik dengan
koordinasi bersama pihak pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas setempat dan
dibantu oleh para kader kesehatan jiwa yang telah mendapatkan pelatihan deteksi dini
mengenai kesehatan jiwa, mereka bekerja secara sukarela, ditunjuk dan diangkat
berdasarkan kepercayaan dan persetujuan masyarakat setempat. Diharapkan dengan
koordinasi dan kolaborasi dari berbagai pihak dapat mewujudkan indonesia yang sehat
jiwa

4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah, Masyarakat, dan Keluarga
Bagi pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan jiwa sehingga dalam
pelayanan kesehatan lebih baik dan terjangkau. Upaya lainnya adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap perubahan sikap dan pengetahuan pasien gangguan jiwa dalam mendeteksi
dini kekambuhan gangguan jiwa. Untuk keluarga dalam memberikan perawatan
kepada pasien diharapakan mampu mengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa akibat dari sikap yang salah.

14
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan, disarankan agar adanya asuhan keperawatan pada
keluarga, konseling atau pendidikan kesehtan terkait stigma yang terjadi diantara
keluargayang mempunyai penderita gangguan jiwa sehingga keluarga berguna untuk
pengetahuan keluarga dan mengerti dalam sikap yang akan diambil dalam tindak
lanjut pengobatan pada keluarga yang sakit.
3. Bagi Tenaga Medis
Bagi tenaga medis, disarankan untuk lebih ditegaskan lagi dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dalam pelayanan ODGJ mencakup kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk terlaksananya perluasan informasi tentang
ODGJ, faktor risiko ODGJ dan upaya pengendaliannya. Terwujudnya
penanggulangan ODGJ sesuai standar mutu nasional dan keselamatan pasien.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar hasil dari penelitian ini sebagai
landasan awal penelitian selanjutkan untuk melakukan penelitian dengan pendekatan
kualitatif dengan bahasan yang berbeda, wilyah yang berbeda, serta jumlah yang
berbeda, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dan sesuai untuk masalah
yang ada pada keluarga dengan penderita gangguan jiwa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No 18 tahun 2014.Kesehatan Jiwa. Jakarta ;2014

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20

Sari, avinia. (2020). asuhan keperawatan jiwa dengan masalah keperawatan halusinasi
pendengaran pada pasien skizofrenia hebefrenik (F 20.1).

Indri Trismawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Di Kelurahan Gunung Dagean, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
http://eprints.umpo.ac.id/

Hernawaty, T, Arifin, HS, dan Rafiyah I. (2018). Pendidikan Kesehatan Jiwa Bagi Kader
Kesehatan. Faletehan Health Journal, 5 (1), 49-54.

Riskesdas Provinsi Jawa Tengah. (2018). Gangguan jiwa, Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes, hal 293.

Livana, P. H., Ayuwatini, S., & Ardiyanti, Y. (2019). GAMBARAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT. Jurnal Keperawatan Jiwa

LAMPIRAN

16
Lampiran 1
WILAYAH RT DETEKSI DINI
STATUS KESEHATAN JIWA KELUARGA

Nama : Bagus Zulfana Aditya Arveo, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 001/007
Nama Ketua RT : Pak Hadi
Nama Kader : Bu Yuliantin

Nama : Jefri Trio Hanas, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 009/001
Nama Ketua RT : Pak Misnan
Nama Kader : Bu Uun

Nama : Erika Nurul Hasanah, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 004/007
Nama Ketua RT : Pak Nari
Nama Kader : Bu Lina

Nama : Faizatuz Zakiyah, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 001/008
Nama Ketua RT : Pak Hadi
Nama Kader : Bu Siti

Nama : Syayida Yunita Sari, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 003/005

17
Nama Ketua RT : Pak Hadi
Nama Kader : Bu Yuliantin

Nama : Awaliya Dias Putranto, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 003/007
Nama Ketua RT : Pak Abdul Rohman
Nama Kader : Bu Iva

Nama : Rismadani Riana P, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 001/0016
Nama Ketua RT : Pak Rozal
Nama Kader : Bu Sulis

Nama : Moh Hafidz Ramadhani, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 001/007
Nama Ketua RT : Pak Purnomo
Nama Kader : Bu Yuliantin

Nama : Nevi Lia Elvi Andhy S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 003/008
Nama Ketua RT : Pak Made Luky Safera
Nama Kader : Bu Siti

Nama : Akbar Kurniawan, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 002/008
Nama Ketua RT : Pak Abdul Jalal
Nama Kader : Bu Hartatik

Nama : Destianti Tamara, S.Kep


Kecamatan : Sukorambi

18
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 003/016
Nama Ketua RT : Pak Bagus
Nama Kader : Bu Sulis

19

Anda mungkin juga menyukai