KABUPATEN JEMBER
Disusun oleh :
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Hasil survey deteksi dini kesehatan jiwa telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juni
2023 Oleh kelompok desa Dukuh Mencek Kecamtan Sukorambi Kabupaten Jember .
Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................2
1.3 Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................4
2.1 Pengertian Jiwa ................................................................................ 4
2.2 Pengertian Kesehatan Jiwa............................................................... 4
2.3 Pengertian Gangguan Jiwa................................................................5
2.4 Konsep Deteksi Dini.........................................................................6
2.5 Konsep Desa Siaga Sehat Jiwa…………………………………….7
BAB III HASIL DAN ANALISIS................................................................8
3.1 Kegiatan Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa.........................................8
3.2 Hasil Survey Deteksi Dini Kesehatan Jiwa........................................9
3.3 Analisis Data …………………………………………………… .12
3.4 Pengorganisasisan Askep Jiwa…………………………………….13
BAB IV PENUTUP.....................................................................................14
4.1 Kesimpulan.....................................................................................14
4.2 Saran.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..16
LAMPIRAN.................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup
serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap
positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa.
Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3%
diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun
mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan
peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi
masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan
jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).
Skizofrenia adalah Suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif atau gejala nyata,
yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran, bicara dan perilaku yang
tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar, seperti afek datar, tidak memiliki
kemauan dan menarik diri dari masyarakat atau rasa tidak nyaman. Kesepian atau
loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang
dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang kita inginkan, hidup
tanpa melakukan hubungan, tidak punya keinginan untuk melakukan hubungan
interpersonal yang akrab. Isolasi sosial akan timbul sebagai akibat pengalaman
kesepian yang dialami dengan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan. Dalam
suatu penelitian menemukan bahwa kesepian diasosiasikan dengan perasaan depresi,
1
kecemasan, ketidakpuasan, tidak bahagia dan kesedihan. Keadaan seperti ini
berpotensi berbahaya bagi kesehatan mental individu tersebut dengan tingginya
gejala-gejala negatif seperti persepsi (Sari, 2011).
Penyebab kesepian pada klien skizofrenia terdiri dari dua faktor yakni faktor
individual dan faktor lingkungan. Faktor-faktor individual termasuk efikasi diri bagi
kehidupan masyarakat dan persepsi. Faktor lingkungan termasuk isolasi sosial,
integrasi masyarakat dan service yang digunakan. Sebuah penemuan penting Shioda
ini adalah bahwa tingkat persepsi klien skizofrenia yang negatif terkait dengan tingkat
kesepian yang tinggi. Seperti penelitian yang telah dilakukan di Desa Dukuhmencek
kecamatan Sukorambi kabupaten Jember mulai tanggal 22 Mei 2023 didapatkan
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dan risiko gangguan jiwa.
Desa Dukuhmencek terletak di wilayah Kecamatan Sukorambi Kabupaten
Jember dengan posisi dibatasi oleh wilayah desa-desa tetangga. Di sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Panti Kabupaten Jember . Di sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Gelagahwero Di sisi Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sempusari,
Mangli Kecamatan Kaliwates, Desa Jubung Kecamatan Sukorambi, sedangkan di sisi
timur berbatasan dengan desa Sukorambi Kecamatan Sukorambi. Penduduk desa
dukuhmencek itu sendiri sejumlah 8540 jiwa. Dukuhmencek itu sendiri mempunyai 4
dusun yaitu Ampo, Botosari, Krajan dan Tengiri. Khususnya di dusun Botosari itu
sendiri terdapat jumlah masyarakat 3283 jiwa menurut dapa dari balai desa. Penelitian
ini dilakukan di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek.
a.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kondisi kesehatan jiwa keluarga di Dusun Botosari Desa
Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
b. Tujuan Khusus
1. Melaksanakan kegiatan pelatihan kader kesehatan jiwa di Desa
Dukuhmencek kecamatan Sukorambi.
2. Mengidentifikasi keluarga sehat di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek
Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
3. Mengidentifikasi keluarga risiko atau masalah psikososial di Dusun
Botosari Desa Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
4. Mengidentifikasi keluarga gangguan jiwa di Dusun Botosari Desa
2
Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten jember.
5. Melakukan perorganisasian dalam rangka kegiatan asuhan keperawatan jiwa
di Dusun Botosari Desa Dukuhmencek Kecamatan sukorambi Kabupaten
jember.
a.3Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
spiritual dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan
kelemahan, melainkan juga berkepribadian yang mandiri dan produktif. Kesehatan
meliputi kesehatan fisik dan kesehatan psikis. Kesehatan fisik merupakan keadaan organ
tubuh yang dapat berfungsi secara baik tanpa merasakan sakit atau keluhan dan memang
secara objektiftidak tampak sakitdengan kata lain semua organ tubuh dapat bekerja secara
normal (Heru, 2018). Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat megatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (Maramis, 2018).
Hasil penelitian Nasir dan Abdul (2011) sehat jiwa merupakan suatu kestabilan emosional
yang diperoleh dari kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu
berpikir positif dalam menghadapi stressor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik,
psikologis baik secara internal maupun eksternal
5
mengintegrasikan dan mensinergiskan antara psikoterapi dan intervensi edukasi.
Psikoedukasi merupakan pengembangan dan pemberian informasi dalam bentuk
pendidikan masyarakat mengenai informasi yang berkaitan dengan psikologi
populer/sederhana atau informasi lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikososial
masyarakat (Stuart, 2018).
6
mempengaruhi efikasi diri adalah pengalaman. Pengalaman merupakan kejadian-kejadian
yang pernah dialami sebelumnya dengan demikian maka akan meningkatkan efikasi diri
pada seseorang dalam melakukan tugasnya Penelitian lain juga menunjukkan bahwa
faktor lain yang mempengaruhi efikasi diri adalah dukungan sosial. Dukungan sosial
yang berasal dari lingkungan keluarga, teman atau orang lain akan membuat seseorang
yakin pada apa yang dilakukannya.
1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir.
2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat
dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan
masalah-masalah yang mereka hadapi.
3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka
melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah
tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu,
puskesmas, Dinkes, dan RSUD).
4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan berbagai program kesehatan.
7
BAB III
HASIL DAN ANALISIS
8
3.2 Hasil survey deteksi dini status kesehatan jiwa yang dilakukan pada Dusun Botosari
di Desa Dukuh Mencek, didapatkan hasil sebagai berikut :
A. Tabel Hasil Survey
1. Jenis Kelamin
Tabel 3.1.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden yang Mengikuti
Deteksi Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)
Berdasarkan tabel 3.1.1 di atas diketahui bahwa responden pada deteksi dini ini
berjumlah 1.299 dengan responden terbanyak (51 %) berjenis kelamin laki-laki.
2. Usia
Tabel 3.1.2 Distribusi Frekuensi Usia Responden yang Mengikuti Deteksi Dini
Status Kesehatan Jiwa (n=1299)
Berdasarkan tabel 3.1.2 di atas diketahui bahwa distribusi responden menurut usia
didominasi oleh responden berusia 24-45 Tahun dengan presentase (28%)
3. Pendidikan
Tabel 3.1.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden yang Mengikuti Deteksi
Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)
9
Pendidikan Frekuensi Presentase %
Tidak sekolah 198 15%
SD 276 21%
SMP 286 22%
SMA 364 28%
Perguruan Tinggi 175 13%
Total 1.299 100%
4. Pekerjaan
Tabel 3.1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden yang Mengikuti Deteksi
Dini Status Kesehatan Jiwa (n=1299)
10
Total 1.299 100%
11
3.3 ANALISIS DATA
Deteksi dini gangguan kesehatan jiwa merupakan upaya penemuan kasus gangguan
jiwa secara dini oleh tenaga kesehatan yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan
pelayanan kesehatan lainnya di puskesmas maupun jaringannya. kesehatan jiwa
merupakan salah satu kegiatan asuhan keperawatan berbasis komunitas yang bertujuan
untuk mengetahui status kesehatan mental secara dini. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat yang sudah mendapatkan pelatihan kader
kesehatan jiwa (livana et al, 2029).Deteksi dini kesehatan jiwa perlu dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat agar individu yang sehat akan tetat
sehat, individu yang berisiko tidak mengalami gangguan jiwa dan individu yang
mengalami gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang tepat sehingga dapat mandiri
dan produktif di masyarakat (livana et al, 2029).
Kegiatan deteksi dini status kesehatan jiwa ini dilakukan pada 11 RT didusun
Botosari yang tersebar dimasing - masing wilayah anggota. Hasil pengkajian didapatkan
sampel sebanyak 434 KK dengan jumlah 1.299 Jiwa. Dari 1.299 Jiwa tersebut, sebanyak
658 Jiwa (51%) berjenis kelamin laki-laki, berjenis kelamin perempuan sebanyak 641
Jiwa (49%). Usia warga terbanyak berada pada rentang usia > 24 – 45 Tahun yaitu
sebanyak 367 jiwa (28%) dan disusul oleh rentang usia > 46 – 60 tahun yaitu sebanyak
292 jiwa (22%). Sedangkan untuk pendidikan, sebagian besar warga merupakan lulusan
SMA yaitu sebanyak 364 jiwa (28%), Selanjutnya darisegi pekerjaan, sebagian besar
warga bekerja sebagai Wiraswasta yaitu sebanyak 477 jiwa (37%) dan IRT yaitu
sebanyak 299 (23%).
Dari 1.299 orang yang terdeteksi, didapatkan hasil bahwa sebagian besar (89%)
masyarakat berstatus kesehatan jiwa sehat yaitu sebanyak 1159 orang. Sedangkan untuk
hasil deteksi dini kesehatan jiwa per KK didapatkan KK yang bertatus sehat jiwa
berjumlah 356 KK (82%). Menurut (livana et al, 2029) kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seorang idividu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi
tekanan, dapat bbekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk
komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan
jiwa. Pendidikan kesehatan jiwa merupakan upaya untuk mempengaruhi atau mengajak
12
orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat agar melaksanakan perilaku
kesehatan jiwa.
Untukkelompok risiko, hasil pengkajian didapatkan jika sebanyak 139 orang (11%)
atau 77 KK (18%) berstatus kesehatan jiwa risiko.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil survei pada 11 RT di masing-masing wilayah Desa Dukuh Mencek Dusun
Botosari terdapat 434 KK dengan jumlah penduduk 1.299 jiwa. Sebagian besar penduduk
berstatus sehat jiwa sebanyak 1.159 orang yang terdapat pada 356 KK (82%). Sebagian
kecil masyarakat mengalami gangguan jiwa sebanyak 1 orang yang tersebar pada 1 KK
(0,07%). Sedangkan 139 orang yaitu 77 KK (18%) memiliki status kesehatan risiko
dengan beberapa penyebab seperti penyakit kronik yaitu DM, Hipertensi dan penyakit
lainnya serta masalah sosial yaitu pertikaian rumah tangga dan berduka.
Seluruh mahasiswa profesi keperawatan kelompok Desa Dukuh Mencek
melakukan deteksi dini dengan tujuan untuk menemukan kasus gangguan jiwa maupun
resiko di masyarakat. Deteksi dini ini dilakukan oleh mahasiswa praktik dengan
koordinasi bersama pihak pelayanan kesehatan dalam hal ini puskesmas setempat dan
dibantu oleh para kader kesehatan jiwa yang telah mendapatkan pelatihan deteksi dini
mengenai kesehatan jiwa, mereka bekerja secara sukarela, ditunjuk dan diangkat
berdasarkan kepercayaan dan persetujuan masyarakat setempat. Diharapkan dengan
koordinasi dan kolaborasi dari berbagai pihak dapat mewujudkan indonesia yang sehat
jiwa
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah, Masyarakat, dan Keluarga
Bagi pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan jiwa sehingga dalam
pelayanan kesehatan lebih baik dan terjangkau. Upaya lainnya adalah meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap perubahan sikap dan pengetahuan pasien gangguan jiwa dalam mendeteksi
dini kekambuhan gangguan jiwa. Untuk keluarga dalam memberikan perawatan
kepada pasien diharapakan mampu mengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien
gangguan jiwa akibat dari sikap yang salah.
14
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan, disarankan agar adanya asuhan keperawatan pada
keluarga, konseling atau pendidikan kesehtan terkait stigma yang terjadi diantara
keluargayang mempunyai penderita gangguan jiwa sehingga keluarga berguna untuk
pengetahuan keluarga dan mengerti dalam sikap yang akan diambil dalam tindak
lanjut pengobatan pada keluarga yang sakit.
3. Bagi Tenaga Medis
Bagi tenaga medis, disarankan untuk lebih ditegaskan lagi dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dalam pelayanan ODGJ mencakup kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative untuk terlaksananya perluasan informasi tentang
ODGJ, faktor risiko ODGJ dan upaya pengendaliannya. Terwujudnya
penanggulangan ODGJ sesuai standar mutu nasional dan keselamatan pasien.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar hasil dari penelitian ini sebagai
landasan awal penelitian selanjutkan untuk melakukan penelitian dengan pendekatan
kualitatif dengan bahasan yang berbeda, wilyah yang berbeda, serta jumlah yang
berbeda, sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dan sesuai untuk masalah
yang ada pada keluarga dengan penderita gangguan jiwa.
15
DAFTAR PUSTAKA
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
Sari, avinia. (2020). asuhan keperawatan jiwa dengan masalah keperawatan halusinasi
pendengaran pada pasien skizofrenia hebefrenik (F 20.1).
Indri Trismawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Di Kelurahan Gunung Dagean, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
http://eprints.umpo.ac.id/
Hernawaty, T, Arifin, HS, dan Rafiyah I. (2018). Pendidikan Kesehatan Jiwa Bagi Kader
Kesehatan. Faletehan Health Journal, 5 (1), 49-54.
Riskesdas Provinsi Jawa Tengah. (2018). Gangguan jiwa, Lembaga Penerbitan Badan
Litbangkes, hal 293.
Livana, P. H., Ayuwatini, S., & Ardiyanti, Y. (2019). GAMBARAN KESEHATAN JIWA
MASYARAKAT. Jurnal Keperawatan Jiwa
LAMPIRAN
16
Lampiran 1
WILAYAH RT DETEKSI DINI
STATUS KESEHATAN JIWA KELUARGA
17
Nama Ketua RT : Pak Hadi
Nama Kader : Bu Yuliantin
18
Puskesmas : Sukorambi
Kelurahan/Desa : Desa Dukuhmencek Dusun Botosari
RT / RW : 003/016
Nama Ketua RT : Pak Bagus
Nama Kader : Bu Sulis
19