KELOMPOK 2
DESA NAMPU KECAMATAN GEMARANG
KABUPATEN MADIUN
Tanggal 22-06 FEBRUARI-MARET 2020
Disusun Oleh :
1. Asriani Putri (201702005)
2. Naning Noviana (201702032)
3. Yulia Setiya Mlati (201702058)
4. GadingRamanesa (201702016)
KELOMPOK 2
Madiun, 5 Maret 2021
Disetujui Oleh :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Responden Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Nampu
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
Tabel 3.2 Kegiatan sosial yang ada di Desa Nampu, Kecamatan Gemarang,
Kabupaten Madiun.
Tabel 3.3 Hasil Tabulasi Data Bidang Kesehatan Masyarakat tentang Hipertensi
Di Desa Gemarang.
Tabel 3.4 Hasil Tabulasi Data Bidang Kesehatan Masyarakat tentang Program
JKN Di Desa Gemarang
Tabel 3.5 Hasil Tabulasi Data Bidang Kesehatan Masyarakat tentang Merokok Di
Desa Gemarang
Tabel 3.6 Hasil Tabulasi Data Bidang Kesehatan Masyarakat tentang Program
KB Di Desa Gemarang
Tabel 3.7 Hasil Prioritas Masalah Di Desa Nampu, Kecamatan Gemarang,
Kabupaten Madiun.
DAFTAR GAMBAR
Grafik 3.1 Presentase Perilaku Masyarakat Di Desa Nampu kecamatan
Gemarang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SAP Tentang Bahaya Merokok
Lampiran 2 SOP Tentang Senam Bugar
Lampiran 3 SAP Tentang Keluarga Berencana
Lampiran 4 Leatflet tentang Bahaya Merokok
Lampiran 5 Leatflet tentang Keluarga Berencana
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO tahun (2019), Hipertensi atau tekanan darah tinggi
merupakan kondisi kesehatan serius yang secara khusus dapat
meningkatkan resiko penyakit jantung , kerusakan pada otak, ginjal dan
penyakit lain penyakit hipertensi merupakan penyakit tidak menular.
Hipertensi yaitu salah satu penyakit degeneratif, yang perlu di waspadai
karena penyakit ini tidak menampakan tanda dan gejala dari luar, tetapi
hipertensi dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi pada organ tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan urbanisasi yang pesat, angka
harapan hidup yang meningkat, pola makan yang tidak sehat, dan perubahan
telah penyebabkan peningkatan penyakit kardiovaskuler, termaksud
hipertensi (Joshi et. al, 2017 cit Rahman et al, 2017).
Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat
merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain di
sekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok
rentan seperti anak usia di bawah 3 tahun (batita). Padahal mereka yang
bukan perokok mempunyai hak untuk menghirup udara bersih dan bebas
asap rokok (Aditama, 2011).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari program
Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Berdasarkan Undang-Undang
No. 40 tahun 2004, SJSN diselenggarakan oleh beberapa Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Perusahaan Perseroan Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan
Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (Askes). Setelah Pembentukan
BPJS berdasarkan Undang-Undang No.
World Health Organization (WHO) tahun 2018, penderita
hipertensi mencapai 63,2% per 100.000 populasi di dunia. Di Indonesia,
prevalensi hipertensi mencapai 34,11%, atau sekitar 658.201 jiwa.
Prevalensi hipertensi di Jawa Timur mencapai 20,43% pada tahun 2017,
22,71% pada tahun 2018, dan meningkat menjadi 36,32% pada tahun 2019
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019). sedangkan untuk data
penyakit menular seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
di Indonesia sebesar 1.017.290 penderita di Indonesi. Di Kabupaten
Madiun data penyakit menular seperti ISPA sebesar 5% penderita, dan
sedangkan untuk penyakit tidak menular seperti hipertensi sebesar
17,02%. Dari data tersebut banyaknya kasus penderita penyakit menular
dan tidak menular masih banyak, kekurangan pengetahuan menjadikan
faktor utama, seperti pengtahuan tentang pengobatan penyakit, dampak
jangka Panjang maupun pendek dari penyakit tersebut. Masyarakat di desa
nampu berobat secara teratur 37.7% dari target 100%. Anggota keluarga
tidak ada yang merokok 56,27% dari target 100%. Keluarga sudah
menjadi anggota jaminan kesehatan (JKN) 41,18% dari target 100%.
Keluarga mengukuti program keluarga berencana (KB) 57,43% dari target
100%. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif 78,40% sari target 100.
WHO (2013) prevalensi penduduk Indonesia yang merokok setiap hari
sebesar 29%,sehingga Indonesia menempati urutan pertama se-Asia
Tenggara dalam hal jumlah perokok. Berdasarkan tingkat usia, proporsi
terbanyak perokok aktif setiap hari di Indonesia terjadi pada kelompok
usia 33-43 tahun. yaitu sebesar 33,4 % dan usia 35-40 tahun sebesar (32-
2%) .
Beberapa faktor resiko penyebab hipertensi yaitu riwayat keluarga,
kebiasaan hidup yang kurang baik, serta pola diit yang kurang baik
(Bansil, et al, 2011). Lipoeto (2002) mengatakan bahwa beberapa faktor
yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit hipertensi adalah kurangnya
aktifitas fisik, kebiasaan merokok, stress, riwayat keluarga atau keturunan,
kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak, asupan tinggi natrium,
serta kurangnya konsumsi kalium dan serat. Menurut penelitian
paputungan dkk tahun (2020). Penyebab ketidak patuhan masyarakat di
desa nampu yang penderita hipertensi adalah kurangnya pengetahuan
terdap komplikasi yang akan muncul pada penderita yang mengalami
hipertensi dan kurangnya pemahaman terhadap pengobatan yang signifikat
mempengaruhi kepatuhan antar lain, motivasi, dukungan keluarga dan
dukungan tenaga kesehatan. Penyebab anak mulai merokok karena
pergaulan yang bisa mencoba hal-hal baru dengan teman-temannya, dan
rasa ingin tahu yang tinggi penyebab masyarakat khususnya remaja ingin
mencoba rasa dari rokok tersebut. Kemudian perokok aktif dilingkungan
sekitar menimbulkan perokok pasif lebih banyak dari pada perokok aktif
(Nawawi, 1999).
Untuk itu diperlukan kepatuhan penderita hipertensi untuk menjaga
pola makan dengan makanan yang mengandung gizi seimbang (berlebih
banyak konsumsi sayur dan buah dari pada karbohidrat) menganjurkan
penderita hipertensi untuk selalu melakukan kontrol rutin dan memantau
tekanan darah bagi yang mempunyai riwayat penyakit keluarga hipertensi
serta memperhatikan pola makan sejak dini untuk penjegahan
(paputungan, dkk, 2020). Dan mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
kepatuhan pengobatan hipertensi merupakan langkah pertama dalam usaha
menangani permasalahan tersebut.
Solusi dari permasalah yang ada di desa nampu kecamatan
gemarang, kami dari kelompok 2 akan memberikan penyuluhan yang akan
kami berikan mengenai tanda gejala hipertensi, rutin pengecekan tekanan
darah, faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi. Motivasi yang akan
kami berikan melalui tayangan video. Kemudian senam hipertensi
dilakukan 3x dalam 2 minggu.
Solusi untuk permasalahan merokok yaitu dengan memberikan
motivasi untuk berhenti merokok, sebelumnya mengetahui faktor-faktor
penyebabnya yaitu rasa ingin tahu yang tinggi dan pergaulan.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahn yang telah diuraikan,
dapat dirumuskan permasalahan
1. Apakah permasalahan kesehatan yang ada di desa nampu kecamatan
gemarang kabupaten madiun ?
2. Apakah prioritas masalah kesehatan yang ada di desa nampu
kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
3. Bagaimanakah rencana yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah
yang ada desa nampu kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
4. Bagaimanakah implementasi yang akan dilakukan desa nampu
kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di desa nampu
kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
2. Membuat prioritas masalah kesehatan yang ada di desa nampu
kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
3. Rencana yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada di
desa nampu kecamatan gemarang kabupaten madiun ?
4. implementasi yang akan dilakukan desa nampu kecamatan gemarang
kabupaten madiun ?
1.3.2 Manfaat penelitian
1.3.2 Manfaat Bagi Puskesmas
Manfaat yang diperoleh puskesmas dari kegiatan KKN Terpadu
Tahun 2021 ini adalah sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi
puskesmas terhadap masalah kesehatan dan untuk mengetahui Indeks
Keluarga Sehat di Desa Nampu Kecamatan gemaramg Kabupaten Madiun.
1.3.4 Manfaat Bagi Desa
Sebagai bahan evaluasi dan informasi bagi desa terhadap
masalahan kesehatan yang ada di Desa Nampu Kecamatan gemaramg
Kabupaten Madiun Tahun 2020.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Menular dan Tidak Menular
Gambaran kondisi umum, potensi dan permasalahan penyakit dan
penyehatan lingkungan dipaparkan berdasarkan hasil pencapaian program,
kondisi lingkungan strategis, kependudukan, sumber daya, dan
perkembangan baru lainnya. Potensi dan permasalahan pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan menjadi input dalam menentukan
arah kebijakan dan strategi Kementrian Kesehatan dalam bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
f. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat
dirubah, hubungan merokok dengan hipertensi adalah
nikotin, nikotin akan akan menyebabkan peningkatan tekanan
darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil
dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga
keotak, dan otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepasadrenalin. Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung berkerja lebih keras.
5.1.3 Pengendalian tekanan darah tinggi
Orang berusaha mengedali hipetensi jika salah satu kaluarganya sakit
keras bahkan meninggal karena hipertensi. Tidak semua penderita
hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya masih termasuk yang
ringan maka masih dapat dikontrol dengan manerapkan pola hidup sehat.
Berikut beberapa cara mengendalikan hipertensi :
1. Pola makan
Tekanan darah dapat kita kontrol dengan makanan kita sehari-
hari. Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, lemak total,
kolesterol, makan buah dan sayur serta mengkonsumsi ptoduk susu
rendah lemak tentunya yang sudah terbukti secara klinis dapat
menurunkan tekanan darah. Ada empat macam diet untuk
mengurangi tekanan darah, yaitu :
a. Diet rendah garam
Tujuan diet rendah garam bertujuan untuk mehilangkan
penahanan air dalam jaringan tubuh sehungga dapat
menurunkan tekanan darah.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol pada
darah dan menurunkan berat badan bagi penderita yang
kegemukan. Seperti kurangi makan jerohan, batasi konsumsi
telur, dan kurangi makanan bersantan.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan sertiap hari
mengkonsumdi makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis
bahan makanan yang berserat tinggi, untuk buah-buahanseperti,
jambu biji, belimbing, pepaya, mangga, apel, semangka, dan
pisang.Untuk sayuan, seperti bawang putih, daun kacang
panjang, kacang panjang, daun singkong, tomat dan wortel.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Seseorang yang kelebihan berat badan bersiko terkena
hipertensi. Demikian pula orang yang berusia 40 tahun.
Penanggulagan hipertensi dilakukan dengan cara pembatasan
asupan kalori, hal yang perlu diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25%
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kabutuhan
gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan sampai sedang.
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang telah lelah berativitas seharian
penuh untuk menetralisirkan tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
berjalan kaki, bersepeda, aerobik, bdan berenang. Kegiatan atau
pekerjaan sehari-hari yang lebih aktif baik fisik maupun mental
memerlukan energi / kalori yang lebih banyak.seseorang dengan gaya
hidup tidak aktif akan tenatan terkena tekanan darah tinggi. Olahraga
secara rutin tidak hanya menjaga bentuk dan berat badan, namun juga
dapat mengontrol tekanan darah.
4. Pengobatan
Selain dengan menerapkan pola hidup sehat, penderita
hipertensi juga harus rutin dalam menjalani pengobatan kedokter,
supaya tidak menimbulkan penyakit komplikasi.
5.1.4 Klasifikasi hipertensi
1. Menurut Pradigdo (2013) hipertensi dibagi menjadi 3, yaitu :
A. Jika tekanan darah diastolik 90-110 mmHg termasuk hipertensi
ringan.
B. Jika tekanan darah diastolik 110-130 mmHg termasuk hipertensi
sedang.
C. Jika tekanan darah diastolik diatas 130 mmHg termasuk hipertensi
berat.
2. Menurut Soeharto (2010) tekanan darah diukur dengan manometer air
raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik, misalnya
120/70, yang berarti tekanan sistoliknya dalah 120 mmHg dan
diastoliknya adalah 70 mmHg.
Berikut klasifikasi tekanan darah tinggi.
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi
Sistolik Diastolik Tingkatan
<130 mmHg <85 mmHg Normal
131-159 mmHg 86-99 mmHg Hipertensi ringan
160-179 mmHg 100-109 mmHg Hipertensi sedang
180-209 mmHg 110-119 mmHg Hipertensi berat
>210 mmHg >120 mmHg Hipertensi sangat berat
Sumber : Soeharto, 2010
Hipertensi adalah miningkatnya tekanan darah sistolik dan
diastolik dengan konsisten dengan 140/90 mmHg. Ada dua macam
hipertensi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Kebanyakan
kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Tidak ada penyebab yang jelas
tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang menujukan
adanya faktor genetik, perubahan hormone, dan perubahan simpatis.
Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit atau ganguan tertentu.
Saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah akan didapati dua angka,
angka yang lebih tinggi diperoleh saat jantung berkontraksi (sistolik),
angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi
(diastolik)
Hipertensi yang sangat parah dan tidak diobati secara baik dan
benar akan menimbulkan penyakit komplikasi bahkan kematian dalam
waktu 3-6 bulan, yakni disebut hipertensi maligna. Saat tekanan darah
tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Namun
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu pengukuran.
Jika ada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka
tekanan darah diukur kembali dan diukur sebanyak dua kali pada waktu
dua hari selanjutnya untuk meyakini adanya hipertensi. Hasil pengukuran
bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, namun juga
digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.
5.1.5 Gejala Hipertensi
Gejala hipertensi sebagaian besar tidak dirasakan oleh
penderitanya. Namun sebagian dari pemikiran yang terjadi dimasyarakat
bahwa gejala penyakit darah tinggi selalu dirasakan oleh perderitanya.
Kejadian penderita darah tinggi sebagian besar tidak merasakan adanya
gejala penyakit. Secara umum gejala hipertensi adalah mata kunang-
kunang, telinga berdengik, mudah marah, mimisan, serta pusing (Nurarif,
2015).
5.1.6 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis yang berlanjut kebawah ke korda spinalis
dan keluar melalui kolumna medulla spinalis ganglia simpatis dithorak
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk
implus yang bergerak kebawah melalui sistem saraf. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya neropinefrin megakibatkan kontraksi pada pembuluh
darah. Faktor seperti ketakutan dan kecemasan dapat mempengaruhi
respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokontraksi. Seseorang
dengan hipertensi sangat sesitif terhadap neroponefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas tentang terjadinya hal tersebut.
Penyakit ginjal merupakan penyakit yang dapat menimbulkan
hipertensi melaui mekanisme peningkatan resistensi peredaran darah ke
ginjal dan penurunan dan penurunan fungsi kapiler glomerutus.
Mekanisme ini menimbulkan keadaan hipoksia pada ginjal dan
meningkatnya aktifitas renin, angiotensinogen, angiotensin I, angiotensin
II, aldosteron dan dan penurunan bradikini, penurunan nitric oxide (NO).
Peningkata dan penurunan substansi ini menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, peningkatan tahanan perifer, serta
peningkatan volume plasma yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah yang terjadi
akibat penyakit ginjal merupakan mekanisme umpan balik untuk
menurungkan dan menyeimbangkan substansi yang keluar agar tekanan
darah mejadi normal kembali, tetapi apabila kerusakan ginjal (renal
disease) tidak diobati dengan baik dan benar, maka akan menambah berat
penyakit hipertensi. Sehingga penanganan hipertensi pada penyakit ginjal
harus dilihat secara baik dan benar, karena keduanya saling berhubungan
(Kardiyudiani, 2019).
5.1.7 Komplikasi
Penderita hipertnsi beresiko beresiko terserang penyakit lain yang
timbul salanjutnya, berikut beberapa penyakit komplikasi yang muncul
menyertai hipertensi, yaitu : (Tanto, 2015).
1. Gagal ginjal
Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penbuluh
darah diginja tertekan darah berakibat terjadi kerusakan pembuluh
darah, sehungga dapat menyebabkan gagal ginjal karena terjadi
penurunan fungsi ginjal. Hipertensi bisa mengakibatkan kelainan
pada ginjal, yaitu nefosklerosis maligna dan nefoklerosis benigna.
Nefoklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah lama maka
mengendap pada pembuluh darah akan terjadi yang disebabkan oleh
proses penuaa. Selain itu, nefrosklerosis maligna yaitu kelainan
ginjal yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah diastol diatas
130 mmHg dan diakibatkan karena fungsi ginjal yang menegang.
2. Gagal jantung
Meningkatnya tekanan darah menyebabkan otot jantung
bekerja lebih berat dalam memompa darah serta mengakibatkan otot
jantung kiri mengalami pembesaran sehingga terjadi gagal jantung.
Membesarnya otot jantung kiri disebabkan oleh kerja keras jantung
untuk memompa darah.
3. Kerusakan pada mata
Hipertensi mengakibatkan saraf dan pembuluh darah pada
bagian mata mengalami kerusakan.
4. Stroke
Tekanan darah tinggi mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah keotak. Stroke dapat terjadi karena kurangnya oksigen keotak
dan aliran darah berkurang maka akan terjadi kematian jaringan.
5.1.8 Pencegahan
Mencegah lebih baik dari pada mengobati, berlaku pula untuk
penyakit hipertensi. Agar terhidar dari penyaki komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari hipertensi, maka harus diambil tindakan pencegahan
yang baik dan benar. Hipertensi esensial tidak dapat diobati, namun
diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Cara
awalnya biasanya merubah pola hidup penderita :
A. Penderita hipertensi yang kelebihn berat badan harus mengurangi
berat badannya sampai batas ideal.
B. Merubah pola makan.
C. Olahraga.
D. Berhenti merokok.
Dengan demikian maka pencegahan perlu dilakukan bagi penderita
hipertensi agar tidak terjadi komplikasi yang membahayakan keselamat
dan nyawa penderita.
5.1.9 Penatalaksanaan
Terapi pada seseorang yang mempunyai hipertensi yaitu (Mulyanto,
2014) :
1. Penatalaksaan farmakologis
a. Simpatolitik
Simpatolitik penghambat adrenergik beta terdiri dari
penghambat adrenergik, adrenergik alfa, penghambat adrenergik
yang bekerja disentral simpatolitik. Selain itu dianggap sebagai
penghambat reseptor beta dan sebagai simpatolitik.
b. Penghambat adrenergik alfa
Penghambat adrenergik alfa bekerja dengan cara memblok
reseptor adrenergik dan mengakibatkan tekanan darah menurun
dan terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Penghambat beta
menyebabkan penurunan lopoprotein berdensitas sangat rendah
yang bertanggung jawab didalam penimbunan lemak diarteri.
c. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah obat yang berfungsi untuk mengobati
hipertensi. Hidroklorotiazid bisa diberika pada pasien yang
menderita hipertensi ringan. Banyak obat hipertensi bisa
menimbulkan retensi cairan, sehingga diuretik diberikan bersama
anti hipertensi.
d. Penghambat neuron adrenergik
Merupakan obat anti hipertensi yang kuat yang menghambat
neropinefrin menjadi berkurang dan menyebabkan baik curah
jantung maupun tahanan vaskuler perifer menurun.
e. Antagonis angiotensin
Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah
angiotensin-converting enzyme yang nantinya akan menghambat
pembentukan angiotensin II dan menghambat pelepasan
aldosetron. Aldosetron meningkatkan retensi natrium dan eskresi
kalium. Jika aldosetron dihambat, natrium diekskresikan bersama-
sama dengan air. Kaptopril, enalapril, dab lisinopril adalah ketiga
antagonis angiotensin. Obat-obat ini dipakai pada pasien dengan
kadar renin serum yang tinggi.
f. Vasodilator arteriol yang bekerja langsung
Obat-obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot-
otot polos pembuluh darah, terutama arteri sehingga
menyebabkan vasodilatasi.dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan
darah akan menurun dan natrium serta air betahan, sehingga
terjadi edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersam-sama
dengan vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi
edema. Reflek takikardi disebabkan oleh vasodilatasi dan
menurunnya tekanan darah.
2. Penalatalaksanaan nonfarmakologis
a. Tembakau, natrium, dan alkohol harus dibatasi.
b. Penurunan berat badan.
c. Olahraga.
d. Mengurangi stres.
6.1 Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
a. Prinsip Gotong Royong, prinsip ini dapat diartikan bahwa peserta JKN
saling membantu dalam menanggung beban biaya jaminan, yang
mampu membantu yang kurang mampu, dan yang sehat membantu
yang sakit atau yang beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena
kepersertaan JKN bersifat wajib bagi seluruh penduduk yang
disesuaikan dengan tingkat pendapatan peserta.
b. Prinsip Nirlaba, berarti tujuan utama BPJS adalah memenuhi
kepentingan peserta BPJS agar dapat memberikan manfaat bagi peserta,
bukan untuk mencari laba/keuntungan.
c. Prinsip Keterbukaan, yang berati ada kemudahan dalam mengakses
tentang informasi BPJS. Informasi itu harus lengkap, benar, dan jeelas
bagi peserta.
d. Prinsip Kehati-hatian, berkaitan dalam pengelolaan dana dilakukan
dengan cermat, teliti, aman, dan tertib.
e. Prinsip Akuntabilitas, berarti dalam melaksanakan program dan dalam
pengelolaan dana dilakukan dengan akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
h. Prinsip Dana Amanat, Sumber dana yang berasal dari iuran peserta
merupakan titipan yang akan kembali digunakan untuk kepentingan
peserta.
6.1.4 Kepesertaan
b Anggota TNI
c Anggota Polri
d Pejabat Negara
Pendaftaran peserta PBI, yang terdiri atas Fakir Miskin dan Orang
Tidak mampu untuk dapat mejadi peserta, pendataan pesrta PBI ini
dilakukan oleh lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan di bidang
statistik (Badan Pusat Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh
Kementerian Sosial. Peserta PBI juga dapat didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda
yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
b. Pendafataran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU
a. Hak Peserta:
terpenuhi.
b. Kewajiban Peserta:
1.1.7 Pembiayaan
a. Iuran
4) Besaran iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah, peserta
pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja
adalah sebesar:
a) Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan manfaat non medis ruang
perawatan Kelas III.
b) Sebesar Rp. 42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah)
per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang
perawatan Kelas II.
d. Waktu merokok
Perilaku merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada
saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang
dingin, setelah dimarahi orang tua dan lain-lain.
Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo 2009) menyatakan bahwa
setiap individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek
berikut:
a. Frekuensi
Sering tidaknya perilaku muncul mungkin cara yang paling
sederhana untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah
munculnya perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk
mengetahui sejauh mana perilaku merokok seseorang muncul atau
tidak. Dari frekuensi dapat diketahui perilaku merokok seseorang yang
sebenarnya sehingga pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu
ukuran yang paling banyak digunakan untuk mengetahui perilaku
merokok seseorang.
b. Lamanya berlangsung
Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan
(seseorang menghisap rokok lama atu tidak). Jika suatu perilaku
mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu
yang berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran
lamanya berlangsung lebih bermanfaat lagi. Aspek lamanya
berlangsung ini sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok
seseorang, apakah seseorang dalam menghisap rokoknya lama atau
tidak.
c. Intensitas
Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek
ini digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak
seseorang menghisap rokok. Dimensi intensitas mungkin merupakan
cara yang paling sebjektif dalam mengukur perilaku merokok
seseorang.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang
(1997) yaitu; fungsi merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan
waktu merokok. Sedangkan aspek-aspek perilaku merokok menurut
Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo, 2009) yaitu; frekuensi, lamanya
berlangsung dan intensitas.
Dari penjabaran aspek-aspek perilaku merokok dari beberapa
pendapat ahli di atas, peneliti akan menggunakan aspek-aspek perilaku
merokok menurut Aritonang sebagai indikator untuk penyusunan
skala, yaitu meliputi; fungsi merokok, intensitas merokok, tempat
merokok dan waktu merokok, karena aspek-aspek tersebut lebih rinci
sehingga diharapkan dapat mengungkapkan data lebih dalam tentang
perilaku merokok. Dari studi pustaka yang dilakukan peneliti, aspek-
aspek perilaku merokok menurut Aritonang juga banyak digunakan
dalam penelitian yang digunakan sebagai skala untuk mengukur
perilaku merokok seperti penelitian Sinapar (2015), Santoso (2015),
Perwitasari (2006).
7.1.3 Faktor-faktor Perilaku Merokok
Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan
perilaku merokok:
a. Faktor Psikologis
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat
ingin tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-
hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu
dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk
menghilangkan kecemasan yang mereka alami. Menurut Yoder &
Staudohar (1982) mengatakan bahwa jika pencetus stres antara lain
permasalahan yang terjadi ditempat kerja, stres tersebut digolongkan
sebagai stres kerja. Menurut Anwar (1990) stres kerja adalah suatu
perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan
dalam menghadapi pekerjaannya.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang untuk
mempunyai ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkin
mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan
adanya efek bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin
diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke
jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan
merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan
mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan
mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang
mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan
rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang
menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah
ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat
yang diperolehnya akan berkurang.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berkaitan dengan penggunaan tembakau antara
lain orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok,
reklame tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua
memegang peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau
diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh
orang tua atau teman sebaya, hal ini mungkin karena me mpengaruhi
persepsi remaja terhadap penampilan dan manfaat rokok.
Menurut Ronald (2013), faktor-faktor perilaku merokok dapat
dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktor-faktor
itu saling berkaitan satu sama lain :
a. Faktor Genetik
Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai
penentu dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa
kecenderungan menderita kanker, ekstraversi dan sosok tubuh
piknis serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang diwarisi
bersama-sama. Studi menggunakan pasangan kembar
membuktikan adanya pengaruh genetik, karena kembar identik,
walaupun dibesarkan terpisah, akan memiliki pola kebiasaan
merokok yang samabila dibandingkan dengan kembarnon-identik.
Akan tetapi secara umum, faktor turunan ini kurang berarti bila
dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam menentukan
perilaku merokok yang akan timbul.
b. Faktor Kepribadian (personality)
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian
perokok. Tetapi studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang
cukup besar antara pribadi orang yang merokok dan yang tidak.
Oleh karena itu tes-tes kepribadian kurang bermanfaat dalam
memprediksi apakah seseorang akan menjadi perokok. Individu
agaknya bernafsu sekali untuk cepat berhak seperti orang dewasa.
Di perguruan tinggi individu biasanya memiliki 17 prestasi
akademik kurang, tanpa minat belajar dan kurang patuh pada
otoritas. Asosiasi ini sudah secara konsisten ditemukan sejak
permulaan abad ini. Dibandingkan dengan yang tidak merokok,
individu lebih impulsif, haus sensasi, gemar menempuh bahaya
dan risiko dan berani melawan penguasa. individu lebih mudah
bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan lalu lintas, dan
enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam mobil.
Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert
dan antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan
merokok.
c. Faktor Sosial
Beberapa penelitian telah mengungkap adanya pola yang
konsisten dalam beberapa faktor sosial penting. Faktor ini
terutama menjadi dominan dalam memengaruhi keputusan untuk
memulai merokok dan hanya menjadi faktor sekunder dalam
memelihara kelanjutan kebiasaan merokok. Kelas sosial, teladan
dan izin orangtua, jenis sekolah, dan usia meninggalkan sekolah
semua menjadi faktor yang kuat, tetapi yang paling berpengaruh
adalah jumlah teman-teman yang merokok. Diantaranya
menyatakan “tidak ada” temannya yang merokok, dibandingkan
dengan jumlah 62 persen perokok dikalangan individu yang
menjawab “semua” pada jumlah teman yang merokok. Ilustrasi
lain dari pengaruh sosial ini ditunjukkan oleh perubahan dalam
pola merokok dikalangan wanita berusia di atas 40 tahun. Bukan
saja jumlah perokok semakin banyak, tetapi perokok mulai
merokok pada usia lebih muda. Masa kini, terutama pada wanita
muda, pola merokok wanita sudah menyerupai pada laki-laki.
Perubahan ini sejalan dengan perubahan peran wanita dan sikap
masyarakat terhadap wanita yang merokok.
d. Faktor Kejiwaan (psikodinamik)
Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok
itu adalah suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan
oral yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri yang tidak nyata.
Freud yang juga merupakan pecandu rokok berat, menyebut
bahwa sebagian anak-anak terdapat peningkatan pembangkit
kenikmatan di daerah bibir yang bila berkelanjutan dalam
perkembangannya akan membuat seseorang mau merokok. Ahli
lainnya berpendapat bahwa merokok adalah semacam pemuasan
kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini
biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada individu
yang sedang mencoba berhenti merokok.
e. Faktor Sensorimotorik
Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah
yang membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau
farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya,
mengambil dan memegang sebatang rokok, menyalakannya,
mengisap, mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma,
rasa dan juga bunyinya semua berperan dalam terciptanya
kebiasaan ini.
f. Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada
menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat
kompleks. Pada dosis 24 sama dengan yang di dalam rokok, bahan
ini dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi
juga relaksasi disisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja pada
dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada suasana hati
(mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah atau
takut, efeknya adalah menenangkan.Tetapi dalam keadaan lelah
atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat.
Dalam pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga
keseimbangan mood dalam situasi stres. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa menurut Subanada (2004) perilaku merokok
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: (1) psikologis meliputi: sifat ingin
tahu, stres, stres kerja, kebosanan dan ingin kelihatan gagah; (2)
faktor lingkungan meliputi: pengaruh orang tua yang merokok,
pengaruh saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok,
reklame tembakau dan artis pada reklame tembakau di media; (3)
dan faktor biologis meliputi: faktor genetik.
Ronald (2013) menyatakan bahwa perilaku merokok
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor kepribadian, faktor sosial,
faktor kejiwaan, faktor sensori motorik, dan faktor farmakologis.
Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini ialah faktor
psikologis yang di dalamnya terdapat stres. Menurut Sopiah
(2011) stres ada dua macam yaitu eustres dan distres yang muncul
sebagai akibat reaksi seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerjanya disebut stres kerja. Peneliti menjadikan stres kerja
sebagai variabel prediktor karena individu yang mengalami stres
kerja akan mempengaruhi perilakunya terhadap sesuatu, baik
terhadap pekerjaannya sendiri maupun relasi dengan orang lain,
bahkan terhadap kesehatan diri. Hal ini sejalan dengan penelitian
Kussrini (2014) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara
stres kerja dengan perilaku merokok pada wanita karir. Penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara stres kerja dengan perilaku
merokok ada hubungan yang positif. Hal tersebut berarti semakin
tinggi stres kerja maka cenderung semakin tinggi pula perilaku
merokok pada wanita yang bekerja.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Analisi Situasi
3.1.1 Analisi Situasi Umum Puskesmas Gemarang
1. Puskesmas Gemarang
Puskesmas Gemarang adalah salah satu organisasi yang bersifat
fungsional. Puskesmas Gemarang sebagai unit pelaksanaan teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah Kecamatan
Gemarang.
2. Identitas Puskesmas Gemarang
Nama Puskesmas : Gemarang
Alamat Puskesmas : Jln. Tgp No.17
Desa/Kelurahan : Kel. Gemarang
Kecamatan : Gemarang
Kabupaten : Madiun
Kode Pos : 63156
No. Telp : 08113311884
No. Fax :-
Email :-
3. Karakteristik Puskesmas Kartoharjo
Letak Administrasi : Ibu kota Kecamatan
Ibu kota Kabupaten
Letak Geografis :
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mejayan
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Saradan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kare
Dokter Gigi 1
Perawat 24
Perawat Gigi 1
Bidan di Desa/Polindes 6
Apoteker/S1 Farmasi 0
Asisten Apoteker 1
Analisis Farmasi/AKAFARMA 0
Analisis Lab 1
Gizi 1
Sanitasi 1
S1 Kesehatan Masyarakat 1
Lain-lain 1
2 NON Pekarya/PCCP 2
KESEHATAN
TU/ADMINISTRASI 5
Keuangan 0
Sopir 1
Pesuruh 2
Lain-lain/Penjaga Malam 1
Mendesak Berkembang
3 = Cukup Mendesak 3 = Cukup Serius 3 = Cukup
Berkembang
4 = Mendesak 4 = Serius 4 = Berkembang
Mendesak Berkembang
Tabel 3.14 Keterangan USG (Urgency, Seriousnesns, Growth)
Berdasarkan tabel diatas, 3 prioritas masalah kesehatan di Desa Nampu di tentukan
sesuai dengan 3 jumlah terbanyak dari USGyang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Penderita Hipertensi Berobat teratur
2) Keluarga sudah menjadi anggota JKN
3) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
3.4 Analisi Penyebab Masalah
Analisis Penyebab Masalah Program Kegiatan Keperawatan
Terdapat beberapa akibat yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan
yaitu diantaranya:
1. Penderita Hipertensi Berobat Teratur
Masalah yang terdapat di masyarakat Anggota keluarga tidak ada yang merokok yaitu :
1) Kurangnya dana untuk kegiatan penyuluhan
2) Kurangnya kesadaran untuk berhenti merokok
3) Rendahnya tingkat pengetahuan akan bahaya rokok untuk prokok aktif
4) Belum adanya kawasan anti rokok
5) Belum adanya media sarana/prasarana untuk kegiatan lapangan.
6) Kurangnya kerja sama lintas sector kaderisasi di puskesmas.
3.5 Pemecahan Masalah dan Alternatif Solusi
4.1 Hipertensi
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Desa Nampu terdapat warga yang menderita hipertensi 37,7% dari seluruh jumlah penduduk.
Maka dari itu untuk mengurangi angka kejadian terjadinya hipertensi di Desa Nampu
kelompok mahasiswa kuliah kerja nyata memberikan intervensi tentang penyuluhan penyakit
hipertensi di posyandu lansia dan penyebaran leaflet tentang hipertensi kepada masyarakat
Desa Nampu. Dengan rincian hasil intervensi sebagai berikut:
Hipertensi yang biasa disebut tekanan darah tinggah yaitu suatu kondisi medis
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan kesakitan bahkan kematian. Seseoraang dikatakan menderita
tekanan darah tinggi apabila tekanan darah sitolik >140 mmHg dan sistolik >90 mmHg
(Manuntung, 2018).
Penyuluhan pada masyarakat tentang hipertensi yang dilakukan di desa Nampu
dengan media power point dan penyebaran leaflet pada masyarakat untuk memudahkan
masyarakat dalam memahami topik yang akan diberikan serta kelompok berharap masyarakat
mengerti tentang penyakit hipertensi lebih dalam.
4.2 Merokok
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Nampu Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun terdapat keluarga tidak ada yang
merokok sebanyak 56,27% dari seluruh jumluh penduduk. Maka dari itu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok di Desa Nampu Kecamatan
Gemarang Kabupaten Madiun kelompok mahasiswa KKN memberikan intervensi yaitu
dengan cara melakukan penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang bahaya merokok kepada
masyarakat di Desa Nampu Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. Dengan rincian hasil
intervensi sebagai berikut :
Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang muncul
dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui dampak negatif
merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok. Menurut Levy (1984) perilaku
merokok adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap
rokok ke dalam tubuh serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang
disekitarnya.
Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya merokok di Desa Nampu Kecamatan
Gemarang Kabupaten Madiun yang dilakukan dengan penjelasan melalui media power point
dan penyebaran leafleat yang akan mempermudah masyarakat untuk memahami topik yang
akan diberikan serta kelompok berharap masyarakat mampu mengerti tentang bahaya
merokok.
4.3 Jaminan Kesehatan Nasional /JKN
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) Didesa
Nampu kecamatan Gemarang kabupaten Madiun terdapat masyarakat yang menggunakan
fasilitas negara yaitu JKN sebanyak 41,18% dari seluruh jumlah masyarakat yang disurvei.
Maka dari itu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat jaminan
kesehatan nasional di Desa Nampu maka kelompok mahasiswa kuliah kerja nyata
memberikan intervensi yaitu penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat tentang jaminan
kesehatan nasional di desa Nampu. Dengan rincian hasil intervensi sebagai berikut:
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari program Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (SJSN). Berdasarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004, SJSN
diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yaitu Perusahaan
Perseroan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan
dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen), Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan
Indonesia (Askes).
Penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat tentang jaminan kesehatan nasional yang
dilakukan di desa Nampu dengan media penyebaran leaflet dan juga penjelasan melalui power
point yang dapat memudahkan masyarakat dalam memahami topik yang akan diberikan serta
kelompok berharap masyarakat mampu sedikit mengerti manfaat dari jaminan kesehatan
nasional.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari diskusi oleh kelompok 5 pada desa nampu kecamatan gemarang dapat
disimpulkan bahwa:
a. Berdasarkan hasil analisa data masalah yang ada di desa nampu yang pertama penderita
hipertensi yang berobat teratur 37,7% dari target 100%. Solusi yang diberikan
penyuluhan, memberikan motivasi melalui video dan melakukan senam.
b. Masalah yang kedua dari desa nampu yaitu keluarga sudah menjadi anggota jaminan
kesehatan (JKN) 41,18% dari target 100%. Solusi yang diberikan yaitu memberika
sosialisasi tentang pentingnya jaminan kesehatan masyarakat agar mencapai target yang
diinginkan.
c. Masalah yang yang tiga dari desa nampu yaitu anggota keluarga tidak ada yang merokok
56,27% dari target 100%, solusi yang diberikan yaitu dengan memberikan motivasi untuk
berhenti merokok.
d. Masalah yang ke empat dari desa nampu yaitu keluarga mengikuti program keluarga
berencana (KB) 57,43% dari target 100%.
e. Masalah yang ke empat dari desa nampu yaitu bayi mendapatkan air susu ibu (ASI)
eksklusif 78,40% dari target 100%.
5.2 SARAN
untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di Desa Nampu yaitu :
a. Bagi petugas puskesmas, melakukan peningkatan program penyuluhan secara
berkesinambungan dan diperbarui agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang
semakin tinggi dan beragam.
b. Bagi masyarakat di Desa Nampu, peningkatan kesadaran atau pemahaman masyarakat
tentang betapa pentingnya tentang kesehatan.
c. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa STIKES BHM Madiun,
dan dapat melakukan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat serta dapat di jadikan
sebagai panduan kkn selanjutnya.
d. Bagi instansi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, sebagai pengapdian penelitian dan
masyarakat maupun mahasiswa.
Lampiran
Masalah : Hipertensi
Waktu : 45 Menit
Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
1. Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawa Kata-kata/
b salam kalimat
Menit 2. Memperkenalkan diri
2. Mendengarka
3. Menyampaikan
n dan
tentang tujuan pokok
menyimak
materi
3. Bertanya
4. Meyampakaikan
mengenai
pokok pembahasan
perkenalan dan
5. Kontrak waktu
tujuan jika ada
yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 12 Penyampaian Materi 1. Mendengarka Leaflet
n dan video
Menit 1. Menjelaskan
menyimak
pengertian
2. Bertanya
2. Menjelaskan
mengenai hal-
penyebab
hal yang belum
3. Menjelaskan tanda
jelas dan
dan gejala
dimengerti
4. Menjelaskan faktor
3. Mendengarkan
resiko
video
5. Menjelaskan upaya
4. Mengikuti
pencegahan
senam dengan
6. Memberikan
baik.
motivasi berupa
video.
7. Memberikan terapi
senam sebagai
upaya penurunan
tekanan darah.
3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Sasaran dapat Kata-kata/
menjawab kalimat
Menit 2. Memberikan
tentang
kesempatan pada
pertanyaan
peserta untuk
yang diajukan
bertanya
2. Mendengar
3. Melakukan evaluasi
3. Memperhatikan
4. Menyampaikan
kesimpulan materi 4. Menjawab
5. Mengakhiri salam
pertemuan dan
mengucapkan salam
H. Evaluasi
a. Evaluasi struktur pengunaan media yang di gunakan sudah lengkap kondusif, pemateri
menguasi materi mampu menyampaikan informasi dengan baikkepada peserta, peserta
berperan aktif selama proses penyuluhan.
b. Evaluasi proses, proses penyuluhan dapat terlaksana dengan baik, perserta kooperatif
dan aktif dalam berpatisipasi selama proses penyuluhan, suasana penyuluhan kondusif.
c. Evaluasi hasil, peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang di berikan
pemateri dengan benar.
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
B. Penyebab
Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
D. Faktor resiko
a. Jenis kelamin
a. Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. (Aisyah,
2009)
b. Kebiasaan Merokok
E. Upaya Pencegahan
2. Hindari Kegemukan
4. Hindari stress
7. Istirahat cukup
F. Diet Hipertensi.
1. Pengertian.
Diet Hipertensi adalah diet bagi penderita hipertensi yang bertujuan untuk
membatu menurunkan takanan darah dan mempertahankan tekanan darah
menuju normal, selain itu diet hipertensi juga bertujuan untuk menurunkan
factor resiko hipertensi lainnya seperti berat badan berlebih, tinggi kolestrol
dan Asam Urat dalam darah.
2. Tujuan.
1. Pisang
5. Susu Skim
6. Oatmeal
7. Ikan
5. Contoh jus Penurun Hipertensi yang mudah di buat dan di peroleh bahan –
bahan nya :
1. Jus Apel dan Seledri
3- 4 iris belimbing buah di tambah 5-7 iris mentimun segar bisa di tambah
perasan jeruk nipis sesuai selera
3. Jus timun Seledri
teratur.
Apa yang menyebabkan
Rasa sakit di dada
Hipertensi ?
Penglihatan kabur
Gaya Hidup tidak Sehat Jantung berdebar _
debar
1. Konsumsi garam
mimisan
berlebih
2. Merokok
Kenapa Hipertensi Harus
3. Minum – minuman
di cegah ?
beralkohol
4. Kurang Olah Raga Karena Hipertensi dapat
Kegemukan menyebabkan :
Sakit kepala
Rasa Berat di Tengkuk
Keletihan / mudah lelah
Telinga berdenging
Sulit tidur
6. Gangguan penglihatan 7. Buah Bit 9. Ikan
7. Kematian 8. Oatmeal MAKANAN YANG DI HINDARI :
Bagaimana pengobatannya ?
1. Garam
1. Pengobatan Farmakologis 2. Makanan yang banyak
Menggunakan obat –obatan sesuai mengandung Gula
indikasi / resep dokter 3. Makanan berlemak
2. Pengobatan Non farmakologis 4. Minuman beralkohol
. Menurunkan berat – badan
JUS PENURUN HIPERTENSI YANG
. Diet Rendah Garam dan Lemak MUDAH DI BUAT DAN
DIPEROLEH BAHAN –
. Menghindari Stress
BAHANNYA :
. Olahraga/ Aktifitas Fisik
. Dukungan Keluarga. 1. JUS APEL DAN SELEDRI.
VI. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
VII. METODE
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
IX. EVALUASI
a. Evaluasi struktur pengunaan media yang di gunakan sudah lengkap kondusif,
pemateri menguasi materi mampu menyampaikan informasi dengan
baikkepada peserta, peserta berperan aktif selama proses penyuluhan.
b. Evaluasi proses, proses penyuluhan dapat terlaksana dengan baik, perserta
kooperatif dan aktif dalam berpatisipasi selama proses penyuluhan, suasana
penyuluhan kondusif.
c. Evaluasi hasil, peserta penyuluhan dapat menjawab pertanyaan yang di
berikan pemateri dengan benar.
X. LAMPIRAN MATERI
a. Pengertian Merokok
Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan
gangguan pada organ tubuh
b. Zat-zat yang terkandung dalam rokok
1. Nikotin
Nikotin itu sendiri apabila diisap akan merangsang keluarnya
hormone adrenalin dan horman non adrenalin, yaitu hormon yang
mengakibatkan naiknya frekuensi denyut jantung dengan sendirinya
akan menaikkan kebutuhan energi.
2. Tar
Cairan kental berwarna coklat tua atau hitam didapattkan
dengan cara distilasi kayu dan arang juga dari getah tembakau. Zat
inilah yang menyebabkan kanker paru-paru. Zat berbahaya ini berupa
kotoran pekat yang dapat menyumbat dan mengiritasi paru-paru dan
sistem pernapasan sehingga menyebabkan penyakit bronchitis kronis,
emfisema, dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kanker paru-
paru.
c. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok
1. Rambut rontok
Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih
rentan terhadap penyakit yang menyebabkan rambut rontok, sariawan
mulut ,dll.
2. Katarak
Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisis mata yaitu
memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya dan
menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi pada perokok. Rokok dapat
menyebabkan katarak dengan 2 cara, yaitu cara mengiritasi mata dan
dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang oleh aliran darah
dibawa sampai ke mata. Merokok dapat juga dihubungkan dengan
degrasi muscular yang berhubungan dengan usia tua yaitu penyakit
mata yang tak tersembuhkan yang disebabkan oleh memburuknya
bagian pusat retina yang disebut Mucula. Mucula ini berfungsi untuk
memfokuskan pusat penglihatan di dalam mata dan mengontrol
kemampuan membaca, mengendarai mobil, mengenal wajah dan
warna dan melihat objek secara detail.
3. Kulit keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena
rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit,
terkikisnya vitamin A, terhambatnya aliran darah. Kulit perokok
menjadi kering dan keriput terutama disekitar bibir dan mata.
4. Hilangnya pendengaran
Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada
dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah ke
dalam telinga bagian dalam . perokok dapat kehilangan pendengaran
lebih awal dari pada orang yang tidak merokok atau lebih mudah
kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau suara yang keras.
Resiko untuk terkena infeksi telinga bagian tengah yang dapt megarah
kepada kompliksi yang lebih jauh disebut Meningitis dan Paralysis
wajah bagi perokok 3 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok.
5. Kanker kulit
Merokok tidak menyebabkan melanoma ( sejenis kanker kulit
yang kadang-kadang menyebabkan kematian ) tetapi merokok
mengakibatkan meningkatnya kemungkinan kematian akibat penyakit
tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita Custaneus
Scuamus Cell Cancer sejenis kanker yang meninggalkan bercak merah
pada kulit 2 kali lebih besar dibandingkan dengan non perokok.
6. Caries
Rokok mempengaruhi keseimbangan kimiawi dalam mulut
membentuk plak yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning dan
terjadinya caries, perokok berisiko kehilangan gigi mereka 1,5 kali
lipat.
7. Enfisema
Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema
yaitu pelebaran dan rusaknya kantong udara pada paru-paru yang
menurunkan kapasitas paru untuk menghisap oksigen dan melepaskan
CO 2. Pada kasus yang parah dugunakan Tracheotomy untuk
membantu pernafasan pasien. Ibarat suatu asyatn untuk lubang
ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan masuk udara ke dalam paru-
paru. Pada kasus Bronkhitis kronis terjadi penumpukan muncus
sehingga mengakibatkan batuk yang terasa nyeri dan kesulitan
bernafas.
8. Kerusakan paru
Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula
menyebabkan batuk. Dikarenakan rusaknya kantung udara pada paru
yang menurunkan kapasitas paru dan oksigen untuk melepas O2. bila
keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan lender sehingga
mengakibatkan batuk yang tersa nyeri dan kesulitan bernafas.
9. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit
jantung. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko terbesar
untuk penyakit ini. Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung
lebih dari 40 macam zat racun. Kemungkinan timbulnya kanker paru
dan jantung pada perokok 22 kali lebih besar dariyang tidak merokok.
10. Osteoporosis
Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak
terdapat pada gas buangan mobil,dan asap rokok lebihmudah terikat
pada darah dari pada oksigen sehingga kemampuan darah untuk
mengangkat oksigen turun 15% pada perokok. Akibatnya tulang pada
perokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah patah atau retak
dan penyembuhannya 805 lebih lama. Perokok jiga menjadi lebih
rentan terhadap masalah tulang punggung. Perokok juga menjadi lebih
retan terhadap masalah tulang punggung. Sebuah studi menunjukkan
bahwa buruh pabrik yang merokok 5 kali lebih banyak mengalami
nyeri punggung setelah terjadi trauma.
11. Penyakit jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko
terbesar untuk penyakit ini. Di Negara yang sedang berkembang
penyakit membunuh lebih dari satu juta orang setiap tahun. Penyakit
kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian tembakau di Negara-
negara maju membunuh lebih dari 600.000 orang setiap tahun. Rokok
menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat, menaikkkan tekanan
darah dan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi dan penyumbatan
arteri yang akhirnya menyebabkan serangan jantung dan stroke.
12. Tukak lambung
Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri
yang menyebabkan tukak lambung juga meminimalisasi kemampuan
lambung untu menetralkan asam lambung setelah makan sehingga sisa
asam akan mengerogoti dinding lambung. Tukak lambung yang
diderita para perokok lebih sulit dirawat dan disembuhkan.
13. Diskolori jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari
dan kuku yang meninggalkan warna coklat kekuningan.
14. Kanker uterus
Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok
meneyebabkan timbulnya masalah kezsuburan pada wanita dan
berbagai komplikasi selama masa kehamilan dan kelahiran bayi.
Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko kelahiran bayi
dengan BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan hamil
atau abortus terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita perokok. Angka
yang sama berlaku juga untuk kelahiran atau kematian karena
kekurangan oksigen pada janin dan plasenta yang menjadi abnormal
karena tercemar oleh Karbon Monoksida dan Nikotin dalam asap
rokok. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death) juga
dihubungkan dengan pemakaian tembakau. Tambahan pula, rokok
dapat menurunkan kadar estrogen yang menyebabkan terjadinya
menopause dini.
15. Kerusakan sperma
Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan
kerusakan pada DNAnya sehiungga mengakibatkan aborsi. Beberapa
studi menemukan bahwa pria yang merokok meningkatkan resiko
menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga
memperkecil jumlah sperma dan infertilitas banyak terjadi pada
perokok.
16. Penyakit Buerger
Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di
kaki, yang mengakibatkan terhambatnya aliran darah. Dan jika
dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah ke gangrene (matinya
jaringan tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah tentang system jaminan sosial perlu diketahui
dan dipahami oleh seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu perlu
dilakukan penyebarluasan informasi melalui sosialisasi kepada semua
pemangku kepentingan dan masyarakat umum. Program JKN hadir dalam
pelayanan kesehatan karena perintah peraturan perundang-undangan.
Peraturan perundang-undangan mengatur dengan rinci tujuan, prinsip, para
pelaku dan tata kelola JKN dalam dalam satu kesatuan penyelengaraan
program jaminan sosial yaitu system jaminan sosial nasional. Hal ini
berbeda dengan penyelenggaraan program jaminan asuransi privat atau
komersial. BPJS kesehatan sebagai salah satu bagian dari JKN,
membangun jaringan fasilitas kesehatan dengan cara bekerjasama dengan
fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan bagi peserta JKN dan keluargannya. BPJS sebagai
bagian dari JKN akan memberikan manfaat perlindungan sesuai dengan
hak dan ketentuan berlaku. Hak diperoleh setelah dilakukan kewajiban
membayar iuran.
B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Semua anggota keluarga mengerti dan memahami penjelasan yang
diberikan mengenai penggunaan JKN dan mampu menggunakan dan
memenfaatkan fasilitas kesehatan yang diprogramkan oleh pemerintah
(JKN).
C. Tujuan Instruksion al Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang JKN anggota keluarga
diharapkan mampu:
Keterangan
Penyuluh
F. Media
1. Leaflet
G. Pengorganisasian
Penyuluh : Gading
H. Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Media
1. Pembuk 5 menit - Memberikan salam
aan - Memberitahu materi yang akan
disampaikan
2. Pelaksa 10 menit - Menjelaskan pengertian JKN
naan - Menjelaskan manfaat JKN
- Menjelaskan syarat pendaftaran
JKN Leaflet
- Menjelaskan prosedur
pendaftaran JKN
- Menjelaskan hak dan kewajiban
peserta JKN
3. Evaluasi 5 menit - Meminta anggota keluarga
untuk menjelaskan kembali
mengenai JKN
- Meminta anggota keluarga
untuk menyebutkan kembali
sedikit yang telah dijelaskan
4. Penutup 5 menit - Menyimpulkan materi
penyuluhan yang telah
disampaikan
- Menyampaikan terimakasih atas
perhatian dan waktu yang telah
di berikan kepada anggota
keluarga
- Mengucapkan salam
I. Evaluasi
1. Standar persiapan : Alat, pengaturan tempat, kesiapan materi
2. Standar proses : Strategi yang digunakan dalam penyuluhan
3. Standar hasil : Kriteria hasil yang diharapkan dalam memberikan
penyuluhan
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan JKN?
2. Apa saja manfaat JKN?
3. Apa saja syarat pendaftaran JKN?
4. Bagaimana prosedur pendaftaran JKN?
5. Apa saja hak dan kewajiban peserta JKN?
J. Lampiran
1. Leaflet
2. Materi
K. Daftar Pustaka
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MATERI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
A. Pengertian JKN
JKN adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup
sehat, produktif, dan sejahtera.
B. Manfaat JKN
Manfaat komprehensif: promotif dan preventif (personal), kuratif dan rehabilitatif
sesuai indikasi medis
Mulyanto, J. dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk hasil
yang Diharapkan. Indonesia: CV Pentasada Media Edukasi.
Rohman, M., zaman, M., islam, J, Y., Chowdhury, J., Ahsan, H,N., Rahman, R., Et
al. (2017). Prefalenc, treatmen paterns, N risk Factor OF Hipertension and pre –
Hipertension among bangladeshi adults. Journal of human Hipertension, 32, 334-
348. Accessedon december 18, 2020. Doi : 10. 1038/s41371-017-001