Anda di halaman 1dari 20

Makalah Maternitas II

Hiperemesis Gravidarum

Disusun Oleh :

1. Ariska Mira Prasanti (201702056)


2. Berliana C (201702057)
3. Yulia Setiya M (201702058)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini sebagai salah satu tugas kelompok Mata Kuliah “KEPERAWATAN ANAK 1
dalam rangka “memenuhi tugas kelompok”

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, hal itu di
karenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak akhirnya pembuatan makalah ini terselesaikan tepat pada waktu nya .Dan
penulis tak lupa mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu.

Kami berharap dalam penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
sekelompok dan para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan
untuk memperoleh nilai tambahan dalam tugas kelompok.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Madiun, 17 Maret 19
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil melahirkan atau dalam 42 hari
sesudah berakhirnya kehamilan tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan disebabkan
oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya tetapi tidak secara
kebetulan atau oleh penyebab lainnya(Sarwono, 2006).
Berdasarkan definisi ini kematian maternal dapat digolongkan pada kematian obstetrik
langsung (direct obstetric death), kematian obstetrik tidak langsung (inderect obstetric death),
kematian yang terjadi bersamaan tetapi tidak berhubungan dengan kehamilan dan persalinan
misalnya kecelakaan. Kematian obstetrik langsung disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas atau penanganannya. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah pendarahan, infeksi dan abortus. Kematian tidak langsung disebabkan
oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan,
misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia, malaria, dan lain-lain
termasuk hiperemesis gravidarum. (Sarwono, 2006)
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, perubahan-perubahan
anatomik pada anak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin.
Beberapa faktor predisposisi yang sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes
dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG, faktor organik karena masuknya villi
khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik, faktor psikologis keretakan
rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
memikul tanggung jawab dan faktor endoktrin lainnya. Gejala yang sering terjadi pada 60% -
80% primigravida dan 40% - 60% multigravida. Mual biasanya terjadi pagi hari. Rasa mual
biasanya dimulai pada minggu-minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat,
namun sekitar 12% ibu hamil masih mengalaminya hingga 9 bulan. (Khaidirmuhaj, 2009)
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetri, salah
satunya dengan melakukan pelayanan pemeriksaan ibu hamil untuk mengetahui keadaan ibu
dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap kelainan yang
ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melewati masa kehamilan, persalinan dan
nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Dalam melakukan pelayanan
Ante Natal Care (ANC) hendaknya selalu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai
yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum, karena masih
banyak ibu hamil yang tidak mengetahui cara mengatasi mual dan muntah yang dialaminya,
maka dengan ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan
mengalami penurunan karena derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan oleh derajat
kesehatan ibu dan anak.
Kami tertarik untuk membahas makalah ini karena banyak sekali penderita hiperemesis
gravidarum hasil penelitian menunjukkan bahwa anoreksia memiliki persentase sebesar 55%
dari seluruh pasien yang mengalami hiperemesis gravidarum

B.     RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian dari Hiperemesis Gravidula ?
2. Bagaiamana etiologi dari Hiperemesis Gravidula ?
3. Bagaimana Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidula ?
4. Bagaimana Patofisiologi Hiperemesis Gravidula ?
5. Bagaimana Phatway Hiperemesis Gravidula ?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidula ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Hiperemesis Gravidula ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidula ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
    Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan
pada   pasien ibu hamil dengan Hypermesis Gravidarum
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengerti pengertian Hyperemesis Gravidarum
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi Hyperemesis Gravidarum
c. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hyperemesis Gravidarum
d. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi Hiperemesis Gravidula
e.  Mahasiswa mampu mengetahui pathways Hiperemesis Gravidula
f.  Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang Hiperemesis Gravidula
g.  Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan Hiperemesis Gravidula
h.  Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan Hiperemesis Gravidula
D. MANFAAT PENULISAN

 Mahasiswa
Diharapkan mahasisiwa keperawatan untuk mengerti dan memahami tentang
hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
 Masyarakat
Diharapkan masyarakat mengerti dan memahami tentang hiperemesis gravidarum
sehingga menambah wawasan.
 Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mengerti dan memahami tentang hiperemesis
gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan pada ibu
hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan
sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu
Kebidanan, 2009).

Hiperemesis gravidarum adalah mual berlangsung terus menerus dan muntah sering,
cepat mengalami dehidrasi dan asidoketotik.(Llwellyn, 2011)
Hiperemesis Gravidarum adalah komplikasi kehamilan yang ditandai dengan mual dan
muntah yang tidak dapat dikendalikan dan terus- menerus sebelum minggu ke 20 kehamilan.
(Carol J. Green, 2012:284)
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang lebih dari 10 kali dalam 24 jam
atau setiap saat pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan
umumnya menjadi buruk dan dapat terjadi dehidrasi (standar pelayanan medic obstretric &
ginekologi)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa  Hiperemesis Gravidarum adalah suatu


keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah yang berlebihan (muntah berat)yang
lebih dari 10 kali dalam 24 jam dan terus menerus pada sebelum minggu ke 20 kehamilan,
sehingga sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
B.     Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi. Beberapa faktor predesposisi dan
faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1.      Faktor predesposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuansi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormonal memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2.      Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor
organik.
3.      Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai
salah satu faktor organik.
4.      Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
(Wiknjosastro, 2005)

C.    Manifestasi
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala dapat dibagi ke dalam 3 tingkatan:
1. Tingkatan I
Mual Muntah terus menerus, lemah, tidak mau makan, berat badan menurun dan rasa nyeri
pada epigastrum. Nadi meningkat ssekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun,
turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
2. Tingkatan II
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum lebih parah, lemah, apatis, turgor
kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan menaik(dehidrasi),
ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan
konstipasi dan dapat pula terjadi nafas berbau aseton.
3. Tingkatan III
Keadaan umum jelek, kesardaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus
dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, dan tensi turun sekali, ikterus dan dapat berakibat
fatal yaitu nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. (Amru sofian, 2012)

D.    Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen yang meningkat dalam darah
sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual dan muntah yang terjadi terus-
menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin
yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang mengurangi perpusi darah ke jaringan
dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak sempurna
sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan eksresi yang berlebihan selanjutnya
menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput lendir esofagus dan lambung dapat
robek (sindrom Mallory-Weeiss), sehingga terjadi perdarahan gastrointestinal.
(Wiknjosastro,2015)
E.   Pathways
Hiperemesis Gravidarum

Faktor Alergi Faktor Predisposisi Peningkatan Estrogen

Emesis Gravidarum Penurunan Pengosongan

Lambung

Penyesuaian Komplikasi Peningkatan Tekanan

Hiperemesis Gravidarum Gaster

Intake Nutrisi Kehilangan Cairan Berlebihan


Menurun Pengeluaran Nutisi Berlebihan

Dehidrasi

Gangguan nutrisi
cairan eksa seluler hemokonsentrasi

Dan plasma

aliran darah ke
Gangguan Keseimbangan
Cairan dan Elektrolit Jaringan menurun

Metabolisme intra
Sel menurun Kesadaran menurun

Otot lemah Perfusi jaringan


otak
Kelemahan
Intolerans
aktifitasi tubuh
F.     Penatalaksanaan Keperawatan
1.      Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan wanita hamil yang mengalami hyperemesis dilakukan dengan
menetapkan rencana perawatan medis. Pemberian terapi intravena yang kemudian dipantau
pemberian agens farmakologi dan suplemen nutrisi dan pemantauan wanita respon terhadap
intervensi. Perawat mengopservasi wanita untuk mendeteksi adanya komplikasi seperti
aksidosis metabolik, interik atau himoragi dan memberitahu tenaga keperawatan kesehatan
begitu tanda-tanda tersebut muncul.

2.      Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan
Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogen.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan adalah B1 dan
B6. Anti histaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat
diberikan antiemetik, seperti disiklominhidrokhlorid atau khlorpromasin. Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
b. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, terapi cerah dan peredaran udara yang
baik. Catat cairan yang keluar dan masuk. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke
dalam kamar penderita, sanpai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan
makanan/minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan
berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
c. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa
takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik,
yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
d. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah
kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada kekurangan
protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Air kencing perlu
diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa
setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24  jam penderita tidak muntah
dan keadaan umum bertambah baik dapat dicoba untuk memberikan minum dan dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan di atas, pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
e. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kecil kasus keadan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan
mengadakan pemeriksaan medik dan psikistrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus teraupetik sering sulit diambil, oleh karana itu di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala
ireversibel pada organ vital.(Wiknjosastro, 2005)

G. Pemeriksaan Penunjang
1.      USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya
gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta.
2.      Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.
3.      Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.    Pengkajian Keperawatan
1.   Aktifitas istirahat
Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
2.   Integritas ego
Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya,
kehamilan tak direncanakan.
3.   Eliminasi
Perubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis :
peningkatan konsentrasi urine.
4.   Makanan/cairan
Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat
badan (5 – 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
5.   Pernafasan
Frekuensi pernapasan meningkat.
6.   Keamanan
Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
7.   Seksualitas
Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
8.   Interaksi sosial
Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga
yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang.
9.   Pembelajaran dan penyuluhan
a.       Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung
sudah lama.
b.      Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal
c.       Turgor kulit, lidah kering
d.      Adanya aseton dalam urine
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah
berlebihan.
2.      Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebi
3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Resiko Perfusi jaringan otak berhubugan dengan penurunan keasadaran
C.    Rencana Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Ketidak  Nutritional Status : Nutrition Management
seimbangan  Nutritional Status :food and fluid  Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dari kebutuhan  Nutritional Status : nutrient intake menentukan jumlah kalori dan
tubuh b.d  Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien
frekuensi Kriteria Hasil  Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat badan meningkatkan protein dan vitamin
sesuai dengan tujuan C

 Berat badan ideal sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk


tinggi badan meningkatkan intake fe

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan  Yakinkan diet yang mengandung


nutrisi tinggi serat untuk mencegah

 Tidak ada tanda tanda malnutrisi konstipasai

 Menunjukan peningkatan fungsi  Berikan makanan yang terpilih


pengecapan dan menelan (sudah dikonsultasikan dengan ahli

 Tidak terjadi penurunan berat badan gizi)


 Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan harian
 Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
 Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang di
butuhkan
Nutrition Monitoring
 BB pasien dalam batas normal
 Monitor adanya penurunan berat
badan
 Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi dengan keluarga
 Monitor lingkungan selama makan
 Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
 Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekekringan, rambut
kesam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerrahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
 Monitor kalori dan intake nutrisi
 Catat adanya edema, hipermik,
hipertonik papilla lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna magenta
scarlet.

Kekurangan  Fluid balance Fluid Management


volume cairan  Hydration  Timbang popok / pembalut jika di
b.d kehilangan  Nutritional status : food and fluid perlukan
cairan yang  Pertahankan catatan intake dan
berlebihan balance output yang akurat
Kriteria Hasil  Monitor status hidrasi
 Mempertahankan urine output sesuai (kelembapan membrane mukosa,
dengan usia dan BB, BJ urine normal, nadi, adekuat, tekanan darah
dan HT normal ortostatik), jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh,  Monitor vital sign
dalam batas normal  Monitor masukan makanan/cairan
 Tidak ada tanda tanda dehidrasi dan hitung kalori harian
elastisitas turgor kulit baik, membrane  Kolaborasi pemberian cairan IV
mukosa lembab, tidak ada rasa haus  Monitor status nutrisi
berlebihan  Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukkan oral
 Berikan penggantian nesogratrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,buah
sergar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia management
 Monitor status cairan termasuk
intaq dan output cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat HB dan hematocrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah
intaq oral
 Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya tanda gagal ginjal

Intoleransi  Energy conter patient Avtivity Therapy


aktifitas  Activity toleransi  Kolaborasikan dengan tenaga
berhubungan  Self care :ADLs rehabilitasi medik dalam
dengan KRITERIA HASIL : merencanakan program therapy
kelemahan  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang tepat

tanpa disertai peningkatan  Bantu klien untuk


darah ,nadi dan RR. mengidentifikasi aktivitas yang

 Mampu melakukan aktifitas mampu dilakukan

sehari-hari (ADLs) secara mandiri  Bantu untuk memilih aktivitas

 Tanda tanda vital normal konsisiten yang ssesuai dengan

 Energy psikomotor kemampuan fisik psokologi


dan sosoial
 Level kelemahan
 Bantu untuk mengidentifikasi
 Mampu berpindah:dengan atau
dan mendapatkan sumber yang
tanpa bantuan alat
diperlukan untuk aktivitas yang
 Status kardiopulmunonari adekuat
di inginkan
 Sirkulasi status baik
 Bantu untuk mendapatkan alat
 Status rrespirasi :pertukaran gas
bantuan aktivitas seperti kursi
dan ventitasi adekuat
roda, krek
 Bantu untuk mengidentifikasi
yang disukai
 Bantu klien membuat untuk
membuat jadwal latihan di
waktu luang
 Bantu pasien atau keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktifitas
 Sediakan penguatan posotif
bagi yang aktif beraktifitas
 Bqntu pasien untuk
mengenbangkan motovasi diri
dan penguatan
 Memonitor respon fisik ,emosi
social yang spiritual
Resiko Perfusi NOC NIC
jaringan otak  Circulation status Peripheal sensation management
berhubugan  Tissue prefucition : cerebral (manajemen sensasi perifer)
dengan Kriteria hasil  Monitor adanya daerah
penurunan  Mendemonstasikan status terrtentu yang hanya peka
keasadaran sirkulasi hasil yang di tandai terhadap
dengan : tekananan systole dan panas/dingin/tajam/tumpul
diastole dalam rentang yang di  Monitor adanya paretese
harapkan  Instruksikan keluarga untuk
 Tidak ada ortustatikhipertensi mengobservasi kulit jika ada
 Tidak ada tanda tanda lesi atau laserasi
peningkatan tekanan  Gunakan sarung tangan untuk
intracranial (tidak lebih dari 15 proteksi
mmHg)  Batasi gerakan pada kepala
 Mendemonstasikan leher dan punggung
kemampuan kognitif yang di  Monitor kemampuan BAB
tandai dengan:  Kolaborasi pemberian
 Berkomunikasi dengan jelas analgesic
sesuai degan kemampuan  Monitor adanya
 Menunjukan perhatian, tromboplegistis
konsentrasi dan orientasi  Diskusikan mengenai
 Memproses informasi perubahan sensasi.
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-gerakan
infolunter.
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum adalah suatu
keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah yang berlebihan (muntah berat)yang
lebih dari 10 kali dalam 24 jam dan terus menerus pada sebelum minggu ke 20 kehamilan,
sehingga sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia.
Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh
kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat imunisasi.
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jelas
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan,
menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih
sering.

B.     Saran
Saran untuk ibu yang menderita Hiperemesis Gravidarum agar leebih memperhatikan
pola makan dan keadaan fisik ibu, dan sran untuk bidan agar dapat meberikan asuhan dan
pandangan tentang Hioeremesis gravudarum dengan cara menginformasikannya kepada
seorang ibu dengan baik, agar kedepannya seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidap lagi
menjadi penderita hiperemesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

  
Hidayati Ratna.2009.Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Fisiologis Dan Patologis.
Jakarta : Salemba Medika

Hartono Andry.  1999. Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta : EGC

Lowdermilk, Jensen Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Prawirohardjo Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan.  Jakarta :  Trisada Printer

Tiran Denise. 2006. Seri Asuhan Kebidanan Mual dan Muntah Kehamilan.  Jakarta : EGC

Abell TL, Riely CA: Hyperemis gravidarum. Gastroenterol Clin North Am 21(4):835, 1992

Anda mungkin juga menyukai