Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SISTEM NEUROLOGI

Oleh :

1. Abid Mudhofar
2. Agustian Dwi Mahendra
3. Suci Arianni

STIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI


TAHUN 2015
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Herniated
Nucleus Pulposus (HNP). Makalah ini ditulis sebagai salah satu bahan materi yang akan
disampaikan pada mata kuliah Sistem Neurologi.
Makalah ini berisi penjelasan tentang definisi mengenai Herniated Nucleus Pulposus
(HNP) serta penanganannya yang dilengkapi dengan konsep asuhan keperawatan.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam praktik
keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan masa
mendatang.

Pare, April 2015

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Herniasi diskus intervertebralis, merupakan penyakit dimana bagian nucleus yang terbuat
dari material berbentuk gel dalam spinal cord keluar dari annulus atau bagian yang
melindunginya sehingga terjadi penekanan atau penyempitan pada saraf spinalisdan
mengakibatkan nyeri (Nettina & Mills, 2006). Nama-nama lainnya adalah Herniated Nucleus
Pulposus (HNP), Herniated Intervertebral Disk (HID) dan Degenerative discdiseasedan
penyakit ini merupakan penyebab nyeri punggung bawah yang paling sering (Smeltzer, Bare,
Hinkle & Cheever, 2007). American Association of Neuroscience Nurses (2009) sependapat
dengan Nettina dan Mills (2006) mengutip beberapa penelitianyang menyatakan bahwa 90
persen dari HNP terjadi pada area lumbar atau lumbosacral, dan yang tersering adalah diskus L4
– L5 dan L5 – S1 (Nettina & Mills, 2006; Sommers, Jhonson, & Beery, 2007; American
Association of Neuroscience Nurses, 2009; Olmakers, 1998 dan Han, 1997 dalam Harkani, Ilyas,
Liyadi, Idris, Muis, dan Seweng, 2012).
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-haridan merupakan salah satu alasan mengunjungi dokter (Ignatavicius & Workman,
2006).Lebih lanjut, Perdani (2010) mengutip pernyataan Anderson (1999) bahwa di Amerika
Serikat nyeri punggung bawah merupakan penyebab urutan paling sering dari pembatasan
aktivitas pada penduduk dengan usia kurang dari 45 tahun, urutan kedua untuk alasan
berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab
paling sering untuk tindakan operasi. Menurut penelitian Moschetti, Pearson dan Abdu (2009)
yang dikutip oleh Association of Neuroscience Nurses (2009), insiden paling banyak terjadi pada
usia 35 – 55 tahun, yaitu usia produktif. Penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri
PERDOSI (Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia) yang dikutip oleh Universitas Pembangunan
Indonesia Veteran Jakarta (UPNVJ, 2010) pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, pada
bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak 4.456 orang (25% dari total
kunjungan), dimana 1.598 orang (35,86%) adalah penderita nyeri punggung bawah.
Walaupun lumbar disc herniation sering terjadi dan bisa membatasi aktivitas serta
menjadi penyebab kunjungan rumah sakit, namun dengan penanganan cepat dan tepat, penyakit
ini sangat bisa disembuhkan (Hospital for Special Surgery, 2009).
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Definisi
Nettina dan Mills (2006) mendefiniskan Herniated nucleus pulposus atau herniasi pada
intervertebral disksebagai proses keluarnya (nukleus)dari diskuskeannulus (jaringan fibrosa yang
berbentuk cincin, yang mengelilingi disk) yang berakibat pada kompresi atau penekanan saraf.
Ogiela dan Zieve (2012) juga mengatakan hal yang sama, yaitu: “Herniated nucleus pulposus
adalah kondisi dimana sebagian atau seluruh bagian dari intervertebral disk terdesak keluar
melalui bagian disk yang melemah, dan berakibat pada nyeri punggung dan iritasi nerve
root.”Selain nama-nama tersebut, istilah spondylosis juga digunakan untuk menyebutkan
perubahan pada diskus intervertebralis (Luhman, 2005).Gambar 2.8.menggambarkan apa yang
terjadi pada diskus dan annulus pada kasus herniated nucleus pulposus.

Gambar 2.8.Herniated nucleus pulposus (Georgia Regents Health System, n.d.)


B. Anatomi fisiologi

Anatomi dan Fisiologi Spinal Cord


1. Saraf Spinalis
Spinalcordmemiliki 31 pasang saraf spinalis yaitu 8 pasang cervical, 12 pasang
torakal, 5 pasang lumbar, 5 pasang sakral, dan 1 pasang coccygeal yang dilindungioleh
kolumna vertebraseperti yang ditampilkan pada gambar 2.1 (Scanlon & Sanders, 2007).

Gambar 2.1 Anatomi Vertebra (Scanlon & Sanders, 2007)

Saraf spinalis bekerja untuk mensuplai impuls saraf ke tubuh sesuai dengan posisinya.
Scanlon & Sanders (2007) meringkaskan tugas dan distribusi saraf spinalis pada tabel 2.1
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kontribusi dan Distribusi Saraf Spinalis
Saraf Saraf spinalis yang Distribusi
berkontribusi

Phrenic C3 – C5 Diafragma
Radial C5 – C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
posterior, ibu jari, telunjuk dan jari tengah

Median C5 – C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan


Ulnar C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
anterior, kelingking dan jari manis

Interkostal T2 – T12 Otot intercostal, otot abdomen dan kulit


badan
Femoral L2 – L4 Kulit dan otot pada paha dan kaki anterior
Sciatic L4 – S3 Kulit dan otot pada paha dan kaki posterior
Scanlon & sanders (2007)

2. Kolumna Vertebra
Saraf spinalis dilindungi oleh 33 tulang kolumna vertebra yang fungsi lainnya
adalah sebagai penyangga struktur spinalis dan merupakan bagian mayor sistim rangka
aksial.Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa, semakin ke bawah, struktur vertebral body
semakin besar (Bledsoe, et al, 2006).
Gambar 2.2 Kolumna Vertebra

3. Lumbar Vertebra
Lumbar vertebra terdiri dari 5 pasang saraf lumbar dan 5 kolumna vertebra, yang
adalah bagian yang terkuat dan terbesarpada kolumna vertebra karena merupakan bagian
dimana massa tubuh bertumpu (Bledsoe, et al, 2006). Inilah yang mengakibatkan 90
persen Herniated Nucleus Pulposus terjadi pada lumbar (AANN, 2009).Gambar 2.3
memperlihatkan anatomi lumbar vertebra.
Gambar 2.3 Lumbar Vertebra (AANN, 2009)
4. Dermatomedan MyotomeLumbar
Untuk sensasi pada kulit, AANN (2009) mengilustrasikan distribusi dermatome
dan myotome lumbarseperti yang terlihat pada gambar 2.4. Distribusi impuls saraf ke
dermatomeakan terpengaruh jika bagian dari lumbar pendistribusi mengalami herniasi.

Gambar 2.4Dermatomedan MyotomeLumbar (American Association of Neuroscience


Nurses, 2009)
5. Diskus Intervertebralis
Diskus intervertebralis adalah bantalan yang berada diantara vertebra, dan
lokasinya langsung bersentuhan dengan saraf spinalis, serta berperan sebagai shock
absorbersdan memberikan fleksibilitas normal pada kolumna vertebra (Hospital for
Special Surgery, 2009).Diskus Intervertebralis dilindungi oleh jaringan fibrosa yang
dinamakan annulus (Nettina & Mills, 2006).Gambar 2.5dan 2.6 memperlihatkan diskus
intervertebralis yang sehat.

Gambar 2.5. Diskus Intervertebralis (tampak atas) (Ogiela & Zieve, 2012)

Gambar 2.6 Bagian-bagian Diskus Intervertebralis (tampak samping) (AANN, 2009)


Gambar 2.7 mempelihatkan perubahan bentuk diskus intervertebralis dalam perannya
sebagai shock absorbers dan pemberi efek fleksibel pada pergerakan vertebra.

Gambar 2.7. Diskus Intervertebralis pada Pergerakan (Girasole, 2012)


C.Etiologi
Faktor – faktor resiko dari herniatednucleus pulposus, sebagaimana yang
dikemukakan para ahli (Nettina & Mills, 2006;Zeller, 2006; American Academy of
Orthopedic Surgeons, 2007; Simon, 2012; dan Flood, 2013) adalah: degenerasi (penuaan);
trauma (cedera punggung); predisposisi kongenital; faktor biomekanis, seperti terputar dan
pergerakan yang berulang di tempat pekerjaan; pekerjaan yang kurang aktivitas fisik; tekanan
pada punggung secara terus menerus, seperti memakai sepatu hak tinggi; tekanan pada tubuh
yang tiba-tiba; obesitas; dan merokok.
D. Tanda dan gejala
Herniated nucleus pulposus bisa saja terjadi tanpa menunjukkan gejala, dan bila ada
gejala, manifestasinya tergantung pada lokasi, ukuran, kecepatan perkembangan dan efek
pada struktur jaringan sekitar (Nettina & Mills, 2006; Cedars-Sinai, 2013). Lebih lanjut,
Nettina dan Mills (2006) mengatakan bahwa kebanyakan gejala adalah nyeri, perubahan
sensori, penurunan reflex dan kelemahan otot yang bisa saja sembuh tanpa pembedahan.
Secara spesifik, lokasi herniasi dalam kasus ini adalah pada lumbosacral (L5 – S1) yang
tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Nyeri punggung bawah dengan derajat disfungsi sensorik dan motorik yang bervariasi.
Namun empat dari lima orang di dunia mengalami nyeri punggung (AAOS, 2007), jadi
untuk mengetahui HNP adalah dengan mengetahui karakteristik nyeri pada HNP yang
adalah bahwa nyeri menjalar dari punggung bawah ke bokong dan turun ke kaki, jika
terkena pada saraf sciatica. Gambar 2.9 menggambarkan penjalaran nyeri pada HNP,
berdasarkan lokasi HNP pada lumbar secara spesifik sesuai dermatome dan myotome.

Gambar 2.9 Penjalaran Nyeri pada HNP Lumbar


L1 : Nyeri mengakibatkan postur kaku atau tidak alami, serta menghebat saat batuk, bersin
atau tertawa.
L2 : Positive straight-leg raise test / Laseque sign: nyeri pada punggung dan kaki dibawah
lutut ketika kaki diangkat pada posisi supine.
L3 : Nyeri punggung pada tes Patrick / Contra Patrick.
L4 : Kombinasi dari parestesia, lemah dan kerusakan refleks pada satu atau kedua kaki, dan
dapat juga bervariasi antara hipoestesia dan hiperestesia.
L5 : Dapat terjadi disfungsi kontrol bladder (inkontinensia) ataupun disfungsi seksual.
E. W.O.C

Faktor Resiko
1. Degenerasi (penuaan), trauma, dan predisposisi
Etiologi: kongenital
2. Faktor biomekanis, seperti terputar dan pergerakan
Cedera hiperfleksi atau yang berulang di tempat pekerjaan.
hiperekstensi pada 3. Pekerjaan yang kurang aktivitas fisik.
4. Obesitas
5. Merokok

Diskus ruptur Kelemahan disk (Lumbar)

Nucleus keluar dari


annulus
Saraf-saraf yang
bersebelahan terkompresi

Nyeri Nyeri punggung bawah Kombinasi dari parestesia,


menjalar ke bokong dan lemah dan kerusakan refleks

Postur tubuh kaku Positive straight-


Komplikasi:
dan tidak alami leg raise test:

Nyeri kronis dengan isu psikososial Disfungsi neurologis Cauda


permanen (kelemahan, equinasy
mati rasa, disfungsi ndrome
Kerusakan mobilitas fisik seksual, inkontinensia)

Defisit Perawatan Diri

Gangguan Citra Tubuh Resiko Kerusakan Integritas Kulit

Gambar 2.11 adalah animasi dari empat tingkatan herniasi diskus dari degenerasi,
prolapse, ekstrusi dan akhirnya sequestration.
Gambar 2.11 Tingkatan Herniasi Diskus (San Diego Spine Institute, 2012)

F. Pemeriksaan diagnostic
Tes diagnostik untuk Herniated Nucleus Pulposus menurut Nettina dan Mills (2006)
adalah myelogramuntuk mendemonstrasikan herniasi dan penekanan pada spinal cord dan
nerve roots; SpineCT scanatau MRIuntuk mendemonstrasikan herniasi (MRI lebih akurat);
dan electromyographyuntuk melokalisasi saraf spinalis yang terkena. Sama dengan itu,
Cedars Sinai (2013) hanya menambahkan adanya pemeriksaan darah sesuai dengan order
dapat dilakukan untuk melihat apakah ada penyakit lain. Selain itu, AAOS (2007)
mengatakan bahwa spine x-ray juga dapat dilakukan. Sebagai tambahan, Ogiela dan Zieve
(2012) menyatakan hal yang sama, dan menambahkan Nerve Conduction Velocity
test.Sebagai yang terakhir, Bone Scan dan Discogram adalah tes diagnostik yang ditambahkan
dalam pemeriksaan HNP oleh AANN (2009).

G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada HNP yang tidak sembuh benar adalah disfungsi
neurologis permanen (kelemahan dan mati rasa), nyeri kronis dengan isu psikososial, cauda
equina syndrome(Nettina & Mills, 2006; Ogiela & Zieve, 2012).

H. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Sebagai pendekatan farmakologis dalam penanganan HNP, biasanya digunakan
obat antiinflamasi, seperti ibuprofen (Motrin) atau prednisone; muscle relaxants, seperti
diazepam (Valium) atau cyclobenzaprine (Flexeril) dan analgesik; opioid bisa saja
diperlukan pada fase akut (Nettina & Mills, 2006; AAOS, 2007; Ignatavicius & Workman,
2006; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007).
2. Non-farmakologis
Beberapa intrvensi non-farmakologis yang dianjurkan untuk penderita Herniated
Nucleus Pulposus lumbar adalah sebagai berikut:
1. Complete bed restpada matras yang keras (2 hari biasanya cukup) biasanya
menghasilkan perbaikan yang signifikan pada 80 persenpasien.
2. Kompres hangat atau es pada area yang terkena.
3. Physical therapy.
4. Penanganan non-farmakologis dan farmakologis dapat digunakan bersama selama 4 –
6 minggu sebagai penanganan konservatif jika tidak ada perkembangan defisit
neurologis (Nettina & Mills, 2006; AAOS, 2007; Ignatavicius & Workman, 2006;
Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007).

3. Intervensi Pembedahan
Intervensi pembedahan dapat dilakukan jika ada perkembangan ke arah defisit
neurologis atau tidak adanya perbaikan setelah manajemen konservatif
dilaksanakan.Prosedur pembedahan pada HNP diantaranya adalah diskectomy (dekompresi
nerve root), laminektomi, spinal fusion, microdiskectomy, danpercutaneous
diskectomy.Hemilaminectomydengan eksisi diskus yang terkena adalah prosedur
pembedahan yang sering diindikasikan jika area yang terkena adalah diskus lumbar
(Nettina & Mills, 2006; Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheever, 2007).

4. Chemonucleolysis
Chemonucleolysis adalah penanganan invasive pada HNP yang jarang untuk
herniasi diskus lumbar.Prosedurnya adalah dengan menginjeksikan Chymopapain ke
diskus yang hernia dan mengakibatkan air dan proteoglikan dalam diskus keluar, sehingga
ukuran diskus berkurang, begitu juga dengan tekanan pada saraf, namun prosedur ini dapat
mengakibatkan komplikasi seperti transverse myelitis, reaksi alergi dan spasme otot yang
menetap (Nettina & Mills, 2006).

5. Terapi Alternatif dan Komplementer


Beberapa terapi alternatif dan komplementer yang dianjurkan kepada pasien
dengan HNP lumbar adalah akupuntur, terapi manipulatif, terapi pijat untuk nyeri,
homeopathic remedies, dan suplemen makanan (Nettina & Mills, 2006)

I. Asuhan keperawatan
1.pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan
atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
b. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak
nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri
seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan
yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul,
makin lama makin nyeri.
c. riwayat keperawatan
1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis). menstruasi, adneksitis
2) Riwayat dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
d. pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
i. Inspeksi

o Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik
o Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis
yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.
o Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
o Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
o Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
ii. Palpasi dan perkusi

o Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
o Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
o Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
o Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
2) Neuorologik
a) Pemeriksaan motoric
i. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.
ii. Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-
kiri.
iii. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
b) Pemeriksan sensorik
i. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
3) Pemeriksaan reflex
a) Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b) Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
4) Pemeriksaan range of movement (ROM)
a) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
b) Pemeriksaan penunjang
i. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit.
ii. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui
tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan tembus.Apabila
diketahui adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang
mungkin disebabkan HNP.
iii. Elektroneuromiografi (ENMG). Untuk menegetahui radiks mana
yang terkena / melihat adanya polineuropati.
iv. Sken tomografi. Melihat gambaran vertebra dan jaringan
disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.

2. Diagnosa

a. Nyeri Akut berhubungan dengan kompresi saraf


b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dan fisiologi penyakit
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskular
d. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

3. Intervensi
Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan kompresi saraf

Definisi : Emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara actual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi
durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan dalam 2x24 nyeri berkurang atau dapat diatasi oleh
klien.

Criteria hasil :
 Melaporkan nyeri hilang / terkontrol (skala 0-3).
 Dapat melakukan tehnik relaksasi

1. Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyeri

R/ Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan keefektifan tindakan penghilang nyeri.

2. Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya

R/ informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan


3. Berikan tindakan penghilang rasa nyeri noninvasive dan nonfarmakologis. (posisi,
balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi

R/ tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa control terhadap nyeri

4. Berikan obat analgesik; bersiap untuk adanya sedasi.

R/ terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan perdam nyeri

Diagnosa 2: Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri dan fisiologi


penyakit

Definisi : Keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakan
gerak fisik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien dapat mempertahankan
mobilisasi.

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi kontraktur sendi


 Bertambahnya kekuatan otot
 Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

1. Ubah posisi klien tiap 2 jam sekali

R/ menurunan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.

2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada extermitas yang tidak sakit

R/ gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernafasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit

R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan

4. Inspeksi kulit beberapa kali sehari, lihat apakah ada kemerahan atau perkembangan
dekubitus.

R/ untuk melihat adanya dekubitus

5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

R/ menentukan latihan fisik yang tepat untuk klien

Diagnosa 3 : Defisit perawatan diri berhubungan dengan


kelemahanneuromuskular,menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan
kontrol/koordinasi otot

Tujuan: setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam, terdapat perilaku peningkatan
dalam perawatan diri

Kriteria hasil:

 klien dapat menunjukangaya hidup untuk kebutuhan merawaat diri,


 klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkatkemampuan,
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan dan penurunan klien dalam melakukan ADL dalamskala 0-4.

R/ Membantu dalam mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan individual.


2) Hindari hal yang dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.

R/ Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini untuk mencegahfrustasi dan
harga diri klien.

3) Sadar kan tingkah laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan.Pertahankan


dukungan pola pikir, ijinkan klien melakukan tugas, beri saranyang positif untuk
usahanya.

R/ Klien memerlukan empati, tetapi peril mengetahui perawatan yangkonsisten dalam


menangani klien, memandirikan klien, dan menganjurkanklien untuk terus mandiri.

4) Merencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan perlihatan sepertitempatkan


makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidurke dinding.

R/ Klien akan mampu melihat dan mampu memakan makanan, akan mampumeliat keluar
masuknya orang ke ruangan.

5) Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan dari jalan.

R/ Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar tempat tidur dan menurunkanresiko


tertimpa perabotan.

6) Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisaudan garpu,
sikat dengan pegangan yang panjang, ekstensi untuk berpijakpadalantai atau ke toilet, kursi untuk
mandi.

R/ Mengurangi ketergantungan.

7) Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kencing, kemampuanmengguanakan


urinal, pispot, antarkan klien ke kamar mandi bila kondisimemungkinkan.
R/Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkanmasalah
pengosongan kandung kemih oleh karena maslah neurogenik.

8) Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan aktivitas.

R/ Meningkatkan latihan dan menolong menncegah konstipasi.

9) Kolaborasi Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.

R/ Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar.

10) Konsul ke dokter untuk terapi okupasi

R/ Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.

Diagnosa 4 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

Tujuan : klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Criteria hasil :

 Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka


 Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
 Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Intervensi

1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin

R/ Meningkatkan aliran darah ke semua daerah

2) Rubah posisi tiap 2 jam.

R/ Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah


3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol

R/ Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol

4) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi

R/ Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.

5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan
dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.

R/ Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan

6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.

R/ Mempertahankan keutuhan kulit


BAB III

Kesimpulan

Herniated nucleus pulposus atau herniasi pada intervertebral disksebagai proses


keluarnya (nukleus)dari diskuskeannulus (jaringan fibrosa yang berbentuk cincin, yang
mengelilingi disk) yang berakibat pada kompresi atau penekanan saraf.

Faktor – faktor resiko dari herniatednucleus pulposus adalah: degenerasi (penuaan);


trauma (cedera punggung); predisposisi kongenital; faktor biomekanis, seperti terputar dan
pergerakan yang berulang di tempat pekerjaan; pekerjaan yang kurang aktivitas fisik; tekanan
pada punggung secara terus menerus, seperti memakai sepatu hak tinggi; tekanan pada tubuh
yang tiba-tiba; obesitas; dan merokok.

Tes diagnostik untuk Herniated Nucleus Pulposus adalah myelogramuntuk


mendemonstrasikan herniasi dan penekanan pada spinal cord dan nerve roots; SpineCT scanatau
MRIuntuk mendemonstrasikan herniasi (MRI lebih akurat); dan electromyographyuntuk
melokalisasi saraf spinalis yang terkena. pemeriksaan darah sesuai dengan order dapat dilakukan
untuk melihat apakah ada penyakit lain. Selain itu spine x-ray juga dapat dilakukan. Sebagai
tambahan.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Orthopedic Surgeons. (2007). Herniated disk. Diambil dari:


http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00334

Amran, A. M. (2007). Definisi dan jenis-jenis penelitian.Materi Kuliah Metodologi penelitian:


Institut Teknologi Bandung. Diambil dari: http://geodesy.gd.itb.ac.id/hzabidin/wp-
content/uploads/2007/09/definisi_jenis_penelitian.pdf

Bledsoe, et al. (2006).Essentials of paramedic care. New Jersey: Upper Saddle River.

Calderon, J. F. & Gonzales, E.C. (2006).Methods of research and thesis writing.Hal. 64.
Philippines: National Book Store.

George, J. B. (2008). Nursing theories: the base for professional nursing practice. 5 th ed. Hal.
24. New Jersey: Prentice Hall.

Georgia Regents Health System.(n.d.).Herniated Nucleus Pulposus (HNP). Diambil dari:


http://www.grhealth.org/neuroscience-center/spine/spine-glossary/ContentPage.aspx?
nd=3334

Girasole, G. J. (2012).Reviewed by Garvin, S. R. Low back pain and artificial disc replacement.
Diambil dari: http://www.spineuniverse.com/treatments/emerging/artificial-discs/low-
back-pain-artificial-disc-replacement.

Harkani, Ilyas, M., Liyadi, F., Idris, N., Muis, A., & Seweng, A. (2012).Korelasi sudut
lumbosakralterhadap derajat penekanan radiks saraf penderita hernia nucleus pulposus
berdasarkan pemeriksaan MRI.Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin Makassar. Diambil dari:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/07c2534cad92ff2596e04f1f34eb4bc1.pdf
Nettina, M. S. & Mills, J. (2006).Lippincott manual of nursing practice. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.

Nursing Drug Handbook.(2012). 32nd edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Ogiela, D. & Zieve, D. (2012).Herniated nucleus pulposus. Diambil dari:


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9700.htm

Scanlon, V.C, & Sanders, T. (2007).Essentials of anatomy and physiology. 5th ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company.

Smeltzer, S.C., Bare, B. G., Hinkle, J. L. & Cheever, K.H. (2007). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. 11th ed. Philippines: Lippincott Williams and
Wilkins.

Sommers, M.S., Jhnoson, S.A., & Beery, T. A. (2007).Diseases and disoders: a nursing
therapeutic manual. 3rd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai