SISTEM NEUROLOGI
Oleh :
1. Abid Mudhofar
2. Agustian Dwi Mahendra
3. Suci Arianni
Segala puji bagi Allah Swt., Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Konsep Asuhan Keperawatan Herniated
Nucleus Pulposus (HNP). Makalah ini ditulis sebagai salah satu bahan materi yang akan
disampaikan pada mata kuliah Sistem Neurologi.
Makalah ini berisi penjelasan tentang definisi mengenai Herniated Nucleus Pulposus
(HNP) serta penanganannya yang dilengkapi dengan konsep asuhan keperawatan.
Penulis berharap agar setelah membaca makalah ini, para pembaca dapat memahami dan
mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat mengaplikasikannya dalam praktik
keperawatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
untuk itu penulis membuka diri menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan masa
mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.Definisi
Nettina dan Mills (2006) mendefiniskan Herniated nucleus pulposus atau herniasi pada
intervertebral disksebagai proses keluarnya (nukleus)dari diskuskeannulus (jaringan fibrosa yang
berbentuk cincin, yang mengelilingi disk) yang berakibat pada kompresi atau penekanan saraf.
Ogiela dan Zieve (2012) juga mengatakan hal yang sama, yaitu: “Herniated nucleus pulposus
adalah kondisi dimana sebagian atau seluruh bagian dari intervertebral disk terdesak keluar
melalui bagian disk yang melemah, dan berakibat pada nyeri punggung dan iritasi nerve
root.”Selain nama-nama tersebut, istilah spondylosis juga digunakan untuk menyebutkan
perubahan pada diskus intervertebralis (Luhman, 2005).Gambar 2.8.menggambarkan apa yang
terjadi pada diskus dan annulus pada kasus herniated nucleus pulposus.
Saraf spinalis bekerja untuk mensuplai impuls saraf ke tubuh sesuai dengan posisinya.
Scanlon & Sanders (2007) meringkaskan tugas dan distribusi saraf spinalis pada tabel 2.1
sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kontribusi dan Distribusi Saraf Spinalis
Saraf Saraf spinalis yang Distribusi
berkontribusi
Phrenic C3 – C5 Diafragma
Radial C5 – C8, T1 Kulit dan otot pada lengan dan tangan
posterior, ibu jari, telunjuk dan jari tengah
2. Kolumna Vertebra
Saraf spinalis dilindungi oleh 33 tulang kolumna vertebra yang fungsi lainnya
adalah sebagai penyangga struktur spinalis dan merupakan bagian mayor sistim rangka
aksial.Gambar 2.2 memperlihatkan bahwa, semakin ke bawah, struktur vertebral body
semakin besar (Bledsoe, et al, 2006).
Gambar 2.2 Kolumna Vertebra
3. Lumbar Vertebra
Lumbar vertebra terdiri dari 5 pasang saraf lumbar dan 5 kolumna vertebra, yang
adalah bagian yang terkuat dan terbesarpada kolumna vertebra karena merupakan bagian
dimana massa tubuh bertumpu (Bledsoe, et al, 2006). Inilah yang mengakibatkan 90
persen Herniated Nucleus Pulposus terjadi pada lumbar (AANN, 2009).Gambar 2.3
memperlihatkan anatomi lumbar vertebra.
Gambar 2.3 Lumbar Vertebra (AANN, 2009)
4. Dermatomedan MyotomeLumbar
Untuk sensasi pada kulit, AANN (2009) mengilustrasikan distribusi dermatome
dan myotome lumbarseperti yang terlihat pada gambar 2.4. Distribusi impuls saraf ke
dermatomeakan terpengaruh jika bagian dari lumbar pendistribusi mengalami herniasi.
Gambar 2.5. Diskus Intervertebralis (tampak atas) (Ogiela & Zieve, 2012)
Faktor Resiko
1. Degenerasi (penuaan), trauma, dan predisposisi
Etiologi: kongenital
2. Faktor biomekanis, seperti terputar dan pergerakan
Cedera hiperfleksi atau yang berulang di tempat pekerjaan.
hiperekstensi pada 3. Pekerjaan yang kurang aktivitas fisik.
4. Obesitas
5. Merokok
Gambar 2.11 adalah animasi dari empat tingkatan herniasi diskus dari degenerasi,
prolapse, ekstrusi dan akhirnya sequestration.
Gambar 2.11 Tingkatan Herniasi Diskus (San Diego Spine Institute, 2012)
F. Pemeriksaan diagnostic
Tes diagnostik untuk Herniated Nucleus Pulposus menurut Nettina dan Mills (2006)
adalah myelogramuntuk mendemonstrasikan herniasi dan penekanan pada spinal cord dan
nerve roots; SpineCT scanatau MRIuntuk mendemonstrasikan herniasi (MRI lebih akurat);
dan electromyographyuntuk melokalisasi saraf spinalis yang terkena. Sama dengan itu,
Cedars Sinai (2013) hanya menambahkan adanya pemeriksaan darah sesuai dengan order
dapat dilakukan untuk melihat apakah ada penyakit lain. Selain itu, AAOS (2007)
mengatakan bahwa spine x-ray juga dapat dilakukan. Sebagai tambahan, Ogiela dan Zieve
(2012) menyatakan hal yang sama, dan menambahkan Nerve Conduction Velocity
test.Sebagai yang terakhir, Bone Scan dan Discogram adalah tes diagnostik yang ditambahkan
dalam pemeriksaan HNP oleh AANN (2009).
G. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada HNP yang tidak sembuh benar adalah disfungsi
neurologis permanen (kelemahan dan mati rasa), nyeri kronis dengan isu psikososial, cauda
equina syndrome(Nettina & Mills, 2006; Ogiela & Zieve, 2012).
H. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Sebagai pendekatan farmakologis dalam penanganan HNP, biasanya digunakan
obat antiinflamasi, seperti ibuprofen (Motrin) atau prednisone; muscle relaxants, seperti
diazepam (Valium) atau cyclobenzaprine (Flexeril) dan analgesik; opioid bisa saja
diperlukan pada fase akut (Nettina & Mills, 2006; AAOS, 2007; Ignatavicius & Workman,
2006; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007).
2. Non-farmakologis
Beberapa intrvensi non-farmakologis yang dianjurkan untuk penderita Herniated
Nucleus Pulposus lumbar adalah sebagai berikut:
1. Complete bed restpada matras yang keras (2 hari biasanya cukup) biasanya
menghasilkan perbaikan yang signifikan pada 80 persenpasien.
2. Kompres hangat atau es pada area yang terkena.
3. Physical therapy.
4. Penanganan non-farmakologis dan farmakologis dapat digunakan bersama selama 4 –
6 minggu sebagai penanganan konservatif jika tidak ada perkembangan defisit
neurologis (Nettina & Mills, 2006; AAOS, 2007; Ignatavicius & Workman, 2006;
Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2007).
3. Intervensi Pembedahan
Intervensi pembedahan dapat dilakukan jika ada perkembangan ke arah defisit
neurologis atau tidak adanya perbaikan setelah manajemen konservatif
dilaksanakan.Prosedur pembedahan pada HNP diantaranya adalah diskectomy (dekompresi
nerve root), laminektomi, spinal fusion, microdiskectomy, danpercutaneous
diskectomy.Hemilaminectomydengan eksisi diskus yang terkena adalah prosedur
pembedahan yang sering diindikasikan jika area yang terkena adalah diskus lumbar
(Nettina & Mills, 2006; Ignatavicius & Workman, 2006; Smeltzer, Bare, Hinkle &
Cheever, 2007).
4. Chemonucleolysis
Chemonucleolysis adalah penanganan invasive pada HNP yang jarang untuk
herniasi diskus lumbar.Prosedurnya adalah dengan menginjeksikan Chymopapain ke
diskus yang hernia dan mengakibatkan air dan proteoglikan dalam diskus keluar, sehingga
ukuran diskus berkurang, begitu juga dengan tekanan pada saraf, namun prosedur ini dapat
mengakibatkan komplikasi seperti transverse myelitis, reaksi alergi dan spasme otot yang
menetap (Nettina & Mills, 2006).
I. Asuhan keperawatan
1.pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan
atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).
b. Keluhan Utama
Nyeri pada punggung bawah :
P : trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul,
makin lama makin nyeri .
R : letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak
nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri
seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan
yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan
T : Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul,
makin lama makin nyeri.
c. riwayat keperawatan
1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma
multipleks), metabolik (osteoporosis). menstruasi, adneksitis
2) Riwayat dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.
d. pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.
i. Inspeksi
o Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan
untuk evalusi neyurogenik
o Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis
yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris,
postur tungkai yang abnormal.
o Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.
o Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak
o Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna
kulit.
ii. Palpasi dan perkusi
o Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien
o Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasanyeri.
o Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke
lateral atau antero-posterior
o Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.
2) Neuorologik
a) Pemeriksaan motoric
i. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan
jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.
ii. Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-
kiri.
iii. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.
b) Pemeriksan sensorik
i. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
3) Pemeriksaan reflex
a) Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai
menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.
b) Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit
diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5
refleks ini negatif.
4) Pemeriksaan range of movement (ROM)
a) Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat
nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
b) Pemeriksaan penunjang
i. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong untuk
identifikasi ruang antar vertebra menyempit.
ii. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui
tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan tembus.Apabila
diketahui adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang
mungkin disebabkan HNP.
iii. Elektroneuromiografi (ENMG). Untuk menegetahui radiks mana
yang terkena / melihat adanya polineuropati.
iv. Sken tomografi. Melihat gambaran vertebra dan jaringan
disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
2. Diagnosa
3. Intervensi
Diagnosa 1: Nyeri Akut berhubungan dengan kompresi saraf
Definisi : Emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan
jaringan secara actual dan potensial atau menunjukkan adanya kerusakan. Serangan
mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi
durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan dalam 2x24 nyeri berkurang atau dapat diatasi oleh
klien.
Criteria hasil :
Melaporkan nyeri hilang / terkontrol (skala 0-3).
Dapat melakukan tehnik relaksasi
R/ Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan keefektifan tindakan penghilang nyeri.
R/ tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa control terhadap nyeri
Definisi : Keadaan ketika seorang individu mengalami atau beresiko mengalami kerusakan
gerak fisik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam pasien dapat mempertahankan
mobilisasi.
Kriteria hasil :
R/ menurunan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada extermitas yang tidak sakit
R/ gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernafasan
3. Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit
R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakkan
4. Inspeksi kulit beberapa kali sehari, lihat apakah ada kemerahan atau perkembangan
dekubitus.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam, terdapat perilaku peningkatan
dalam perawatan diri
Kriteria hasil:
Intervensi :
1) Kaji kemampuan dan penurunan klien dalam melakukan ADL dalamskala 0-4.
R/ Klien dalam keadaan cemas dan bergantung. Hal ini untuk mencegahfrustasi dan
harga diri klien.
R/ Klien akan mampu melihat dan mampu memakan makanan, akan mampumeliat keluar
masuknya orang ke ruangan.
6) Beri kesempatan untuk menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisaudan garpu,
sikat dengan pegangan yang panjang, ekstensi untuk berpijakpadalantai atau ke toilet, kursi untuk
mandi.
R/ Mengurangi ketergantungan.
Diagnosa 4 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama
Criteria hasil :
Intervensi
1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
4) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi
5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan
dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.
6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.
Kesimpulan
Bledsoe, et al. (2006).Essentials of paramedic care. New Jersey: Upper Saddle River.
Calderon, J. F. & Gonzales, E.C. (2006).Methods of research and thesis writing.Hal. 64.
Philippines: National Book Store.
George, J. B. (2008). Nursing theories: the base for professional nursing practice. 5 th ed. Hal.
24. New Jersey: Prentice Hall.
Girasole, G. J. (2012).Reviewed by Garvin, S. R. Low back pain and artificial disc replacement.
Diambil dari: http://www.spineuniverse.com/treatments/emerging/artificial-discs/low-
back-pain-artificial-disc-replacement.
Harkani, Ilyas, M., Liyadi, F., Idris, N., Muis, A., & Seweng, A. (2012).Korelasi sudut
lumbosakralterhadap derajat penekanan radiks saraf penderita hernia nucleus pulposus
berdasarkan pemeriksaan MRI.Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin Makassar. Diambil dari:
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/07c2534cad92ff2596e04f1f34eb4bc1.pdf
Nettina, M. S. & Mills, J. (2006).Lippincott manual of nursing practice. 8th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.
Nursing Drug Handbook.(2012). 32nd edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Scanlon, V.C, & Sanders, T. (2007).Essentials of anatomy and physiology. 5th ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company.
Smeltzer, S.C., Bare, B. G., Hinkle, J. L. & Cheever, K.H. (2007). Brunner & Suddarth’s
textbook of medical surgical nursing. 11th ed. Philippines: Lippincott Williams and
Wilkins.
Sommers, M.S., Jhnoson, S.A., & Beery, T. A. (2007).Diseases and disoders: a nursing
therapeutic manual. 3rd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company