A. Pengertian
B. Etiologi
Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetpi ada beberapa faktor
yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu: virus,
faktor lingkungan , faktor hormonl dan familial
C. Stadium
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih
rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa
membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya
keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan mammografi
2. Pemeriksaan dengan sinar X pada payudara.
3. Pemeriksaan biopsi
4. Mengangkat jaringan kelenjar susu sedikit.
5. Ultra Sonogravi
6. Untuk membedakan antara kista dan tumor.
7. Scan tulang, CT Scan, menghitung ubtausi alkali fos ftase fungsi hati,
biopsi hati dapat digunakan sebagai deteksi penyebar kanker buah dada.
8. Tes hurmanal receptor assay
9. Dipergunakan untuk mengetahui apakah tumor tergantung pada estrogen
atau progesteron.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot
dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat
juga digabung dengan therapi endokrin lainnya.
Pre Operasi
Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau
hasilnya dan keadaan sosial ekonomi dari keluarga.Penyuluhan merupakan
fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat mengurangi cemas
pasien.Hal-hal dibawah ini adalah penyuluhan yang dapat diberikan kepada
pasien pra bedah :
(a) Puasa
Selama 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam
sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum(puasa) pada operasi
dengan anaesthesi umum.
Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan
ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum
sebelum pembedahan antara lain :
b.Data Obyektif
Fase Intra Operasi di mulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan
berakhir saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas
keperawatan, memasang infuse, memberikan medikasi intravena, melakukan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
Pada fase ini pasien akan menjalani berbagai prosedur yaitu pemberian anesthesi,
pengaturan posisi bedah, manajemen asepsis, dan prosedur tindakan invasif. Peran
perawat perioperatif adalah meminimalkan resiko cedera dan resiko infeksi yang
merupakan dampak dari setiap prosedur bedah.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril:
1. Anggota steril
a. Ahli bedah utama / operator
b. Asisten ahli bedah.
c. Perawat Instrumen
2. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari:
a. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
b. Perawat sirkuler
c. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit).
Dalam pelaksanaan operasi ada beberapa prinsip tindakan keperawatan yang
harus dilakukan yaitu :
Keperawatan post operasi adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan di arahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada
keadaan equilibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien kembali
pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat di lakukan di arahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah
yang kemungkinan muncul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat
dan akurat sangat di butuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama
perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri pasien. Mempertahankan hal ini,
asuhan keperawatan postoperatif sama pentingnya dengan posedur pembedahan
sendiri.
1. Faktor yang berpengaruh pada masa postoperasi.
a. Mempertahankan jalan nafas.
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan mayo / gudel.
b. Memperthankan ventilasi / oksigenasi.
Ventilasi dan oksigenasi dapat di pertahankan dengan pemberian bantuan nafas
melalui ventiloit mekanik atau nasal kanul.
c. Mempertahankan sirkulasi darah.
Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian cairan
plasma ekspander.
d. Obsevasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase. Keadaan umum dari
pasien harus di obsevasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran
dan lain sebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat
pengaruh anastesi sehingga perlu di pantau kondisi vomitusnya. Selain itu
drainase sangat penting untuk dilakukan observasi terkait dengan kondisi
perdarahan yang di alami pasien.
e. Balance cairan.
Harus di perhatikan untuk mengetahui input dan output cairan klien. Cairan
harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat
perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung
dan juga mungkin terkait dengan fungsi eleminasi pasien.
f. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury. Pasien post anastesi
biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar jatuh.
Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya.
Nyeri biasanya sangat di rasakan pasien, diperlukan intervensi keperawatan
yang tepat juga kolaborasi dengan medis terkait dengan egen pemblok nyerinya.
2. Tindakan Post Operasi.
Ketika pasien sudah selesai dalam tahap intraopertif, setelah itu pasien di
pindahkan ke ruang perawatan, maka hal-hal yang harus perawat lakukan,yaitu :
a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage, tube / selang,
dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor
kondisinya.Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan
dibangsal setelah postoperatif.
b. Manajemen luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut. Dalam hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi
hendaknya diperhatikan arah tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak
melawan gerakkan-gerakkan alamiah, sehingga pasien dengan rileks
menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan dan tidak nyeri untuk itu perlu
diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka operasi dan cara melakukan
fiksasi plester pada dinding dada.Plester medial melewati garis midsternal
Plester posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak Plester
posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior. Plester superior tidak
melewati clavicula Plester inferior harus melewati lubang drain, Untuk
dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan
tangan.Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan.
c. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan secret dan lendir.
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sediakala.
e. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan mem berikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi / penyakit post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
1) Untuk perawat : berisi point-point discharge planning yang diberikan
kepada pasien (sebagai dokumentasi).
2) Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.