di Thailand sekitar 20% dan Jepang 10%. Prevalensi di negara industri lebih banyak daripada
negara agraria, sedangkan diperkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan (Madiadipoera,
2009).
Prevalensi rinitis alergi di Indonesia mencapai 1,5-12,4% dan cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia aeroalergen yang tersering menyebabkan rinitis
alergi yaitu tungau, dan tungau debu rumah (Nurcahyo dan Eko, 2009)
Prevalensi rinitis alergi di Amerika Utara mencapai 10- 20%, di Eropa sekitar 1015%, di Thailand sekitar 20% dan Jepang 10%.3 Prevalensi rinitis alergi di Indonesia
mencapai 1,5- 12,4% dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Di Indonesia
aeroalergen yang tersering menyebabkan rinitis alergi yaitu debu rumah, dan tungau debu
rumah.4
Nurcahyo H, Eko V. Rhinitis alergi sebagai salah satu faktor risiko rinosinusitis
maksilaris kronik. Tesis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. 2009
Uji kulit cukit (Skin Prick Test). Tes ini mudah dilakukan untuk mengetahui jenis
alergen penyebab alergi. Pemeriksaan ini dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk
anak-anak. Tes ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi terhadap hasil pemeriksaan
IgE spesifik. Akan lebih ideal jika bisa dilakukan Intradermal Test atau Skin End Point
Titration Test bila fasilitas tersedia.
Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi oleh
karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga.
Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga
Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis
kontak
Skin Prick Test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel
mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan
mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol pada kulit tersebut.1
Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain : 2
a
karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan
dengan zat pembawa berupa air.
Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk ke kulit
sangat kecil.
Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu
dilaksanakan kurang dari 1 jam.
Pesiapan Penderita :
o Menghentikan pengobatan antihistamin 5-7 hari sebelum tes.
o Menghentikan pengobatan jenis antihistamin generasi baru paling tidak 2-6
minggu sebelum tes.
o Usia : pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan reaksi.
o Jangan melakukan tes cukit pada penderita dengan penyakit kulit misalnya
urtikaria, SLE dan adanya lesi yang luas pada kulit.
o Pada penderita dengan keganasan,limfoma, sarkoidosis, diabetes neuropati
juga terjadi penurunan terhadap reaktivitas terhadap tes kulit ini.
Persiapan pemeriksa :
o Teknik dan ketrampilan pemeriksa perlu dipersiapan agar tidak terjadi
interpretasi yang salah akibat teknik dan pengertian yang kurang difahami oleh
pemeriksa.
o Ketrampilan teknik melakukan cukit
o Teknik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat2 yang reaktifitasnya
tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang reaktifitasnya tinggi
sampai rendah : bagian bawah punggung > lengan atas > siku > lengan bawah
sisi ulnar > sisi radial > pergelangan tangan.
Gambar 1.
Teknik cukitan yang kurang benar sehingga penetrasi eksrak ke kulit kurang,
memungkinkan terjadinya false-negative.
Umur
Sex
Ras
Irama sirkardian
Musim
Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul besarnya antara
bentol histamin dan larutan kontrol.
Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento histamin dinilai +
+++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip Rusmono
sebagai berikut :1,3
-0
: reaksi (-)
- 1+
- 2+
- 3+
- 4+
Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu karena tehnik
yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang kurang baik.6
Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/ bentol atau
flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan , Apakah karena sedang mengkonsumsi
obat-obat anti alergi berupa anti histamin atau steroid. Obat seperti tricyclic antidepresan,
phenothiazines adalah sejenis anti histamin juga. 6
Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi alergen yang buruk,
pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi alergi, penyakit-penyakit tertentu, penurunan
reaktivitas kulit pada bayi dan orang tua, teknik cukitan yang salah (tidak ada cukitan atau
cukitan yang lemah ).1 Ritme harian juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit. Bentol terhadap
histamin atau alergen mencapai puncak pada sore hari dibandingkan pada pagi hari, tetapi
perbedaan ini sangat minimal. 6
Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan, reaksi
penyangatan (enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen yang berdekatan, atau
perdarahan akibat cukitan yang terlalu dalam. 6
Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan penekanan saja
bisa menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan. Dalam rangka mengetahui ada
tidaknya dermografisme ini maka kita menggunakan larutan garam sebagai kontrol negatif.
Jika Larutan garam memberikan reaksi positif maka dermografisme.6
Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen tersebut,
namun tidak selalu menggambarkan semakin beratnya gejala klinis yang ditimbulkan. Pada
reaksi positif biasanya rasa gatal masih berlanjut 30-60 menit setelah tes.6
Tes Cukit untuk alergen makanan kurang dapat diandalkan kesahihannya
dibandingkan alergen inhalan seperti debu rumah dan polen. Skin test untuk alergen makanan
seringkali negatif palsu.6
Daftar Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tes kulit sehingga harus dibebaskan
beberapa hari sebelumnya :2
Anti histamin generasi I
klorfeniramin
klemastin
ebastin
hidroksisin
ketotifen
dibebaskan
1-3 hari
1-10 hari
3-10 hari
1-10 hari
3-10 hari
Antihistamin generasi II
astemizole
antidepresan
mequisatin
setirisin
loratadin
feksofenadin
desloratadin
Imipramin
Fenotiazine
3-10 hari
3-10 hari
6 minggu
10 hari
< 1 minggu
juga mempengaruhi tes
kulit
tidak mempengaruhi tes
kulit.
Ringkasan
1
Tes kulit merupakan alat diagnosis yang paling banyak digunakan untuk
membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit dan memiliki
sensitivitas yang tinggi, mudah murah dan cepat.
Efek samping dan resiko skin prick test amat jarang, dapat berupa reaksi alergi yang
memberat dan benjolan pada kulit yang tidak segera hilang. Pemberian oral
antihistamain dan kortikosteroid bisa dilberikan apabila terjadi reaksi yang tidak
diinginkan tersebut.
Daftar Pustaka :
1
Pawarti DR. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Alergi, Media Perhati. Volume 10
2004; Vol 10 no 3 :18-23
Krouse JH, Marbry RL. Skin testing for Inhalant Allergy 2003 : current strategies.
Otolaryngolo Head and Neck Surgary 2003 ; 129 No 4 : 34-9.
Rusmono N. Diagnosis Rinitis Alergi secra invivo dan invitro. Dalam : Kursus dan
Pelatihan Alergi dan Imunologi. Konas XIII Perhati KL. Bali. 2003 ; 56-60
Mayo Clinic staff. Allergy skin tests: Identify the sources of your sneezing, Mayo
Foundation for medical education and research, April 2005 ; 1-5
Lie P. An Approach to Allergic Rhinitis, Respirology & Allergy Rounds. April 2004;
39-45
Nelson HS, Lah J, Buchmeier A, McCormick D. Evaluation of Devices for Skin prick
Testing. J Allergy and Clin Immunol 1998; 101 : 153-6