Anda di halaman 1dari 13

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

A. IDENTITAS
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Masuk RS tanggal : 6 Mei 2017
Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2017 (post-op)
Bangsal : Bougenvil

Dokter yang merawat : dr. Bertha K, Sp. OT


Ko-asisten : Almira Dyah Puspitarini

A. SUBJEKTIF (ANAMNESIS)
Pasien datang ke poli orthopedi RSUD Jogja pada tanggal 6 Mei 2017 dengan keluhan
nyeri di kaki sebelah kiri. Nyeri dirasakan paling berat di daerah sekitar pinggul dan paha. Pasien
mengaku nyeri mulai dirasakan setelah pasien terjatuh 2 minggu sebelumnya. Pasien terjatuh saat
sedang berolahraga di alun-alun, pasien tersandung batu kemudian terjatuh dengan tumpuan kaki
sebelah kiri. Pasien tidak memeriksakan kondisinya ke fasilitas kesehatan, dan hanya memijatkan
kaki nya, namun setelah 2 minggu kondisi pasien tidak membaik, pasien kemudian memutuskan
untuk memeriksakan diri ke RS.

B. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik
Kesan umum
Kesadaran : CM
Kesan Gizi : Cukup
Vital Signs
o Tekanan Darah : 120/80 mmHg
o Suhu Tubuh : 36,2 C
o Frekuensi Nafas : 20 x/menit
o Frekuensi Nadi : 62 x/menit
Status Gizi : Normal
Berat Badan : 51 kg

1
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

Tinggi Badan : 160 cm


BB 51 51
= 2= =19,92
Index Massa Tubuh(IMT): TB 1,6 2,56
2 (Normal)

Berat Badan Ideal (BBI) : 90% x (TB 100) x 1 kg =


= 90% x (160 100) x 1 = 90% x 60 x 1 = 54 kg
10 kg.

1. Kepala

Mata
Konjunctiva anemis ( + / + ), Sklera ikterik ( - / - ), Pupil isokhor ( + / + )
Telinga
Discharge ( / ), nyeri telinga ( / ), Gangguan pendengaran ( / )
Mulut
Mukosa kering ( ), Bibir sianosis ( ), Stomatitis ( )

2. Leher

Benjolan ( ), Limfonodi teraba ( )

3. Thorax

Inspeksi
o Simetris (+)
Palpasi
o Benjolan ()
o Ictus cordis teraba ()
Perkusi
o Sonor (+)
Auskultasi Paru
o Vesikuler (+/+)
o Wheezing (/)
o Ronkhi (/)
Auskultasi Jantung
o S1-S2 reguler (+)
o Bising jantung ()

2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

4. Abdomen

Inspeksi : distensi ()
Auskultasi : bising usus ( + )
Perkusi : timpani (+)
Palpasi
o Nyeri tekan ( - )
o Hepar lien tidak teraba
o Ascites ( ) dengan pemeriksaan undulasi dan shifting dullness.
o Nyeri ketok ginjal ( )

5. Ekstremitas

Akral hangat (+)


Nadi kuat regular
Capillary refill time < 2

Pemeriksaan Status Lokalis

Ekstremitas Bawah
Kanan Kiri
Tidak tampak luka Luka operasi tertutup kassa, bersih,
Tidak tampak hematom tidak ada rembesan
Look
Tidak bengkak

Sensibilitas baik Nyeri tekan setempat (+)


krepitasi (+)
Feel sensibilitas (+)
arteri brachialis teraba
(+),Capillary refill time < 2
Move- Tidak ada kelainan ROM Terbatas
ment

b. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Foto Rontgen Pre-OP

3
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

Kesan : Non union fracture collum femur sinistra


2. Pemeriksaan Foto Rontgen Post-OP

3. Pemeriksaan Hematologi (6 Mei 2017)


PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Hematologi

4
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

Leukosit 6,0 4,00 - 10,6 103 / uL


Eritrosit 3,87 L 4,50 - 6,00 106 / uL
Hemoglobin 11,6 L 13,0 - 18,0 g/dL
Hematokrit 34,8 L 42,0 - 52,0 %
MCV 89,9 81 - 99 fL
MCH 30,0 27 - 31 pg
MCHC 33,3 33 - 37 g/dL
RDW-CV 12,0 11 - 16 %
Trombosit 296 150 450 103 / uL

Differential Telling
Neutrofil % 73,6 H 50 - 70 %
Limfosit % 22,0 20 - 40 %
Monosit % 2,6 L 3,0 - 12 %
Eosinofil % 1,6 0,5 - 5,0 %
Basofil % 0,2 0-1 %
Neutrofil # 4,43 2-7 103/uL
Limfosit # 1,33 0,8 - 4,0 103/uL
Monosit # 0,16 0,12 - 1,20 103/uL
Eosinofil # 0,09 0,02 - 0,50 103/uL
Basofil # 0,01 0 -1 103/uL
Masa Pendarahan 200 <6 menit
Masa Penjendalan 800 <12 menit
Kimia
GDS 90 70 140 mg/dL

Ginjal
Ureum 40 10 - 50 mg/dL
Creatinin 1,3 H <1,1 mg/dL

Elektrolit
Natrium 136 135-148 mmol/l
Kalium 3,7 L 3,7-5,3 mmol/l
Chlorida 108 98-109 mmol/l

C. ASSESSMENT
Non Union Fracture Collum Femur Sinistra
D. PLANNING
Farmakologis Pre OP:
Cebactam (Cefoperazone + Sulbactam)

5
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA
2017

PRESENTASI KASUS NO. RM: 704846

Gentamicin
Ranitidin
Ketorolac

6
Tindakan : Hemiarthroplasty (bipolar endoproshtesis)
Diet Bebas : TKTP
Latihan gerak

DASAR TEORI

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang
rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat
berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula, pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh. Trauma penyebab fraktur dapat bersifat trauma langsung dan trauma tidak
langsung.

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian
proksimal femur. Di Indonesia, dari penelitian yang dilakukan di RS dr. Soetomo Surabaya
dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita fraktur collum femur umumnya adalah laki laki.
Hal ini besar kaitannya dengan sebagian besar penyebab fraktur collum femur yang disebabkan
oleh trauma, baik trauma karena kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja.

Fraktur collum femoris dibagi berdasarkan:

lokasi anatomis
arah garis patah
dislokasi atau tidak dari fragmennya
Berdasarkan lokasi anatomis dibagi menjadi 3:
fraktur subcapital
fraktur transcervical
fraktur basis collum femoris

Berdasarkan arah garis sudut patah dibagi menurut Pauwel :


tipe I : sudut 30
tipe II : sudut 50
tipe III : sudut 70
Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen dibagi menurut Garden:
1. Tingkat I : fraktur inkomlit (abduksi dan terimpaksi)

2. Tingkat II : fraktur lengkap tanpa pergeseran

3. Tingkat III : fraktur dengan pergeseran sebagian

4. Tingkat IV : fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen
yang bersinggungan.

Penatalaksanaan impacted fraktur


Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femoris
dibanding fraktur tulang ditempat lain. Pada collum femoris, periosteumnya sangat tipis
sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan tulang fraktur
collum femoris boleh dikatakan tergantung pada pembentukan kalus endosteal. Lagipula
aliran pembuluh darah yang melewati collum femoris pada fraktur collum femoris dapat
mengalami kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya hemarthrosis akan menyebabkan aliran
darah sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka mudah dimengerti apabila terjadi fraktur
intrakapsuler dengan dislokasi akan memungkinkan terjadinya avaskuler nekrosis.
Pada fraktur yang benar-benar impacted dan stabil, maka penderita masih dapat
berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau
impactednya cukup kuat atau stabil penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan
berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada foto x-ray impactednya
kurang kuat atau tidak stabil ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk
operasi dipasang internal fixation. Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya
dengan multi pin teknik percutaneus.

Gambar 8. Multi pin teknik percutaneus

Penanggulangan fraktur collum femoris dengan dislokasi


Penderita segera dirawat di rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan
pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam
dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan fiksasi interna. Reposisi
yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu : menurut
Leadbetter. Penderita terlentang dimeja operasi. Asisten memfiksasi pelvis. Lutut dan coxae
dibuat flexi 90 untuk mengendurkan kapsul dan otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit
adduksi, paha ditarik keatas, kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi
panggul 45. Kemudian pada sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan
gerakan adduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test yaitu Palm heel test : tumit kaki
yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap dalam kedudukan
abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil dilakukan
tindakan pemasangan fiksasi internal dengan teknik multi pin perkutaneus. Kalau reposisi
pertama gagal, diulangi sampai tiga kali, dilakukan open reduksi. Setelah dilakukan reposisi
terbuka dan setelah tereposisi dengan baik selanjutnya dilakukan fiksasi internal diantaranya
dengan :
Knowless pin
Cancellous screw
Plate
Pada lanjut usia, penanggulangan fraktur collum femoris agak berlainan. Bila
penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan do nothing, dalam
arti tidak dilakukan tindakan fiksasi interna, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi
3 minggu sampai rasa sakitnya hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan
menggunakan tongkat atau cruth. Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan
digunakan prinsip pengobatan do something yaitu dilakukan tindakan operasi arthroplasty
untuk mengurangi komplikasi luka. Arthroplasty atau Hemiarthroplasty dibagi menjadi dua
yaitu : unipolar (misalnya Thompson dan Austin Moore) dan bipolar (misalnya Hastings).
Pada kebanyakan pasien, protese bipolar hampir seluruhnya bergerak diluar artikulasio dan
efeknya hampir sama dengan protese unilateral yang lebih mahal. Secara teori keuntungan
dari protese bipolar adalah mengurangi penggunaan asetabulum, mengurangi nyeri,
kerusakan sendi dan masalah mobilitas. Jalur pembedahan hemiarthroplasty adalah
anterolateral atau posterior dan yang dianjurkan adalah jalur anterolateral. Pada jalur
posterior sering terjadi dislokasi dan trombosis. Sedangkan pada jalur anterior, waktu
operasi yang dibutuhkan lebih lama, kehilangan darahnya lebih banyak dan mudah terjadi
infeksi. Pembagian lain yaitu digunakannya semen atau tidak pada femur. Penggunaan
semen tulang berhubungan dengan morbiditas intraoperatif. Hal ini dapat dikurangi dengan
intramedullary lavage den teknik penyemenan moderen. Tidak digunakannya semen
berhubungan dengan bertambahnya nyeri dan penurunan fungsional. Semen harus
digunakan pada hemiarthroplasty kecuali jika ada komplikasi cardiorespirasi. Selain
hemiarthroplasty dapat dilakukan total hip replacement (THR) atau dibuat mangkuk untuk
Austine Moore sebagai pengganti asetabulum. Pada pasien dengan penyakit sendi dan pasien
dengan aktivitas tinggi THR merupakan terapi pilihan utama.


DAFTAR PUSTAKA
1. Solomon L, warwick DJ, Nayagam S. Appleys system of orthopaedics and fractures. Eight
edition. New York :Oxford university press, 2001.
2. Sjamsuhidajat & de jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC

Yogyakarta, 12 Mei 2017


Dokter Pembimbing,

dr. Eko Medio S., Sp.OT

Anda mungkin juga menyukai