Disusun oleh:
Almira Dyah Puspitarini
20164011079
Pembimbing
dr. Indera Istiadi, Sp.THT
PENDAHULUAN
Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat
penting bagi kita. Jika kita mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat
berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan data statistik, diperkirakan 1 dari 10 orang mengalami gangguan
pendengaran dan 1 dari 3 orang berusia tua (diatas 60 tahun) juga mengalami gangguan
pendengaran. Dan para ahli mengatakan angka kejadian gangguan pendengaran semakin
meningkat.
Kualitas hidup adalah hal penting yang sangat dikompromikan bagi orang yang
mengalami gangguan pendengaran dan keluarganya. Gangguan pendengaran dapat
dikatakan memiliki kategori berat, dimana suara yang cukup keras tidak dapat terdengar
atau yang biasanya terjadi orang tersebut sangat sulit mengerti kata-kata yang diucapkan.
Dalam kasus-kasus tersebut beberapa jenis suara atau percakapan sulit untuk didengar,
terutama di lingkungan suara yang bising.
Saat ini sudah tersedia teknik penanganan gangguan pendengaran yang baru dan
lebih baik. Penanganan gangguan pendengaran yang efektif telah terbukti menghasilkan
efek positif terhadap kualitas hidup.
Setelah diketahui seorang anak menderita ketulian upaya habilitasi pendengaran
harus dilaksanakan sedini mungkin. American Joint Commitee on Infant Hearing (2000)
merekomendasikan upaya habilitasi sudah harus dimulai sebelum usia 6 bulan.
Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa bila habilitasi yang optimal sudah
dimulai sebelum usia 6 bulan maka pada usia 3 tahun perkembangan wicara anak yang
mengalami ketulian dapat mendekati kemampuan wicara anak normal.
Pemasangan alat bantu dengar (ABD) merupakan upaya pertama dalam habilitasi
pendengaran yang akan dikombinasikan dengan terapi wicara atau terapi audio verbal.
Sebelum proses belajar harus dilakukan penilaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog untuk
melihat kemampuan belajar anak. Anak usia 2 tahun dapat memulai pendidikan khusus
di Taman Latihan dan Observasi (TLO), dan melanjutkan pendidikannya di SLB-B atau
SLB-C bila disertai dengan retardasi mental. Proses habilitasi pasien tunarungu
membutuhkan kerjasama dari beberapa disiplin, antara lain dokter spesialis THT,
1
audiologist, ahli madya audiologi, ahli terapi wicara, psikolog anak, guru khusus untuk
tuna rungu dan keluarga penderita.
Saat ini dikenal beberapa strategi habilitasi pendengaran seperti; (1) Alat Bantu
Dengar (ABD), (2) Assistive Listening Device (ALD) dan (3) Implantasi Koklea.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TELINGA LUAR
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius
eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan
membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih
setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh
kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus
membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus.
3
Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius
eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya
sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat
di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.
Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal
mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti
lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua
dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan
memberikan perlindungan bagi kulit.
TELINGA TENGAH
Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral
dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana
timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga,
Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan
4
translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli
(tulang telinga tengah) dihubungan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan
dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.
Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu
hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak
pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan
ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki
stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat
maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.
5
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat
terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap
atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan
tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.
TELINGA DALAM
Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk
pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII
(nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari
komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint.
Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat
satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ
ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan arah dan gerakan seseorang.
Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua
setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan
organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin
membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan
langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis.
Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis,
duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang
dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan
endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan
ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di
dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi
aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak.
Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh
nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk),
yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII).
Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus
6
fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan
asupan darah ke batang otak.
Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat memegang peran yang penting.
Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur,
memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes
menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan
duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi
memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada
membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai
sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah
bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan
gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan
telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti. Akibatnya terjadi
penurunan kemampuan pendengaran.
7
Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah
yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di
telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran
(gelombang) dalam cairan yang berada dalam telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada
gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membrana basilaris yang akan merangsang
sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang. Gerakan
membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea.
Sel rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke
korteks auditorius dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.
Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga
luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang
dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga dalam dengan cara konduksi
tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih efisien; namun adanya
defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan memutuskan
konduksi udara normal dan mengakibatkan hilangnya rasio tekanan-suara dan
kehilangan pendengaran konduktif.
FISIOLOGI PENDENGARAN
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
8
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimf pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan
melalui membran Reissner yang mendorong endolimf, sehingga akan menimbulkan gerak
relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan neurotransmitter ke
dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus
temporalis.
9
Batere, sebagai sumber tenaga.
10
bising. Sebagian besar alat bantu dengar saat ini memiliki kemampuan (dalam
memproses) lebih baik dibanding komputer desktop, tidak seperti alat bantu dengar yang
ada di beberapa tahun lalu yang tidak lebih dari sekedar amplifier.
Algoritma yang kompleks dapat memisahkan suara/bunyi ke beberapa frekuensi
dan mengamplifikasi tergantung dari settingan/program yang diberlakukan pada alat
bantu dengar yang sesuai dengan kondisi gangguan pendengaran klien. Dengan metode
algoritma juga memungkinkan untuk membedakan jumlah amplifikasi antara suara yang
pelan,sedang dan keras. Dengan cara tersebut diharapkan suara yang pelan dapat
terdengar, namun suara yang keras tidak terasa menyakitkan telinga (over amplifikasi).
Dan pemrosesan digital memastikan replika sinyal asal secara presisi dengan distorsi yang
minimal agar menghasilkam kualitas suara yang bagus.
KLASIFIKASI
Menurut sistim kerjanya
Secara umum sistim kerja ABD dibedakan menjadi:
a. Analog
Prinsip sistem analog adalah memperkeras suara yang masuk telinga melalui
komponen mekanik dasar yang sederhana. Sirkuit ABD ini telah diatur dari pabrik
sehingga kemampuan pengaturan yang lebih individual sangat terbatas atau kurang
11
fleksibel. Sistim ini mudah mengalami distorsi, terjadi noise (bising) pada rangkaian
komponen dan rentan terhadap bising di sekitarnya
b. Digital
Sistem analog merupakan ABD yang menggunakan chip komputer yang
menganalisa suara yang masuk. Setelah suara diamplifikasi, teknologi digital akan
memilih suara yang perlu diteruskan ke dalam telinga dan menyingkirkan suara yang
tidak diharapkan (noise). ABD Sistim digital bisa menerima program komputer tertentu
yang dapat memilih frekuensi syang spesifik sesuai dengan kebutuhan. ABD Sistim
digital menjadi sangat fleksibel karena secara otomatis dapat beradaptasi dengan suara
yang keras atau halus, sehingga tidak terjadi perkerasan yang berlebihan
Menurut hantarannya
Berdasarkan jenis hantaran suaranya, ABD dapat dibedakan menjadi 2 macam:
a. ABD Jenis hantaran tulang
Bone conduction aid digunakan pada gangguan pendengaran jenis hantaran
(konduktif). Biasanya dimanfaatkan pada kasus atresia liang telinga. Selain itu, jenis ini
juga digunakan pada kasus dimana sewaktu-waktu liang telinga terisi cairan yang berasal
dari infeksi telinga tengah. ABD jenis hantaran tulang dibedakan menjadi:
12
ABD yang mirip jenis saku dihubungkan melalui kabel dengan penggetar tulang
(bone vibrator) yang dapat dipasang dan dilepas melalui sistim sekrup-baut dengan
lempengan logam dari bahan titanium yang telah ditanam ke dalam tulang mastoid
melalui tindakan operasi. Hantaran tulang lebih efektif dibandingkan ABD jenis hantaran
tulang.
Menurut bentuknya
Setiap bentuk ABD memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.
Berikut adalah pembahasan beberapa jenis ABD yang ada saat ini:
a. ABD Jenis Saku (Pocket / Body Worn Type)
ABD jenis ini dapat dianggap sebagai ABD jenis terbesar. Mikrofon dan
amplifier berada dalam satu unit berbentuk kotak; sedangkan receiver terpisah dan berada
di liang telinga. Antara kotak (mikrofon, amplifier, dan baterai) dengan receiver
dihubungkan melalui kabel. Biasanya kotak ditempatkan pada saku baju atau kantung
khusus yang digantungkan pada dada.
13
Pada ABD jenis saku penempatan terpisah ini dimaksudkan agar
pengguna dapat leluasa memperbesar output tanpa khawatir timbulnya bunyi feedback.
Jadi ABD jenis saku ini diperlukan oleh penderita tuli berat atau sangat berat yang
membutuhkan perkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dianggap sebagai faktor
yang menguntungkan untuk ABD jenis saku. Keuntungan lain adalah dapat menggunakan
baterai silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah didapat. Selain itu,
tombol pengatur juga mudah disesuaikan.
14
batere yang bentuknya pipih dan tipis (disc). Penyetelan tombol pengatur juga relatif lebih
mudah dibandingkan ABD jenis lain yang lebih kecil.
e. ABD tipe kanalis / In The Canal (ITC) & Completely In Canal (CIC)
ABD jenis ini dibedakan menjadi dua macam: ITC dan CIC. ABD jenis ITC
ukurannya lebih kecil lagi daripada jenis ITE. Pemasangan sampai setengah bagian luar
liang telinga. Amplifikasi suara baik untuk frekuensi tinggi, karena dipasang cukup dalam
pada liang telinga. Akan tetapi karena keterbatasan ukuran, hanya bermanfaat untuk tuli
derajat sedang. Selain itu juga terdapat jenis CIC yang merupakan ABD terkecil dan
dipasang pada sisi dalam liang telinga, jadi lebih dekat dengan gendang telinga.
Permukaan luar dilengkapi dengan tangkai plastik untuk mempermudah memasang dan
melepaskan ABD. Sebagaimana halnya dengan jenis ITC, pengaturan secara manual
lebih sulit. Namun hal ini dapat diatasi pada model terbaru yang telah dilengkapi dengan
remote control
15
f. ABD jenis kacamata / Spectacle Aid
ABD ditempatkan pada tangkai kaca mata bagian belakang. Umumnya
jenis BTE, namun dapat juga jenis bone conduction, meskipun emanfaatan cara ini untuk
ABD jenis hantaran tulang kurang efektif karena tekanan bone vibrator tidak stabil
16
Alat bantu dengar harus digunakan bila pasien masih ingin berkomunikasi dengan
suara sebagai media penerimaan primernya. Pada beberapa kasus pasien dengan tingkat
gangguan pendengaran ini membutuhkan implantasi koklea
17
Efek bayangan kepala adalah berkurangnya intensitas sinyal dari sisi kepala yang
berlawanan dari lokasi pemakaian alat bantu dengar. Dengan pemakaian binaural, hal ini
dapat membaik atau bahkan hilang seluruhnya
18
telinga yang terganggu tidak memenuhi kriteria diatas, dapat digunakan alat bantu dengar
CROS (Contralateral Routing Of Signals = Pengalihan sinyal kontralateral). Mikrofon
diletakkan pada satu alat bantu sementara amplifier dan penerima ditempatkan pada alat
bantu kedua. Penataan seperti ini dapat pula diterapkan pada kacamata. Maka sinyal akan
dihantarkan dari telinga yang terganggu ke telinga dengan pendengaran normal. Suatu
sirkuit frekuensi radio dapat digunakan untuk menghantarkan bunyi dari satu sisi ke sisi
lainnya. Meskipun alat bantu dengar CROS hanya sedikit membantu dalam memperbaiki
lokalisasi, namun alat ini kadang-kadang terbukti bermanfaat pada beberapa kondisi
mendengar suara bising dan juga meminimalkan efek bayangan kepala.
Berbagai variasi CROS yang disebut Bi-CROS atau Multi-CROS dapat
digunakan bila terdapat gangguan pendengaran yang cukup bermakna pada telinga yang
lebih baik, sedangkan telinga yang lebih buruk tidak sesuai untuk teknik amplifikasi. Tipe
Bi-CROS memiliki mikrofo pada masing-masing alat bantu dan suatu pemasok bunyi
amplifier pada telinga yang lebih baik [BOIES]
Setelah itu, klinisi menentukan jenis alat bantu pendengaran yang sesuai dengan
jenis gangguan pendengaran pasien dan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
dari berbagai jenis alat bantu pendengaran, baik dari aspek medis maupun pribadi pasien.
Berikut tabel ringkas keuntungan dan kerugian macam-macam ABD:
Jenis alat bantu
Keuntungan Kerugian
pendengaran
Harga murah Bentuk besar
Baterai tahan lama dan Ada kabel
mudah didapat Bunyi gesekan dengan kain
Body Worn Type Feedback tidak ada Selit menangkap suara dari
Amplifikasi lebih kuat belakang
Pengaturan manual mudah Dapat rusak oleh sekret
telinga pasien
Amplifikasi kuat Membutuhkan ear mould
Feedback minimal Memberikan efek oklusi
Behind-the-ear type
Pengaturan manual relatif Dapat rusak oleh sekresi
telinga pasien
Sulit terlihat Amplifikasi terbatas
In-the-ear type
Membutuhkan ear mould
Sulit terlihat Rentan terhadap feedback
Amplifikasi cukup baik Pengaturan manual sulit
In-the-canal type
karena terpasang dalam
19
Tidak terlihat kecuali Pengaturan manual sulit
melihat langsung ke liang Rentan feedback
Completely-in-canal
telinga pemakai Fitur tertentu tidak dapat
digunakan
Secara kosmetik lebih Letak receiver menjadi
Spectacle aid
dapat diterima relatif tidak stabil
Baterai relatif lebih tahan Harga mahal
Amplifikasi kuat Ketersediaan masih
Feedback minimal terbatas karena merupakan
Pengaturan mudah teknologi baru
Sulit terlihat
Open-fit mini BTE
Tidak perlu ear mould
Tidak menimbulkan efek
oklusi
Memungkinkan keluarnya
sekret telinga pasien
20
PELENGKAP ALAT BANTU PENDENGARAN
Assistive Listening Device
Seorang pengguna APD membutuhkan kemampuan pendengarannya dalam
berbagai situasi, akan tetapi secara garis besar kebutuhan utama seorang pengguna APD
adalah:
1. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain secara langsung
2. Kemampuan menggunakan media telekomunikasi
21
3. Kemampuan mendengarkan sinyal tertentu seperti alarm kebakaran, bunyi bel, dll
Tidak semua APD dapat mencakup ketiga kebutuhan tersebut, terutama kebutuhan nomor
2 dan 3. Karenanya, dibutuhkan Assistive Listening Device (ALD)
ALD adalah perangkat elektronik untuk meningkatkan kenyamanan mendengar
pada kondisi lingkungan pendengaran tertentu seperti menonton televisi, mendengarkan
telepon, mendengar suara bel rumah, dan pada saat berada di ruang aula / auditorium.
ALD dapat dipergunakan tersendiri atau dipasang pada ABD dengan maksud
mengoptimalkan kerja ABD.
Untuk ALD yang dihubungkan dengan ABD, dikenal beberapa jenis:
1. Sistim kabel
Receiver ABD dihubungkan melalui kabel dengan mikrofon yang digunakan oleh
lawan bicara. Cara ini dapat membantu pada pembicaraan jangka pendek. Juga dapat
dihubungkan dengan pesawat televisi, radio, walkman, pemutar CD dan perangkat audio
lainnya. Sistim ini memiliki keterbatasan karena ditentukan oleh panjangnya kabel
4. Induction loops
Perangkat ini menghasilkan suatu medan magnet yang akan meningkatkan
kenyamanan mendengar. Medan magnet tersebut akan ditangkap oleh receiver yang ada
pada suatu headphone atau ABD. Rangkaian yang luas dapat dipasang disekitar leher dan
dihubungkan denagn telepon, pemutar CD, dan lain-lain
22
Sedangkan ALD yang tidak terhubung pada ABD antara lain: Internal telephone
amplifier, external telephone amplifier, TV/radio/tape audio input, Telephone signal
amplifier, High-intensity doorbell, Visual alert device, Tactile alert device, dan lain-lain.
1. Compression
Kebanyakan pengguna ABD adalah penderita tuli sensorineural, yang pada
dasarnya memiliki sifat recruitment. ABD yang lebih modern memperkenalkan fitur
comperssion (non-linear amplification), yaitu kemampuan ABD untuk mengeraskan
suara dengan gain yang berbeda. Pada linear amplification, gain (Selisih suara asli dengan
suara amplifikasi) akan tetap, akan tetapi dengan implementasi sistem compression,
ketika suara asli mencapa titik tertentu (kneepoint) gain yang dihasilkan akan dikurangi
agar tidak memberikan suara yang terlalu besar pada penderita dengan efek recruitment.
Hasilnya, suara yang kurang keras akan dikeraskan tetapi suara yang sudah keras tidak
akan dikeraskan terlalu banyak. Variasi lainnya adalah multi-band compression, yang
pada intinya adalah compression dengan kneepoint yang berbeda-beda pada frekuensi
tertentu
23
meningkatkan kemungkinan menangkap noise pada lingkungan pendengaran yang sunyi,
sehingga kebanyakan fitur ini dapat dimatikan dan dinyalakan pada kondisi pendengaran
yang bising. Kekurangan dari fitur ini adalah memerlukan jarak minimal 3mm antara
kedua mic, sehingga tidak memungkinkan untuk dipasang pada ABD yang berukuran
kecil
3. Multiple Programs
Berbagai jenis ABD menyajikan fitur multiple program, dimana setiap program
menyimpan setting yang disesuaikan untuk digunakan pada kondisi tertentu. Misalnya,
pada kondisi pesta dan kondisi sendiri di rumah, program yang digunakan berbeda dimana
pada kondisi pesta lebih diutamakan gungsi noise-masking, sedangkan pada kondisi sunyi
di rumah lebih diutamakan fungsi amplifikasi suara sehingga pengguna dapat lebih
mudah menyadari peringatan tertentu. Fungsi lainnya adalah pada penderita dengan
gangguan pendengaran yang berubah-ubah, misalnya pada penderita Menieres disease,
dimana settingan yang lebih kuat dapat diaktifkan hanya pada saat serangan. Beberapa
ABD modern bahkan dapat mengubah programnya secara otomatis dengan
menyesuaikan diri pada kondisi suara yang didapat.
4. Telecoils
Salah satu keluhan utama pengguna ABD adalah bahwa mereka tidak dapat
mendengarkan telefon dengan baik ketika mereka mengenakan ABD mereka. Hal ini
disebabkan adanya bunyi berdenging akibat feedback yang muncul karena dekatnya
receiver telefon dengan mikrofon ABD. Untuk mengatasi masalah ini, banyak ABD
menggunakan telecoils yang berfungsi sebagai inductance loop, dimana telecoils ini akan
secara otomatis mengamplifikasi gelombang electromagnetic yang memang dihasilkan
oleh benda-benda elektronik seperti telefon, dimana gelombang tersebut akan
mengurangi / menghentikan kerja dari mikrofon ABD, sehingga pengguna dapat
berkomunikasi seperti biasa.
24
Jenis alat bantu dengar tipe ini dipasang permanen di dalam kulit di belakang
telinga, yaitu sebuat lempeng titanium dan prossesor. Prinsip kerjanya yaitu lempeng
titanium menerima rangsang dari luar kemudian diolah di prosessor dan dilanjutkan ke
telinga bagian dalam melalui tulang.
Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan
menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan
berkomunikasi pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai
dimanfaatkan semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju.
Implantasi koklea pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4
tahun terakhir telah dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.
25
Sedangkan kontra indikasi pemasangan implan koklea antara lain tuli akibat
kelainan pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, dan koklea tidak
berkembang
26
Persiapan implantasi koklea
Untuk mendapatkan hasil optimal dari implantasi koklea perlu dilakukan
persiapan yang matang mencakup konsultasi dengan orang tua untuk memperoleh
informasi tentang riwayat penyakit anak serta harapan orang tua terhadap implantasi
koklea. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan THT, radiologik CT Scan untuk melihat
keadaan koklea, dan laboratorium darah.
Tes pendengaran yang harus dilakukan antara lain Behavioral Observation
Audiometry (BoA), timpanometri, OAE, BERA, dan ASSR (Auditory Steady State
Response) bila diperlukan serta audiometri nada murni untuk anak yang lebih besar dan
kooperatif. Tes kemampuan wicara dan berbahasa perlu dinilai sebelum menggunakan
ABD. Sebelum operasi dianjurkan untuk menggunakan ABD selama 8-10 minggu
bersamaan dengan terapi audio verbal untuk menilai manfaatnya. Tes psikologi dilakukan
untuk menilai kemampuan anak untuk belajar setelah dilakukan implantasi koklea.
VERIFIKASI PEMASANGAN
27
Peraturan dari FDA (Foods and Drugs Administration) mengharuskan masa uji
coba selama 30 hari untuk alat bantu dengar yang baru, suatu masa untuk mengetahui
apakah alat tersebut cocok dan efektif bagi pemakai.
Prosedur verifikasi pemasangan ABD pada pasien tersebut antara lain:
1. Assessment of Word Recognition & Sound Quality
Tujuan utama dari ABD adalah untuk memperbaiki fungsi komunikasi penderita.
Bagi beberapa penderita, hal ini berarti kemampuan untuk mengenali dan membedakan
berbagai kata dalam berbicara. Bagi beberapa pendengar, hal ini berarti kejelasan dan
kejernihan suara yang cukup. Karenanya, klinisi harus melakukan penilaian peningkatan
kemampuan pengenalan kata penderita dan kualitas suara ABD baik dalam kondisi yang
ramai dan dalam kondisi yang tenang
3. Subjective Scaling
Pada akhirnya pemasangan ABD mengutamakan kualitas dan kenyamanan
pendengaran dari penggunanya. Hal ini seringkali digunakan sebagai faktor utama untuk
menentukan apakah pemakaian ABD pada suatu individu dianggap sukses atau kurang
berhasil. Karenanya, perlu dilakukan penilaian subyektif kepuasan pengguna, baik
dengan metode menjawab pertanyaan yang sudah disediakan, atau menggambarkan
sendiri kondisi dan apa yang dirasakan pengguna setelah pemakaian ABD.
28
BAB III
KESIMPULAN
Alat Bantu Dengar (ABD) adalah Alat suatu perangkat elektronik yang berguna
untuk memperkeras (mengamplifikasi) suara yang masuk ke dalam telinga, sehingga si
pemakai dapat mendengar lebih jelas suara yang ada di sekitarnya
Pada umumnya, mekanisme kerja ABD berupa: masuknya suara melalui
mikrofon, pengerasan suara oleh amplifier, dan penyampaian ulang suara oleh receiver /
loudspeaker yang mana keseluruhan sistemnya diperdayai oleh suatu komponen baterai
Terdapat berbagai macam jenis ABD: Menurut sistem kerjanya, Menurut jenis
hantarannya, dan Menurut bentuknya yang memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Untuk pemakaian alat bantu pendengaran, pertama-tama klinisi harus
mengidentifikasi derajat ketulian penderita, mengenali jenis ketuliannya, menentukan
TL, MCL, dan LDL, menentukan jumlah alat bantu dengar yang sebaiknya digunakan
oleh pasien, baru kemudian bersama pasien mempertimbangkan bentuk ABD yang akan
digunakan beserta kelebihan, kekurangan, dan faktor-faktor lain dari diri pasien.
Seringkali ABD sendiri tidak cukup untuk mengembalikan kualitas hidup pasien
secara sempurna. Karenanya dibutuhkan pelengkap dari ABD yang bisa berupa: ALD,
baik ALD yang dihubungkan ke ABD maupun tidak; Fitur-fitur tambahan; dan Implantasi
koklea bila ABD tidak dapat memberikan hasil yang memuaskan
Setelah Pemakaian ABD, perlu dilakukan penilaian ulang untuk menentukan
keberhasilan pemakaian ABD dengan beberapa tes, seperti Assessment of Word
Recognition & Sound Quality, Probe Tube Measure, dan Subjective Scaling
29
DAFTAR PUSTAKA
- Ballantyne,Synopsis Of Otolaryngologi,3rd.
- Erfiany dkk.Buku ajar telinga hidung kepala dan Leher.Fakultas Kedokteran
Indonesia.Jakarta.2007
- Durlach, N.i. & Colburn, H.S. Binaural phenomena. In: E.C. Carterette & M.P.
Friedman (Eds.), Handbook of Perception, Volume IV 1978;365-466
- http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html
- http://id.shvoong.com/medicine-and-health/otolaryngology/1941963-alat-bantu-
dengar/
- http://reviewpla.net/3538/bagaimana-cara-kerja-alat-bantu-pendengaran
- http://doktermu.com/Penyakit-penyakit-umum/bagaimana-alat-bantu-
pendengaran-bekerja.html
- http://reviewpla.net/3540/tentang-alat-bantu-pendengaran
- http://anaktunarungu.wordpress.com/2008/02/13/cara-kerja-alat-bantu-dengar/
- http://www.scribd.com/doc/46697821/Fisika-Kesehatan
- http://medicastore.com/penyakit/357/Berkurangnya_Pendengaran_&_Tuli.html
- http://www.explainthatstuff.com/hearingaids.html
30