Disusun Oleh:
Aditya Pratama
2234031056
Fakultas Ekonomi
Prodi Akuntansi
Kelas P2K SSK.J1
Ruang.105 (SELASA)
Universitas Krisnadwipayana
2023
Daftar Isi
Daftar Isi…………………………………………………………………………1
Bab I. Pendahuluan
1. Latar Belakang…………………………………………………………2
2. Rumusan Masalah……………………………………………………...3
Bab II. Pembahasan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan…………………………………….4
2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan……………………………4
3. Fase Pengambilan Keputusan…………………………………………...5
4. Teknik Pengambilan Keputusan………………………………………...7
5. Macam – Macam Keputusan Manajemen……………………………....7
6. Tahap - Tahap Pengambilan Keputusan………………………………...8
7. Gaya Pengambilan Keputusan………………………………………....12
8. Model Pengambilan Keputusan…………………………………..……13
9. Pengambilan Keputusan Individu…………………………………...…15
10. Pengambilan Keputusan Kelompok………………………………….16
Bab III. Kesimpulan
1. Kesimpulan…………………………………………………………..18
2. Kritik dan Saran……………………………………………………...18
3. Daftar Pustaka………………………………………………………..18
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat merupakan bagian dari kegiatan
administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang akan menghambat roda organisasi dapat segera
terpecahkan dan terselesaikan sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam
rangka mencapai suatu tujuan organisasi.
2. Rumusan Masalah
Pada tahap perumusan masalah ini yang menjadi pertanyaan yaitu terkait dengan
1. Pengertian, fungsi, dan tujuan pengambilan keputusan
2. Fase dan tahapan yang terjadi dalam mengambil keputusan
3. Macam-macam pengambilan keputusan
4. Model dan gaya seorang manajer dalam mengambil keputusan
5. Perbedaan pengambilan keputusan secara individu dan secara kelompok
3
BAB II. PEMBAHASAN
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan
manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan
pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril ODonnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan
diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak
dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah,
pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan.
4
b. Sesuatu yang bersifat futuristic, artinya menyangkut dengan hari depan/masa yang akan datang,
dimana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Namun kemudian Simon kembali menambahkan sebuah fase dalam proses pengambilan keputusan yaitu :
4. Fase Implementasi
Penambahan tersebut ternyata belum berakhir karena kemudian Simon kembali menambahkan satu fase
dalam pengambilan keputusan sehingga secara keseluruhan ada lima fase :
1. Fase Inteligensi
2. Fase Desain
3. Fase Pilihan
4. Fase Implementasi
5. Fase Monitoring
Fase Inteligensi
Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi pemindaian (scanning) lingkungan. Inteligensi
mencakup berbagai aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang – peluang masalah.
Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran organisasional yang berkaitan
dengan isu yang terkait dan menentukan apakah tujuan tersebut telah terpenuhi.
Pada fase pertama ini, seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala
– gejalanya, menentukan keluasanya, dan mendefinisikan secara eksplisit.
5
Fase Desain
Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin
dilakukan.
Sebuah model masalah pengambilan keputusan dibangun, dites, dan divalidasi.
Pemodelan meliputi konseptualisasi masalah dan mengabstraksikan masalah ke dalam bentuk kuantitatif
dan atau kualitatatif.
Fase Pilihan
Fase pilihan adalah fase dimana dimana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen
untuk mengikuti tindakan tertentu.
Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model.
Fase Implementasi
Fase implementasi meliputi membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja.
6
Kesimpulan
Pengambilan keputusan melibatkan empat fase utama yaitu ; fase inteligensi, fase desain, fase pilihan, dan
fase implementasi.
Pada fase inteligensi, masalah (peluang) diidentifikasikan, diklasifikasikan, dan diuraikan (jika
diperlukan).
Pada fase desain, suatu model sistem dibuat, kriteria pemilihan ditetapkan, alternatif dihasilkan, hasil
diprediksi, dan metodologi keputusan dibuat.
Pada fase pilihan, berbagai alternatif dibandingkan dan pencarian solusi yang terbaik (atau yang cukup
baik) dimulai. Berbagai teknik pencarian disediakan.
Komputer dapat mendukung semua fase pengambilan keputusan dengan mengotomatisasi tugas/proses
yang diperlukan.
7
2. Keputusan setengah terprogram/ setengah terstruktur :
Keputusan setengah terprogram/ setengah terstruktur merupakan keputusan yang sebagian dapat
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya
bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yg terperinci.
Contoh : Pak Darwin adalah seorang Menajer Keuangan pada PT. Arta. Pekerjaan pada devisi keuangan
mengharuskan Pak Darwin harus cermat dalam menginvestasikan serta mengolah keuangan pada PT.
Arta. Pada saat itu diharuskan penggantian mesin di pabrik dan harus menghitungan dengan cermat
sebelum melakukan investasi pada mesin yang akan dibeli agar investasi yang dilakukan tidak merugikan
perusahaan. Maka Pak Darwin harus melakukan keputusan untuk menginvestasikan keuangan
perusahaan secara cermat.
Ø Perancangan, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
Ø Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang ada.
8
6.1. Menurut Para Ahli
Menurut G. R. Terry :
1. Merumuskan problem yang dihadapi
2. Menganalisa problem tersebut
3. Menetapkan sejumlah alternatif
4. Mengevaluasi alternatif
5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Menurut Stonner
Menentukan penyebab masalah
• Tentukan masalah
• Diagnosis penyebab
• Menguji penyebabnya
Mengembangkan Alternatif
• Mencari alternative yang kreatif dan tidak buru-buru mengevaluasi
Evaluasi Alternatif dan Pemilihan alternative yang Baik
• Evaluasi alternative
• Pilih alternative terbaik
Melaksanakn keputusan dan mengadakn tindak lanjut.
• Antisipasi masalah potensial
• Menggunakan tindakan preventif
• “Set up” tindakan kontigensi.
9
Apabila ditetapkan kebijakan untuk menangani masalah yang identik, maka manajer tidak dituntut untuk
mengembangkan dan mengevaluasi setiap munculnya masalah.
Tahap 1.
Identifikasi dan definisi masalah
Tahap ini meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses informasi, dan pertimbangan yang mendalam.
Organisasi dapat diukur dengan perbedaan antara tingkat hasil yang diharapkan pada perumusan tujuan
dan sasaran dengan hasil yang dicapai sesungguhnya. Beberapa indikator lain yang dapat membantu
dalam melihat permasalahan organisasi adalah sebagai berikut ;
a. Penyimpangan kinerja
Indikator ini muncul apabila terjadi sebuah perubahan secara tiba – tiba pada beberapa pola kinerja
yang telah ditetapkan. Contohnya, meningkatnya perputaran karyawan, tingkat absensi yang
meningkat, penurunan tingkat penjualan, pengeluaran yang semakin meningkat, dan banyaknya
produk yan rusak.
c. Lingkungan
Lingkungan dapat memberi informasi masalah melalui berbagai cara. Contoh jika pesaing sukses
dalam meluncurkan produk baru yang menjadi pesaing produk organisasi, maka timbul suatu
masalah.
10
Masalah tidak terstruktur (unstructured problems) merupakan masalah yang membingungkan dan
memiliki informasi yang terbatas dalam situasi yang baru atau tidak terduga. Contohnya, perusahaan
dihadapi pada problem dimana unit bisnisnya terpaksa dijual karena hilangnya pelanggan.
Tahap-tahap 2.
Mengembangkan alternatif pemecahan.
Pengembangan alternatif merupakan proses pencarian dimana lingkungan intern dan ekstern yang relavan
dari organisasi diperiksa untuk memberikan informasi yang dapat dikembangkan menjadi alternatif yang
mungkin. Namun demikian, manajer harus ingat akan beberapa keterbatasan dalam setiap alternatif,
misalnya keterbatasan dalam masalah hukum, etika, peraturan yang ada.
Tahap 3.
Evaluasi alternatif pemecahan
Pada situasi yang lain, manajemen lebih sering menghadapi situasi dengan kepastian yang tinggi. Dalam
hal ini tidak mudah memperkirakan konsekuesin dari keputusan. Situasi resiko dengan tidak pasti berada
diantara dari ekstern tersebut. Oleh karena itu hubungan antara alternatif keluaran didasarkan pada tiga
kondisi tersebut adalah :
Kodisi kepastian.
Kondisi berisiko
Kondisi ketidakpastian
Tahap 4.
Memilih alternatif
11
Tahap ke empat merupakan tindakan terpenting yaitu memilih alternatif terbaik diantara alternatif –
alternatif yang telah dinilai dan di evaluasi. Tujuan pemilihan alternaif adalah memecahka masalah agar
dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Walaupun manajer sebagai
pengambil keputusan memilih alternatif dengan harapan mencapai sasaran, tetapi memilih tersebut
seharus tidak dipandang sebagai suatu aktifitas yang mandiri.
Tahap 5.
Implementasi keputusan
Implementasi mencakup pencapaian keputusan itu kepada orang–orang yang terkait dan mendapatkan
komitmen mereka pada keputusan tersebut. Oleh karena itu pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada
keterampilan memilih pemecahan yang baik, akan tetapi meliputi juga pengetahuan dan keterampilan
yang perlu untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut menjadi perilaku dalam organisasi.
Tahap 6.
Evaluasi dan pengendalian
Tahap terakhir adalah monitor dan evaluasi. Tahap ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa
pelaksanaan keputusan yang diambil mengenai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Jika ternyata tujuan
tidak tercapai, manajer dapat melakukan respon dengan cepat.
12
Ø Ketiga, Pencarian masalah. Seorang pencari masalah secara aktif mencari masalah-masalah guna
diselesaikan atau mencari peluang-peluang baru untuk dikejar.
Model keputusan klasik (classical decision) berpandangan bahwa manager bertindak dalam kepastian.
Pendekatan klasik ini merupakan model yang sangat rasional utuk pembuatan keputusan manajerial.
Dan ada 3 konsep untuk membantu manajer menempatkan pembuatan keputusan dalam perspektif, yaitu:
a. Rasionalitas terbatas dan memadai (bounded rationality and satisficing)
Menekankan bahwa pembuatan keputusan harus menghadapi kenyataan tidak memadainya informasi
mengenai sifat masalah dan menyelesaikan yang mungkin, kekurangan waktu dan uang untuk
mengumpulkan informasi yang lebih lengkap, ketidakmampuan untuk mengingat sejumlah dasar
informasi, dan batas-batas kecerdasan mereka sendiri. Yang perlu dipelajari oleh pembuatan keputusan
efektif adalah menerima yang memadai dengan gambaran sasaran organisasi jelas terbayang dalam
benak.
b. Heuristic
Orang yang tergantung pada prinsip heuristic / pedoman umum, untuk menyederhanakan pembuatan
keputuasan
13
Model rasional tidak memberikan pedoman mengenai siapa yang harus membuat keputusan, “siapa
yang akan memutuskan?” merupakan keputusan pertama yang harus dibuat manajer. Keputusan ini
bias sangat rumit.
Menurut pendapat B.A. Fisher , model dalam pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Model Preskiptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok seharusnya mengambil keputusan dengan cara
memberikan pedoman dasar, agenda, jadwal dan urut-urutan yang membantu kelompok mencapai
consensus. Model ini disebut juga sebagai model normatif.
Penerapan model preskiptif atau model normatif meliputi lima langkah, yaitu :
o Orientasi, yaitu menentukan bagaimana situasi yang dihadapi.
o Evaluasi, yaitu menentukan sikap yang perlu diambil.
o Pengawasan, yaitu menentukan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi situasi tersebut.
o Pengambilan keputusan, yaitu menentukan pilihan atas berbagai alternatif yang telah dievaluasi.
o Pengendalian, yaitu melakukan pengawasan terhadap pelaksannan hasil keputusan.
b. Model Deskriptif
Model yang menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan. Model ini juga menerangkan
(menggambarkan) segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Model ini juga memberikan kepada manajer
informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan-keputusan, dan tidak menawarkan
penyelesaian masalah.
Pengambilan keputusan baik keputusan pribadi maupun keputusan kelompok dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
1. keadaan lingkungan dn nilai-nilai yang kerap kali bertentangan
2. pengaruh politik
14
3. emosionalisme
4. tingkat pendidikan
5. model keputusam faktual.
Lima faktor tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan suatu model keputusan
Ø Kepribadian nilai,
Ø Kencendrungan akan resiko, dan
Ø Kemungkinan ketidakcocokkan.
Kepribadian
Satu penelitian telah berusaha pengaruh dari beberapa variable terpilih teradap proses pengambilan
kepriadian, tetapi memasukan juga rangkaian variable lain yaitu :
Nilai
Nilai itu diperoleh pada waktu orang masih muda sekali dan merupakan bagian dasar dari pikiran
seseorang. Pengaruh itu dapat dilihat dari setiap proses pengambilan keputusan manajemen sebagai
berikut ;
Dalam menetapkan sasaran, pertimbangan nilai perlu sekali mengenai pemilihan kesepatan dan
penentuan prioritas.
Dalam mengembangkan alterntif, orang perlu mempertimbankan nilai berbagai macam kemungkinan.
Apabila memilih alternatif, nilai dari orang yang mengambil kputusan memperngaruhi alternatif manakah
yang akan dipilih.
Apabila melaksanakan keputusan, pertimbangan nilai sangat perlu dalam memilih cara pelaksanaanya.
15
Dalam fase evaluasi dan pengendalian, pertimbangan nilai tidak dapat dihindari apabila mengambil
tindakan.
Kemungkinan Ketidakcocokan
Apabila terjadi ketidak cocokan, maka tentu saja ketidak cocokan ini dapat dikurangi dengan mengakui
bahwa telah terjadi kesalahan. Orang tesebut lebih memungkinkan menggunakan satu atau beberapa
metode berikut ini untuk mengurangi ketidak cocokan mereka :
Mencari informasi yang mendukung kebijaksanaan dari keputusa mereka.
Secara selektif memahami (mengubah) informasi dengan suatu cara yang dapat mendukung keputusan
mereka.
Merubah siap mereka, sehingga mereka memiliki pandangan yang baik terhadap alternatif yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Mengelakan pentingnya segi – segi postif dan mempertinggi unsur – unsur positif dari keputusanya.
Keuntungan :
Informasi dan pengetahuan lebih banyak.
Lebih banyak alternatif yang dapat dihasilkan.
Penerimaan penilaian hasil akhir akan lebih besar.
Komunikasi yang lebih baik akan muncul.
16
Kerugian :
Membutuhkan waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar karena waktu yang hilang banyak.
Menimbulkan kompromi
Satu atau beberapa orang barang kali akan mendominasi kelompok.
Tekanan kelompok akan muncul dan membatasi kreativitas individual.
17
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan salah satu fungsi manajemen dimana pihak terkait melakukan
pertimbangan dan menjatuhkan pilihan yang meliputi merumuskan masalah, menganalisa masalah,
menentukan dan mengembangkan alternatif, mengambil tindakan berdasarkan hasil pertimbangan, dan
melakukan evaluasi.
Pengambilan keputusan sangat dibutuhkan sebagai salah satu pemecahan masalah dalam kegiatan
manajemen. hal ini diharapkan dapat membantu kegiatan-kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan
organisasinya. dengan kata lain, pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah dalam
kegiatan organisasi.
Keputusan dapat dilakukan secara mendadak, hal ini bisa dikarenakan keadaan yang tidak
memungkinkan untuk merumuskan keputusan terlebih dahulu; dan pengambilan keputusan yang
didasarkan pada kegiatan rutin sehingga dapat dirumuskan terlebih dahulu.
18
Daftar Pustaka
19