Disusun Oleh:
Kelompok : 6 (Enam)
UNIVERSITAS GUNADARMA
TANGERANG
2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB IPROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN................... 1
1.1 Pengertian Proses Pengambilan keputusan........................ 1
1.2 Jenis-jenis Keputusan......................................................... 2
1.2.1 Berdasarkan Level Manajemen.............................. 2
1.2.2 Berdasarkan Tersedianya Pemecahan Masalah...... 7
1.2.3 Berdasarkan Kepastian Hasil................................. 9
1.2.4 Berdasarkan Landasan yang Digunakan................ 10
1.2.5 Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan........... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1
tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya dapat ditangguhkan atau dilupanakan.
Berdasarkan dari beberapa definisi yang sudah dijelakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan suatu proses
pemikiran dari pemilihan alternatif yang akan dihasilkan mengenai prediksi
kedepan.
2
tingkatan lainnya. Manajemen puncak berhak untuk memilih,
mengangkat, memberhentikan manajemen yang berada dibawah
otoritasnya.
Ciri ciri dan Peran yang paling utama dari manajemen puncak adalah
sebagai berikut:
a. Menentukan rencana, tujuan, serta kebijakan.
b. Bertanggungjawab atas keseluruhan manajemen dibawahnya yang
ada pada organisasi.
c. Memobilisasi sumber daya yang dimiliki perusahaan yang tersedia
d. Manajemen puncak umumnya bekerja dari pemikiran, perencanaan
lalu memutuskan, maka dari itu manajemen puncak juga sering
disebut Otak organisasi atau Administrator.
e. Mempersiapkan rencana jangka panjang.
f. Manajemen puncak mempunyai wewenang serta tanggung jawab
yang maksimal.
g. Manajemen puncak merupakan otoritas tertinggi pada sebuah
organisasi, bertanggungjawab secara langsung.
h. Manajemen puncak memerlukan keterampilan konseptual yang
lebih dibandingkan keterampilan secara teknis.
2) Manajemen Tingkat Menengah (Middle Level of Management)
Manajemen tingkat menengah berada pada tengah tengah dari hirarki
manajemen proses pengambilan keputusan. Manajemen ini dipilih oleh
manajemen puncak dan anajemen tingkat menengah bertanggungjawab
atas pelaksanaan rencana yang sudah ditentukan oleh manajemen
puncak. Pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen pada
tingkat ini keputusan setengah terstruktur (semi-
structured decision). Manajemen tingkat menengah bisa meliputi
beberapa tingkatan, membawahi dan mengarahkan aktivitas aktivitas
manajer dibawahnya. Manajemen pada tingkat ini bertanggung jawab
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh tingkatan manajemen yang
lebih rendah.
Tugas dan peran manajemen tingkat menengah beberapa diantaranya
seperti berikut ini:
a. Menjalankan perintah, kebijakan, rencana yang telah disusun oleh
manajemen puncak
b. Memberi saran atau rekomendasi kepada manajemen puncak
3
c. Mengkoordinasikan seluruh aktivitas dari semua departemen yang
ada
d. Berkomunikasi dengan manajemen puncak dan manajemen tingkat
yang lebih rendah posisinya.
e. Mempersiapkan rencana jangka pendek.
f. Mempunyai keterbatasan tanggung jawab dan wewenang karena
manajemen tingkat menengah ini merupakan perantara manajemen
puncak dengan manajemen yang lebih rendah.
g. Membutuhkan keterampilan yang lebih manajerial serta teknis dan
kurang membutuhkan keterampilan yang sifatnya konseptual.
3) Manajemen Lini Pertama (First Line Management)
a. Manajemen Lini Pertama atau Low Level Management adalah
tingkatan manajemen yang paling rendah dalam sebuah organisasi
yang memimpin serta melakukan pengawasan terhadap tenaga
tenaga operasional pada sebuah perusahaan atau organisasi serta
tidak membawahi manajer yang lain. Pengambilan keputusan yang
digunakan oleh manajemen pada tingkat ini adalah Keputusan
terstruktur (structured decision). Manajemen Lini Pertama ini
umumnya terdiri atas mandor dan pengawas yang dipilih oleh
manajemen level menengah. Mereka biasanya juga disebut dengan
tingkat Supervisor atau pengawas. dikenal sebagai manajemen
operasional yang terlibat secara langsung dalam proses produksi
dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan rencana rencana yang
sudah ditentukan oleh manajemen yang lebih tinggi. Manajemen
tingkat yang paling bawah ini melaksanakan beberapa aktivitas
seperti berikut ini:
b. Menjaga hubungan yang baik antara manajemen tingkat menengah.
c. Menginformasikan keputusan yang diambil oleh manajeme, selain
itu manajemen tingkat pertama ini memberi informasi mengenai
kinerja, hambatan atau kesulitan, perasaan, tuntutan ataupun hal
lainnya.
d. Manajemen tingkat ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk
mengendalikan dan mengarahkan.
4
e. Menyusun rencana harian, mingguan serta bulanan. tidak
menyusun rencana jangka panjang.
f. Mempunyai kewenangan yang terbatasi namun tanggung jawab
yang penting. Manajemen lini pertama ini dengan teratur harus
bertanggung jawab secara langsung kepada manajemen level
menengah.
g. Manajemen lini pertama ini juga membutuhkan keterampilan yang
bersifat lebih teknikal.
Kegiatan-kegiatan manajemen mempengaruhi pengolahan
informasi karena informasi yang akan dibutuhkan berbeda untuk masing-
masing tingkatan atau level. Kebutuhan informasi yang berbeda ini dapat
diketahui dari masing-masing kegiatan manajemen tersebut. Kegiatan
manajemen untuk masing-masing tingkatan dapat dikategorikan sebagai
berikut ini.
1) Perencanaan strategik (strategic planning) yang merupakan sebuah
kegiatan manajemen tingkat atas. Anthony dan Dearden (1980)
mendefinisikan perencanaan strategic sebagai proses penentuan
tujuan-tujuan (goals) dari organisasi dan strategistrategi yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
2) Pengendalian manajemen (management control) merupakan kegiatan
manajemen tingkat menengah. sistem untuk meyakinkan bahwa
organisasi telah menjalankan strategi yang sudah ditetapkan dengan
efektif dan efisien. Pengendalian manajemen merupakan tingkatan
taktik (tactical level), yaitu bagaimana manajemen tingkat menengah
menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat dilakukan
dengan berhasil. Taktik yang dijalankan biasanya bersifat jangka
pendek, kurang atau sama dengan satu tahun. Masing-masing
manajemen untuk bagian yang bertanggung jawab mengendalikan
penggunaan sumber-sumber daya di dalam organisasi dengan efisien
dan efektif.
3) Pengendalian operasi (operational control) merupakan kegiatan
manajemen tingkat bawah. sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap
tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
5
Pengendalian operasi ini merupakan penerapan program yang telah
ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi
dilakukan di bawah pedoman proses pengendalian manajemen dan
difokuskan pada tugas-tugas tingkat bawah. Kegiatan-kegiatan dalam
manajemen tingkat atas lebih menjurus ke perencanaan jangka panjang
dan penentuan-penentuan strategi. Lebih bawah tingkatannya, kegiatan
manajemen lebih menjurus ke hal-hal yang sifatnya terperinci dan
operasional.
Terdapat beberapa jenis keputusan dalam proses pengambilan
keputusan. Berdasarkan keputusan yang harus diambil oleh level
manajemen. Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan
manajemen di dalam pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran.
Kegiatan dilaksanakan setelah keputusan diambil. Keputusan yang
dilakukan oleh manajer tingkat bawah sifatnya adalah rutin dan berulang-
ulang yang disebut dengan istilah terprogram (programmed) atau
keputusan terstruktur (structured decision). Terprogram bukan berarti
keputusan yang dibuat oleh komputer melalui suatu program komputer,
tetapi berupa suatu kumpulan prosedur yang dilakukan berulang-ulang.
Keputusan pada tingkat yang lebih tinggi sifatnya adalah lebih tidak
terprogram atau lebih tidak terstruktur.
6
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di
manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak
terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia
dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer
merupakan hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan
tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain
adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.
Keputusan ini berkaitan dengan kebiasaan, aturan, dan prosedur.
Dalam hal ini kondisiyang dihadapi semuanya dapat diketahui dengan
pasti. Jenis pengambilan keputusan inimengandung suatu respons
otomatik terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telahditetapkan
sebelumnya. Masalah yang bersifat pengulangan dan rutin dapat
diselesaikandengan pengambilan keputusan jenis ini. Tantangan yang
besar bagi seorang analisadalah mengetahui jenis-jenis keputusan ini
dan memberikan atau menyediakan metode-metode untuk
melaksanakan pengambilan keputusan yang terprogram di mana saja,
agarpengambilan keputusan harus didefinisikan dan dinyatakan secara
jelas. Bila hal ini dapat dilaksanakan, pekerjaan selanjutnya hanyalah
mengembangkan suatu algoritmauntuk membuat keputusan rutin dan
otomatik.
2) Keputusan Tidak Terprogram
Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision) atau keputusan
tidak terstruktur (unstructured decision). Keputusan tidak terprogram
ini adalah keputusan yang tidak mempunyai suatu aturanyang baku,
tergantung pada jenis masalahnya. Biasanya, masalah yang
membutuhkankeputusan tidak terprogram ini terjadinya tidak dapat
diprediksi. Pengambilan keputusanini menunjukkan proses yang
berhubungan dengan masalah – masalah yang tidak jelas. Dengan kata
lain, pengambilan keputusan jenis ini meliputi proses- proses
pengambilankeputusan untuk menjawab masalah-masalah yang kurang
dapat didefinisikan. Masalah-masalah ini umumnya bersifat kompleks,
hanya sedikit parameter – parameter yangdiketahui dan kebanyakan
7
parameter yang diketahui bersifat probabilistik.Untuk menjawab
masalah ini diperlukan seluruh bakat dan keahlian dari
pengambilankeputusan, ditambah dengan bantuan sistem informasi.
Hal ini dimaksud untukmendapatkan keputusan tidak terprogram
dengan baik. Perluasan fasilitas fasilitaspabrik, pengembangan produk
baru, pengolahan dan pengiklanan kebijaksanaan-kebijaksanaan,
manajemen kepegawaian, dan perpaduan semuanya adalah contoh
masalah-masalah yang memerlukan keputusan-keputusan yang tidak
terprogram. Sangatbanyak waktu yang dikorbankan oleh pegawai-
pegawai tinggi pemerintahan, pemimpin-pemimpin perusahaan,
administrator sekolah dan manajer organisasi lainnya dalammenjawab
masalah dan mengatasi konflik. Ukuran keberhasilan mereka
dapatdihubungkan secara langsung.
8
Yang dimaksud dengan kondisi pasti (Certainty) adalah kondisi dimana
pihak manajemen atau manajer memiliki informasi yang cukup untuk
mengetahui hasil keputusan sebelum keputusan tersebut dibuat.
Manajer mengetahui dengan jelas alternatif yang tersedia serta kondisi
dan konsekuensi dari tindakan pengambilan keputusan tersebut.
Kemungkinan kesalahan dalam pengambilan keputusan dalam kondisi
pasti ini relatif kecil.
9
waktu (timeliness). Ada beberapa landasan yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu
sendiri. Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar
pendekatan dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu :
1) Intuisi
Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan
memiliki sifat subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa keuntungan dan
kelemahan.
Keuntungan :
a. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih
pendek.
b. Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan ini
akan memberikan kepuasan pada umumnya.
c. Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat
berperan, dan itu perlu dimanfaatkan dengan baik.
Kelemahan:
a. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.
b. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
c. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan seringkali diabaikan.
2) Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi
pengetahuan praktis, karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan untung ruginya terhadap keputusan
yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak pengalaman tentu
akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang
lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.
3) Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan
10
terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat
menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang
dada.
4) Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh
pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi
kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
a. Kebanyakan penerimaannya adalah bawahan, terlepas apakah
penerimaan tersebut secarasukarela ataukah secara terpaksa
b. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
c. Memiliki daya autentisitas yang tinggi
Kelemahan:
a. Dapat menimbulkan sifat rutinitas
b. Mengasosiasikan dengan praktik diktatorial
c. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga
dapat menimbulkan kekaburan
5) Logika
Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang
rasional terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan
keputusan. Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional,
keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala
tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai
dengan apa yang diinginkan.
Pada pengambilan keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu :
Kejelasan masalah
Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
11
Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya
Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria
Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal
Selain itu ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
yaitu :
Internal Organisasi seperti ketersediaan dana, SDM, kelengkapan
peralatan, teknologi dsb.
Eksternal Organisasi seperti keadaan sosial politik, ekonomi,
hukum,dsb.
Ketersediaan informasi yang diperlukan
Kepribadian dan kecapakan pengambil keputusan
12
4. Analisis alternatif
5. Analisis alternative terbaik
6. Melaksanakan keputusan dan evaluasi hasil
Menurut Simon (dalam Luthans, 2006) tahap utama dalam proses
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1) Tahap Pemahaman ( Inteligence Phace )
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari
lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan
diperoleh, diproses dan diuji dalam rangka mengidentifikasikan
masalah.
2) Tahap Perancangan ( Design Phace )
Tahap ini merupakan proses pengembangan dan pencarian alternatif
tindakan atau solusi yang dapat diambil. Ini merupakan representasi
kejadian nyata yang disederhanakan, sehingga diperlukan proses
validasi dan vertifikasi untuk mengetahui keakuratan model dalam
meneliti masalah yang ada.
3) Tahap Pemilihan ( Choice Phace )
Tahap ini dilakukan pemilihan terhadap diantara berbagai alternatif
solusi yang dimunculkan pada tahap perencanaan agar ditentukan /
dengan memperhatikan kriteria – kriteria berdasarkan tujuan yang akan
dicapai.
Langkah pengambilan keputusan menurut Mintzberg dan koleganya
(dalam Luthans, 2006) adalah:
1) Tahap identifikasi
Ialah pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis
dibuat. Diketahui bahwa masalah yang berat mendapatkan diagnosis
yang ekstensif dan sistematis, tetapi masalah yang sederhana tidak.
2) Tahap pengembangan
Ialah terdapat pencarian prosedur atau solusi standar yang ada a t a u
mendesain solusi yang baru. Diketahui bahwa proses desain
merupakan proses pencarian d percobaan di mana pembuat keputusan
hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas.
3) Tahap seleksi
13
Ialah pilihan solusi dibuat. Ada tiga cara pembentukan seleksi: dengan
penilain, pembuat keputusan berdasarkan pengalaman atau intuisi,
bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan
sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi melibatkan
kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.
Sekali keputusan diterima secara formal, otorisasi pun kemudian
dibuat. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
tahapan dalam pengambilan keputusan adalah pemahaman,
perancangan, dan pemilihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
Menurut Engel dkk (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan, yaitu:
Belajar dan ingatan
Gaya hidup
Sikap
Motivasi dan kepribadian
Persepsi
14
BAB II
KATEGORI PERSOALAN KEPUTUSAN
(KEPASTIAN DAN RISIKO)
2.1 Keputusan dengan Kepastian
Kondisi pasti muncul pada saat pengambil keputusan mengetahui dengan
pasti apa saja alternatif permasalahannya, kondisi apa saja yang terkait
dengan setiap alternatif, dan hasil dari alternatif. Dalam kondisi pasti,
informasi bersifat akurat, terukur dan dapat dipercaya. Kita mengetahui
hubungan sebab-akibat dan bisa menebak apa yang bisa terjadi di masa
depan. Kondisi seperti ini biasanya ada pada kasus keputusan yang sifatnya
rutin dan berulang. Dalam kondisi pasti pengambilan keputusan dimana
berlangsung hal-hal:
1) Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu
konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti hasil dari setiap alternatif tindakan
tersebut dapat ditentukan dengan pasti.
2) Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap,
sehingga dapat diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang
dilakukan.
3) Dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang.
4) Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut
masalah rutin, karena kejadian tertentu dimasa yang akan datang dijamin
terjadi.
5) Pengambilan keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang
bersifat deterministik.
6) Teknik penyelesainannya/pemecahannya biasanya menggunakan antara
lain: teknik program linier, model transportasi, model penugasan, model
inventori, model antrian, model network.
15
alternatif. Dalam membuat keputusan berdasarkan risiko, manajer harus
menentukan probabilitas pada setiap alternatif berdasarkan informasi yang
ada atau berdasarkan pengalamannya. Pengambilan keputusan dalam
kondisi risiko adalah pengambilan keputusan dimana berlangsung hal-hal:
1) Alternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
2) Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
3) Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang
akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
4) Risiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui
dengan pasti, walaupun diketahui nilai probabilitasnya.
5) Pada kondisi ini ada informasi/data yang akan mendukung dalam
membuat keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-
macam keadaan.
6) Teknik pemecahannya menggunakan konsep probabilitas, seperti model
keputusan probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian
probabilistic, Expected Monetary Value (EMV) dan Expected Opportunity
Loss (EOL).
BAB III
KATEGORI PERSOALAN KEPUTUSAN
(KETIDAKPASTIAN TANPA DAN DENGAN
PROBABILITAS)
16
2) Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya
berbagai kondisi atau hasil yang keluar.
3) Yang diketahui hanyalah kemungkinan hasil suatu tindakan,tetapi tidak dapat
diprediksi berapa besar probabilitas setiap hasil tersebut.
4) Pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap
mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut.
5) Hal yang akan diputuskan biasanya relatif belum pernah terjadi.
Ada beberapa syarat agar suatu kondisi bisa disebut dengan kondisi
ketidakpastian, diantaranya adalah:
1) Ada beberapa alternatif atau tindakan yang fisibel (dapat dilakukan).
2) Nilai probabilitas masing-masing kejadian tidak diketahui.
3) Memiliki pay-off sebagai hasil kombinasi suatu tindakan dan kejadian
tidak pasti.
17
Jumlah regret / opportunity loss = Pay off max – pay off alternatif pada
peristiwa tertentu
3) Maximin
Pada kriteria ini, pengambilan keputusan dianggap pesimis atau konservasi
tentang masa depan. Menurut kriteria ini hasil terkecil untuk setiap alternatif
dibandingkan dengan alternatif yang menghasilkan nilai maksimal dari hasil
minimal yang dipilih atau memilih alternatif yang minimal paling besar.
Kriteria ini disebut juga kriteria Wald, untuk menghormati penemuannya
Abraham Wald. Pada kriteria ini, pengambilan keputusan mungkin
mengabaikan probabilitas-probabilitas signifikan bahwa hasil yang diperoleh
dapat lebih besar.
4) Laplace
Kriteria ini disebut juga kriteria equal likehood. Menurut kriteria ini,
pengambilan keputusan mengasumsikan bahwa probabilitas terjadinya
berbagai kondisi adalah sama besarnya. Pada kriteria ini pengambilan
keputusan-keputusan tidak dapat menentukan atau mengetahui probabilitas
terjadinya berbagai hasil, sehingga diasumsukan bahwa semua peristiwa
mempunyai kemungkinan sama untuk terjadinya atau setiap hasil memiliki
probabilitas yang sama. Hasil yang dipilih adalah hasil yang memiliki nilai
tertimbang tertinggi.
5) Realisme
Kriteria realisme dikenal juga sebagai kriteria hurwicz, untuk menghormati
penemuan Leonid Hurwicz. Kriteria ini merupakan kriteria antara maximax
dan maximin, antara optimis dan pesimis. Pengambilan keputusan yang tepat
biasanya memperlihatkan suatu antara optimisme. Pada kriteria ini terdapat
koefisien optimis, biasanya disimbolkan dengan “a”, yaitu skala untuk
mengukur tingkat optimisme dari pengambilan keputusan
18
probabilitas dapat dianggap sebagai tingkat relatif dari berbagai kejadian yang
berbeda-beda. Probabilitas dapat dianggap sebagai tingkat kepercayaan
mengenai hasil dari kejadian masa depan yang tidak berulang, pengambilan
keputusan dengan kondisi ketidakpastian dengan menggunakan probablitias
memiliki 2 cara yaitu:
1) Expected Monetary Value (EMV)
EMV merupakan teknik statistik yang digunakan untuk mengukur risiko yang
membantu untuk menghitung cadangan kontingensi dan juga bertujuan
menentukan nilai moneter yang diharapkan dari risiko atau keputusan dengan
rumus sebagai berikut:
EMV (dj) = P(sj) (di sj)
dimana :
P(sj) = probabilitas terjadinya situasi masa depan (sj)
(di sj) = nilai pay off
19
DAFTAR PUSTAKA
http://babayuuu.blogspot.com/2012/11/jenis-keputusan.html
http://etheses.uin-malang.ac.id/1772/5/09410127_Bab_2.pdf
http://babayuuu.blogspot.com/2012/11/jenis-keputusan.html
http://denok-s-wien.blogspot.com/2015/09/pengambilan-keputusan-
manajemen.html
https://ilmumanajemenindustri.com/kondisi-kondisi-dalam-pengambilan-keputusan/
http://nichonotes.blogspot.com/2015/02/tingkatan-manajemen.html
https://i-kuliah.blogspot.com/2016/03/tipe-keputusan-manajemen.html
http://ainul.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.1
http://peni.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4909/DECISION.pdf
https://regialdoputri.wordpress.com/2015/11/22/pengambilan-keputusan-dalam-
kondisi-ketidak-pastian/
https://regialdoputri.wordpress.com/2015/11/22/pengambilan-keputusan-dalam-
kondisi-ketidak-pastian/
http://raditut.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-
organisasi_2475.html?m=1
https://sharingaddicted.com/pengambilan-keputusan-pada-kondisi-pasti-beresiko-
dan-kondisi-tidak-pasti/
https://www.coursehero.com/file/po6ujke/Berdasarkan-tersedianya-pemecahan-
masalah-jenis-keputusan-yang-biasanya-muncul/
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengambilan_keputusan
https://reyvanfajar.wordpress.com/2016/04/28/dasar-dasar-pengambilan-
keputusan/
http://repository.uin-suska.ac.id/6314/3/BAB%20II.pdf.
20