Anda di halaman 1dari 36

PENETAPAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

MANAJEMEN INDUSTRI

MATERI MANAJEMEN INDUSTRI

oleh

WINDARU KUSUMA
NIM 19010120

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
PENETAPAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
INDUSTRI .........................................................................................................
A. Pengantar............................................................................................
B. Masalah dan Kesempatan...................................................................
C. Pengambilan Keputusan.....................................................................
1. Definisi.........................................................................................
2. Keputusan.....................................................................................
3. Kepastian, Resiko dan Ketidakpastian.........................................
4. Pendekatan Rasional dalam Pengambilan Keputusan..................
5. Alternatif Pendekatan Rasional....................................................
6. Efektivitas Pengambilan Keputusan................................................
I. METODE PENILITIAN...........................................................................
II. P...................................................................................................................
III. P...................................................................................................................
IV. Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15

2
PENETAPAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MANAJEMEN INDUSTRI

A. Pengantar
Pekerjaan seorang pimpinan atau manajer tidak lepas dari pengambilan
keputusan. Manajer harus dapat membuat keputusan yang terbaik untuk organisasidalam
situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Oleh karena itu diperlukan kemampuan
membuat keputusan terbaik. Pengambilan keputusan berangkat dari masalah atau,
kesempatan. Keputusan-keputusan dibuat untuk memecahkan berbagai masalah yang
ada. Dalam usaha memecahkan suatu masalah, seorang pembuat keputusan (pimpinan
atau manajer) mungkin membuat banyak keputusan. Keputusan merupakan rangkaian
tindakan yang perlu diikuti dalam memecahkan masalah untuk menghindari atau
mengurangi dampak negative atau untuk memenfaatkan kesempatan.
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah upaya memilih alternatif yang
terbaik dari serangkaian alternatif yang ada. Ada dua tipe keputusan, yaitu: keputusan
terprogram dan keputusan yang tidak terprogram. Keputusan tidak terprogram ditujukan
untuk memecahkan masalah yang tidak muncul secara. rutin, sedangkan keputusan yang
terprograrn ditujukan untuk memecahkan masalah yang rutin. Dalam pengambilan
keputusan, situasi yang dihadapi oleh manajer dapat bervariasi dari kondisi yang pasti
sampai kondisi yang sangat tidak pasti.
Pendekatan rasional dalam proses pengambilan keputusan dimaksudkan untuk
mengurangi ketidakpastian. Tahapan dan urutan dalam pendekatan tersebut adalah
1) meneliti situasi, 2) mengembangkan alternatif pemecahan, 3) mengevaluasi alternatif
dan memilih yang terbaik, 4) implementasi, dan 5) follow-up dari keputusan yang
diambil serta evaluasi. Selain pendekatan rasional ada juga beberapa model yang dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Model-model tersebut diantaranya
meliputi model administratif, heuristic, intuisi, eskalasi serta pengaruh politik dan etika.
Penggunaan model-model ini untuk membantu pimpinan dan manajer organisasi untuk
membuat keputusan yang tidak selalu berdasarkan data rasional semata. Pengambilan
keputusan

3
dapat ditingkatkan efektivitasnya melalui perbaikan efektivitas individu maupun
kelompok. Pengambilan keputusan kelompok mempunyai keuntungan dan kekurangan
dibandingkan pengambilan keputusan individual.

4
B. Masalah dan Kesempatan
Masalah sering didefinisikan sebagai penyimpangan dari hasil yang diharapkan
sedangkan kesempatan sering didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana kondisi
tersebut memberikan kesempatan bagi organisasi untuk memanfaatkan kondisi tersebut
agar diperoleh hasil yang melebihi apa yang diharapkan. Kalau dilihat dari bahasa
masalah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dilihat, dialami, dirasakan
oleh manusia atau organisasi. Pengertian lain dari masalah adalah suatu keadaan yang
harus diselesaikan atau dicarikan solusinya. Pada umumnya permasalahan tidak
dikehendaki oleh siapapun. Penyelesaian terhadap suatu permasalahan pada hakekatnya
adalah suatu usaha dan tindakan untuk meniadakan permasalahan tersebut.
Masalah bersifat unik dan abstrak karena dapat terjadi kapan saja, dimana saja
dan kepada siapa saja. Suatu masalah bai seseorang atau organisasi terkadang bukanlah
masalah bagi orang lain melainkan justru menjadi solusi atau peluang untuk
mengembangkan solusi. Masalah dapat ditimbulkan dari beberapa sumber diantaranya:
1. Permasalahan dari diri sendiri

Suatu masalah timbul karena akibat dari keadaan yang tidak tepat terjadi
pada individu pelaku kegiatan tersebut. Biasanya terjadi oleh faktor human erorpada
manusia. Keseriusan, perhatian, atau tingkat kefokusan menjadi hal yang berkaitan
erat terhadap timbulnya permasalahan diri sendiri. Pengalaman akan menjadi kunci
pengurangan masalah individu. Baik melihat maupun mengalamani sendiri suatu
permasalahan membuat manusia menjadi berhati-hati dan tidak akan menimbulkan
masalah tersebut.

2. Permasalahan dari lingkungan

Permasalahan yang timbul akibat dari lingkungan yang keadaannya tidak


sesuai atau tidak memenuhi faktor kelayakan yang ada. Lingkungan meliputi efek
suasana yang ditimbulakan lingkungan dan keadaan alat penunjang. Lingkungan
yang memiliki kondisi yang kurang kondusif akan renta terhadap timbulnya
masalah. Segala kondisi lingkungan akan berakibat langsung terhadap person yang
berhubungan langsung dengan lingkungan tersebut. Tindakan isolasi lingkungan
yang memungkinkan menimbulkan permasalahan dapat dilakukan sebagai tindakan
pencegahan timbunya masalah.

5
3. Permasalahan dari proses atau teknik.

Masalah yang timbul sebagai akibat kesalahan atau tidak kesesuaian suatu
proses yang ada. Proses suatu kegiatan yang berjalan memiliki beberapa potensi
kesalahan. Proses yang terlalu berliku dan terus berulang akan cenderung mudah
membuat suatu kesalahan. Sistematika yang benar dan teratur adalah jalan tepat
membuat proses menjadi aman.

4. Fenomena lain

Permasalahan kadang timbul bukan dari faktor yang ada tetapi dari faktor X
yang tidak terduga. Fenomena yang muncul secara tiba-tiba dapat mmenyebabkan
masalah baru yang harus diselesaikan. Semua proses sudah tersusun rapid an
sistematis untuk dikerjakan. Namun, ada satu hal yang mungkin membuatnya
berantakan. Seperti fenomena kebijakan pimpinan yang berubah dan aturan yang
berganti-ganti.

C. Pengambilan Keputusan
1. Definisi
Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yangdilakukan
secara sadar dengan cara menganalisis kemungkinan-kemungkinan dari alternatif
tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir,
dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika diperlukan untuk melakukan
sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan
rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah.
Keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh orang yang berwenang berdasarkan
kewenangan yang ada padanya.
Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai
alternatif. Definisi ini menurut James A.F. mengandung tiga pengertian, yaitu :
 Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.
 Ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik.
 Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.

6
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah kegiatan memilih alternatif terbaik dari
serangkaian alternatif yang ada. Proses pengambilan keputusan dimulai dari identifikasi
masalah, analisis lingkungan, mengembangkan alternatif keputusan, memilih alternatif
terbaik, implementasi, dan monitor pelaksanaan keputusan tersebut.

2. Tipe Keputusan
Herbert A. Simon mengklasifikasikan keputusan menjadi dua jenis yaitu:
a. Keputusan terprogram
Keputusan terpogram yaitu keputusan yang bersifat terstruktur atau
berulang, atau keduanya. Keputusan dapat deprogram atau direncanakan
jika keputusan tersebut mempunyai karakteristik yang berulang dan rumit
serta telah dikembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Secara
tradisional, keputusan yang diprogramkan telah ditangani dengan norma,
prosedur kerja yang baku, dan struktur organisasi yang dikembangkan
prosedur yang spesifik untuk menanganinya.
Keputusan terprogram dapat diselesaikan dengan beberapa langkah, antara
lain:
 Norma
 Prosedur kerja
 Struktur organisasi (Middle or Lower Mangement )

b. Keputusan tidak terprogram


Keputusan tidak terpogram yaitu keputusan yang tidak terstruktur atau tidak
berulang, atau keduanya. Suatu keputusan tidak diprogramkan manakala
keputusan tersebut bersifat baru dan tidak rutin terjadi. Pimpinan atau
manajer yang berwenang mengambil keputusan yang tidak diprogramkan
perlu membuat keputusan yang terbaik dalam segala situasi dan kondisi
dengan menggunakan model keputusan yang ada.
Keputusan tidak terprogram diselesaikan dengan langkah-langkah, antara lain
:
 Proses pemecahan masalah umum
 Pertimbangan

7
 Kreativitas Top Management

3. Kepastian, Risiko, dan Ketidakpastian


Kondisi yang dihadapi manajer dalam pengambilan keputusan dapat
digambarkan sebagai garis kontinum dengan kondisi pasti pada satu titik ekstrem dan
kondisi sangat tidak pasti pada titik ekstrim lainya. Kondisi risiko dan tidak pasti
beradadiantara kedua titik ekstrem tersebut. Keputusan yang diambil oleh manajer
selalu membawa konsekuensi di masa mendatang sehingga diperlukan pertimbangan
yang matang sebelum membuat keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan
secarailmiah, harus dilakukan langkah-langkah yang logis dalam pertimbangan
membuat keputusan. Resiko yang akan muncul berkaitan dengan keputusan harus
dipertimbangkan untung dan ruginya. Kondisi ketidakpastian di masa mendatang juga
perlu diestimasi berdasarkan tren atau pola kejadian di masa mendatang.
contoh keputusan yang membawa bencana adalah investasi “Pager”. Pager
adalah sebuah sistem komunikasi berupa pengiriman pesan dari pelanggan kepada
pelanggan lain melalui
sederhana adalah pada saat membuat keputusan untuk mengembangkan bisnis.

4. Pendekatan Rasional dalam Pengambilan Keputusan


Pendekatan klasik mengasumsikan proses pengambilan keputusan yang rasional dan
sistematis, dengan informasi yang lengkap dan sempurna. Model tersebut sesuai untuk
problem yang terstruktur. Langkah-langkah dalam pendekatan rasional dapat dilihat
berikut ini.
a. Meneliti Situasi
Meneliti situasi dilakukan untuk melakukan analisis kebutuhan dan mendefinisikan
masalah. Dalam beberapa situasi dan kondisi, suatu masalah kadang tidak terlihat
atau tidak terdefinisikan secara jelas. Manajer perlu membedakan masalah dengan
gejala yang nampak sebelum melangkah lebih jauh.
b. Mengembangkan Alternatif Pemecahan
Seorang pimpinan atau manajer dituntut untuk kreatif dalam mencari alternative-
alternatif terhadap penyelesaian masalah. Proses kreatif dapat dilakukan dengan
melakukan brainstorming, diskusi, minta pendapat ahli, konsultasi, membaca buku,
mencari informasi di internet dan lainnya. Semakin banyak alternatif-alternatif

8
penyelesaian masalah, manajer dapat mempunyai pertimbangan yang lebih baik.
Alternatif pemecahan diharapkan dapat dihasilkan secara kreatif, meskipun harus
diingat adanya keterbatasan (constraints).
c. Menganalisis Alternatif
Alternatif-alternatif pemecahan masalah dapat dievaluasi melalui kriteria-kriteria
tertentu. Alternatif dengan skor paling tinggi untuk setiap kriterianya merupakan
alternatif terbaik. Proses pemilihan alternatif-alternatif pemecahan masalah
merupakan proses divergen untuk menemukan solusi terbaik untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Alternatif terbaik merupakan kompromi antara target yang
diinginkan dan kendala yang ada. Contoh sederhana adalah, Jika menginginkan
pelayanan yang memuaskan, harus konsekuen dengan harga yang lebih mahal,
demikian juga sebaliknya jika yang diinginkan harga yang lebih murah, tentu saja ada
sesuatu yang tidak maksimal.
d. Impelementasi
Implementasi merupakan tahap yang paling sulit dalam proses pengambilan
keputusan. Keputusan yang telah diambil oleh organisasi melalui mekanisme yang
syah harus dilaksanakan oleh anggota organisasi walaupun keputusan itu tidak
menyenangkan sebagian anggota. Dalam proses pengambilan keputusan terkadang
tidak bisa dilakukan dengan musyawarah mufakat tetapi kadang harus melalui voting.
Kondisi ini yang kadang rawan terjadi perpecahan dalam organisasi. Pihak- pihak
yang keputusannya tidak dimenangkan akan mengalami kekecewaan sehingga
berdampak pada efektivitas implementasi hasil keputusan. Untuk itu manajer perlu
memahami tentang manajemen konflik untuk mengakomodir berbagai kepentingan
dalam organisasi.
e. Follow up dan Evaluasi
Setelah keputusan dilaksanakan, perlu dilakukan proses monitoring dan
evaluasiuntuk memastikan pelaksanaan keputusan mengenai sasaran atau tujuan yang
dituju. Implementasi keputusan yang tidak memberikan hasil sebagaimana yang
diharapkan harus segera dilakukan perbaikan secara berkelanjutan.

9
5. Alternatif Pendekatan Rasional
Selain pendekatan rasional, Herbert Simon menyatakan bahwa pengambilan
keputusan dapat dianalisis dari aspek perilaku pengambil keputusan. Model
pengembangan ini dapat dikategorikan ke dalam alternatif model pendekatan rasional.
model alternative pengambilan keputusan terdiri dari:
a. Model Administratif
Model administratif merupakan salah satu alternatif model untuk pengambilan
keputusan dengan pendekatan rasional. Karakteristik model ini adalah dalam
mengambil keputusan, seorang manajer menghadapi situasi sebagai berikut:
 Informasi yang tidak sempurna dan tidak lengkap
Dalam situasi tertentu dimana informasi sangat minim, tetapi menuntut
dibuatnya keputusan, maka manajer dapat memanfaatkan model administratif.
 Rasionalitas yang terbatas
Dalam kondisi tertentu dimana menuntut dibuatnya keputusan dalam waktu
singkat sehingga rasionalitas pengambil keputusan menjadi terbatas. Pada
kondisi ini, model administratif dapat digunakan sebagai pijakan dalam
pengambilan keputusan.
 Cepat puas
Perilaku pengambil keputusan terkadang mempunyai karakteristik yang cepat
puas sehingga keputusan yang dibuat akan cenderung yang tidak beresiko tinggi.
b. Heuristik
Model pengambilan keputusan lainnya adalah Heuristik. Model ini diilhami dari
penelitian yang dilakukan oleh Amos Tversky dan Daniel Kahneman yang hasilnya
menunjukkan bahwa orang cenderung menggunakan model heurisfic atau rule of
thumb untuk menyederhanakan pengambilan keputusan.
Definisi heuristik menurut Wiki adalah “Refers to experience-based techniques
for problem solving, learning, and discovery”. Heuristic methods are used to
speed up the process of finding a good enough solution, where an exhaustive
search is impractical. Contoh dari metode ini termasuk penggunaan "rule of tumb
atau aturan praktis", tebakan, penilaian intuitif, atau logika akal sehat. Heuristik
adalah sebuah teknik penyelesaian masalah, pembelajaran dan penelitian yang
berbasis pada pengalaman (experience-based). Metode ini digunakan untuk

10
meningkatkan proses pencarian solusi yang cukup layak dimana pencarian secara
menyeluruh tidak praktis. Fungsi heuristik digunakan untuk mengevaluasi keadaan-
keadaan problema individual dan menentukan seberapa jauh hal tersebut dapat
digunakan untuk mendapatkan solusi yang diinginkan.
Pengambilan keputusan dengan metode heuristik terdiri dari tiga bentuk yaitu:
1. Heuristik Ketersediaan
Pendekatan ini mendasarkan penilaian pada informasi yang sudah dimilikinya.
Contoh sederhana adalah manager lebih mempertimbangkan kinerja terakhir
karyawan daripada kinerjanya setengah tahun yang lalu. Sama halnya dengan
pikiran orang bahwa naik pesawat lebih berbahaya daripada mobil.
2. Heuristik Perwakilan
Pendekatan ini menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik
analogi dan melihat situasi identik dimana sebenarnya tidak identik. Contohnya
adalah manajer yang sering menghubungkan suatu kejadian dengan kejadian
sebelumnya. Anak-anak yang suka menonton film kartun akan merasa bahwa
dirinya juga dapat seperti tokoh di kartun tersebut.
3. Penyesuaian dan Anchoring
Manusia biasanya menilai sesuatu dengan membandingkan apa yang ada dalam
otaknya. Contoh, untuk menilai tinggi-rendahnya penjualan, manajer akan
langsung membandingkan dengan angka tertentu seperti penjualan masa lalu.

c. Intuisi dan Eskalasi Komitmen


Model pengambilan keputusan lainnya adalah Intuisi dan Eskalasi Komitmen.
Manajer seringkali mengambil keputusan atas dasar intuisi dan menaruh komitmen
yang terlalu besar pada keputusan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga
keputusan yang telah dibuat akan sulit ditarik kembali. Ada pepatah yang
menyatakan bahwa tabu jika membuat keputusan yang tidak konsisten dengan
keputusan sebelumnya yang diibaratkan menjilat ludah sendiri.
d. Pengaruh Politik dan Etika
Politik dan etika akan membatasi rasionalitas dalam proses pengambilan keputusan.
Manajer harus memperhatikan masalah politik dan etika agar keputusan yang dibuat
tidak menjadi kontroversi. Contoh keputusan pada kondisi ini adalah berkaitan

11
dengan kebebasan pers, tetapi ada media massa yang agak menyerempet masalah
pornografi maupun porno aksi. Beberapa orang menyebut ini adalah seni tetapi
kalangan lain menyebut itu adalah pornografi.

6. Efektivitas Pengambilan Keputusan


Untuk meningkatkan efektivitas dalam proses pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan mengklasifikasikan permasalahan dalam dua tingkat yaitu tingkat
individual dan tingkat kelompok.
a. Pengambilan Keputusan Tingkat Individual
Pengambilan keputusan secara individual terkadang dibutuhkan untuk merespon
sebuah permasalahan yang ada. Manajer harus dapat membuat keputusan baik secara
individual maupun secara kelompok. Permasalahan yang mendesak dan tidak mungkin
diambil secara kelompok dapat dilakukan oleh manajer dengan mempertimbangkan
resiko yang terkecil. Beberapa faktor yang menghalangi pengambilan keputusan secara
efektif diantara yaitu:
 Relaxed Avoidance
 Relaxed change
 Defensive avoidance
 Panik
Untuk menghilangkan halangan tersebut, pendekatan rasional dapat dilakukan,
disamping beberapa pendekatan berikut ini
 Menetapkan prioritas
 Mencari informasi yang relevan
 Hati-hati terhadap pendekatan heuristic dan bias yang ada

b. Pengambilan Keputusan Tingkat Kelompok


Pada umumnya untuk penyelesaian masalah-masalah yang krusial dan
berdampak pada jangka panjang, pengambilan keputusan dilakukan secara kelompok.
Contoh pengambilan keputusan kelompok adalah keputusan pemilihan ketua umum
yang dilakukan oleh semua anggota, rapat paripurna DPR untuk memutuskan
pembangunan gedung baru DPR 2011. Pengambilan keputusan oleh kelompok

12
mempunyai keuntungan dan kerugian. Pengambilan keputusan secara kelompok dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah:
 Kelompok interaksi
Metode pengambilan keputusan dengan kelompok interaksi yaitu dengan
mengumpulkan beberapa orang anggota untuk mendiskusikan suatu permasalahan
dan mencari solusinya. Interaksi antar anggota dapat dilakukan secara langsung
dalam pertemuan atau dapat dilakukan melalui teknologi seperti tele konferen
maupun forum diskusi berbasis web.
 Kelompok Delphi
Metode Delphi adalah modifikasi dari teknik brainwriting dan survei. Dalam
metode ini, panel digunakan dalam pergerakan komunikasi melalui beberapa
kuisioner yang tertuang dalam tulisan. Teknik Delphi dikembangkan pada awal
tahun 1950 untuk memperoleh opini ahli. Objek dari metode ini adalah untuk
memperoleh konsensus yang paling reliabel dari sebuah grup ahli. Teknik ini
diterapkan di berbagai bidang, misalnya untuk teknologi peramalan, analisis
kebijakan publik, inovasi pendidikan, program perencanaan dan lain – lain.
Metode Delphi dikembangkan oleh Derlkey dan asosiasinya di Rand
Corporation, California pada tahun 1960-an. Metode Delphi merupakan metode
yang menyelaraskan proses komunikasi komunikasi suatu grup sehingga dicapai
proses yang efektif dalam mendapatkan solusi masalah yang kompleks.
Pendekatan Delphi memiliki tiga grup yang berbeda yaitu : Pembuat
keputusan, staf, dan responden. Pembuat keputusan bertangungjawab terhadap
keluaran dari kajian Delphi. Sebuah grup kerja yang terdiri dari lima sampai
sembilan anggota yang tersusun atas staf dan pembuat keputusan, bertugas
mengembangkan dan menganalisis semua kuisioner, evaluasi pengumpulan data dan
merevisi kuisioner yang diperlukan. Grup staf dipimpin oleh kordinator yang harus
memiliki pengalaman dalam desain dan mengerti metode Delphi serta mengenal
problem area. Tugas staf kordinator adalah mengontrol staf dalam pengetikan.
Mailing kuesioner, membagi dan proses hasil serta pernjadwalan pertemuan.
Responden adalah orang yang ahli dalam masalah dan siapa saja yang setuju untuk
menjawab kuisioner.

13
 Kelompok Nominal
Pengambilan keputusan dengan kelompok nominal adalah suatu teknik untuk
mengambil keputusan dengan menyertakan peran serta dari anggotakelompok organisasi.
Teknik ini lebih menekankan pada pengumpulan pandangan dan penilaian personal dalam
suasana ketidakpastian, ketidaksepakatan pada inti persoalan lalu mencari jalan keluar yang
terbaik. Pandangan masing-masing orang memegang peranan penting. Teknik ini cocok
digunakan untuk kelompok kecil anggotanya tidak lebih dari 15 orang. Permalahan akan
lebih cepat dicari solusinya jika anggota yang terlibat dalam pengambilan keputusan
jumlahnya tidak terlalu banyak. Teknik pengambilan keputusan dengan kelompok nominal
memiliki tiga elemen penting yang harus diperhatikan yaitu: 1) Hanya ada satu pertanyaan
yang sudah dipikirkan matang dan dirumuskan. 2) Terdapat orang dengan tugas khusus dan
ahli dalam masalah yang akan didiskusikan. 3) Pemimpin kelompok yang dapat memimpin.
Tugas pemimpin kelompok hanyalah menjadi fasilitator dan tidak mempengaruhi
berlangsungnya persidangan seperti mengusulkan suatu rekomendasi.

14
Asuransi merupakan buah pikiran dan akal budi manusia untuk mencapai suatu
keadaan yang dapat memenuhi kebutuhannya, terutama sekali untuk kebutuhan-
kebutuhannya yang hakiki sifatnya antara lain rasa aman dan terlindung [1]. Asuransi
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada tindakan, sistem, atau bisnis dimana
perlindungan finansial (ganti rugi) untuk jiwa, properti, kesehatan dan lain sebagainya
[2]. Asuransi menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung terhadap risiko yang
dihadapi perorangan maupun risiko yang dihadapi oleh perusahaan [3]. Asuransi
merupakan sarana finansial dalam tata kehidupan rumah tangga, baik dalam
mengahadapi risiko mendasar seperti risiko kematian, atau dalam menghadapi risiko
atas harta benda yang dimiliki. Demikian pula dunia usaha dalam menjalankan
kegiatannya menghadapi berbagai risiko yang mungkin dapat mengganggu
kesinambungan usahanya [4]. Banyaknya jenis resiko yang akan muncul dalam
kehidupan seseorang menyebabkan banyak pula jenis produk asuransi yang ditawarkan
oleh suatu perusahaan asuransi kepada calon nasabahnya. Berbagai macam jenis produk
asuransi yang ditawarkan tentunya sering kali membuat binggung calon nasabah
asuransi dalam memilih produk asuransi yang akan dimilikinya yang dianggap lebih
dibutuhkan. Pelayanan dari agen asuransi tentang informasi produk-produk asuransi
yang ada kepada calon nasabah masih membutuhkan waktu yang cukup lama karena
banyaknya pertanyaan dari calon nasabah serta banyaknya produk asuransi yang harus
dijelaskan kepada calon nasabah. Keterbatasan tenanga kerja/agen asuransi dari
perusahaan asuransi untuk melayani setiap pertanyaan-pertanyaan dari calon nasabah
juga menjadi kendala perusahaan. Keadaan tersebut membuktikan bahwa dibutuhkan
suatu sistem informasi yang dapat membantu agen asuransi dalam proses pemilihan
produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan calon nasabah. Dengan adanya
pengembangan sebuah sistem dapat membantu pengambil keputusan agar tidak salah
atau keliru dalam mengambil keputusan [5].
Sistem informasi yang menyediakan fasilitas untuk melakukan analisis sehingga proses
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pelaku bisnis (dalam hal ini pengambil keputusan)
menjadi lebih berkualitas dikenal dengan Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support
System [6]. Banyak metode yang dapat digunakan dalam merancang Sistem Pendukung
Keputusan. Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Technique for order preference by similarityto
ideal solution (TOPSIS) merupakan contoh metode Multi Attribute Decision Making (MADM)
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah Sistem Pendukung Keputusan.

Metode AHP adalah metode pengambilan keputusan dan pemecahan masalah


yang kompleks dengan inputan data kualitatif penilaian subjektif dari setiap variabel.
Bobot yang digunakan pada perhitungan AHP berdasarkan teori pengukuran melalui
perbandinganberpasangan yang telah diuji konsistensinya. Metode TOPSIS adalah salah
satu metode pengambilan keputusan multi-kriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh
Yoon dan Hwang pada tahun 1981 [7]. Metode TOPSIS merupakan suatu metode yang
didasarkan pada konsep dimana alternatif terpilih yang terbaik tidak hanya memiliki
jarak terpendek dari solusi ideal positif (A+), namun juga memiliki jarak terpanjang dari
solusi ideal negatif (A‾) [8]. Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot dari
masing- masing kriteria dengan matriks berpasangan dan metode TOPSIS digunakan
untuk membuat perangkingan dengan mencari nilai yang memiliki jarak terdekat
dengan solusi ideal positif dan jarak terjauh ke solusi ideal negatif [9]. Bila
dibandingkan dengan metode evaluasi lainnya, pembobotan dengan metode AHP dan
Studi kasus yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada PT Commonwealth
L1if4e
metode TOPSIS terbukti simpel, jelas, dan masuk akal [10].

Studi kasus yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pada PT Commonwealth
L1if4e
Cabang Pontianak yang beralamat di Komp. Ruko A. Yani Mega Mall, Jl. Ahmad Yani
Blok G No. 36 Pontianak. PT. Commonwealth Life Cabang Pontianak merupakan salah
satu perusahaan asuransi yang bergerak di bidang asuransi jiwa (asuransi manusia).
Perusahaan telah berdiri selama 25 tahun dengan tingkat rasio ketahanan modal 739%
(data 2016). Produk-produkasuransi yang di jual berupa produk asuransi jiwa unit link.
peneliti akan membangun sistem

15
pendukung keputusan pemilihan produk asuransi yang diharapkan dapat membantu pihak
asuransi dalam menentukan produk asuransi bagi calon nasabah dengan kriteria-kriteria
yang digunakan dalam pemilihan produk asuranasi di PT. Commonwealth Life Cabang
Pontianak.

1. METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian ini penulis menggunakan wawancara, observasi, studi


dokumentasi dan pembagian kuesioner untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan proses ataupun tahap-tahap prospekting bagi calon nasabah. Adapun yang
menjadi responden adalah bagian Area Sales Manager dan Agen Asurasi. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh informasi terkait dengan proses prospeking. Wawancara
dilakukan dengan bagian Agen Asuransi dan Area Sales Manager dari PT.
Commonwealth Life Cabang Pontianak. Observasi dilakukan untuk mempelajari
bagaimana tatacara sistem prospekting, mulai dari komponen yang menjadi poin penting
dalam penilaian sampai dengan proses penentuan produk yang tepat bagi calon nasabah.
Studi Dokumentasi dilakukan guna memperoleh dokumen-dokumen input dan output
serta dokumen pendukung penelitian. Dokumen yang digunakan pada penelitian ini
seperti, form data nasabah yang harus di isi dan form polis asuransi. kuesioner yang
disebarkan dan digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan dari masing-masing
kriteria yang ada untuk dijadikan sebuah matriks perbandingan berpasangan serta
kuesioner untuk mendapatkan hasil User Acceptance Test dari prototype sistem yang
dibangun.
Dalam penelitian ini metode yang diterapkan adalah dengan melakukan tahap-
tahap yaitu analisis, desain, pengkodean, dan pengujian. Seperti pada gambar 1 berikut
ini

Analisis Desain Pengkodean Pengujian

Gambar 1. Metode Penelitian

Keterangan:
a. Analisis
Proses pengumpulan kebutuhan yang dilakukan secara intensif untuk
mespesifikasikan kebutuhan user agar dapat dipahami perangkat lunak seperti apa
yang dibutuhkan oleh user. Pada tahap ini juga dilakukan proses pengumpulan data
dan analisis data yang diperlukan dalam perancangan sistem.
b. Desain
Desain sistem adalah proses multi langkah yang fokus pada permodelan sistem
dengan metode AHP dan metode TOPSIS dan termasuk juga desain sistem yang
meliputi desain proses dengan data flow diagram (DFD), desain Basis Data, dan
desain Antarmuka. Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap
analisis kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi
program pada tahap selanjutnya.
c. Pengkodean
Desain harus ditranslasikan ke dalam program perangkat lunak. Pada tahap ini
dilakukan implementasi proses desain yang telah dilakukan. Hasil dari tahap ini
16
adalah program komputer sesuai dengan desain yang telah dibuat pada tahap desain.

17
d. Pengujian
Pengujian fokus pada perangkat lunak dari segi lojik dan fungsional dan memastikan
bahwa semua bagian dari segi lojik dan fungsional sudah diuji. Hal ini dilakukan
untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian juga dilakukan untuk mengetahui tingkat
keakurasian dari sistemdan tingkat penerimaan terhadap sistem dari calon pengguna.

18
2. HASIL DAN PEMBAHASAN

PT. Commonwealth Life Cabang Pontianak merupakan salah satu perusahaan


asuransi yang bergerak di bidang asuransi jiwa. Dalam proses penentuan produk
asuransi untuk calon nasabah selama ini dengan cara menjelaskan secara langsung
produk asuransi jiwa apa saja yang ada dan di jual pada perusahaan. Proses pengambilan
keputusan penentuan produk asuransi bagi calon nasabah dilakukan setelah agen
menjelaskan detil produk asuransi, kemudian agen menanyakan informasi detil tentang
calon nasabah tersebut. Proses tersebut tentunya kurang efektif karena akan
menghabiskan waktu yang cukup lama. Dengan adanya sistem pendukung keputusan
pemilihan produk asuransi diharapkan dapat membantu pihak asuransi dalam
menentukan produk asuransi bagi calon nasabah dengan lebih cepat dan tepat. Informasi
yang dibutuhkan dalam pembuatan sistem diperoleh dengan melakukan wawancara,
kuesioner, observasi, dan studi dokumentasi. Data produk asuransi dapat dilihat pada
tabel 1
Tabel 1. Data Produk Asuransi
No.Nama Produk
1. Investra Link
2. Investra Link Ekstra
3. Investra Titanium
4. Investra Link Prosper
5. Investra Platinum
6. COMM Link & COMM Link Premier
7. Maxiwealth Link
8. Elite Link
9. Prime Value
Kriteria yang digunakan dalam proses pemilihan produk asuransi dapat dilihat pada
tabel 2Tebel 2. Kriteria Pemilihan Produk Asuransi
No Kriteria Nama Kriteria
1. C1 Usia
2. C2 Jenis Kelamin
3. C3 Pekerjaan
4. C4 Pendapatan
5. C5 Tinggi & Berat Badan

3.2 Desain
Permodelan sistem dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu AHP dan
TOPSIS. AHP digunakan untuk menentukan pembobotan dari setiap kriteria. TOPSIS
digunakan untuk melakukan perankingan alternatif produk asuransi.
a. Pembobotan Kriteria dengan model AHP
Langkah pertama dalam menentukan bobot kriteria adalah melakukan perbandingan
berpasangan dengan skala satu sampai dengan sembilan. Perbandingan berpasangan
tersebut dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan kriteria dimana
nilai perbandingan dari setiap kriteria diperoleh dari hasil pembagian kuesioner dan
hasilnya seperti ditunjukan pada tabel 3
Tabel 3. Matriks Pebandingan Berpasangan Penentuan Bobot Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5
C1 1 2 3 4 5
C2 0,5 1 2 3 4
C3 0,3333 0,5 1 2 3
C4 0,25 0,3333 0,5 1 2
19
C5 0,2 0,25 0,3333 0,5 1

20
Jumlah 2,2833 4,0833 6,8333 10,5 15
Baris jumlah diperoleh dari penjumlahan nilai setiap kolom. Tahap selanjutnaya adalah
melakukan normalisasi matriks dengan membagi angka-angka pada tabel 3 dengan nilai
jumlah

21
tiap kolom. Nilai baris C1, kolom C1 dibagi dengan jumlah kolom C1 = 1 / 2,2833 =
0,4380. Perhitungan dilakukan pada seluruh nilai sehingga mendapatkan matriks
ternormalisasi dan dapat di lihat pada tabel 4
Tabel 4. Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan Penentuan Bobot Kriteria
C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah Baris Prioritas
C1 0,4380 0,4898 0,4390 0,3810 0,3333 2,0811 0,4162
C2 0,2190 0,2449 0,2927 0,2857 0,2667 1,3089 0,2618
C3 0,1460 0,1224 0,1463 0,1905 0,2000 0,8053 0,1611
C4 0,1095 0,0816 0,0732 0,0952 0,1333 0,4929 0,0986
C5 0,0876 0,0612 0,0488 0,0476 0,0667 0,3119 0,0624
Jumlah 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 1,0000 5,0000 1,0000
Nilai pada kolom prioritas didapatkan dari hasil penjumlahan masing-masing baris
dibagi dengan jumlah krieria yang digunakan. Matriks bobot prioritas kriteria dari tabel
4 dapat di lihatsecara rinci pada tabel 5
Tabel 4. Prioritas kriteria
Prioritas 0,4162 0,2618 0,1611 0,0986 0,0624
Langkah selanjutnya adalah mencari konsistensi matriks yang diperoleh dari perkalian
matriks perbandingan berpasangan tabel 3 dengan tabel bobot prioritas tabel 4.
Matriks konsistensidapat dilihat pada tabel 5
Tabel 5. Matriks Konsistensi
Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah
C1 0,4162 0,5236 0,4832 0,3943 0,3119 2,1291
C2 0,2081 0,2618 0,3221 0,2957 0,2495 1,3372
C3 0,1387 0,1309 0,1611 0,1971 0,1871 0,8150
C4 0,1041 0,0873 0,0805 0,0986 0,1248 0,4952
C5 0,0832 0,0654 0,0537 0,0493 0,0624 0,3140
Langkah selanjutnya adalah perhitungan rasio konsistensi dengan cara membagi jumlah
matriks konsistensi tabel 5 dengan nilai bobot prioritas tabel 4. Sehingga perhitungan
rasiokonsistensinya adalah sebagai berikut:
C1 = 2,1291 / 0,4165 = 5,1154
C2 = 1,3372 / 0,2618 = 5,1081
C3 = 0,8150 / 0,1611 = 5,0603
C4 = 0,4952 / 0,0986 = 5,0234
C5 = 0,3140 / 0,0624 = 5,0345
Jumlah = 25,3416
Langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan λmaks, CI dan CR dimana
banyaknya kriteria (n) adalah 5 (lima):
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ
25,3416
λ𝑚𝑎𝑘𝑠 = = = 5,0683
5
𝑛

𝐶𝐼 = ( λ𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑛 5,0683 − 5 0,0683 = 0,0171


)
= =
4
𝑛−1 5−1

𝐶𝑅 = 𝐶𝐼 0,0171 = 0,0153
=
𝐼𝑅
1,12

22
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dimana nilai CR untuk faktor kriteria
yang digunakan menunjukkan nilai kurang dari 0,1 maka rasio konsistensinya dapat
diterima.
b. Perangkingan Alternatif Produk Asuransi dengan Metode TOPSIS
Metode TOPSIS didasarkan pada konsep bahwa alternatif terpilih yang terbaik
tidak hanya memiliki jarak dari solusi ideal positif tetapi juga jarak terpanjang dari
solusi ideal negatif [5]. Tingkat kepentingan alternatif terhadap kriteria ditentunkan
dengan pemberian nilai 1sampai 5 seperti terlihat pada tabel 6

23
Tabel 6. Ketentuan Rangking Alternatif
NoKeteranganRangking
1. Sangat Rendah 1
2. Rendah 2
3. Cukup 3
4. Tinggi 4
5. Sangat Tinggi 5
Rating kecocokan dari setipa alternatif produk dengan setiap kriteria yang digunakan
dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7. Rating Kecocokan Alternatif pada setiap Kriteria
Kriteria Rentang Data Rangking
Usia < 15 Tahun 2
15 – < 25 Tahun 4
25 – < 35 Tahun 5
35 – < 65 Tahun 3
>= 65 Tahun 1
Jenis Kelamin Pria 4
Wanita 5
Pekerjaan Profesional 1
Karyawan 2
Wiraswasta 3
Pelajar 4
PNS 5
Pendapatan < 2,5 Juta 1
2,5 – 5 Juta 2
5 – 7,5 Juta 3
7,5 – 10 Juta 4
> 10 Juta 5
Tinggi dan Berat Badan (IMT) <= 18.4 - (berat badan kurang) 2
18,5 – 24,9 - (berat badan ideal) 5
25 – 29,9 - (berat badan lebih) 4
30 – 39,9 - (berat badan gemuk) 3
>= 40 - (berat badan sangat gemuk) 1
Data calon nasabah yang akan digunakan dalam proses perhitungan dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Data calon nasabah
Calon Kriteria
Nasabah Usia Jenis Kelamin Pekerjaan Pendapatan Tinggi & Berat Badan (IMT)
27 thn Laki-laki Karyawan 3,6 jt 178cm & 78kg
Wahyu
(5) (4) (2) (2) (5)
Nilai bobot kriteria calon akan di normalisasi dengan nilai bobot prioritas kriteria yang
telahdiperoleh melalui perhitungan AHP (tabel 4) sebagai berikut:
Usia = (5 + 0,4162) / 2 = 2,7081
Jenis Kelamin = (4 + 0,2618) / 2 = 2,1309
Pekerjaan = (2 + 0,1611) / 2 = 1,0805
Pendapatan = (2 + 0,0986) / 2 = 1,0493
Tinggi dan Berat Badan= (5 + 0,0624) / 2 = 2,5312
Tahap selanjutnya adalah membangun sebuah matriks keputusan alternatif produk
berdasarkanrating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria yang dapat dilihat
pada tabel 9
Tabel 9. Rating Kecocokan dari Setiap Alternatif pada Setiap Kriteria
Jenis
Usia Pekerjaan Tinggi &
Kelamin Pendapatan
Berat Badan
Investra Link 4 5 3 4 4
24
Investra Link Ekstra 5 4 4 4 3
Investra Titanium 4 5 4 4 3

25
Jenis Tinggi &
Pekerjaan Pendapatan
Usia Kelamin Berat Badan
Investra Link Prosper 4 4 4 5 3
Investra Platinum 4 5 3 3 4
COMM Link & COMM Link Premier 3 5 5 3 5
Maxiwealth Link 4 4 2 2 5
Elite Link 4 4 5 4 3
Prime Value 3 5 3 3 4
4 5 3 4 4
𝖥5 4 4 4 31
I 5 4 4 3II
I4
I4 4 4 5 3I
D ari tabel 9 maka dpieroleh matrik X = 5 3 3 4I
I4
I3 5 5 3 5I
I4 4 2 2 5I
I4 4 5 4 3I
[3 5 3 3 4]
Tahap selanjutnya adalah membuat matriks keputusan ternormalisasi R dengan perhitungan
normalisasi matriks sesuai persamaan 3 [5]

(1)
0,3393 0,3637 0,2641 0,3651 0,3455
𝖥 1
0,4241 0,2910 0,3522 0,3651 0,2592
I I
0,3393 0,3637 0,3522 0,3651 0,2592
I
0,3393 0,2910 0,3522 0,4564 0,2592I
I I
R = I0,3393 0,3637 0,2641 0,2739 0,3455I

I0,2545 0,3637 0,4402 0,2739 0,4319I


I0,3393 0,2910 0,1761 0,1826 0,4319I

I0,3393 0,2910 0,4402 0,3651 0,2592I


[0,2545 0,3637 0,2641 0,2739 0,3455]

Tahap selanjutnya adalah membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot


yang dihasilkan dari matriks ternormalisasi R dikalikan dengan bobot kriteria dimana
bobot kriteria diperoleh dari perhitungan dengan metode AHP bobot calon nasabah
yaitu W=(2,7081; 2,1309; 1,0805; 1,0493; 2.5312). Contoh perhitungan : 2,7081 *
0,3393 =
0,9188. Perhitungan dilakukan hingga keseluruhan nilai dan menghasilkan matriks
keputusan yang ternormalisasi terbobot.
0,9188 0,7750 0,2854 0,3831 0,8746
𝖥 1
0,1485 0,6200 0,3805 0,3831 0,6560
I I
0,9188 0,7750 0,3805 0,3831 0,6560
I I

I0,9188 0,6200 0,3805 0,4789 0,6560I

Y = I0,9188 0,7750 0,2854 0,2874 0,8746I


26
I0,6891 0,7750 0,4757 0,2874 0,0933I
I0,9188 0,6200 0,1903 0,0209 0,0933I

I0,9188 0,6200 0,4757 0,3831 0,6560I


[0,6891 0,7750 0,2854 0,2874 0,8746]

Tahap selanjutnya menentukan nilai solusi ideal positif yang dinotasikan dengan A + dan
nilai solusi ideal negatif yang dinotasikan dengan A-. Perumusan sesuai dengan
persamaan 2 dan 3 [5]
A+ = (y1+,y2+,...y +)n; (2)
A- = (y1-,y2-,...yn-); (3)

27
Hasil penentuan solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dilihat pada
tabel 10 Tabel 10. Solusi ideal positif dan solusi ideal
negatif
C1 C2 C3 C4 C5
A+ 1,1485 0,7750 0,4757 0,4789 1,0933
A- 0,6891 0,6200 0,1903 0,1916 0,6560
Tahap selanjutnya perhitungan jarak tiap alternatif terhadap solusi ideal positif dan negatif
yangdilakukan dengan persamaan 4 dan 5 [5]

i = 1,2,...,m. (4)
i = 1,2,...,m. (5)

Tabel 11. Jarak Alternatif terhadap Solusi ideal Positif dan Negatif
Altrnatif D+ D-
Investra Link 0,3820 0,4127
Investra Link Ekstra 0,4832 0,5329
Investra Titanium 0,5121 0,3869
Investra Link Prosper 0,5264 0,4142
Investra Platinum 0,4165 0,3779
COMM Link & COMM Link Premier 0,4977 0,5531
Maxiwealth Link 0,4907 0,4940
Elite Link 0,5265 0,4134
Prime Value 0,5760 0,3001
Tahap terakhir adalah menghitung nilai preferensi setiap alternatif dengan persamaan 6 [6]

(6)
Nilai preferensi dan ranking dari setiap alternatif dapat dilihat pada tabel
12 Tabel 12. Nilai Preferensi Alternatif dan Perangkingan
Alternatif
Altrnatif Nilai Preferensi Rank
COMM Link & COMM Link Premier 0,5263 1
Investra Link Ekstra 0,5244 2
Investra Link 0,5193 3
Maxiwealth Link 0,5016 4
Investra Platinum 0,4757 5
Investra Link Prosper 0,4403 6
Elite Link 0,4398 7
Investra Titanium 0,4304 8
Prime Value 0,3426 9

c. Desain Proses
Dalam penelitian ini pemodelan proses direpresentasikan dengan menggunakan
DataFlow Diagram(DFD) dan menggunakan dua jenis DFD yaitu diagram konteks dan
diagram level0 untuk menggambarkan pemodelan proses dari sistem yang akan
dibangun.
1. Diagram Konteks

28
Diagram konteks menggambarkan aliran data yang mencakup masukan-masukan
dasar, sistem umum dan keluaran serta menunjukan sistem secara keseluruhan. Gambar
2 merupakan diagram konteks dari sistem pendukung keputusan pemilihan produk
asuransi yang menggambarkan ruang lingkup dari sistem secara keseluruhan.

29
SPK

Gambar 2. Diagram konteks


2. Diagram Level 0
Data user

Data user
Data user

Data user

Data

Pengolahan

AGEN Bobot

ADMIN
Alternatif Produk
Data Kriteria
Pengolahan Data Kriteria
Data kriteria

Data bobot kriteria


Bobot kriteria

Data Himpunan Data Himpunan


Pengolahan

Data Himpunan tb_himpunan

10
Data calon Data bobot kriteria

Kriteria dengan metode

11

Data Hasil TOPSIS

12
Data Ranking Alternatif

Gambar 3. Diagram Level 0


d. Desain Basis Data
Rancangan relasi data yang akan digunakan pada sistem pendukung keputusan
pemilihanproduk asuransi dapat dilihat pada gambar 4

Gambar 4. Perancangan Relasi Data


3.3 Implementasi
Ada enam fungsi utama yang terdapat pada SPK pemilihan produk asuransi antara
laininput data kriteria, input matriks berpasangan kriteria, input data alternatif produk
30
input bobot nilai alternatif produk asuransi, input bobot nilai kriteria calon nasabah, dan
perhitungan bobot kriteria serta hasil perangkingan alternatif produk. Berikut
implementasi antarmuka SPK pemilihan produk asuransi:

Gambar 5. Rancangan Antarmuka Halaman Input Kriteria


Calon

Gambar 7. Rancangan Antarmuka Halaman Perangkingan Alternatif

3.4 Pengujian
Pengujian dilakukan dengan tiga cara. Cara pertama adalah pengujian fungsionalitas
sistem menggunakan Black Box Testing seperti pada tabel 13 berikut ini
Tabel 13. Pengujian Fungsionalitas
Komponen
Pengujian Pengujian Hasil yang diharapkan Hasil
No
Pengujian
1. Login User Melakukan proses login sesuai Sistem dapat diakses apabila user berhasil Diterima
dengan akun user yang terdaftar melakukan proses login
Melakukan proses login dengan Sistem dapat menampilkan dialog apabila Diterima
meng-input-kan data password dan user salah meng-input-kan username atau
username yang salah password
Melakukan proses login dengan Setelah proses login user berhasil sistem akan Diterima
akun admin dan agen menampilkan menu dan halaman sesuai
dengan level user yang melakukan login
2. Menu Kriteria Melakukan proses tambah, ubah, Sistem dapat melakukan proses tambah, ubah, Diterima
dan hapus data kriteria dan hapus data kriteria
Memasukkan keyword search Sistem dapat melakukan proses pencarian dan Diterima
berupa nama kriteria yang akan menampilkan hasilpencarian sesuai dengan
dicari pada form pencarian keyword yang di inputkan
Melakukan cetak data kriteria Sistem dapat membuat laporan kriteria Diterima
3. Menu Nilai Bobot Melakukan pengisian bobot kriteria Sistem dapat melakukan input bobot kriteria Diterima
Kriteria pada matriks perbandingan pada matriks perbandingan berpasangan
berpasangan kriteria kriteria
4. Menu Alternatif Melakukan proses tambah, ubah, Sistem dapat melakukan proses tambah, ubah, Diterima
dan hapus data alternatif dan hapus data alternatif
Memasukkan keyword search Sistem dapat melakukan proses pencarian dan Diterima
berupa nama alternatif yang akan menampilkan hasil
dicari pada form pencarian pencarian sesuai dengan keyword yang di
inputkan

Komponen Hasil
No Pengujian Pengujian Hasil yang diharapkan
Pengujian
5. Menu Nilai Bobot Melakukan perubahan bobot Sistem dapat melakukan perubahan bobot Diterima
Alternatif alternatif alternatif
6. Menu calon Melakukan input bobot kriteria Sistem dapat melakukan proses pembobotan Diterima
calon kriteria calon
Melakukan proses perhitungan / Sistem dapat melakukan proses perhitungan Diterima
perangkingan alternatif produk konsistemsi kriteria dengan metode AHP
asuransi danmendapatkan nilai bobot dari setiap
kriteria dan melakukan proses perangkingan
dengan metode TOPSIS
Melakukan cetak laporan hasil Sistem dapat melakukan proses pembuatan Diterima
perhitungan berupa perangkingan laporan hasil perhitungan perangkingan
alternatif produk asuransi produk asuransi
7. Menu Himpunan Melakukan proses tambah, ubah, Sistem dapat melakukan Diterima
Kriteria calon dan hapus data himpunan kriteria proses tambah, ubah,
dan hapus data himpunan kriteria
8. Menu skala nilai Melakukan proses tambah, ubah, Sistem dapat melakukan proses tambah, ubah, Diterima
bobot calon dan hapus data skala nilai bobot dan hapus data skala nilai bobot calon
calon
9. Menu user Melakukan proses tambah, ubah, Sistem dapat melakukan proses tambah, ubah, Diterima
dan hapus data user dan hapus data user
Dari pengujian fungsionalitas prototype yang telah dilakukkan semua komponen yang
diujikan100% berhasil dilakukkan.
Pengujian kedua adalah pengujian akurasi sistem dengan menggunakan cotoh
histori datanasabah seperti pada tabel 14 berikut ini
Tabel 14. Pengujian Akurasi
Hasil
Jenis Tinggi &
Nama Usia Pekerjaan Pendapatan Hasil Manual Prototype Kesimpulan
Kelamin Berat Badan
SPK
N1 38th P Polisi 8Jt 166 & 71 Investra Link A1 Sesuai
Investra Link
N2 36th L Karyawan 5.5Jt 159 & 46 A4 Sesuai
Prosper
Investra Link
N3 32Th P Wiraswasta 2.6Jt 155 & 72 A2 Sesuai
Prosper
COMM Link &
N4 29th P Karyawan 3.3Jt 158 & 56 COMM Link A6 Sesuai
Premier
COMM Link &
N5 35th L Karyawan 5.2Jt 170 & 68 COMM Link A6 Sesuai
Premier
N6 42th L PNS 5Jt 160 & 77 Elite Link A8 Sesuai
N7 32th L Karyawan 6.3Jt 173 & 55 Investra Link Ekstra A2 Sesuai
N8 47th L Notaris 7Jt 171 & 80 Investra link A1 Sesuai
N9 19Th P Mahasiswa 1.8Jt 156 & 44 Elit Link A8 Sesuai

Dari hasil dari pengujian yang dilakukan diketahui tidak terdapat perbedaan antara output
prototype sistem SPK dengan hasil proses prospekting secara manual oleh agen
asuransi.Pengujian ketiga menggunakan User Acceptance Test seperti pada tabel 15
berikut ini
Tabel 15. Pengujian User Acceptance Test
No Pertanyaan TS (%) S (%) SS (%)
Prototipe yang dikembangkan dapat digunakan untuk menentukan produk asurnsi bagi calon 33,3 66,7
1. 0
nasabah.
Prototipe memiliki kriteria penilaian yang sesuai dengan penentuan produk asuransi 33,3 66,7
2. 0
pPerorutostaihpeaamnemberikan keleluasaan kepada anda untuk melakukan penambahan, perubahan, 50 50
3.
0
.Prototipe memberikan keleluasaan kepada anda untuk melakukan penambahan, perubahan, 50 50
4. 0
Prototipe memberikan keleluasaan kepada anda untuk melakukan pemberian bobot penilaian
5. dan penghapusan kriteria serta merubah bobot penilaian pada tiap-tiap kriteria. 0 50 50
6. Mudah bagi anda untuk melakukan perubahan bobot pada setiap sesi penilaian. 0 50 50
7. Setiap
dan perubahan bobot
penghapusan yangproduk
alternatif anda lakukan menghasilkan
serta merubah bobot keputusan yangtiap-tiap
penilaian pada sesuai dengan 0 50 50

alternatifpada calon nasabah.


3. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan user acceptance test, prototype


yang dikembangkan dapat digunakan untuk menentukan produk asuransi bagi calon
nasabah. Hasil perangkingan sistem dapat digunakan sebagai acuan dalam penentuan
produk asuransi bagi calon nasabah. Pengujian akurasi prototype sistem dilakukan
dengan membandingkan output model dan prototype sistem dengan histori data
nasabah bulan November 2017 dan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan hasil
antara proses manual dan proses sistem. Pengujian terhadap fungsionalitas sistem
dilakukkan dengan metode Black Box Testing dimana semua komponen yang
diujikan 100% berhasil dilakukkan.

4. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka untuk pengembangan selanjunaya dapat


dilakukan pengembangan sistem dimana sistem dapat melakukan perhitungan premi
asuransi. Dapat juga dilakukan pengembangan sistem dimana sistem dapat
melakukan perhitungan dan menampilkanuang pertanggungan yang akan didapatkan
bagi calon nasabah.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Darmawi, H., 2006, Manajemen Asuransi, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
[2] A Okfalisa, 2014. SIstem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Produk Asuransi
Jiwa Bagi Nasabah Menggunakan Metode Smarter. Jurnal Sains, Teknolodi dan
Industri, Vol.12, No.1, Desember 2014. Program studi Teknik Informatika UIN
SUSKA Riau.
[3] Hartono, S. R., 1992, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta
[4] Sastrawidjaja, M. S., Endang, 1993, Hukum Asuransi, Alumni, Bandung.
[5] Aruan, A., 2014, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Asuransi Jiwa
Menggunakan Metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making, Pelita Informatika Budi
Darma, 12-15
[6] Kusrini, 2007, Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
[7] Wijaya, K., Wowor, H., Tulenan, V., 2015, Sistem Pendukung Keputusan
Penerima Beasiswa dengan Metode Technique for Order Preference by
Similarityto Ideal Solution di Universitas Sam Ratulangi Manado, E-journal
Teknik Informatika, 1-6.
[8] Kusumadewi, S., Hartati, S., Harjoko, A., 2006, Fuzzy Multi-Attribute Decision
Making (Fuzzy MADM), Graha Ilmu, Yogyakarta.
[9] Saptarini, N. G. A. P. & Prihatini, P. M., 2015, Decision Support System for
Scholarship in Bali State Polytechnic Using AHP and TOPSIS, International
Conference on Information Technology and Business, 38-46.Wang, Y., & Ji, W.,
2014, Supermarket

Anda mungkin juga menyukai