Anda di halaman 1dari 7

SAP 2

INTRODUCTION TO MANAGERIAL DECISION MAKING AND MODELS OF


DECISION MAKING

Pendahuluan
Pembuatan keputusan merupakan salah satu unsur yang sangat esensial dalam organisasi
dan manajemen. Pembuatan keputusan bukan hanya fungsi pimpinan, tapi juga suatu proses
partisipasi seluruh anggota untuk meningkatkan fungsi-fungsi manajemen. Bagi pimpinan
pembuatan keputusan itu merupakan salah satu fungsi yang tidak dapat dihindari, sebab tanpa
pembuatan keputusan fungsi kepemimpinan tidak dapat dilaksanakan dan fungsi manajemen tidak
dapat berjalan untuk mewujudkan tujuan organisasi. Herbent Simon (1978) mengemukakan bahwa
keputusan itu adalah suatu manifestasi kewenangan pimpinan yang sangat diharapkan oleh
bawahan, sebab tanpa pembuatan keputusan, seluruh kegiatan bawahan menjadi tidak pasti.
Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar sehingga baik dalam tahapan
perumusan maupun implementasinya pembuatan keputusan tersebut memenuhi syarat sebagai alat
manajemen yang dapat memberikan panduan bagi anggota dalam bertindak dan berprilaku.
Adapun Prinsip-Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu setiap
alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
2. Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko yang amat
minial.
3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara sistematik
dan sistemik.
4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona of acceptance manusia.
5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.
6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan masalah yang
oprasional teknis.
7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan implementasi
keputusan.
8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat diukur.
9. Keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.

1
Anatomi Keputusan
Manajer dalam sebuah perusahaan bertugas untuk membuat keputusan secara rutin yang
dapat mempengaruhi nilai dan kelangsungan hidup perusahaan. Keputusan yang dibuat oleh
manajemen perusahaan dapat berupa keputusan jangka pendek maupun jangka panjang tergantung
kebutuhan dan kondisi perusahaan. Pembuatan keputusan adalah proses berkelanjutan dalam hal
evaluasi atas kondisi organisasi atau masalah yang muncul, mempertimbangkan alternatif,
membuat pilihan, dan tindakan-tindakan yang diperlukan sebagai bagian dari keputusan.
Model pengambilan keputusan ini mengasumsikan bahwa orang-orang mengikuti enam
langkah sepenuhnya secara rasional. Artinya diasumsikan bahwa pengambil keputusan:
1. Identifikasi Masalah
Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah. Langkah pertama yang harus
dilakukan oleh pembuat keputusan adalah masalah-masalah apa saja yang harus
diputuskan. Menurut Peter Drucker, seorang eksekutif yang efektif tidak membuat
keputusan untuk setiap masalah. Masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah-
masalah mendasar yang mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi anggota dan bagi
organisasi. Masalah-masalah ini disebut dengan “generic problems”. Masalah biasa tidak
perlu diputuskan oleh eksekutif, tapi cukup oleh pimpinan tingkat yang lebih rendah
berdasarkan aturan organisasi yang berlaku. Identifikasi masalah generik ini tidak perlu
ditunjang oleh data yang lengkap, sebab bila data yang lengkap harus terkumpul dahulu,
maka tidak akan ada suatu keputusan. Keputusan dapat dimulai dari judgment rasional dari
seorang pemimpin.
2. Penentuan tujuan
Asumsi dasar untuk setiap keputusan adalah bahwa suatu keputusan dibuat oleh seorang
pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti tidak hanya masalah yang
dipecahkan saja yang perlu jelas, tapi juga tujuan yang akan dicapainya harus labih jelas
lagi. Kejelasan tujuan ini diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan
keputusan yang paling tepat untuk suatu masalah. Pengambil keputusan yang rasional akan
mengidentifikasi semua kriteria yang relevan dalam proses pengambilan keputusan.
Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh “apakah tujuan yang sudah ditetapkan itu
akhirnya dapat dicapai atau tidak”.

2
3. Pencarian alternatif
Seorang pengambil keputusan yang ideal, akan membeberkan semua kemungkinan pilihan
yang ada dan kemudian memilih satu diantaranya yang akan memberikan hasil yang
terbaik bagi pencapaian tujuannya. Tetapi, mengingat kendala keterbatasan manusia, para
pengambil keputusan tidak bisa mengharapkan untuk dapat mengidentifikasi dan
mengevaluasi semua kemungkinan pilihan. Namun demikian, beberapa pilihan alternatif
yang paling menarik tetap ada dan harus dipilih.
4. Analisis alternative yang relevan
Tujuan langkah ini adalah menguji daya jawab masing-masing alternatif jawaban. Manajer
harus mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternatif sebelum membuat
keputusan akhir. Evaluasi atas alternatif dapat dilakukan dengan sejumlah cara, misalnya:
1. Menentukan pro dan kontra setiap alternatif
2. Melakukan analisis untung-rugi atas tiap alternatif
3. Mempertimbangkan feasibility (dapatkan dilakukan?), efektivitas (bisakah
menyelesaikan masalah?), dan konsekuensi (apa dampaknya secara finansial dan non
finansial bagi organisasi).
5. Penentuan Pilihan Alternatif Solusi (Pengambilan Keputusan)
Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan
merupakan tahapan yang sangat kritis dan sangat menentukan. Pembuat keputusan atas
dasar semua pilihan yang tersedia, dengan berbagai resiko, dampak dan peluang akhirnya
harus sampai pada suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan
kecermatan, kejelian, keberanian, tanggung jawab, dan komitmen yang besar. Tanpa
sikap-sikap seperti itu suatu keputusan tidak akan mempunyai makna apa-apa. Sikap
seperti inilah yang menciptakan berbagai dinamika dan perubahan dalam suatu organisasi.
6. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya
Pengambilan keputusan berarti mengambil tindakan tertentu. Pelaksanaan suatu
rencana tindakan, merupakaan tahap akhir dari tahapan pengambilan keputusan. Akan
tetapi kita tidak berhenti di sana. Kita harus selalu melaksanakan evaluasi hasil keputusan,
apakah memang sudah sesuai dengan tujuan semulayang sudah digariskan sebagai suatu
kebijakan (policy) atau ada hal-hal baru yang mengharuskan mengubah tujuan semula.
Evaluasi hasil memberikan masukan (input) atau umpan balik (feedback) yang sangat

3
berguna untuk memperbaiki suatu keputusan atau untuk mengubah tujuan semula karena
terjadi perubahan-perubahan. Hasil evaluasi suatu keputusan bisa untuk mengubah suatu
tujuan atau menyusun prioritas baru.Umpan balik sebagai hasil evaluasi merupakan unsure
metode ilmiah yang sangat untuk pengambilan keputusan.

Pendapat lain muncul mengenai pengambilan keputusan yang rasional, Hammond, Keeney, dan
Raiffa (1999) menyarankan delapan langkah:

1. kerjakan masalah yang benar


2. tentukan tujuan Anda
3. ciptakan alternatif imajinatif,
4. mengerti konsekuensinya
5. bergulat dengan timbal balik Anda
6. mengklarifikasi ketidakpastian
7. berpikir keras tentang toleransi risiko
8. mempertimbangkan keputusan terkait.

Pemikirian Sistem 1 Dan Sistem 2

Stanovich dan West (2000) membuat perbedaan yang berguna antara fungsi kognitif
Sistem 1 dan Sistem 2. Pemikiran sistem 1 mengacu pada sistem intuitif kita, yang biasanya cepat,
otomatis, implisit, dan emosional. Sebagian besar keputusan yang kita ambil dalam hidup ini
biasanya menggunakan pemikiran sistem 1 atau dengan kata lain kita lebih sering menggunakan
sistem intuitif diri kita. Sedangkan sistem 2 mengacu pada penalaran yang lebih lambat, sadar,
effortful, eksplisit, dan logis (Kahneman, 2003). Dalam kebanyakan situasi, pemikiran Sistem 1
tidak selalu cukup memadai karena untuk pengambilan keputusan-keputusan penting dalam hidup
kita sebaiknya kita lebih menggunakan pemikiran sistem 2 dimana sistem 2 lebih mengacu pada
pemikiran-pemikiran logis dan tidak hanya menggunakan emosional kita saja.

Dalam sebuah perusahaan, manajemen yang bertanggungjawab untuk membuat dan


mengambil keputusan bagi perusahaan. Pemikiran sistem 2 tidak selalu digunakan dalam setiap
pembuatan atau pengambilan keputusan manajerial. Terkadang manajer diharuskan mengambil
keputusan secara cepat untuk kondisi-kondisi mendesak, sehingga manajer harus menggunakan

4
intuisi nya dalam pengambilan keputusan. Namun jika manajer harus membuat keputusan jangka
panjang untuk perusahaan, maka manajer menggunakan sistem 2 yang lebih logis.

Batas Rasionalitas

Model rasional didasarkan pada kumpulan asumsi yang menjelaskan bagaimana sebuah
keputusan seharusnya diambil daripada menggambarkan bagaimana keputusan dibuat. Simon
(1957) maupun Marc dan Simon (1958) dalam Bazerman (1994) mengemukakan bahwa penilaian
individu dibatasi dalam rasionalitasnya dan bahwa kita dapat lebih memahami pembuatan ataupun
pengambilan keputusan melalui penjelasan nyata dari proses keputusan secara normatif. Ruang
lingkup pembuatan keputusan dapat dibagi menjadi dua bagian: studi tentang model preskriptif
dan studi model deskriptif. Keputusan preskriptif berkaitan dengan penjelasan metode yang
dipergunakan untuk membuat keputusan yang optimal. Sedangkan, peneliti keputusan deskriptif
menekankan pada batas-batas dimana keputusan secara nyata dibuat.

Konsep-konsep batas rasional dan keyakinan punya andil dalam mengidentifikasi


penyimpangan penilaian dari rasionalitas. Namun, tidak dapat menunjukkan bagaimana
pertimbangan dapat terbiaskan. Konsep ini membuat pembuat keputusan mengidentifikasi hal
yang dapat dilakukan dalam situasi informasi terbatas, tetapi tidak dapat membantu mengdiagnosis
sistematika yang khusus, penyimpangan langsung yang mempengaruhi pertimbangan
bersangkutan. Dalam hal ini, Kahneman dan Tversky (1974) menyarankan bahwa orang-orang
membutuhkan sejumlah strategi yang dikenal dengan konsep heuristik. Konsep itu memberikan
mekanisme untuk memperbanyak dengan memperhatikan keputusan sekitarnya.

Model Pengambilan Keputusan

Pentingnya model dalam suatu pengambilan keputusan, antara lain sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah hubungan yang bersifat tunggal dari unsur-unsur itu ada
relevansinya terhadap masalah yang akan dipecahkan diselesaikan itu.
2. Untuk memperjelas mengenai hubungan signifikan diantara unsurunsur itu.
3. Untuk merumuskan hipotesis mengenai hakikat hubungan-hubungan antar variabel.
Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk matematika.
4. Untuk memberikan pengelolaan terhadap pengambilan keputusan. Model merupakan alat
penyederhanaan dan penganalisisan situasi atau system yang kompleks.

5
Jadi dengan model, situasi atau sistem yang kompleks itu dapat disederhanakan tanpa
menghilangkan hal-hal yang esensial dengan tujuan memudahkan pemahaman. Pembuatan dan
penggunaan model dapat memberikan kerangka pengelolaan dalam pengambilan keputusan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Bazerman, M. H., dan Moore, D. A., 2009, Judgment in Managerial Decision Making, 7th ed, John
Willey & Sons, New York.

https://huzadadi8.blogspot.co.id/2014/10/langkah-langkah-dalam-proses.html

http://setabasri01.blogspot.co.id/2010/12/pengambilan-keputusan.html

https://infomanajerna.blogspot.co.id/2012/12/keputusan-manajerial-a.html

Anda mungkin juga menyukai