Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Manajemen Laba pada Nilai Perusahaan dengan Free Cash Flow dan

Kepemilikan Manajerial sebagai Pemodersi

A. Latar Belakang
Perusahaan didirikan untuk tujuan memperoleh laba dan mensejahterakan para
pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan
penilaian publik mengenai kondisi dan prospek perusahaan yang tercermin dari harga
sahamnya. Saham-saham perusahaan yang sangat aktif diperdagangkan dalam pasar
modal dikelompokkan dalam indeks saham LQ45. Ketika saham-saham perusahaan
aktif diperdagangkan, maka nilai dari suatu perusahaan akan meningkat karena
banyaknya saham yang beredar. Selama tahun 2013 sampai tahun 2017 perusahaan
yang terdaftar dalam LQ45 mengalami perubahan di setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan terdapat perusahaan yang saham-sahamnya tidak aktif lagi
diperdagangkan di pasar modal atau nilai perusahaan tersebut mengalami penurunan di
mata publik dan tergantikan oleh perusahaan lainnya.
Tingginya nilai suatu perusahaan tercermin ketika publik menilai harga pasar
saham perusahaan lebih tinggi dari nilai bukunya. Sujoko dan Soebiantoro (2007)
menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat
keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Nilai perusahaan
yang tercermin dari harga sahamnya merupakan alat ukur bagi para pihak yang
berkepentingan untuk mengetahui bagaimana citra perusahaan di mata publik.
Manajer memiliki peranan yang penting dalam memepertahankan nilai suatu
perusahaan. Manajer sebagai pengelola memiliki informasi yang lebih dibandingkan
pemegang saham terkait dengan prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu,
manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan
kepada principal. Namun kenyataannya, informasi yang diterima oleh principal kadang
tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya karena adanya perbedaan
kepentingan antara agent dan principal dimana agent berkepentingan untuk
memaksimalkan kesejahteraan pribadinya dengan mengabaikan kepentingan principal.
Keinginan manajer untuk memaksimalkan kesejahteraanya membuat manajer
berperilaku oportunistik. Perilaku oportunistik dilakukan manajer dengan meningkatkan
atau menurunkan laba perusahaan dalam laporan keuangan yang kemudian disebut
sebagai earnings management (manajemen laba). Schipper (dalam Midiastuty &

1
Machfoedz, 2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dalam proses
pelaporan keuangan kepada pihak eksternal yang bertujuan memperoleh keuntungan
pribadi untuk agent. Praktik manajemen laba tersebut dapat memicu adanya masalah
keagenan dan dinilai dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
yang berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Penelitian yang menguji pengaruh
manajemen laba terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Poppy Indriani, dkk. (2014)
yang menunjukkan hasil bahwa manajemen laba berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu penelitian yang dilakukan
oleh Fernandes dan Ferreira (2007) dan Devia (2014) menemukan bahwa earnings
management berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Sherly dan Yulius (2016) dan Vinola (2008) menemukan
bahwa earnings management berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Ketidakkonsistenan penelitian-penelitian sebelumnya membuat peneliti tertarik untuk
meneliti kembali mengenai pengaruh manajemen laba pada nilai perusahaan dengan
menambahkan variabel moderasi, yaitu free cash flow dan kepemilikan manajerial.
Chung et al. (2005) menyatakan bahwa peluang terjadinya praktik manajemen
laba lebih besar pada perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi, karena
perusahaan tersebut terindikasi menghadapi masalah keagenan yang lebih besar.
Masalah keagenan merupakan masalah yang muncul ketika terjadi perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dengan manajer (Kouki & Guizani, 2009).
Masalah keagenan yang timbul di dalam perusahaan akan menurunkan kepercayaan
publik dan juga nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bukit dan Iskandar (2009) juga menunjukkan
bahwa perusahaan dengan surplus arus kas bebas yang tinggi cenderung melakukan
praktik manajemen laba dengan meningkatkan laba yang dilaporkan karena ingin
menutupi tindakan manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan kekayaan
perusahaan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa free cash flow yang tersedia di
perusahaan dapat memengaruhi manajer untuk bertindak oportunis dengan melakukan
praktik manajemen laba.
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajerial.
Kepemilikan manajerial merupakan alat pengawasan internal yang penting untuk
memecahkan konflik agensi antara pemegang saham dan manajemen (Chen dan Steiner,

2
1999). Menurut Kouki et al., (2011) adanya kepemilikan manajerial dapat mendorong
manajer untuk meningkatkan kualitas dari proses pelaporan dan memastikan bahwa
laporan keuangan telah disajikan dengan wajar serta mencerminkan kondisi riil
perusahaan. Penelitian Mahadewi dan Krisnadewi (2017) menunjukkan hasil bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan pada manajemen laba, yaitu
memperbesar kepemilikan manajerial dapat mengurangi tindakan manajemen laba yang
tercermin dari berkurangnya nilai discretionary accruals.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Apakah manajemen laba berpengaruh pada nilai perusahaan?
2. Apakah free cash flow dapat memoderasi pengaruh manajemen laba pada nilai
perusahaan?
3. Apakah kepemilikan manajerial dapat memoderasi pengaruh manajemen laba
pada nilai perusahaan?

C. Skema Penelitian dan Hubungan Antar Variabel

Kajian Teoritis : Kajian Empiris:


Grand Theory: Fernandes dan
Teori Keagenan Rumusan Ferreira (2007)
Masalah Vinola (2008)
Supporting Theory: Bukit dan Iskandar
Nilai Perusahaan (2009)
Manajemen Laba Hipotesis Poppy Indriani, dkk.
Arus Kas (2014)
Kepemilikan Devia (2014)
Manajerial Analisis Data Sherly dan Yulius
(2016)
Mahadewi dan
Hasil Krisnadewi (2017)

Kesimpulan
Gambar dan
C.1. Rancangan Penelitian
Saran

Kepemilikan Manajerial (X3)

H1 (-) H3 (-)
Manajemen Laba (X1) Nilai Perusahaan (Y)

H2 (+)
3
Free Cash Flow (X2)
Gambar C.2. Desain Penelitian (Hubungan antar variabel)

D. Hipotesis
H1 : Manajemen laba berpengaruh negatif pada nilai perusahaan.
H2 : Free cash flow memperkuat pengaruh manajemen laba pada nilai perusahaan.
H3 : Kepemilikan manajerial memperlemah pengaruh manajemen laba pada nilai
perusahaan.

E. Definisi dan Pengukuran Variabel


1. Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan merupakan persepsi atau penilaian publik mengenai kinerja
perusahaan yang tercermin dari harga sahamnya. Dalam penelitian ini, nilai perusahaan
diproksikan dengan price to book value (Kusumajaya, 2011), yaitu sebagai berikut.

Price to Book Value (PBV) =

2. Manajemen Laba (X1)


Manajemen laba merupakan tindakan oportunis yang dilakukan oleh manajer
dalam hal meningkatkan atau menurunkan laba yang disajikan dalam laporan
keuangan melalui pemilihan standar akuntansi yang sesuai. Manajemen laba dalam
penelitian ini diproksikan dengan discretionary accruals menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Modified Jones Model (Dechow et al., 1995), yaitu:
DAit = TACit – NDAit
b. Nilai total accrual diestimasi dengan persamaan regresi OLS, yaitu
TACit=β1 (1/Ait-1)+β2 (∆Revt/Ait-1-∆Rect/Ait-1)+β3 (PPEt /Ait-1)
c. Berdasarkan koefisien regresi dari persamaan sebelumnya, maka nilai non
disretionary accruals dapat dihitung dengan persamaan :
NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(∆Revt/Ait-1-∆Rect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)
3. Free Cash Flow (X2)

4
Free cash flow merupakan kelebihan arus kas bersih dari aktivitas operasi
perusahaan setelah digunakan untuk mendanai proyek yang menghasilkan net present
value yang positif. Free cash flow dinilai sebagai berikut (Ross et al., 2000)

FCF = x 100%

4. Kepemilikan Manajerial (X3)


Kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham yang dimiliki manajer yang
secara aktif berperan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Dalam penelitian ini,
kepemilikan manajerial diukur sebagai berikut (Riduwan dan Enggar, 2013).

Kepemilikan Manajerial =

F. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah perusahaan LQ45 di Bursa Efek Infonesia tahun
2013 sampai dengan 2017. Adapun sampel penelitian ini diambil berdasarkan metode
non probability sampling dengan teknik purposive sampling yang kriteria penentuan
sampelnya, yaitu perusahaan yang berturut-turut listed pada indeks saham LQ45 di
Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2013 samapi tahun 2017 dan perusahaan yang
mempublikasikan laporan keuangan berakhir pada 31 Desember.

G. Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Moderated
Regression Analysis (MRA), yaitu analisis regresi linear berganda yang mengandung
unsur interaksi (Utama, 2014). Model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Y = α1+ β1X1 +β2X2 + β3X3+ β4X1*X2 + β5X1*X3 + ε1 …………………………………………… (1)

Y = Nilai Perusahaan
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
ɛ = Standard error
X1 = Manajemen Laba
X2 = Free cash flow
X3 = Kepemilikan Manajerial

Sebelum melakukan analisis MRA, terlebih dahulu dilakukan Uji Asumsi Klasik,
yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi serta Uji Kelayakan

5
Model (Uji F) untuk mengetahui apakah model regresi layak digunakan untuk analisis.

Anda mungkin juga menyukai