Anda di halaman 1dari 5

BAB 5

AKSES DAN HUBUNGAN

1. Mengidentifikasi Partisipan
Sebagian besar proyek riset bisnis kualitatif menggunakan organisasi dan orang sebagai
sumber informasi. Melakukan penelitian dalam sebuah organisasi dan dengan orang-orang yang
dikenal atau memiliki koneksi memberikan akses yang lebih mudah untuk mendapatkan bahan
penelitian. Bila tidak ada koneksi atau orang yang dikenal, peneliti dapat menggunakan teknik
pengambilan sampel misalnya snowball sampling. Selain itu ada juga teknik Puposeful sampling
yaitu sampling yang berdasarkan kepada ciri-ciri yang dimiliki oleh subjek yang dipilih karena
ciri-ciri tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan.

2. Mengakses Organisasi
Masalah umum penelitian pada organisasi adalah akses, kerahasiaan informasi, dan
keterbatasan waktu informan. Organisasi terkadang enggan berpartisipasi jika tidak ada hal yang
menguntungkan baginya. Untuk dapat melakukan penelitian pada sebuah organisasi, sementara
tidak memiliki akses ke dalam organisasi tersebut, maka memperkenalkan proyek penelitian
melalui pengiriman proposal penelitian sangat penting untuk dilakukan.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti perlu untuk mencari dan mendapatkan izin dari individu
dan situs di berbagai tingkatan. Hal ini karena sifat mendalam penelitian kualitatif tentang luas
cakupan yang akan diteliti dan beberapa wawancara dengan peserta. Gatekeeper adalah seseorang
yang memiliki peran resmi atau tidak resmi di situs, menyediakan pintu masuk ke sebuah situs,
membantu peneliti menemukan orang-orang, dan membantu dalam identifikasi tempat untuk
penelitian (Hammersley & Atkinson, 1995). Seorang Gatekeeper ataupun organisasi, dan
perorangan memiliki hak untuk memberikan ijin maupun tidak kepada peneliti untuk mengakses
data-data yang dimiliki.

3. Mengakses Individu
Partisipasi individu dalam penelitian harus bersifat sukarela. Pentingnya kesukarelaan
individu dalam penelitian karena peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi dari individu
tersebut dan kemungkinannya lebih besar mendapatkan informasi yang tepat. Dibandingkan

1
dengan kondisi apabila partisipan yang dituju sebenarnya tidak memiliki ketersediaan untuk diteliti
maka kemungkinan besar akan sulit mendapatkan data-data dan keterangan yang dibutuhkan.
Maka, Sangat penting bagi peneliti untuk melakukan negosiasi kepada individu calon partisipan
untuk meminta izin akan dilibatkan dalam penelitian. Partisipan juga memiliki hak untuk mendapat
informasi yang lengkap seperti tujuan penelitian, peran partisipan dalam penelitian, serta manfaat
yang bisa diperoleh dengan ikut berpartisipasi.

4. Membuat Kesepakatan Penelitian


Penelitian yang melibatkan perusahaan besar biasanya memerlukan perjanjian penelitian
tertulis yang berisi ringkasan tujuan proyek, jenis informasi yang diinginkan, imbalan atas
partisipasi peserta, termasuk rincian tentang anonimitas, kerahasiaan, etika, hak kepemilikan,
jadwal, publikasi, dan sumber daya apa yang dibutuhkan peneliti dari perusahaan. Perjanjian
penelitian tertulis sering dimulai dengan ringkasan tujuan penelitian dan berisi rincian dari tipe
informasi yang diinginkan oleh peneliti. Bahkan ketika perjanjian tertulis tidak diperlukan, ada
baiknya untuk tetap membuat rincian dan catatan tentang apa yang peneliti sepakati dengan
partisipan. Secara keseluruhan, peneliti harus jujur tentang proyek penelitiannya dan biarkan para
partisipan mengetahui apa yang akan peneliti lakukan dengan informasi yang akan diberikan
kepada peneliti. Namun, pada akhirnya apabila ada ketidaksetujuan pada hasil akhir penelitian dan
kesimpulan yang didapat oleh peneliti, perlu diingat bahwa peneliti memiliki hak untuk membuat
interpretasi sendiri dan menggambarkan kesimpulan, meskipun partisipan tidak setuju dengan hal
itu.

5. Hubungan Peneliti-Partisipan
Apabila pada umumnya saat melakukan penelitian atau riset kuantitatif, antara peneliti
dengan partisipan sebisa mungkin harus memiliki jarak agar penelitian yang dilakukan dapat
berjalan dengan objektif, namun beda halnya dalam riset kualitatif. Pada penelitian kualitatif jarak
peneliti dengan partisipan sebisa mungkin harus sangat dekat karena kedekatan tersebut dapat
membantu memudahkan peneliti memperoleh informasi dari partisipan sebagai narasumber yang
memiliki pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti. Penelitian kualitatif melibatkan
perspektif sehingga penting untuk memperoleh pemahaman partisipan dari sudut pandang mereka.

2
BAB 6
ETIKA PENELITIAN

1. Pentingnya Etika dalam Penelitian Bisnis


Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian termasuk perilaku peneliti, sedangkan kode etik penelitian adalah hal-hal yang
menjelaskan standar kinerja perilaku etis yang diharapkan dari semua pihak yang terlibat
penelitian di lingkungan atau mengatas namakan sebuah institusi tertentu. Penelitian dan
peneliti harus mengikuti prinsip etika dan pedoman berdasarkan prinsip etika yang diterima
secara umum. Prinsip etika dan pedoman tersebut berperan sebagai kode etik penelitian dan
sebagai pedoman untuk menghasilkan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk
menangani permasalahan yang mungkin terjadi. Etika penelitian dalam riset bisnis kualitatif
sebagian besar hanya berkaitan dengan proses pengumpulan data etnografis dan proses
wawancara dalam penelitian etnografis atau studi kasus. Beberapa prosedur etika dalam
melakukan penelitian ilmiah.
- Menghormati harkat dan martabat manusia, yang maksudnya adalah peneliti
perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang
terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan
menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian
- Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian
- Keadilan dan inklusivitas, contohnya: dalam prosedur penelitian, peneliti
mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan
perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi
dalam penelitian
- Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

3
2. Hubungan Peneliti-Partisipan
Hubungan antara peneliti dan partisipan dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu
sebagai berikut:
a. Peneliti berada pada posisi netral dan jaraknya jauh dari objek yang diteliti.
Partisipan yang diteliti berperan sebagai subjek, sumber data, dan responden dalam
penelitian.
b. Peneliti dapat setengah berpartisipasi (selain sebagai peneliti juga sebagai partisipan)
dalam penelitian, partisipan yang diteliti bertindak sebagai informan.
c. Peneliti berpartisipasi secara aktif dalam aktivitas penelitian, bertindak sebagai
fasilitator, bahkan agen perubahan.
Hubungan peneliti dengan partisipan dalam penelitian kualitatif relatif dekat. Peneliti
dan partisipan dapat menjadi teman dan menjalin hubungan yang erat dalam jangka waktu
yang lama. Meski demikian, penting bagi peneliti untuk tetap mengikuti prinsip etika seperti
menjaga kerahasiaan identitas informan, menjaga hubungan kepercayaan, dan mencegah
pelanggaran etika selama proses penelitian.

3. Sponsor dan Etika Penelitian


Sponsor dalam penelitian dapat berupa organisasi seperti universitas, lembaga
pembiayaan, atau perusahaan. Sponsor berkaitan dengan proyek penelitian kaitannya dengan
dukungan pendanaan penelitian. Sebagai timbal baliknya, sponsor mengharapkan hasil dari
penelitian yang dilakukan peneliti yang disponsorinya. Penggunaan sponsor biasanya tidak
menimbulkan masalah jika sponsor dan peneliti membuat perjanjian atau kontrak terkait
proyek riset, menyetujui kontrak, dan menghormati posisi masing-masing pihak. Tidak
hanya peneliti yang memiliki peran dan tanggungjawab dalam penelitian, tetapi sponsor
juga.

4. Praktik Ilmiah yang Baik


Aturan tentang praktik ilmiah yang baik dan kode etik riset sebagian besar
mengadaptasi kode etik yang dikembangkan oleh ISA (International Sosiological
Association), APA (American Psychological Association), dan ASA (American Sociological
Association) diantaranya yaitu sebagai berikut:

4
1) Keikutsertaan partisipan sifatnya sukarela, bukan karena diharuskan untuk ikut karena
posisi atau jabatan yang dimilikinya. Partisipan harus diberi kesempatan untuk menolak
berpartisipasi atau mengundurkan diri dari partisipasi.
2) Peneliti memberi informasi kepada partisipan terkait tujuan penelitian, prosedur
penelitian, peran partisipan, identitas peneliti, dan manfaat apa yang akan diperoleh
dengan berpartisipasi dalam penelitian tersebut.
3) Peneliti harus menentukan nantinya hasil penelitiannya itu akan dimasukkan ke dalam
kelompok pengetahuan yang mana.
4) Peneliti dan penelitian yang dilakukan tidak boleh menimbulkan dampak negatif bagi
partisipan.
5) Peneliti harus menjaga anonimitas dan privasi partisipan.
6) Penelitian harus orisinil dan bukan merupakan hasil plagiarism. Dengan demikian,
peneliti harus memperhatikan pedoman menulis rujukan dan referensi.

Anda mungkin juga menyukai