Anda di halaman 1dari 36

REVIEW TEORI DAN PRAKTEK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BUKU

PROF. Dr. S.P. SIAGIAN

OLEH

NAMA : RUSMAWARTI
NIM : 16.11.017457
MK : PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PRODY : ADNA AKHIR PEKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2020

0
BAB I

PENDAHULUAN

Efektivitas seorang pengambil keputusan hanya mampu dicapai apabila


menggabungkan secara tepat 3 jenis pendekatan yaitu :

1. Pendekatan yang didasarkan pada teori dan asas – asas ilmiah


2. Pendekatan yang memanfaatkan kemampuan berpikir yang kreatif, inovatif dan
intuitif disertai oleh keterlibatan emosional
3. Kemampuan belajar dari pengalaman mengambil keputusan di masa lalu.

Tanpa penggabungan pendekatan ilmiah dengan pendekatan intuitif dan pengalaman


sukar diharapkan seorang pengambil keputusan mampu mengambil keputusan yang
rasional, logis, realistis, dan pragmatis.

A. Pengambilan Keputusan sebagai suatu fungsi yang Kontekstual

Pengambilan keputusan itu harus dilihat sebagai sesuatu yang kontekstual sifatnya,
karena :

1. Pengambilan keputusan tidak berlangsung dalam suasana vakum


2. Pengambilan keputusan berlangsung dalam rangka kehidupan organisasional
3. Pengambilan keputusan berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan dan
berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya
4. Pengambilan keputusan menyangkut berbagai model, teknik, dan prosedur yang
bersifat universal, akan tetapi diterapkan dengan memperhitungkan situasi,
kondisi, waktu, dan tempat
5. Pengambilan keputusan pada analisa terakhir di ukur dengan implementasinya.

1
B. Tiga Pendekatan pendalaman Administrasi

Pada hakikatnya terdapat 3 pendekatan dalam mendalami administrasi yaitu :

1. Analisis Komponen Administrasi.


a. Manajemen sebagai komponen Administrasi
b. Organisasi sebagai komponen administrasi
c. Kegiatan operasional sebagai komponen Administrasi
2. Pendalaman dengan pemahaman proses administrasi
Sepuluh langkah dalam proses administrasi yaitu :
1. Penentuan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
2. Perumusan dan penentuan strategi yang hendak ditempuh demi tercapainya
tujuan
3. Penjabaran strategi menjadi rencana kerja
4. Penjabaran rencana menjadi program kerja
5. Kegiatan pengorganisasian
6. Kegiatan penggerakan tenaga pelaksana
7. Pelaksanaan kegiatan operasional
8. Kegiatan pengawasan
9. Kegiatan penilaian
10. Penciptaan dan penggunaan system umpan balik.
3. Pendalaman dengan pendekatan Alur pemikiran yang logis.
Yang dimaksud dengan alur pemikiran yang logis ialah usaha mengidentifikasi
inti dari bagian – bagian administrasi yaitu :
1. Inti administrasi adalah Manajemen
2. Inti Manajemen adalah Kepemimpinan
3. Inti Kepemimpinan adalah Pengambilan Keputusan
4. Inti pengambilan keputusan adalah Human relations
5. Inti Human relations adalah Manusia.

2
BAB II

TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Keputusan Terprogram
Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi.
Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah – masalah
yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
B. Keputusan yang tidak Terprogram
Keputusan yang tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha
memecahkan masalah – masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitive, tidak terstruktur, dan sukar mengenali
bentuk, hakikat dan dampaknya. Keputusan yang tidak terprogram menuntut
daya nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang sifatnya adaptif
dan berorientasi pada efektivitas pemecahan berarti bahwa pengambilan
keputusan yang tidak terprogram pada umumnya dibebankan diatas pundak
para manajer puncak.
C. Proses Pengambilan Keputusan.
Kegiatan pengambilan keputusan adalah kegiatan yang kompleks. Kegiatan
pengambilan keputusan ini akan menjadi lebih efektif bila didekati dengan :
1. Pendekatan yang interdisipliner
2. Proses yang sistematis
3. Proses berdasarkan informasi
4. Memperhitungkan faktor – faktor ketidakpastian
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
D. Tindakan Memutuskan
Tindakan memutuskan merupakan tindakan yang dominan bahkan tanpa
adanya tindakan memutuskan sesungguhnya proses pengambilan keputusan
itu tidak berarti apa –apa.

3
BAB III

BEBERAPA MODEL DAN TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dapat dikatakan, bahwa sesuatu keputusan merupakan keputusan yang tidak


baik apabila alternative – alternative penting tidak dipertimbangkan, terdapat kekeliruan
dalam memperkirakan keadaan yang akan timbul pada lingkungan, ketidaktepatan
dalam memperhitungkan hasil yang secara potensial mungkin diperoleh. Dalam hal ini
memang diperluakan pendekatan yang seimbang dan cara penilaian yang proporsianal
artinya tidak cukup hanya dengan menggunakan keputusan yang tidak baik sebagai titik
tolak untuk meninjau kembali model dan teknik pengambilan keputusan yang pernah
digunakan.

Pada dasarnya terdapat dua cara untuk melakukan penilaian tersebut yaitu :

1. Menggunakan pendekatan yang sifatnya pragmatis, yaitu melihat hasil yang


dicapai.
2. Menggunakan pendekatan yang sifatnya procedural, dalam hal ini yang dinilai
adalah proses atau tata cara yang digunakan dalam mengambil keputusan.

Beberapa model pengambilan keputusan yaitu :

A. Model Optimas
yaitu dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Model
pengambilan keputusan optimasi berdasarkan pada beberapa kriteria dan
yang menonjol diantaranya ialah :
1. Kriteria Maximin (Pesimis) artinya keputusan yang diambil, hasil yang
akan dicapai adalah hasil yang paling minimum.
2. Kriteria Maximax (Optimistik) artinya keputusan yang diambil akan
mendatangkan hasil yang maksimum.
3. Kriteria Melewatkan kesempatan (Melewatkan peluang) artinya apabila
melewatkan peluang itu berakibat pada tersedianya peluang yang lebih
besar demi meraih keuntungan yang lebih besar pula.

4
4. Kriteria Probabilitas (Kemungkinan) artinya bahwa pengambilan
keputusan harus menggunakan criteria kemungkinan diperolehnya hasil
tertentu sebagai dasar untuk menjatuhkan pilihan.
5. Kriteria Nilai Materi yang diharapkan artinya dalam praktek pengambilan
keputusan dimulai dengan penentuan nilai materi atas hasil yang
diperoleh dari setiap alternative yang dipilih untuk diterapkan.
6. Kriteria Manfaat artinya dalam criteria manfaat, pilihan mengambil
keputusan tentang manfaat yang hendak diperoleh mendapat tempat
yang paling penting.

B. Model Satisficing
yaitu model yang didasrkan pada pendapat bahwa para pengambil keputusan
merasa cukup puas dan bangga apabila keputusan yang diambilnya
membuahkan hasil yang memadai, asal saja persyaratan minimal tetap
terpenuhi. Ide pokok dari model satisficing ialah bahwa usaha ditujukan pada
apa yang mungkin dilakukan “sekarang dan disini” dan bukan pada sesuatu
yang mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin
tercapai.
3 variasi model satisficing yang dikembangkan oleh para ahli karena
dirasakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang rasional dan
efektif yaitu :
1. Variasi ketentuan keputusan tunggal.
Variasi ini merupakan satu cara untuk mencapai sasaran model satisficing
2. Variasi Eliminasi segi – segi tertentu.
Variasi ini bertitik tolak dari usaha penyempitan terhadap pilihan dari
berbagai alternative yang mungkin dipilih artinya suatu kombinasi dari
ketentuan keputusan tunggal digunakan secara cepat untuk memilih
beberapa alternative kunci yang dipandang memenuhi syarat – syarat
minimal.

5
3. Variasi Inkrementalisme.
Dalam banyak kegiatan pengambilan keputusan, variasi inkrementalisme
sering dipandang sebagai cara yang paling pragmatis artinya bahwa para
pengambil keputusan membatasi diri pada pelaksanaan berbagai kegiatan
yang mungkin dilaksanakan berdasarkan kemampuan yang ada. Berarti
pula bahwa dengan variasi ini pemikiran dipusatkan pada pengurangan
dampak berbagai kelemahan nyata dan yang harus segera dihadapi oleh
organisasi.

C. Model Mixed Scanning


Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai dan
menimbang – nimbang informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan
pilihan tertentu.
Model mixed screnning berarti bahwa setiap kali seorang pengambil
keputusan menghadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu
keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai
sarana dan prasanan organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai
berbagai fungsi dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

D. Model Heuristic
Model Heuristic pada dasarnya merupakan salah satu model yang didasrkan
pada rasionaltas berarti hakikatnya bahwa faktor – faktor internal yang
terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh
daripada faktor – faktor eksternal. Seorang pengambil keputusan lebih
mendasarkan keputusannya pada konsep – konsep yang dimilikinya,
berdasrkan persepsi sendiri tentang situasi problematik yang dihadapi.

E. Pemilihan Model Tertentu


Bahwa tidak ada satu model pun yang cocok digunakan untuk mengatasi
semua jenis situasi problematik yang dihadapi oleh organisasi, karena itu
kemahiran yang perlu dikembangkan oleh para pengambil keputusan ialah

6
memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan
menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi.

F. Teknik – teknik pengambilan Keputusan.


Beberapa teknik pengambilan keputusan yaitu :
1. Brainstorming = Mengadakan diskusi
2. Synetics = Menggabungkan pendapat dan gagasan yang sifatnya
emosianal dan tidak rasional dengan teknik berfikir yang rasional dan
dikembangkan secara ilmiah.
3. Concensus Thinking = Kesepakatan tentang hakikat, batasan, dan
dampak suatu situasi problematik yang dihadapi dan sepakat pula tentang
model dan teknik yang hendak digunakan untuk mengatasinya.
4. Teknik Delphi = mengambil keputusan yang sifatnya meramalkan masa
depan yang diperhitungkan akan dihadapi oleh suatu organisasi.
5. Fish Bowling = Sekelompok pengambil keputusan duduk pada suatu
lingkaran dan ditengahnya duduk seorang pengambil ide dan gagasan
tentang barbagai segi suatu situasi problematic yang harus ditanggulangi
oleh kelompok yang bersangkutan.
6. Didactic Interaction = Teknik pemecahan suatu situasi problematic yang
memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”
7. Collective Bargaining = Ada dua kelompok yang mempunyai pandangan
yang bertolak belakang atas suatu masalah, dan keputusan diambil
dengan cara “ tawar menawar”

7
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

I. Pemecahan Masalah sebagai Teknik pengambilan Keputusan

Kemampuan memecahkan masalah merupakan salah satu criteria penting dalam


meningkatkan efektivitas kepemimpinan seorang yang menduduki jabatan pimpinan.
Tujuh langkah Pemecahan masalah yaitu :

A. Identifikasi dan Definisi Hakikat Masalah


Sesuatu masalah yang hakikatnya telah didefinisikan dengan baik,
sesungguhnya telah separoh terpecahkan.

B. Pengumpulan dan Pengolahan Informasi


5 syarat pengumpulan dan pengolahan informasi yaitu :
 Mutakhir,
 lengkap,
 dapat dipercaya,
 bersumber dari data yang terolah dengan baik,
 dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami.

C. Pencarian dan Penemuan berbagai Alternatif


Artinya jika dalam memecahkan masalah hanya tersedia satu jalan
apakah pemilihan satu – satunya jalan itu merupakan keputusan atau
tidak. Bahkan lebih ekstrem lagi ada yang mengatakan bahwa
memutuskan untuk tidak mengambil keputusan sesungguhnya merupakan
keputusan juga.

D. Pengkajian Berbagai Alternatif


Berarti bahwa diperlukan usaha yang sistematis untuk menganalisis dan
mengkaji berbagai alternatif yang berhasil ditemukan.

8
E. Penentuan Pilihan atas Alternatif Terbaik
Kriteria utama dalam penentuan pilihan yaitu :
1. Mendatangkan manfaat yang paling besar bagi organisasi
2. Mengakibatkan kerugian yang paling kecil bagi organisasi
3. Menimbulkan masalah baru yang paling sedikit
4. Telah dikaji dengan penggunaan metode dan teknik ilmiah
5. Telah memperhitungkan faktor subyektivitas yang memang tidak
mungkin dihilangkan seluruhnya.

F. Pelaksanaan Keputusan
Tepat tidaknya pilihan yang dilakukan hanya akan diuji dalam
pelaksanaanya, apabila hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan,
pilihan itu dapat dikatakan merupakan pilihan yang tepat. Jika ternyata
pilihan itu tidak tepat, hal itu bukanlah merupakan keadaan yang perlu
disesali.

G. Penilaian
Diartikan sebagai usaha yang rasional untuk membandingkan hasil yang
diharapkan dicapai berdasarkan standar dan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam rencana dengan hasil yang nyatanya dicapai sebagai
akibat dari tindakan – tindakan operasional yang telah dilakukan.

II. Pemecahan Masalah dalam Praktek

Kesadaran tentang adanya masalah, motivasi untuk memecahkan masalah dan


kemungkinan berbuat sesuatu untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara
tersirat, menunjukan bahwa salah satu kemampuan dan keterampilan yang perlu
terus menerus dipupuk dan dikembangkan oleh seorang manajer adalah untuk
mengambil keputusan dengan pemecahan masalah sebagai salah satu tekniknya.

Usaha memecahkan masalah dalam praktek menunjukan bahwa fakta


memainkan paling sedikit 3 peranan yang penting yaitu :

9
1. Memperkuat pendapat yang ada, bahwa organisasi memang menghadapi suatu
masalah,
2. Menempatkan masalah yang dihadapi secara proporsional, dalam arti bahwa
masalah yang besar tidak dipandang remeh, dan sebaliknya masalah sederhana
diusahakan pemecahannya dengan pengorbanan yang tidak seimbang dengan
bobot permasalahan yang dihadapi,
3. Memberi petunjuk sampai sejauh mana usaha pemecahan yang akan ditempuh
diperkirakan akan mendatangkan hasil yang diharapkan.

Ada 6 prinsip untuk memecahkan masalah yang konpleks yaitu :

1. Merinci permaslahan kepada bagian – bagian yang lebih kecil.


2. Menciptakan model untuk meneliti hubungan yang ada dan jalan keluar yang
hendak ditempuh.
3. Pencatatan dan dokumentasi fakta – fakta secara akurat.
4. Memperhitungkan waktu secara tepat.
5. Pengambilan langkah yang sistematis dan logis, disertai oleh pendekatan yang
didasarkan pada kreativitas yang tinggi.
6. Kesiapan dan kesediaan menggunakan berbagai teknik pemecahan masalah.

10
BAB V

PENGARUH FAKTOR – FAKTOR NONRASIONAL DALAM


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

A. Kepribadian

Suatu organisasi harus mengembangkan kepribadian para manajernya,


antara lain dalam bentuk kebebasan untuk mengembangkan kreativitasnya
dan memiliki kesempatan untuk mewujudkan kreativitas tersebut.
Manajer yang dapat dikategorikan sebagai pengambil keputusan yang
berhasil adalah yang tidak selalu dibebani dengan perhitungan faktor
personalitas dari orang – orang yang berada di atasnya, artinya kepribadian
pengambil keputusan yang bersangkutan harus diberi tempat yang wajar
dalam pengambilan keputusan dimana ia secara langsung terlibat.

B. Gaya Manajemen

Gaya manajerial sering dikategorikan kepada gaya yang otokratis,


paternalitis, militeristis, laissez faire,dan demokratis atau partisipatif. Berbagai
gaya ini identik dengan tipe – tipe kepemimpinan yang dikenal sekarang ini.

C. Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan

Seseorang yang ingin meningkatkan efektivitasnya mengambil keputusan


yang rasional tetapi sekaligus realistis dan pragmatis berkewajiban
meningkatkan kemampuannya untuk berpikir secara kreatif.

D. Teknik – Teknik berfikir Kreatif

Sembilan teknik berpikir kreatif yaitu :


1. Brainstoriming
Brainstoriming telah dibahas sebagai salah satu teknik pengambilan
keputusan akan tetapi ternyata brainstoriming juga merupakan salah satu

11
teknik dalam menumbuhkan daya piker yang kreatif, bahkan merupakan
salah satu teknik yang paling banyak digunakan.
Tiga syarat bagi keberhasilan penggunaan teknik brainstorming yaitu :
a. Diskusi diarahkan pada suatu sasaran tertentu
b. Adanya pimpinan diskusi yang menguasai sasaran apa yang hendak
dicapai
c. Dokumentasi yang akurat dari semua ide yang dikemukakan oleh
semua peserta.

2. Synetics
Teknik ini pun telah dibahas dalam kaitannya dengan pengambilan
keputusan. Ternyata pula bahwa teknik ini bermanfaat dalam
mengembangkan daya piker yang kreatif. Teknik synetics berkisar pada :
a. Mendengar secara aktif
b. Umpan balik
c. Aneka ragam bentuk pernyataan pendapat dan gagasan
d. Orientasi tujuan
e. Perubahan peranan pimpinan
f. Prosedur lain yang sifatnya spekulatif.

3. Asosiasi bebas
Teknik ini merupakan pemanfaatan kekuatan berpikir untuk membuat
hubungan yang lateral dan tidak segera terlibat sebelumnya. Teknik ini
dirasakan bermanfaat dalam mengkombinasikan produk – produk baru,
menggabungkan berbagai gagasan yang tidak kongkret, menggabungkan
desain, nama, dan sebagainya.

4. Buku catatan kolektif


Teknik ini berkisar pada penggunaan buku catatan oleh sekelompok
orang yang diajak melibatkan diri dalam memecahkan suatu situasi
problematik.

12
5. Checklist
Teknik ini sangat bermanfaat dalam menantang seseorang untuk berpikir
secara kreatif dalam menjawab serangkaian pertanyaan tertentu.

6. Penyusunan daftar ciri – cirri


Meskipun dirasakan bermanfaat sbagai satu teknik untuk berpikir kreatif,
kegunaannya memang terbatas pada usaha penyempurnaan sesuatu
yang berwujud kebendaan.

7. Berangan – angan secara kreatif


Berpikir kreatif antara lain berarti bahwa seseorang tidak puas dengan
hasil yang telah diraihnya betapa besar pun keberhasilan tersebut, hal ini
berarti bahwa seorang manajer tidak salah kalau berpikir dan berangan –
angan tentang hal – hal besar yang ingin dicapainya.

8. Analisa morfologis
Teknik ini merupakan alat yang cukup ampuh dalam memecahkan
berbagai masalah yang rumit. Teknik ini merupakan cara yang
komprehensif dalam menyusun daftar san meneliti semua kombinasi
pendekatan yang mungkin dilakukan dalam memecahkan suatu
permasalahan tertentu. Teknik ini berusaha menggambarkan suatu
masalah dilihat dari semua aspek atau dimensinya.

9. Metode Eddison
Metode Edison sering dipandang sebagai langkah terakhir untuk
ditempuh, meskipun sesungguhnya merupakan pendekatan yang lebih
sistematis, tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Metode Edison
sesungguhnya merupakan eksperimen yang bersifat coba – coba.
Kegagalan menemukan sesuatu melalui satu eksperimen diikuti oleh
eksperimen lain hingga membuahkan hasil yang diharapkan.

13
BAB VI

PERANAN KELOMPOK DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan dapat berlangsung pada tingkat individual, tingkat


kelompok dan tingkat organisasi. Pada tingkat individual, kemampuan seorang
pengambil keputusan sangat tergantung pada kemahirannya menggabungkan
pendekatan ilmiah dengan daya piker yang kreatif, yang intuitif, dan bahkan juga yang
emosional. Kenyataannya kehidupan manajerial menunjukan bahwa dalam organisasi
modern, terutama yang besar dan kompleks, pengambil keputusan tidak mungkin lagi
dipikul hanya oleh seseorang, betapapun tingginya tingkat kemampuan dan kemahiran
orang tersebut. Artinya kemampuan seorang manajer akan tergantung pula pada
tingkat keterampilannya melibatkan berbagai kelompok dalam organisasi.

A. Pentingnya Keterlibatan kelompok


Kelompok yang dilibatkan dan dimanfaatkan dalam proses pengambilan
keputusan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Kelompok yang terdiri dari semua orang yang berkepentingan dalam
penanggulangan suatu situasi problematic tertentu.
2. Panitia.
3. Kelompok kerja.

Seorang manajer yang mampu bertindak efektif dalam proses pengambilan


keputusan perlu :

a. Menguasai argumentasi yang mendukung atau menentang keterlibatan


berbagai kelompok dalam proses pengambilan keputusan.
b. Memiliki kemampuan mengenali ciri – ciri yang diperlukan agar kelompok
dapat berfungsi secara efektif.
c. Menguasai teknik – teknik yang menjamin efektivitas kelompok yang
dilibatkan.

14
B. Perlu tidaknya melibatkan kelompok
Dalam tata kehidupan modern, banyak organisasi yang mau tidak mau
harus melibatkan kelompok tertentu dalam proses pengambilan keputusan,
artinya keputusan yang diambil oleh organisasi selalu bersifat kolektif.
Keterlibatan kelompok sudah merupakan kenyataan hidup organisasional
oleh karena itu seorang manajer perlu memahami secara mendalam manfaat
apa yang mungkin diperoleh dengan melibatkan kelompok – kelompok
tertentu dalam proses pengambilan keputusan. Paling sedikit ada 7 manfaat
yang dapat dipetik dengan melibatkan kelompok dalam pengambilan
keputusan yaitu :
1. Hasil kerja kelompok
2. Masukan yang beraneka ragam
3. Pemanfaatan berbagai pengetahuan
4. Pengurangan pandangan yang subjektif
5. Keterikatan pada keputusan yang diambil
6. Pentingnya komunikasi dalam pemanfaatan kelompok
7. Meningkatnya mutu keputusan yang diambil.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi Efektivitas Kelompok


Pengambilan keputusan yang efektif tidak semata –mata dikaitkan dengan
pendekatan yang rasional dan bersifat ilmiah, tetapi juga dengan faktor –
faktor lain seperti kreativitas, inovasi, intuisi, pengalaman dan bahkan
keterikatan secara emosional.

D. Teknik – Teknik Peningkatan Efektivitas Kelompok


Pengambilan keputusan tidak selalu harus menggunakan kelompok
karenauntuk jenis-jenis masalah dan situasi probrematik tertentu cukup
hanya dengan melibatkan individu dalam organisasi. Akan tetapi jika
pengambilan keputusan menetapkan akan melibatkan kelompok tertentu
dalam proses pengambilan keputusan, maka harus diusahan bahwa
kelompok yang diperlibatkan itu menjadi kelompok yang efektif dan produktif
dalam pelaksanaan tugasnya.

15
Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian
1. Menentukan Jumlah Anggota Kelompok
2. Penugasan yang Jelas
3. Pentinganya Komunikasi
4. Penyediaan Sumber Daya dan Dana yang Memadai
5. Kejelasan Sasaran yang Ingin Dicapai
6. Pentinganya Suasana Persahabatan
7. Metode Kerja yang Tepat
8. Pemanfaatan Waktu
9. Peranan Pemimipin Kelompok Selaku Katalisator
10. Dokumentasi yang Akurat
11. Tata Tertib Diskusi
12. Pengeloalaan Agenda Pertemuan
13. Pengaturan Tempat Duduk

E. Pedoman Keprilakuan
Pedoman keperilakuan itu berlaku baik bagi pimpinan kelompok sendiri,
manpun bagi semua anggota kelompok yang bersangkutan.
Pedoman kepenlakuan yang berlaku bagi diri pimpinan kelompok
mencakup hal-hal seperti:
1. Pimpinan harus bertindak adil dan tidak memihak.
2. Tidak memaksakan pendapat atau gagasan sendiri, sehingga mematikan
kreativitas para anggota kelompok.
3. Sejauh mungkin menghindari penilaian tentang gagasan dan pendapat
orang lain, tetapi sebaliknya harus mampu menyimpulkannya secara
sistematis.
4. Menyatakan pendapat tentang cara yang akan ditempuh dalam
menyelenggarakan pertemuan, termasuk soal ketepatan kehadiran para
anggota dalam pertemuan, tata tertib rapat, tata krama berbicara, dan
pengendalian terv hadap orang lain, yang cenderung berbicara bertele-
tele serta tidak sistematis tanpa mempermalukan orang yang
bersangkutan.

16
Pedoman keperilakuan untuk dipatuhi oleh para anggota kelompok,
antara lain menyangkut:

1. Pemberian perhatian, dalam arti, bahwa apabila ada anggota kelompok


berbicara, para anggota yang lain diharapkan memberikan perhatian
sepenuhnya kepada pembicara tersebut, yang berarti mendorong setiap
anggota kelompok menjadi pendengar yang baik.
2. Kesiapan menanyakan hal-hal yang relevan.
3. Kesediaan memberikan informasi kepada orang lain yang
memerlukannya.
4. Kerelaan memberikan pujian kepada rekan yang memberikan pendapat,
gagasan, dan saran yang berharga.
5. Penumbuhan rasa empati, dalam arti kemampuan dan kesediaan
menempatkan diri pada posisi orang lain, untuk menunjukkan, bahwa para
anggota kelompok dapat memahami kedudukan orang lain dalam
menghadapi satu situasi tertentu.
6. Dorongan bagi para anggota organisasi untuk memusatkan perhatian
pada diskusi yang sedang berjalan, dengan berusaha agar jangan terjadi
interupsi yang tidak perlu.
7. Dorongan bagi para anggota organisasi untuk tidak membawa
pembicaraan keluar dari jalur yang telah disepakati bersama.
8. Kesimpulan hasil-hasil pembicaraan termasuk yang menyangkut langkah-
langkah tindak lanjut yang akan ditempuh kemudian.
9. Pemiliharaan keseimbangan partisipasi para peserta, dalam arti jangan
sampai ada yang mendominasi pembicaraan sedemikian rupa sehingga
Orang lain terpaksa berada pada posisi hanya sebagai pendengar.
10. Pemberian penjelasan mengenai adanya kesenjangan antara ucapan dan
tindakan seseorang, sekelompok kecil maupun kelompok sebagai
keseluruhan.
11. Penjelasan tentang peranan pimpinan kelompok sebagai penengah,
apabila ada pertentangan atau ketidak sesuaian pendapat antara para
anggota kelompok.

17
F. Kelemahan Penggunaan Kelompok
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan karena merupakan kelamhan
dalam pemanfaatan kelompok untuk mengambil keputusan, antara lain
adalah:
1. Pengaruh Nilai-nilai Sosial
2. Pertimbangan Status
3. Kesepakatan yang Terlalu Cepat Tercapai
4. Pengaruh dominan orang kuat dalam kelompok
5. Kekurang mampuan berkosentrasi
6. Kurangnya Kesempatan Mengemukakan Gagassan, Pendapat dan
Pengetahuan
7. Pemilihan Anggota yang Tidak Tepat
8. Kepercayaan yang Berlebihan pada Kelompok Ahli
9. Kepemimpinan yang tidak efektif

18
BAB VII

PERANAN KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


OLEH KELOMPOK

Yang perlu selalu diingat oleh seorang pimpinan kelompok yang diberi tugas
mengambil keputusan ialah, bahwa ia berhadapan dengan para anggota kelompok
dengan latar belakang pendidikan, latar belakang sosial, dan pengalaman yang
berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut pasti berpengaruh pada persepsi para anggota
yang bersangkutan tentang:

a. Definisi hakikat masalah yang dihadapi.


b. Sumber, jenis, kuantitas, dan kualitas informal yang diperlukan.
c. Cara pengkajian alternatif yang mungkin ditempuh.
d. Teknik memilih alternatif yang tampaknya terbaik untuk d laksanakan.

Manajer yang ingin meningkatkan efektivitasnya dalam memimpin kelompok,


seyogyanya melihat aneka ragam perbedaan itu bukan sebagai masalah, melainkan
sebagai kekayaan yang perlu dimanfaatkan dalam penyelesaian tugas yang
dipercayakan kepada kelompok yang dipimpinnya.

A. Cara – cara Mengatasi Situasi Konflik


Efektivitas kelompok dalam menyelesaikan tugasnya sangat tergantung pada
teratasi atau tidaknya situasi konflik yang mungkin timbul. Berbagai cara dapat
ditempuh untuk mengatasi situasi konflik tersebut.
Pertama, memberikan kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk
mengemukakan pendapatnYa tentang kondisi-kondisi yang penting yang
diinginkan, yang menurut persepsi masing-masing harus dipenuhi dengan
pemanfaatan berbagai sumber daya dan dana yang tersedia.
Kedua, cara lain yang sering ditempuh untuk mengatasi Situasi konflik ialah
dengan meminta satu pihak menempatkan diri pada posisi orang lain, dan
memberikan argumentasi kuat mengenai posisi tersebut.
Ketiga, kewanangan pimpinan sebagai sumber kekuatan kelompok.

19
B. Pengembangan Tim
Pelaksanaan tugas kelompok akan berlangsung dengan efektif apabila semua
anggota kelompok bekerja sebagai satu tim. Manajer yang ingin menjadi pimpinan
yang efektif perlu menyadari bahwa usaha sadar yang dilakukannya untuk
mengembangkan dan membina satu tim yang kompak akan sangat membantu
dalam pelaksanaan tugas. Akan tetapi perlu disadari pula, bahwa. dalam
pengembangan dan pembinan tim, tidak semua faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan pengembangan tim tersebut berada pada jangkauan kendali
manajer yang bersangkutan.
Agar satu kelompok bergerak sebagai suatu tim yang kompak, dan dengan
demikian mampu melaksanakan tugasnya dengan efektif, kelompok yang
bersangkutan perlu menemukan jawaban terhadap tujuh pertanyaan, yaitu:
1. Apa yang menjadi tugas bersama?
2. Cara terbaik apa yang akan digunakan dalam mengorganisasi diri?
3. Siapa yang menjadi pimpinan kelompok?
4. Siapa yang berkepentingan dalam keberhasilan atau kegagalan kelompok
melaksanakan tugas?
5. Metode dan teknik apa yang akan digunakan dalam menanggulangi situasi
problematis yang dihadapi?
6. Bagaimana kelompok berinteraksi dengan kelompok lain dalam organisasi?
7. Manfaat apa yang dapat dipetik oleh para anggota apabila mampu bekerja
sebagai satu tim?
C. Faktor – faktor Kepemimpinan Kelompok
Seorang penumpm yang berhasil dalam satu kelompok tidak dengan sendirinya
meraih tingkat keberhasilan yang sama apabila ditempatkan sebagai pemimpin
pada kelompok yang lain. Keberhasilan itu ditentukan oleh banyak faktor. Delapan
faktor di antaranya dibahas berikut ini.
1. Hubungan Baik dengan Para Anggota Kelompok
2. Sukar Tidaknya Masalah yang Harus Dipecahkan
3. Keterbatasan Waktu
4. Tanggung Jawab Kelompok atas Keputusan yang Diambil

20
5. Kemahiran Pimpinan Kelompok
6. Pengendalian Partisipasi
D. Hasil Pemikiran Kelompok
Agar hasil pemikiran kelompok ditempatkan secara wajar dan proporsional,
pimpinan kelompok perlu mengambil sepuluh langkah yang dibahas secara singkat
berikut ini.
Pertama, ketika memberikan penugasan kepada kelompok, pimpinan kelompok
berusaha untuk tidak mengutarakan preferensi pribadinya, baik yang menyangkut
metode dan prosedur kelja kelompok maupun tentang bentuk keputusan yang akan
diambil oleh kelompok.
Kedua, sejak semula pimpinan kelompok harus mendorong kelompok untuk
memberikan prioritas tinggi kepada mereka yang akan mengemukakan keberatan
dan keragu-raguan, yang mungkin terdapat pada diri masing-masing. Cara terbaik
untuk melakukan hal tersebut ialah apabila pimpinan kelompok sendiri terbuka
terhadap kritik dari para anggota kelompoknya tentang hal-hal yang dijelaskan dan
dikemukakannya.
Ketiga, dalam mengevaluasi berbagai alternatif, kesempatan bagi mereka yang
mendukung dan menentang perlu diberikan untuk mengemukakan pandangan
masing-masing, sehingga perbedaan-perbedaan yang timbul dapat diatasi, dan
kesepakatan bersama tercapai, terutama yang menyangkut pemilihan alternatif
yang tampaknya terbaik untuk ditempuh.
Keempat, dalam menghadapi situasi problematik yang kompleks, sebaiknya
kelompok dibagi menjadi beberapa subkelompok, masing-masing diberi dua jenis
tugas. Yang pertama ialah semua subkelompok membicarakan hal yang sama.
Yang kedua, masing-masing subkelompok hanya membahas segi-segi tertentu dan
situasi problematik yang dihadapi. Kemudian kelompok bertemu lagi sebagai
kelompok, dan pada kesempatan ini masing-masing subkelompok melaporkan hasil
pembicaraan yang dilakukannya. Dengan demikian sebanyak mungkin pandangan
diperoleh, baik yang menyangkut situasi problematik sebagai keseluruhan maupun
segi-segi tertentu dari situasi problematik itu. Pendekatan demikian memberikan
dua manfaat besar. Manfaat pertama ialah semakin banyaknya ide dan pendapat

21
yang terungkap. Manfaat kedua, perbedaan-perbedaan yang timbul dapat
diselesaikan dan kesepakatan bersama dapat ditumbuhkan.
Kelima, perlu tersedia waktu yang cukup untuk mempelajari tindakan yang
mungkin diambil oleh kelompok atau oleh pihak lain, yang mungkin berpengaruh
pada keputusan yang akan diambil oleh kelompok yang bersangkutan. Merupakan
hal yang sangat baik apabila kelompok mampu melakukan pembahasan dengan
menempatkan diri pada posisi kelompok lain itu. Dengan demikian antisipasi
tentang hal-hal yang mungkin dilakukan oleh kelompok lain itu dapat dilakukan
dengan tepat.
Keenam, apabila kelompok telah tiba pada kesepakatan tentang tindakan yang
akan diambil, perlu diadakan pertemuan lanjutan untuk menghilangkan
kekhawatiran atau keragu-raguan yang mungkin masih ada di kalangan para
anggota organisasi. Dengan cara demikian akan diperoleh kemantapan dalam
keputusan yang akan diambil.
Ketujuh, apabila diperlukan, pimpinan kelompok hendaknya bersedia untuk
mengundang orang lain misalnya tenaga ahli yang bukan anggota kelompok untuk
memberikan pandangan yang tidak memihak tentang langkah yang hendak
ditempuh dan keputusan yang hendak diambil.
Kedelapan, tidak ada salahnya apabila masing-masing anggota kelompok
meminta pendapat orang lain yang dihormatinya untuk memberikan reaksi terhadap
langkah yang hendak ditempuh oleh kelompoknya dan menyampaikan hasil
pembicaraan itu kepada kelompok sebagai keseluruhan.
Kesembilan, organisasi hendaknya membiasakan diri membentuk kelompok
yang independen secara teratur, yang setiap kali dipimpin oleh orang yang berbeda
dengan tugas menangani hal yang sama. Pendekatan demikian sangat bermanfaat
dalam mengumpulkan sebanyak mungkin opini, pendapat dan hasil pemikiran yang
didasarkan pada keahlian yang beraneka ragam.
Kesepuluh, begitu satu kelompok menyelesaikan tugasnya, kelempok itu
hendaknya segera dibubarkan. Dua alasan utama unutk bertindak demikian ialah:
a. Sasaran pembentukan kelompok tercapai dalam arti keputusan telah diambil.

22
b. Tercegah adanya kelompok dalam organisasi yang menjadi demlklan kuatnya,
sehingga ketergantungan padaya oleh organisasi tidak dapat dielakkan.
E. Kelompok – Kelompok Nominal
Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok nominal adalah sekumpulan orang
yang ditugaskan secara sendiri-sendiri menyelesaikan suatu permasalahan dengan
tingkat interaksi yang minimum dalam pertemuan yang tidak sering terjadi.
Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok-kelompok nominal ini melalui tiga
tahap. Tahap pertama adalah tahap penyusunan daftar tanggapan masing-masing
kelompok tentang tugas kelompok yang oleh pemberi tugas biasanya diajukan
dalam bentuk pertanyaan. Tahap kedua adalah tahap pencatatan. Artinya,
seseorang yang berperan sebagai fasilitator mengundang para anggota kelompok
dalam suatu pertemuan, dan pada kesempatan ini setiap anggota kelompok
mengajukan seluruh tanggapannya yang ditulis di papan tulis sehingga dapat dilihat
oleh semua anggota kelompok. Pada tahap ini semua tanggapan dari semua
anggota kelompok tercatat dan terlihat dengan jelas. Pada akhir tahap ini kelompok
memiliki suatu master list dari hal-hal yang dibahas. Tahap ketiga adalah tahap
pemungutan suara dalam arti setiap anggota kelompok menyiapkan ballot tertulis di
mana terdaftar pandangannya tentang prioritas dan relevansi hal-hal yang
disampaikan oleh para anggota kelompok.

23
BAB VIII

KENDALA – KENDALA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

banyak manajer yang menjadi tidak efekuf dalam pengambilan keputusan


karena menghadapi bawak kendal; dalam proses pengambilan keputusan yaitu:

A. Kendala yang Bersumber pada Diri Pengambil Keputusan yang


bersangkutan
Kendala yang paling sering menampakkan diri adalah ketidakmampuan
seseorang bertindak tegas.

B. “Hantu” Kegagalan di masa lalu


Dalam perjalanan karier seseorang sebagai manajer, tidak ada seorang
pun yang mencapai nilai keberhasilan seratus persen. Ada saja tindakan dan
keputusan yang diambil yang tidak mendatangkan hasil yang diharapkan.
Pengalaman pahit demikian tidak jarang menjadi kendala dalam pengambilan
keputusan, dan bahkan begitu menghantui seseorang sehingga ia meniadi
takut atau ragu-ragu mengambil keputusan.

C. Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan Informasi


Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi dalam proses
pengambilan keputusan dapat menjadi kendala yang harus disingkirkan.
Tidak jarang terdengar keluhan para pengambil keputusan yang
mengatakan. bahwa mereka tidak mengambil keputusan karena mereka tidak
memiliki informasi yang cukup.
justru terlalu banyak informasi yang disajikan kepadanya. Ini
mengakibatkan terlalu banyak waktu dan tenaga yang dipakai untuk
menganalisis informasi guna menentu. kan infomasi mana yang relevan dan
mana yang tidak, sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lambat.
Dalam kaitan ini pun, intuisi dan peng. alaman dapat memberikan
sumbangannya Yang berarti dalam me… luruskan persepsi para pengambil

24
keputusan tentang peranan yang tepat dari informasi itu dalam proses
pengambilan keputusan.

D. Konsultasi yang Berlebihan


Proses mengambil keputusan dapat menjadi sangat lamban apabila
seorang pengambil keputusan melakukan terlalu banyak konsultasi dengan
berbagai pihak, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Para ahli telah menemukan tujuan cara untuk melibatkan orang lain dalam
proses pengambilan keputusan yaitu :
1. Konsultasi yang bersifat memberitahukan.
2. Konsultasi yang bersifat menjual.
3. Konsultasi yang memancing reaksi orang lain.
4. Konsultasi yang bersifat minta pertimbagan orang lain.
5. Konsultasi dengan partisipasi aktif pihak lain.
6. Konsultasi dengan penekanan kuat pada pendapatan orang lain.
7. Konsultasi yang bersifat pendelegasian.

E. Faktor Ketidakpastian
Tidak dapat disangkal bahwa ketidakpastian merupakan salah satu
kendala yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.Ketidakpastian itu
menjadi kendala karena:
1. Mungkin kurangnya keyakinan dalam diri manajer yang bersangkutan
tentang hasil yang akan diperoleh dari keputusan yang diambil.
2. Preferensi pribadi manajer yang bersangkutan atas alternatif yang
mungkin ditempuh, yang bisa saja berbeda dari alternatif-altematif yang
ditemukan melalui pendekatan ilmiah.
3. Manajer yang bersangkutan meragukan apakah keputusan baru
diperlukan.

25
F. Keterlibatan Kelompok sebagai Kendala
Ketertiban sejumlah orang terutama mereka yang melaksanakan
keputusan dalam proses pengambilan keputusan merupakan hal yang
sangat baik untuk dipraktekkan.
kunci keberhasilan dalam melibatkan orang-orang tertentu dalam proses
pengambilan keputusan, antara lain terletak pada penentuan yang tepat
tentang jumlah orang yang perlu dilibatkan, dari mana mereka datang, dan
sumbangan apa yang diharapkan dapat mereka berikan dalam proses
pengambilan keputusan yang efektif .

G. Ketidakjelasan Peranan
Ketidakjelasan peranan sering merupakan kendala serius dalam banyak
organisasi.
Untuk mengatasi kendala demikian adalah dengan menetapkan uraian
tugas yang jelas dan lengkap, tidak hanya menyangkut satuan-satuan kerja
dalam brganisasi, akan tetapi juga menyangkut setiap anggota organisasi
yang bersangkutan.

H. Inertia atau Kemalasan


Sikap yang bersifat inertia dapat menjadi kendala dalam proses
pengambilan keputusan. Sikap demikian dapat berkembang menjadi kendala
yang lebih serius lagi apabila seorang manajer gemar berlindung di balik
system check and balances yang pada umumnya berlaku dalam setiap
organisasi yang besar. Akan tetapi manajer yang dihinggapi oleh penyakit
inertia, atau penyakit kemalasan, akan menggunakan sistem tersebut
sebagai dalih untuk tidak bertindak. Inertia atau kemalasan menjadi kendala
karena menjadi rintangan dalam pengambilan prakarsa dan kesediaan untuk
memikul tanggungjawab yang merupakan sisi lain dari wewenang yang
dimiliki oleh seseorang.

26
I. Kekurangmampuan Mengelola Waktu
Efektivitas seseorang sebagai manajer dan dengan sendirinya juga
sebagai pengambil keputusan sangat tergantung pada kemampuannya
mengelola waktunya secara tepat. Ketidakmampuan mengelola waktu sering
mengakibatkan seorang manajer menghadapi stress yang pada gilirannya
pasti mempengaruhi prestasi kerjanya.

J. Kaitan Pengambilan Keputusan dengan Stress


Tanggungjawab seorang manajer untuk mengambil keputusan yang
rasional, logis, realistis, dan efektif, bukanlah tanggungjawab yang ringan.
Karena itu tidak mengherankan bila banyak manajer yang dihinggapi stress
sebagai akibat beratnya tugas yang harus diembannya.
Banyak faktor yang dapat menimbulkan stress dalam kehidupan
manajerial seseorang antara lain yaitu :
1. Mengalirnya terlalu banyak informasi, sehingga menyita banyak waktu,
tenaga, dan pikiran untuk menganalisis dan menyaringnya.
2. Kebisingan yang terjadi disekeliling tempat kerja seseorang baik itu
kebisingan yang bersumber dari dalam organisasi sendiri maupun
kebisingan yang bersumber dari luar organisasi.
3. Karena desakan waktu yang sedemikian kuat, sehingga manajer yang
bersangkutan merasa bahwa ia selalu diburu – buru untuk menyelesaikan
tugas dengan segera karena tugas lain sudah menunggu
4. Keharusan sering melakukan perjalanan dinas, baik di dalam maupun ke
luar negeri dapat pula menimbulkan stress.
5. Faktor – faktor yang sifatnya pribadi, misalnya, pertikaian atau
ketidaksesuaian dalam kehidupan rumah tangga, kebiasaan – kebiasaan
pribadi yang kurang baik dan lain sebagainya juga tidak mustahil
menimbulkan stress.

27
Efek Stress dan Cara – cara Penanggulangannya.

Stress mempunyai efek negative baik terhadap kehidupan pribadi


seseorang maupun terhadap efektivitasnya sebagai seorang pejabat
pimpinan. Terdapat 3 hal yang dipandang sangat bermanfaat dalam
penanggulangan dampak psikologis dari stress yaitu :

a. Menimbulkan rasa kesadaran dikalangan para pengambil keputusan,


bahwa memang selalu terdapat risiko yang melekat dan harus dihadapi
pada tindakan memilih suatu alternative, betapapun telitinya informasi
ditanggani, betapapun matangnya pengkajian dilakukan, dan
bagaimanapun rasionalnya penentuan pilihan dilakukan.
b. Menimbulkan harapan, bahwa pintu yang mencari dan menemukan
alternatif yang lebih baik tidak tertutup, asal saja pengambil keputusan
yang bersangkutan tidak berpandangan a priori dalam menjalankan
fungsinya. Artinya risiko yang timbul seyogyanya dipandang bukan
sebagai masalah, melainkan sebagai tantangan yang apda dirinya
mengandung berbagai peluang, yang apabila dimanfaatkan dengan baik,
akan membawa keberhasilan yang didambakan.
c. Menimbulakan keyakinan bahwa tersedia waktu untuk mencari dan
melakukan pengkajian yang matang sebelun suatu putusan diambil.

Dalam menghadapi stress terdapat 5 pola perilaku para manajer yaitu :

1. Ada Manajer yang digolongkan sebagai tipe bulldozer artinya seorang


manajer yang terus menerus bertindak dengan cara – cara yang sudah
biasa dilakukannya, tanpa perduli pada informasi yang disajikan
kepadanya, termasuk tentang risiko terhadap dirinya dan faktor – faktor
negatif lainnya karena keputusan yang diambilnya.
2. Ada pula manajer yang menggunakan sikap seperti yang sering
ditunjukan oleh domba. Jika sekelompok domba digiring ke satu arah
tertentu, maka semua domba akan mengikuti perilaku domba yang ada
didepannya.

28
3. Seorang manajer yang berprilaku sebagai alarmist artinya seseorang
yang melihat adanya bahaya yang mengancam di mana –mana.
4. Prilaku manajer yang tercermin pada sikap mengelak.
5. Dikategorikan sebagai manajer yang sangat teliti artinya seorang manajer
yang bersifat sangat teliti akan terus menerus berusaha mencari informasi
yang relevan, dan mengkaji arti dan peranan informasi baru itu tanpa
pandangan yang a priori, serta menilai setiap alternatif secara matang
sebelum bertindak.

Kemampuan Memanfaatkan Situasi.

Memanfaatkan situasi dalam kaitan ini pada dasarnya berarti bahwa


seorang pengambil keputusan akan menggunakan berbagai cara yang
sifatnya psikologis untuk menciptakan dan memelihara citra positif tentang
dirinya sebagai seorang pengambil keputusan yang berhasil artinya
tindakannya akan mendatangkan manfaat bagi organisasi yang dipimpinnya.
Ada 5 faktor yang perlu diwaspadai dalam memanfaatkan situasi yaitu :

a. Kemampuan memanfaatkan situasi dapat menjurus kepada usaha


membesar – besarkan akibat – akibat positif dari tindakan seseorang
diluar proporsi yang sebenarnya.
b. Sikap yang menunjukan perasaan yang berbeda dari kenyataan. Sebagai
mekanisme defensive dalam usaha menghindari stress
c. Perlu pula diwaspadai bentuk pembenaran tindakan seseorang dalam
memanfaatkan situasi tertentu, dengan meremehkan kemungkinan
timbulnya konsekuensi negative dari tindakan yang dilakukannya
d. Berlindung di belakang kerahasian
e. Tidak jarang seorang manajer pengambil keputusan membenarkan
tindakannya dengan memperkecil tanggungjawab pribadi

29
Cara – cara Mengatasi Stress.
Para manajer dapat melakukan berbagai tindakan agar dampak stress itu
berada pada tingkat yang masih wajar, jika ada kesadaran akan timbulnya
risiko dari suatu tindakan, ada harapan bahwa alternatif yang lebih baik
dapat ditemukan, dan ada keyakinan bahwa tersedia cukup waktu untuk
mencari dan mengkaji berbagai alternatif hingga pilihan dijatuhkan pada
pilihan yang nampaknya terbaik, situasi konflek yang biasanya menimbulkan
stress dapat dikurangi. Berbagai cara yang mungkin ditempuh dalam
mengatasi stress bermuara pada peningkatan kewaspadaan terhadap
semua langkah yang harus ditempuh dalam pengambilan keputusan.

K. Neraca Keputusan yang diambil


Ada 2 langkah terpenting dalam menentukan pilihan yang diperkirakan akan
mendatangkan hasil yang diharapkan yaitu :
1. Identifikasi dan pengkajian semua alternatif yang mungkin ditempuh untuk
melihat kelebihan dan kekurangannya.
2. Analisis yang mendalam tentang berbagai konsekuensi apa yang akan
dihadapi jika satu alternatif tertentu dipilih untuk dilaksanakan.
Salah satu cara yang dapat digunakan oleh pengambil keputusan dalam
menempuh 2 langkah utama itu ialah dengan jalan menyusun suatu neraca
keputusan yang diambil. Ada 10 langkah yang biasanya ditempuh untuk
menyusun neraca keputusan yang baik yaitu :
1. Dalam kaitanya dengan keputusan yang diambil, semua alternatif yang
telah dipertimbangkan sejak sejak dirasakan adanya situasi problematic
yang harus ditanggulangi, dicatat dengan teliti.
2. Semua alternative itu disusun menjadi satu rangkaian peringkat, sehingga
terlihat alternative mana yang menduduki peringkat pertama, kedua,
ketiga ,dan seterusnya.
3. Menunjukan perhatian pada dua alternative yang menempati peringkat
teratas, dan bersamaan dengan itu disusun pula pandangan yang pro dan
kontra terhadap setiap alternative dengan catatan semua argumentasi

30
baik yang mendukung maupun yang menentang pilihan alternative
tersebut.
4. Memberikan penjelasan tentang semua hasil pemikiran dan perasaan, jika
seseorang harus bertindak dan mengambil keputusan segera. Semua
reaksi yang timbul baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, dicatat
secara akurat, kemudian dikajinya secara teliti apabila saat bertindak tiba.
5. Untuk setiap alternative disiapkan satu lembaran neraca yang maksudnya
adalah agar semua alternative dapat diteliti secara sistematis.
6. Harus diperoleh jaminan bahwa lembaran neraca yang telah dipersiapkan
telah terisi dengan lengkap.
7. Bobot dari masing – masing faktor, baik yang pro maupun yang kontra,
dipertimbangkan secara matang.
8. Jika ternyata hasil analisis dua lembar neraca tidak menyakinkan, dan dua
alternative dengan peringkat teratas ditinggalkan maka dua alternative
yang menempati dua peringkat berikutnyalah yang dipertimbangkan.
9. Jika terbukti, bahwa kedua alternative dengan peringkat tertinggi
menunjukan kemungkinan terbaik untuk ditempuh, akan tetapi perlu
diubah agar mendatangkan hasil yang paling menguntungkan lembaran
neraca baru perlu disusun.
10. Setelah semua alternative dituangkan dalam neraca keputusan,
penyusunan kembali berbagai alternative itu mungkin diperlukan. Berarti
mungkin saja terjadi pergeseran peringkat dari berbagai alternative
tersebut. Analisis yang sistematis akhirnya akan membuahkan pilihan
alternative yang diperkirakan akan paling menguntungkan.

31
BAB IX

ANALISIS KEPUTUSAN DAN ALAT – ALAT BANTUNYA

Salah satu perkembangan dalam disiplin ilmu administrasi dan manajemen


adalah analisis keputusan yang mulai tumbuh dan berkembang pada tahun enam
puluhan yang lalu. Analisis keputusan merupakan instrument ilmiah yang dimaksudkan
untuk memecahkan berbagai permasalahan yang rumit. Pendekatan yang digunakan
dalam penggunaan instrumen ini ialah dengan menggabungkan landasan – landasan
logis dari teori keputusan yang bersifat statistik dengan kemampuan analisis sistem.

A. Instrumen Statistikal dan Matematikal


Analisis keputusan adalah disiplin ilmiah yang menggunakan instrument
statistikal dan matematikal yang digabung dengan pendekatan kesisteman
dalam membantu para pemimpin menganalisis keputusan yang diambilnya.
B. Analisis Sistem
Salah satu alat bantu yang dewasa ini semakin meluas penggunaannya
dalam analisis keputusan adalah analisis system. Analisis system
sesungguhnya merupakan sikap mental seseorang dalam menghadapi dan
menyelesaikan suatu situasi problematik.
C. Peranan Seorang Analis Keputusan
Analisis keputusan digunakan sebagai pedoman bertindak dalam suatu
lingkungan yang mengandung risiko dan penuh dengan ketidakpastian.
Dengan analisis keputusan semua informasi yang tersedia diperhitungkan,
sehingga tiba pada keputusan yang paling rasional, paling logis, paling
reslistis dan paling pragmatis. Analisis keputusan juga berusaha untuk
memperkecil sejauh mungkin konsekuensi yang paling tidak menguntungkan.
Pada umumnya ada 6 tahap yang harus dilalui oleh seorang analis keputusan
dalam menyelesaikan tugasnya yaitu :
1. Masalah yang dihadapi dirinci menjadi bagian – bagian yang kecil,
sehingga lebih mudah ditangani.

32
2. Menyusun secara konseptual struktur masalah yang dihadapi yang
digunakan sebagai kerangka dasar dalam membuat rincian selanjutnya.
3. Menciptakan prototip struktur permasalahan terhadap mana analisis yang
lebih mendetail dilakukan.
4. Menganalisis faktor – faktor ketidakpastian sehingga dapat ditentukan
probabilitas terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak menguntungkan.
5. Melakukan analisis luaran (output), yang berarti semua segi
permasalahan yang hendak dipecahkan itu dikaji.
6. Penentuan strategi yang optimum atas dasar mana analisis keputusan
memberikan sarannya kepada pengambil keputusan yang bersangkutan.
D. Pohon Keputusan
Salah satu alat bantu yang dewasa ini semakin banyak digunakan baik oleh
para analis keputusan maupun oleh para manajer adalah apa yang disebut
dengan istilah “ pohon keputusan”. Popularitas alat bantu ini bersumber pada
kenyataan, bahwa pohon keputusan relative mudah diciptakan. Keuntungan
utamanya terletak pada kemampuan alat ini untuk menyajikan satu jaringan
visual, yang menunjukan secara jelas bagaimana berbagai pilihan yang
mungkin ditempuh dirinci menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, masing –
masing dengan probabilitas dan preferensinya.

33
E. Mengundang Analisis Keputusan atau Tidak
Untuk dapat menentukan apakah analisis keputusan akan digunakan atau
tidak, berbagai kelebihan tersebut perlu dihadapkan dengan berbagai
kekurangannya.
F. Memanfaatkan Analis Keputusan atau Tidak
Untuk memutuskan memanfaatkan seorang analis atau tidak, seorang
pengambil keputusan perlu menemukan jawaban atas 4 pertanyaan berikut
ini :
1. Apakah masalah yang dihadapi sederhana atau rumuit
2. Apakah masalah yang dihadapi bersifat rutin atau tidak
3. Apakah teori, model, dan teknik yang dikuasai oleh manajer yang
bersangkutan dipandang tangguh untuk mengatasi situasi problematic
yang dihadapi atau tidak
4. Apakah biaya yang harus dipikul oleh organisasi dapat dibenarkan
dengan pemanfaatan seorang ahli yang berperan sebagai analis
G. Pemanfaatan Kemajuan Teknologi
1. Peranan Komputer sebagai alat bantu
2. Pendekatan Heuristik
3. Berbagai system pendukung keputusan
H. Pemanfaatan Maksimal Alat – alat Bantu
Agar semua alat bantu berfungsi dengan baik, ada 3 hal yang harus
diperhatikan oleh para pemakainya yaitu :
1. Pemakai alat – alat bantu tersebut harus mampu menyusun criteria
efektivitas alat – alat itu.
2. Dalam menciptakan alat – alat bantu, para ahli teknologi sudah barang
tentu berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan alat yang canggih.
3. Pemakai alat dan system yang canggih perlu membandingkan system
yang ideal yang disarankan oleh para ahli dengan system yang digunakan
sekarang.

34
BAB X

PELAKSANAAN KEPUTUSAN

Berbagai masalah yang secara potensial mungkin timbul perlu dikenali secara dini yaitu
dengan cara :

a. Identifikasi Permasalahan yang mungkin Timbul


b. Penilaian Hasil Diskusi
c. Mengambil Tindakan Penyangga
d. Memperoleh Dukungan terhadap Keputusan yangdiambil
e. Mewujudkan Pelaksanaan yang efisien dan Efektif

35

Anda mungkin juga menyukai