BUKU
OLEH
NAMA : RUSMAWARTI
NIM : 16.11.017457
MK : PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PRODY : ADNA AKHIR PEKAN
0
BAB I
PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan itu harus dilihat sebagai sesuatu yang kontekstual sifatnya,
karena :
1
B. Tiga Pendekatan pendalaman Administrasi
2
BAB II
A. Keputusan Terprogram
Keputusan Terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi.
Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah – masalah
yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat
manajemen yang lebih tinggi.
B. Keputusan yang tidak Terprogram
Keputusan yang tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha
memecahkan masalah – masalah baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, tidak bersifat repetitive, tidak terstruktur, dan sukar mengenali
bentuk, hakikat dan dampaknya. Keputusan yang tidak terprogram menuntut
daya nalar yang tinggi digabungkan dengan tindakan yang sifatnya adaptif
dan berorientasi pada efektivitas pemecahan berarti bahwa pengambilan
keputusan yang tidak terprogram pada umumnya dibebankan diatas pundak
para manajer puncak.
C. Proses Pengambilan Keputusan.
Kegiatan pengambilan keputusan adalah kegiatan yang kompleks. Kegiatan
pengambilan keputusan ini akan menjadi lebih efektif bila didekati dengan :
1. Pendekatan yang interdisipliner
2. Proses yang sistematis
3. Proses berdasarkan informasi
4. Memperhitungkan faktor – faktor ketidakpastian
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
D. Tindakan Memutuskan
Tindakan memutuskan merupakan tindakan yang dominan bahkan tanpa
adanya tindakan memutuskan sesungguhnya proses pengambilan keputusan
itu tidak berarti apa –apa.
3
BAB III
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk melakukan penilaian tersebut yaitu :
A. Model Optimas
yaitu dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Model
pengambilan keputusan optimasi berdasarkan pada beberapa kriteria dan
yang menonjol diantaranya ialah :
1. Kriteria Maximin (Pesimis) artinya keputusan yang diambil, hasil yang
akan dicapai adalah hasil yang paling minimum.
2. Kriteria Maximax (Optimistik) artinya keputusan yang diambil akan
mendatangkan hasil yang maksimum.
3. Kriteria Melewatkan kesempatan (Melewatkan peluang) artinya apabila
melewatkan peluang itu berakibat pada tersedianya peluang yang lebih
besar demi meraih keuntungan yang lebih besar pula.
4
4. Kriteria Probabilitas (Kemungkinan) artinya bahwa pengambilan
keputusan harus menggunakan criteria kemungkinan diperolehnya hasil
tertentu sebagai dasar untuk menjatuhkan pilihan.
5. Kriteria Nilai Materi yang diharapkan artinya dalam praktek pengambilan
keputusan dimulai dengan penentuan nilai materi atas hasil yang
diperoleh dari setiap alternative yang dipilih untuk diterapkan.
6. Kriteria Manfaat artinya dalam criteria manfaat, pilihan mengambil
keputusan tentang manfaat yang hendak diperoleh mendapat tempat
yang paling penting.
B. Model Satisficing
yaitu model yang didasrkan pada pendapat bahwa para pengambil keputusan
merasa cukup puas dan bangga apabila keputusan yang diambilnya
membuahkan hasil yang memadai, asal saja persyaratan minimal tetap
terpenuhi. Ide pokok dari model satisficing ialah bahwa usaha ditujukan pada
apa yang mungkin dilakukan “sekarang dan disini” dan bukan pada sesuatu
yang mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak mungkin
tercapai.
3 variasi model satisficing yang dikembangkan oleh para ahli karena
dirasakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang rasional dan
efektif yaitu :
1. Variasi ketentuan keputusan tunggal.
Variasi ini merupakan satu cara untuk mencapai sasaran model satisficing
2. Variasi Eliminasi segi – segi tertentu.
Variasi ini bertitik tolak dari usaha penyempitan terhadap pilihan dari
berbagai alternative yang mungkin dipilih artinya suatu kombinasi dari
ketentuan keputusan tunggal digunakan secara cepat untuk memilih
beberapa alternative kunci yang dipandang memenuhi syarat – syarat
minimal.
5
3. Variasi Inkrementalisme.
Dalam banyak kegiatan pengambilan keputusan, variasi inkrementalisme
sering dipandang sebagai cara yang paling pragmatis artinya bahwa para
pengambil keputusan membatasi diri pada pelaksanaan berbagai kegiatan
yang mungkin dilaksanakan berdasarkan kemampuan yang ada. Berarti
pula bahwa dengan variasi ini pemikiran dipusatkan pada pengurangan
dampak berbagai kelemahan nyata dan yang harus segera dihadapi oleh
organisasi.
D. Model Heuristic
Model Heuristic pada dasarnya merupakan salah satu model yang didasrkan
pada rasionaltas berarti hakikatnya bahwa faktor – faktor internal yang
terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh
daripada faktor – faktor eksternal. Seorang pengambil keputusan lebih
mendasarkan keputusannya pada konsep – konsep yang dimilikinya,
berdasrkan persepsi sendiri tentang situasi problematik yang dihadapi.
6
memilih secara tepat satu atau gabungan beberapa model, dan
menyesuaikannya dengan tuntutan situasi yang dihadapi.
7
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
8
E. Penentuan Pilihan atas Alternatif Terbaik
Kriteria utama dalam penentuan pilihan yaitu :
1. Mendatangkan manfaat yang paling besar bagi organisasi
2. Mengakibatkan kerugian yang paling kecil bagi organisasi
3. Menimbulkan masalah baru yang paling sedikit
4. Telah dikaji dengan penggunaan metode dan teknik ilmiah
5. Telah memperhitungkan faktor subyektivitas yang memang tidak
mungkin dihilangkan seluruhnya.
F. Pelaksanaan Keputusan
Tepat tidaknya pilihan yang dilakukan hanya akan diuji dalam
pelaksanaanya, apabila hasil yang diperoleh sesuai dengan harapan,
pilihan itu dapat dikatakan merupakan pilihan yang tepat. Jika ternyata
pilihan itu tidak tepat, hal itu bukanlah merupakan keadaan yang perlu
disesali.
G. Penilaian
Diartikan sebagai usaha yang rasional untuk membandingkan hasil yang
diharapkan dicapai berdasarkan standar dan criteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam rencana dengan hasil yang nyatanya dicapai sebagai
akibat dari tindakan – tindakan operasional yang telah dilakukan.
9
1. Memperkuat pendapat yang ada, bahwa organisasi memang menghadapi suatu
masalah,
2. Menempatkan masalah yang dihadapi secara proporsional, dalam arti bahwa
masalah yang besar tidak dipandang remeh, dan sebaliknya masalah sederhana
diusahakan pemecahannya dengan pengorbanan yang tidak seimbang dengan
bobot permasalahan yang dihadapi,
3. Memberi petunjuk sampai sejauh mana usaha pemecahan yang akan ditempuh
diperkirakan akan mendatangkan hasil yang diharapkan.
10
BAB V
A. Kepribadian
B. Gaya Manajemen
11
teknik dalam menumbuhkan daya piker yang kreatif, bahkan merupakan
salah satu teknik yang paling banyak digunakan.
Tiga syarat bagi keberhasilan penggunaan teknik brainstorming yaitu :
a. Diskusi diarahkan pada suatu sasaran tertentu
b. Adanya pimpinan diskusi yang menguasai sasaran apa yang hendak
dicapai
c. Dokumentasi yang akurat dari semua ide yang dikemukakan oleh
semua peserta.
2. Synetics
Teknik ini pun telah dibahas dalam kaitannya dengan pengambilan
keputusan. Ternyata pula bahwa teknik ini bermanfaat dalam
mengembangkan daya piker yang kreatif. Teknik synetics berkisar pada :
a. Mendengar secara aktif
b. Umpan balik
c. Aneka ragam bentuk pernyataan pendapat dan gagasan
d. Orientasi tujuan
e. Perubahan peranan pimpinan
f. Prosedur lain yang sifatnya spekulatif.
3. Asosiasi bebas
Teknik ini merupakan pemanfaatan kekuatan berpikir untuk membuat
hubungan yang lateral dan tidak segera terlibat sebelumnya. Teknik ini
dirasakan bermanfaat dalam mengkombinasikan produk – produk baru,
menggabungkan berbagai gagasan yang tidak kongkret, menggabungkan
desain, nama, dan sebagainya.
12
5. Checklist
Teknik ini sangat bermanfaat dalam menantang seseorang untuk berpikir
secara kreatif dalam menjawab serangkaian pertanyaan tertentu.
8. Analisa morfologis
Teknik ini merupakan alat yang cukup ampuh dalam memecahkan
berbagai masalah yang rumit. Teknik ini merupakan cara yang
komprehensif dalam menyusun daftar san meneliti semua kombinasi
pendekatan yang mungkin dilakukan dalam memecahkan suatu
permasalahan tertentu. Teknik ini berusaha menggambarkan suatu
masalah dilihat dari semua aspek atau dimensinya.
9. Metode Eddison
Metode Edison sering dipandang sebagai langkah terakhir untuk
ditempuh, meskipun sesungguhnya merupakan pendekatan yang lebih
sistematis, tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Metode Edison
sesungguhnya merupakan eksperimen yang bersifat coba – coba.
Kegagalan menemukan sesuatu melalui satu eksperimen diikuti oleh
eksperimen lain hingga membuahkan hasil yang diharapkan.
13
BAB VI
14
B. Perlu tidaknya melibatkan kelompok
Dalam tata kehidupan modern, banyak organisasi yang mau tidak mau
harus melibatkan kelompok tertentu dalam proses pengambilan keputusan,
artinya keputusan yang diambil oleh organisasi selalu bersifat kolektif.
Keterlibatan kelompok sudah merupakan kenyataan hidup organisasional
oleh karena itu seorang manajer perlu memahami secara mendalam manfaat
apa yang mungkin diperoleh dengan melibatkan kelompok – kelompok
tertentu dalam proses pengambilan keputusan. Paling sedikit ada 7 manfaat
yang dapat dipetik dengan melibatkan kelompok dalam pengambilan
keputusan yaitu :
1. Hasil kerja kelompok
2. Masukan yang beraneka ragam
3. Pemanfaatan berbagai pengetahuan
4. Pengurangan pandangan yang subjektif
5. Keterikatan pada keputusan yang diambil
6. Pentingnya komunikasi dalam pemanfaatan kelompok
7. Meningkatnya mutu keputusan yang diambil.
15
Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian
1. Menentukan Jumlah Anggota Kelompok
2. Penugasan yang Jelas
3. Pentinganya Komunikasi
4. Penyediaan Sumber Daya dan Dana yang Memadai
5. Kejelasan Sasaran yang Ingin Dicapai
6. Pentinganya Suasana Persahabatan
7. Metode Kerja yang Tepat
8. Pemanfaatan Waktu
9. Peranan Pemimipin Kelompok Selaku Katalisator
10. Dokumentasi yang Akurat
11. Tata Tertib Diskusi
12. Pengeloalaan Agenda Pertemuan
13. Pengaturan Tempat Duduk
E. Pedoman Keprilakuan
Pedoman keperilakuan itu berlaku baik bagi pimpinan kelompok sendiri,
manpun bagi semua anggota kelompok yang bersangkutan.
Pedoman kepenlakuan yang berlaku bagi diri pimpinan kelompok
mencakup hal-hal seperti:
1. Pimpinan harus bertindak adil dan tidak memihak.
2. Tidak memaksakan pendapat atau gagasan sendiri, sehingga mematikan
kreativitas para anggota kelompok.
3. Sejauh mungkin menghindari penilaian tentang gagasan dan pendapat
orang lain, tetapi sebaliknya harus mampu menyimpulkannya secara
sistematis.
4. Menyatakan pendapat tentang cara yang akan ditempuh dalam
menyelenggarakan pertemuan, termasuk soal ketepatan kehadiran para
anggota dalam pertemuan, tata tertib rapat, tata krama berbicara, dan
pengendalian terv hadap orang lain, yang cenderung berbicara bertele-
tele serta tidak sistematis tanpa mempermalukan orang yang
bersangkutan.
16
Pedoman keperilakuan untuk dipatuhi oleh para anggota kelompok,
antara lain menyangkut:
17
F. Kelemahan Penggunaan Kelompok
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan karena merupakan kelamhan
dalam pemanfaatan kelompok untuk mengambil keputusan, antara lain
adalah:
1. Pengaruh Nilai-nilai Sosial
2. Pertimbangan Status
3. Kesepakatan yang Terlalu Cepat Tercapai
4. Pengaruh dominan orang kuat dalam kelompok
5. Kekurang mampuan berkosentrasi
6. Kurangnya Kesempatan Mengemukakan Gagassan, Pendapat dan
Pengetahuan
7. Pemilihan Anggota yang Tidak Tepat
8. Kepercayaan yang Berlebihan pada Kelompok Ahli
9. Kepemimpinan yang tidak efektif
18
BAB VII
Yang perlu selalu diingat oleh seorang pimpinan kelompok yang diberi tugas
mengambil keputusan ialah, bahwa ia berhadapan dengan para anggota kelompok
dengan latar belakang pendidikan, latar belakang sosial, dan pengalaman yang
berbeda-beda. Faktor-faktor tersebut pasti berpengaruh pada persepsi para anggota
yang bersangkutan tentang:
19
B. Pengembangan Tim
Pelaksanaan tugas kelompok akan berlangsung dengan efektif apabila semua
anggota kelompok bekerja sebagai satu tim. Manajer yang ingin menjadi pimpinan
yang efektif perlu menyadari bahwa usaha sadar yang dilakukannya untuk
mengembangkan dan membina satu tim yang kompak akan sangat membantu
dalam pelaksanaan tugas. Akan tetapi perlu disadari pula, bahwa. dalam
pengembangan dan pembinan tim, tidak semua faktor yang mempengaruhi
pembentukan dan pengembangan tim tersebut berada pada jangkauan kendali
manajer yang bersangkutan.
Agar satu kelompok bergerak sebagai suatu tim yang kompak, dan dengan
demikian mampu melaksanakan tugasnya dengan efektif, kelompok yang
bersangkutan perlu menemukan jawaban terhadap tujuh pertanyaan, yaitu:
1. Apa yang menjadi tugas bersama?
2. Cara terbaik apa yang akan digunakan dalam mengorganisasi diri?
3. Siapa yang menjadi pimpinan kelompok?
4. Siapa yang berkepentingan dalam keberhasilan atau kegagalan kelompok
melaksanakan tugas?
5. Metode dan teknik apa yang akan digunakan dalam menanggulangi situasi
problematis yang dihadapi?
6. Bagaimana kelompok berinteraksi dengan kelompok lain dalam organisasi?
7. Manfaat apa yang dapat dipetik oleh para anggota apabila mampu bekerja
sebagai satu tim?
C. Faktor – faktor Kepemimpinan Kelompok
Seorang penumpm yang berhasil dalam satu kelompok tidak dengan sendirinya
meraih tingkat keberhasilan yang sama apabila ditempatkan sebagai pemimpin
pada kelompok yang lain. Keberhasilan itu ditentukan oleh banyak faktor. Delapan
faktor di antaranya dibahas berikut ini.
1. Hubungan Baik dengan Para Anggota Kelompok
2. Sukar Tidaknya Masalah yang Harus Dipecahkan
3. Keterbatasan Waktu
4. Tanggung Jawab Kelompok atas Keputusan yang Diambil
20
5. Kemahiran Pimpinan Kelompok
6. Pengendalian Partisipasi
D. Hasil Pemikiran Kelompok
Agar hasil pemikiran kelompok ditempatkan secara wajar dan proporsional,
pimpinan kelompok perlu mengambil sepuluh langkah yang dibahas secara singkat
berikut ini.
Pertama, ketika memberikan penugasan kepada kelompok, pimpinan kelompok
berusaha untuk tidak mengutarakan preferensi pribadinya, baik yang menyangkut
metode dan prosedur kelja kelompok maupun tentang bentuk keputusan yang akan
diambil oleh kelompok.
Kedua, sejak semula pimpinan kelompok harus mendorong kelompok untuk
memberikan prioritas tinggi kepada mereka yang akan mengemukakan keberatan
dan keragu-raguan, yang mungkin terdapat pada diri masing-masing. Cara terbaik
untuk melakukan hal tersebut ialah apabila pimpinan kelompok sendiri terbuka
terhadap kritik dari para anggota kelompoknya tentang hal-hal yang dijelaskan dan
dikemukakannya.
Ketiga, dalam mengevaluasi berbagai alternatif, kesempatan bagi mereka yang
mendukung dan menentang perlu diberikan untuk mengemukakan pandangan
masing-masing, sehingga perbedaan-perbedaan yang timbul dapat diatasi, dan
kesepakatan bersama tercapai, terutama yang menyangkut pemilihan alternatif
yang tampaknya terbaik untuk ditempuh.
Keempat, dalam menghadapi situasi problematik yang kompleks, sebaiknya
kelompok dibagi menjadi beberapa subkelompok, masing-masing diberi dua jenis
tugas. Yang pertama ialah semua subkelompok membicarakan hal yang sama.
Yang kedua, masing-masing subkelompok hanya membahas segi-segi tertentu dan
situasi problematik yang dihadapi. Kemudian kelompok bertemu lagi sebagai
kelompok, dan pada kesempatan ini masing-masing subkelompok melaporkan hasil
pembicaraan yang dilakukannya. Dengan demikian sebanyak mungkin pandangan
diperoleh, baik yang menyangkut situasi problematik sebagai keseluruhan maupun
segi-segi tertentu dari situasi problematik itu. Pendekatan demikian memberikan
dua manfaat besar. Manfaat pertama ialah semakin banyaknya ide dan pendapat
21
yang terungkap. Manfaat kedua, perbedaan-perbedaan yang timbul dapat
diselesaikan dan kesepakatan bersama dapat ditumbuhkan.
Kelima, perlu tersedia waktu yang cukup untuk mempelajari tindakan yang
mungkin diambil oleh kelompok atau oleh pihak lain, yang mungkin berpengaruh
pada keputusan yang akan diambil oleh kelompok yang bersangkutan. Merupakan
hal yang sangat baik apabila kelompok mampu melakukan pembahasan dengan
menempatkan diri pada posisi kelompok lain itu. Dengan demikian antisipasi
tentang hal-hal yang mungkin dilakukan oleh kelompok lain itu dapat dilakukan
dengan tepat.
Keenam, apabila kelompok telah tiba pada kesepakatan tentang tindakan yang
akan diambil, perlu diadakan pertemuan lanjutan untuk menghilangkan
kekhawatiran atau keragu-raguan yang mungkin masih ada di kalangan para
anggota organisasi. Dengan cara demikian akan diperoleh kemantapan dalam
keputusan yang akan diambil.
Ketujuh, apabila diperlukan, pimpinan kelompok hendaknya bersedia untuk
mengundang orang lain misalnya tenaga ahli yang bukan anggota kelompok untuk
memberikan pandangan yang tidak memihak tentang langkah yang hendak
ditempuh dan keputusan yang hendak diambil.
Kedelapan, tidak ada salahnya apabila masing-masing anggota kelompok
meminta pendapat orang lain yang dihormatinya untuk memberikan reaksi terhadap
langkah yang hendak ditempuh oleh kelompoknya dan menyampaikan hasil
pembicaraan itu kepada kelompok sebagai keseluruhan.
Kesembilan, organisasi hendaknya membiasakan diri membentuk kelompok
yang independen secara teratur, yang setiap kali dipimpin oleh orang yang berbeda
dengan tugas menangani hal yang sama. Pendekatan demikian sangat bermanfaat
dalam mengumpulkan sebanyak mungkin opini, pendapat dan hasil pemikiran yang
didasarkan pada keahlian yang beraneka ragam.
Kesepuluh, begitu satu kelompok menyelesaikan tugasnya, kelempok itu
hendaknya segera dibubarkan. Dua alasan utama unutk bertindak demikian ialah:
a. Sasaran pembentukan kelompok tercapai dalam arti keputusan telah diambil.
22
b. Tercegah adanya kelompok dalam organisasi yang menjadi demlklan kuatnya,
sehingga ketergantungan padaya oleh organisasi tidak dapat dielakkan.
E. Kelompok – Kelompok Nominal
Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok nominal adalah sekumpulan orang
yang ditugaskan secara sendiri-sendiri menyelesaikan suatu permasalahan dengan
tingkat interaksi yang minimum dalam pertemuan yang tidak sering terjadi.
Dalam melaksanakan tugasnya, kelompok-kelompok nominal ini melalui tiga
tahap. Tahap pertama adalah tahap penyusunan daftar tanggapan masing-masing
kelompok tentang tugas kelompok yang oleh pemberi tugas biasanya diajukan
dalam bentuk pertanyaan. Tahap kedua adalah tahap pencatatan. Artinya,
seseorang yang berperan sebagai fasilitator mengundang para anggota kelompok
dalam suatu pertemuan, dan pada kesempatan ini setiap anggota kelompok
mengajukan seluruh tanggapannya yang ditulis di papan tulis sehingga dapat dilihat
oleh semua anggota kelompok. Pada tahap ini semua tanggapan dari semua
anggota kelompok tercatat dan terlihat dengan jelas. Pada akhir tahap ini kelompok
memiliki suatu master list dari hal-hal yang dibahas. Tahap ketiga adalah tahap
pemungutan suara dalam arti setiap anggota kelompok menyiapkan ballot tertulis di
mana terdaftar pandangannya tentang prioritas dan relevansi hal-hal yang
disampaikan oleh para anggota kelompok.
23
BAB VIII
24
keputusan tentang peranan yang tepat dari informasi itu dalam proses
pengambilan keputusan.
E. Faktor Ketidakpastian
Tidak dapat disangkal bahwa ketidakpastian merupakan salah satu
kendala yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.Ketidakpastian itu
menjadi kendala karena:
1. Mungkin kurangnya keyakinan dalam diri manajer yang bersangkutan
tentang hasil yang akan diperoleh dari keputusan yang diambil.
2. Preferensi pribadi manajer yang bersangkutan atas alternatif yang
mungkin ditempuh, yang bisa saja berbeda dari alternatif-altematif yang
ditemukan melalui pendekatan ilmiah.
3. Manajer yang bersangkutan meragukan apakah keputusan baru
diperlukan.
25
F. Keterlibatan Kelompok sebagai Kendala
Ketertiban sejumlah orang terutama mereka yang melaksanakan
keputusan dalam proses pengambilan keputusan merupakan hal yang
sangat baik untuk dipraktekkan.
kunci keberhasilan dalam melibatkan orang-orang tertentu dalam proses
pengambilan keputusan, antara lain terletak pada penentuan yang tepat
tentang jumlah orang yang perlu dilibatkan, dari mana mereka datang, dan
sumbangan apa yang diharapkan dapat mereka berikan dalam proses
pengambilan keputusan yang efektif .
G. Ketidakjelasan Peranan
Ketidakjelasan peranan sering merupakan kendala serius dalam banyak
organisasi.
Untuk mengatasi kendala demikian adalah dengan menetapkan uraian
tugas yang jelas dan lengkap, tidak hanya menyangkut satuan-satuan kerja
dalam brganisasi, akan tetapi juga menyangkut setiap anggota organisasi
yang bersangkutan.
26
I. Kekurangmampuan Mengelola Waktu
Efektivitas seseorang sebagai manajer dan dengan sendirinya juga
sebagai pengambil keputusan sangat tergantung pada kemampuannya
mengelola waktunya secara tepat. Ketidakmampuan mengelola waktu sering
mengakibatkan seorang manajer menghadapi stress yang pada gilirannya
pasti mempengaruhi prestasi kerjanya.
27
Efek Stress dan Cara – cara Penanggulangannya.
28
3. Seorang manajer yang berprilaku sebagai alarmist artinya seseorang
yang melihat adanya bahaya yang mengancam di mana –mana.
4. Prilaku manajer yang tercermin pada sikap mengelak.
5. Dikategorikan sebagai manajer yang sangat teliti artinya seorang manajer
yang bersifat sangat teliti akan terus menerus berusaha mencari informasi
yang relevan, dan mengkaji arti dan peranan informasi baru itu tanpa
pandangan yang a priori, serta menilai setiap alternatif secara matang
sebelum bertindak.
29
Cara – cara Mengatasi Stress.
Para manajer dapat melakukan berbagai tindakan agar dampak stress itu
berada pada tingkat yang masih wajar, jika ada kesadaran akan timbulnya
risiko dari suatu tindakan, ada harapan bahwa alternatif yang lebih baik
dapat ditemukan, dan ada keyakinan bahwa tersedia cukup waktu untuk
mencari dan mengkaji berbagai alternatif hingga pilihan dijatuhkan pada
pilihan yang nampaknya terbaik, situasi konflek yang biasanya menimbulkan
stress dapat dikurangi. Berbagai cara yang mungkin ditempuh dalam
mengatasi stress bermuara pada peningkatan kewaspadaan terhadap
semua langkah yang harus ditempuh dalam pengambilan keputusan.
30
baik yang mendukung maupun yang menentang pilihan alternative
tersebut.
4. Memberikan penjelasan tentang semua hasil pemikiran dan perasaan, jika
seseorang harus bertindak dan mengambil keputusan segera. Semua
reaksi yang timbul baik dari diri sendiri maupun dari orang lain, dicatat
secara akurat, kemudian dikajinya secara teliti apabila saat bertindak tiba.
5. Untuk setiap alternative disiapkan satu lembaran neraca yang maksudnya
adalah agar semua alternative dapat diteliti secara sistematis.
6. Harus diperoleh jaminan bahwa lembaran neraca yang telah dipersiapkan
telah terisi dengan lengkap.
7. Bobot dari masing – masing faktor, baik yang pro maupun yang kontra,
dipertimbangkan secara matang.
8. Jika ternyata hasil analisis dua lembar neraca tidak menyakinkan, dan dua
alternative dengan peringkat teratas ditinggalkan maka dua alternative
yang menempati dua peringkat berikutnyalah yang dipertimbangkan.
9. Jika terbukti, bahwa kedua alternative dengan peringkat tertinggi
menunjukan kemungkinan terbaik untuk ditempuh, akan tetapi perlu
diubah agar mendatangkan hasil yang paling menguntungkan lembaran
neraca baru perlu disusun.
10. Setelah semua alternative dituangkan dalam neraca keputusan,
penyusunan kembali berbagai alternative itu mungkin diperlukan. Berarti
mungkin saja terjadi pergeseran peringkat dari berbagai alternative
tersebut. Analisis yang sistematis akhirnya akan membuahkan pilihan
alternative yang diperkirakan akan paling menguntungkan.
31
BAB IX
32
2. Menyusun secara konseptual struktur masalah yang dihadapi yang
digunakan sebagai kerangka dasar dalam membuat rincian selanjutnya.
3. Menciptakan prototip struktur permasalahan terhadap mana analisis yang
lebih mendetail dilakukan.
4. Menganalisis faktor – faktor ketidakpastian sehingga dapat ditentukan
probabilitas terjadinya peristiwa – peristiwa yang tidak menguntungkan.
5. Melakukan analisis luaran (output), yang berarti semua segi
permasalahan yang hendak dipecahkan itu dikaji.
6. Penentuan strategi yang optimum atas dasar mana analisis keputusan
memberikan sarannya kepada pengambil keputusan yang bersangkutan.
D. Pohon Keputusan
Salah satu alat bantu yang dewasa ini semakin banyak digunakan baik oleh
para analis keputusan maupun oleh para manajer adalah apa yang disebut
dengan istilah “ pohon keputusan”. Popularitas alat bantu ini bersumber pada
kenyataan, bahwa pohon keputusan relative mudah diciptakan. Keuntungan
utamanya terletak pada kemampuan alat ini untuk menyajikan satu jaringan
visual, yang menunjukan secara jelas bagaimana berbagai pilihan yang
mungkin ditempuh dirinci menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, masing –
masing dengan probabilitas dan preferensinya.
33
E. Mengundang Analisis Keputusan atau Tidak
Untuk dapat menentukan apakah analisis keputusan akan digunakan atau
tidak, berbagai kelebihan tersebut perlu dihadapkan dengan berbagai
kekurangannya.
F. Memanfaatkan Analis Keputusan atau Tidak
Untuk memutuskan memanfaatkan seorang analis atau tidak, seorang
pengambil keputusan perlu menemukan jawaban atas 4 pertanyaan berikut
ini :
1. Apakah masalah yang dihadapi sederhana atau rumuit
2. Apakah masalah yang dihadapi bersifat rutin atau tidak
3. Apakah teori, model, dan teknik yang dikuasai oleh manajer yang
bersangkutan dipandang tangguh untuk mengatasi situasi problematic
yang dihadapi atau tidak
4. Apakah biaya yang harus dipikul oleh organisasi dapat dibenarkan
dengan pemanfaatan seorang ahli yang berperan sebagai analis
G. Pemanfaatan Kemajuan Teknologi
1. Peranan Komputer sebagai alat bantu
2. Pendekatan Heuristik
3. Berbagai system pendukung keputusan
H. Pemanfaatan Maksimal Alat – alat Bantu
Agar semua alat bantu berfungsi dengan baik, ada 3 hal yang harus
diperhatikan oleh para pemakainya yaitu :
1. Pemakai alat – alat bantu tersebut harus mampu menyusun criteria
efektivitas alat – alat itu.
2. Dalam menciptakan alat – alat bantu, para ahli teknologi sudah barang
tentu berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan alat yang canggih.
3. Pemakai alat dan system yang canggih perlu membandingkan system
yang ideal yang disarankan oleh para ahli dengan system yang digunakan
sekarang.
34
BAB X
PELAKSANAAN KEPUTUSAN
Berbagai masalah yang secara potensial mungkin timbul perlu dikenali secara dini yaitu
dengan cara :
35