bagaimana persepsi Wajib Pajak mengenai issue korupsi, pemahaman agama, pelayanan
publik, kesadaran, dan iklan yang disiarkan mengenai perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji persepsi Wajib Pajak mengenai issue korupsi,
pemahaman agama, pelayanan publik, kesadaran, dan iklan yang disiarkan mengenai
perpajakan, serta bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak
Terdapat beberapa teori yang relevan dalam artikel ini, antara lain:
Dalam artikel tersebut, terdapat beberapa variabel yang diukur, antara lain:
Persepsi Wajib Pajak mengenai oknum pajak yang korupsi (Perception of taxpayers
regarding corrupt tax officials) .
Persepsi Wajib Pajak mengenai pemahaman agama (Perception of taxpayers
regarding religious understanding) .
Kepatuhan Wajib Pajak (Taxpayer compliance) .
Validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dievaluasi. Validitas
diukur dengan melihat faktor loading, dengan nilai di atas 0,4 menunjukkan pertanyaan yang
digunakan valid . Reliabilitas diukur menggunakan Cronbach's alpha, dengan nilai di atas 0,6
menunjukkan pengukuran yang reliabel .
Berdasarkan hasil pengujian H1, menunjukkan bahwa persepsi Wajib Pajak mengenai oknum
pajak yang melakukan korupsi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan Wajib
Pajak. Berarti hasil hipotesis satu ditolak. Berdasarkan hasil pengujian H2, menunjukkan
bahwa persepsi Wajib Pajak mengenai pemahaman agama tidak berpengaruh positif terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Berarti hasil hipotesis dua ditolak.
Sampel yang digunakan dalam artikel ini terdiri dari Wajib Pajak orang pribadi di wilayah
Jebres, Kota Surakarta. Pemilihan responden dilakukan menggunakan metode convenience
sampling
Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai t sebesar 1,923 dan koefisien positif sebesar 0,226.
Nilai berpasangan untuk persepsi Wajib Pajak mengenai oknum pajak yang korup adalah
0,060, sehingga nilai berpasangan (0,060) > α (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis pertama yang menyatakan persepsi Wajib Pajak mengenai oknum pajak yang korup
tidak diterima .
Nilai t yang diperoleh untuk persepsi Wajib Pajak mengenai pemahaman agama adalah 2,026
dan koefisien positif sebesar 0,343. Nilai berpasangan untuk persepsi Wajib Pajak mengenai
kesadaran adalah 0,048, sehingga nilai berpasangan (0,048) < α (0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis keempat yang menyatakan persepsi kesadaran mengenai pajak
diterima .
Berdasarkan hasil analisis data, terdapat beberapa hasil dan pembahasan yang dapat
disimpulkan dari artikel ini.
Pertama, hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persepsi Wajib Pajak mengenai oknum pajak
yang korup tidak mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak . Hal ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menunjukkan bahwa persepsi terhadap korupsi tidak selalu berdampak
pada kepatuhan pajak .
Kedua, hasil uji hipotesis juga menunjukkan bahwa persepsi Wajib Pajak mengenai
pemahaman agama mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak . Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman agama dapat menjadi faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Selain itu, artikel ini juga menyebutkan bahwa iklan tentang pajak tidak mempengaruhi
kepatuhan Wajib Pajak . Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa iklan perpajakan tidak efektif dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak .
Namun, perlu diperhatikan bahwa hasil dan pembahasan ini didasarkan pada penelitian yang
dilakukan oleh penulis artikel ini dan dapat berbeda dengan penelitian lainnya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperkuat temuan ini.
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis dalam artikel ini, dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Persepsi Wajib Pajak mengenai oknum pajak yang korup tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak . Hal ini menunjukkan bahwa persepsi
terhadap korupsi tidak selalu mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak.
Persepsi Wajib Pajak mengenai pemahaman agama mempengaruhi kepatuhan Wajib
Pajak . Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman agama dapat menjadi faktor yang
memengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Iklan tentang pajak tidak mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak . Hal ini
menunjukkan bahwa iklan perpajakan tidak efektif dalam meningkatkan kepatuhan
Wajib Pajak.
Kritik:
Penelitian ini hanya menggunakan sampel Wajib Pajak orang pribadi di area Jebres
Kota Surakarta, sehingga generalisasi hasil penelitian ini terbatas pada populasi
tersebut .
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling, yang
dapat menyebabkan bias dalam pemilihan responden .
Kuisioner yang digunakan terlalu panjang, sehingga banyak responden yang tidak
dapat mengisi semua pertanyaan, yang dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas
data .
Penelitian ini hanya melihat pengaruh dua variabel independen terhadap kepatuhan
Wajib Pajak, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kepatuhan yang tidak diteliti .
Melakukan penelitian dengan sampel yang lebih representatif dan luas, sehingga hasil
penelitian dapat lebih generalisasi .
Menggunakan metode pengambilan sampel yang lebih acak, seperti random sampling,
untuk mengurangi bias dalam pemilihan responden .
Mengurangi jumlah pertanyaan dalam kuisioner agar lebih mudah diisi oleh
responden dan meningkatkan validitas dan reliabilitas data .
Melibatkan variabel independen lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib
Pajak, seperti faktor sosial ekonomi, pendidikan, dan kesadaran hukum .
Menggunakan metode triangulasi, yaitu menggabungkan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak .