Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH ASPEK BIAS HEURISTIK DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN AKUNTANSI

Oleh:
Ilma Hayati
20170420145

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
2
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur dengan segenap hati kepada Allah SWT yang telah
memberikan segalanya sehingga penulisan proposal penelitian untuk memenuhi tugas
akhir mata kuliah Akuntansi Keprilakuan dapat terselesaikan dengan baik. Adapun
proposal penelitian ini berjudul “Pengaruh Aspek Bias Heuristik Terhadap
Pengambilang Keputusan Akuntansi”. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil
analisis data dari wawancara dan interview dengan direktur dan manajer PT. NTS
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak
sekali kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Yogyakarta, 15 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................................................................iv
I.PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
Pengambilan keputusan............................................................................................................3
Hutang......................................................................................................................................3
Aspek Heuristik........................................................................................................................4
Fenomena Bias Heuristik dan Pengaruhnya di Akuntansi........................................................5
Aspek Bias Heuristik Dalam Pengambilan Keputusan Hutang..............................................10
Cara Mengatasi Bias dalam Pengambilan Keputusan.............................................................13
III.METODE PENELITIAN......................................................................................................14
IV.HASIL PENELITIAN...........................................................................................................14
Kinerja Keuangan PT. NTS....................................................................................................15
Kinerja Hutang PT. NTS........................................................................................................15
Aspek Heuristik dalam Pengambilan Keputusan Hutang.......................................................16
V.KESIMPULAN......................................................................................................................19
REFERENSI..............................................................................................................................21

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 4.1 Rasio Hutang......................................................................................................16

iii
ABSTRAK

Setiap perusahaan ingin perusahaannya dapat mencapai tujuannya melalui


sumber pendanaan yang digunakan, maka dibutuhkan pengambil keputusan yang sangat
peka terhadap kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan. Salah satunya dengan
menggunakan aspek heuristic. Namun seringkali aspek heuristic dapat membuat
pengambil keputusan hutang mengarah pada hal yang irasional, sehingga hasilnya dapat
mengarah pada keputusan yang bias. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
ada kecenderungan dalam membuat keputusan hutang yang mengarah pada heuristic,
untuk mengetahui mengapa fenomena heuristic terjadi, bagaimana fenomena tersebut di
akuntansi, dan bagaimana cara mengatasi heuristic. Dalam menganalisis data primer
yang diperoleh, penulis menggunakan analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ada aspek heuristic seperyi representativeness bias, anchoring and
adjustment, availability, dan affect dalam diri pengambil keputusan hutang perusahaan.

Kata Kunci: representativeness bias, anchoring and adjustment, availability, dan


affect

iv
v
6
PENGARUH ASPEK BIAS HEURISTIK DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN AKUNTANSI
Ilma Hayati
20170420145

I. PENDAHULUAN
Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang
kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan
menghadapi risiko dengan bijak. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses
mengkombinasikan pendekatan yang rasional, yang prosesnya tidak dapat
diformulasikan secara lengkap. Dalam studi tentang perilaku, asumsi yang
dibangun adalah bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan
sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007). Seringkali perilaku
seseorang dalam mengambil keputusan seperti pada masalah keuangan dilatar
belakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain di sekitarnya.

Menurut Bass (1983) sebagaimana dikutip Wardhani (2001)


menyatakan bahwa kualitas keputusan merupakan ukuran dari efektifitas
pengambil keputusan. Pengambilan keputusan yang efektif merupakan
suatu proses yang kompleks dan tergantung pada keterampilan dalam
pengambilan keputusan yang diberikan kepada para pengambil keputusan.
Keputusan dari seorang pengusaha yang tidak tepat akan berakibat fatal
bagi kelangsungan hidup perusahaan dan karir, yang bahkan tidak bisa
diperbaiki lagi (Daryanto,1990: 24). Keputusan yang tidak tepat sering kali
dikaitkan pada proses pembuatan keputusan, misalnya: alternative-alternative
dalam pembuatan keputusan yang tidak ditentukan dengan jelas, informasi
yang tepat tidak bisa diperoleh, atau biaya dan keuntungan tidak dipertimbangkan
secara cermat. Namun kadangkala kesalahannya bukan terletak pada
keputusan yang diambil, tetapi pada proses pembuatan keputusan tersebut.

Praktik pengambilan keputusan selama ini menunjukkan kompleksitas


masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia, maka orang akan

1
melakukan pengambilan keputusan secara rasional dan juga dalam berbagai
situasi, mengambil keputusan dengan proses heuristik. Heuristik adalah proses
yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara cepat, dengan
menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja. Proses ini
mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahan, dan ketidakakuratan
keputusan. Kekeliruan konjungsi (conjuction fallacy) adalah pengambilan
keputusan tentang kemungkinan terjadinya peristiwa konjungtif yang berbeda
dengan logika teori probabilitas. Sementara itu, bias heuristik selama ini dikenal
sebagai tendensi bias karena orang (evaluator) yang telah mendapatkan informasi
tentang hasil merasa telah mengetahui suatu hasil sebelum suatu keputusan
diambil. Biasanya ini dipandang tidak adil bagi pengambil keputusan karena
mengesampingkan keadaan ketika keputusan ini diambil.

Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan, yaitu:

1. Menjawab atas pertanyaan mengapa fenomena heuristic itu terjadi dan


bagaimana fenomena itu di akuntansi,
2. Mendalami apakah benar ada kecenderungan aspek heuristic dalam
pengambilan keputusan hutang
3. Menjelaskan solusi mengatasi bias dalam pengambilan keputusan.

Penelitian ini juga menarik atau bermanfaat karena penelitian mengenai


heurstik masih sangat sedikit antara lain yang dilakukan oleh Enawati pada tahun
2008 yang membahas mengenai heuristic di investasi yang dilakukan pada
beberapa usaha kecil menengah (UKM) rokok di Kudus dan Sina pada tahun 2011
mengenai representativeness bias yang bersifat eksperimen dikalangan mahasiswa
pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana. Kemudian penelitian ini
dilakukan mengenai aspek heuristic lebih spesifik untuk meneliti pada satu
perusahaan secara mendalam, perusahaan tersebut yaitu PT. Nirmala Tipar
Sesama (NTS). Analisis data yang digunakan adalah hasil wawancara dan

2
interview dengan direktur dan manajer PT. NTS yang telah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya tentang bias heuristic yaitu Irene Sank Fitalia, 2012.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Dalam tinjauan pustaka ini ada beberapa definisi mengenai pengambilan
keputusan, aspek heuristic yang meliputi representativeness, availability, anchoring,
and adjustment, fenomena heuristic dan pengaruhnya di akuntansi, aspel heuristic
dalam pengambilan keputusan hutang, serta solusi mengatasi bias heuristic dalam
pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif terbaik secarra sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara
pemecahan masalah (Hasan, 2002). Sementara itu peneliti lain seperti Siagian
(1988) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sitematis terhadap perhitungan alternatif yang dihadapu dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang peling tepat.

Tidak jauh berbeda dengan kedua peneliti sebelumnya, Ibnu Syamsi (2000)
mengartikan pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan pimpinan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan
melalui satu diantara alternatif-alternatif yang memungkinkan. Sedangkan
(http://www.google.co.id) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah dengan
melakukan penelitian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui ebberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.

Hutang
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1994) sebgaimana dikutip
http://id.shvoong.com mendefinisikan hutang sebagai uang atau jasa yang
dipinjamkan oleh pihak lain, merupakan kewajiban resmi dari sebuah usaha yang
timbal balik dari perjanjian tertulis maupun lisan. Tidak jauh berbeda dengan
definisi sebelumnya, (http://repository.usu.ac.id) memberikan penjelasan bahwa
hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang

3
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu
peruusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar (hutang jangka pnedek) dan hutang
tidak lancar (hutang jangka panjang).

Aspek Heuristik
Tversky dan Kahneman (19730 sebgaimana dikutip Sewel (2010)
memperkenalkan heuristic ketersediaan yaitu “suatu penentuan heuristic di mana
seseorang mengevaluasi frekuensi kkelas atau probabilitas dari peristiwa yang
tersedia, yaitu dnegan kemudshan yang terkait dengan kasus yang dating kepikiran.
Ketergantungan pada ketersediaan heuristic mengarah pada penyimpangan
sistematis.

Pada tahun 1974 duua psikolog brilian, Amos Tversky ddan Daniel Kahneman,
menggambarkan 3 aspek heuristic yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dibawah ketidakpastian yaitu: Representativeness, availability, anchoring and
adjustment. Representativeness adalah ketika seseorang diminta untuk menilai
kemungkinan bahwa sebuah objek atau peristiwa milik kelas A atau proses B,
probabilitas dievaluasi oleh derajat kelas A yang merupakan perwakilam B, yaitu
dengan tikngkat A yang menyerupai B, sedangkan availability adalah ketika orang-
orang diminta untuk menilai frekuensi kelas atau kemungkinan dari sebuah
peristiwa, mereka melakukannya dnegan kemudahan dengan kasusu atau kejadian
yang dapat dibawa kepikiran, menurut Tversky dan Kahneman (1974) anchoring
and adjustment adalah dalam perkiraan angka, ketika nilai penentuan yang tersedia,
banyak yang membuat perkiraan dengan memuulainya dari nilai penentuan pertama
yang disesuaikan dengan hasil jawaban terakhir. Dalam kadua kasus yang
dikemukakan Tversky dan Kahneman, (1974) peneysuaian saja biasanya tidak
mencukupi (Sewel,2010).

Peneliti lain, Shefrin (2007) mendefinisikan heurustik sebagai salah satu cara
dalam meproses nformasi untuk mendapatkan alternatif keputusan yang cepat tetapi
belum tentu mendatangkan hasil yang optimal karena adanya keterbatasan kognitif.

4
Aspek yang pertama adalah representativeness menggambarkan suatu
kesuksesan atas kepuasan yang dibuat oleh manajer, cenderung akan berlanjut
dimasa depan juga. Kecenderungan manajer dalam membuat keputusan, berdasrkan
pengalaman masa lalu dikenal debagai streotip (ciri khas). Kecenderungan
seseorang untuk bergantung pada masa lalu, untuk menghadapi banyaknya
informasi, seseorang menggunakan perkiraan untuk membuat suatu keputusan.
Ketika dihadapkan dengan informasi baru, manajer cenderung lambat untuk
menyerap informasi baru dan mengubah nilai dari informasi baru sehingga mereka
tetap pada informasi-informasi tersebut. Mereka mengharapkan tren dari laba bersih
sama dengan tren laba bersih masa lalu, yang dapat mengakibatkan kemungkinan
terjadinya penuruanan terhadap tren perubahan, hal ini disebut dengan aspek
anchoring. Dan aspek terakhir adalah availability diamana para manajer
mempunyai tempat untuk membuat keputusan mengenai iformasi yang tersedia.
Hal ini sering terjadi, dan ini memberikan hasil yang tidak baik.

Fenomena Bias Heuristik dan Pengaruhnya di Akuntansi


1. Bias Heuristik Ketersediaan
Heuristik ketersediaan adalah strategi membuat penilaian berdasarkan
seberapa mudah informasi tertentu dimasukkan kepikiran. Informasi yang lebih
menonjol dan penting akan lebih digunakan dalam melakukan penilaian dan
pertimbangan. Menurut Tverski dan Kahneman (1974), heuristik ketersediaan
adalah petunjuk praktis dimana para pengambil keputusan menilai frekuensi
kelas atau probabilitas dari peristiwa dimudahkan dengan contoh atau kejadian
yang dapat dibawa kepikiran.
a. Bias 1 - Kemudahan Untuk Di ingat (berdasarkan atas keseringan dan
keterbaharuan)
Pimpinan menilai frekuensi peluang atau penyebab dari suatu kejadian
melalui tingkatan kejadian yang tersedia dalam memori atau pikiran. Suatu
kejadian yang menimbulkan emosi dan jelas, mudah dibayangkan dan
spesifik akan lebih lekat di memori dibandingkan suatu kejadian yang tidak

5
mengandung emosional secara alami, kurang matang, sulit dibayangkan atau
ragu-ragu. Heuristik ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil
strategi dalam proses pengambilan keputusan, karena kejadian tersebut
sering terjadi dan memudahkan direkam oleh pikiran dibandingkan kejadian
yang jarang terjadi.
b. Bias 2 – Retievabilitas (berdasarkan atas struktur ingatan)
Sebuah alasan penting untuk pola ini adalah, konsumen belajar tentang
lokasi untuk jenis tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran mereka
seperti itu. Tverski dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan
orang memberikan respon terhadap angka yang lebih besar.
c. Bias 3 – Hubungan Dugaan
Ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan
ketersediaan dari penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Kita
biasanya menandai suatu kemungkinan tinggi yang tidak kita sukai dimana
dua kejadian akan terulang secara bersamaan kembali.
d. Bias 4 – Hindsight Bias
Orang lebih mudah membayangkan yang biasanya terjadi, dan bukannya hal-
hal yang tidak biasa atau luar biasa. Ketika berdasarkan hal yang biasa orang
menambatkan hal ke masa depan, berharap akan ada manfaat lebih. Ketika
terjadi dimasa depan ternyata hal yang tidak biasa, akhirnya muncul
ketidakcapaian manfaat dan ekspresi keperilakuannya dramatis.
2. Heuristik Keterwakilan
Heuristik yang dibahas dalam bagian ini dikenal sebagai keterwakilan,
dan itu mengarah kepada bias yang paling gampang diprediksi dalam situasi
tertentu. Keterwakilan adalah mesin mental bekerja dalam menaruh ciri,
properti, sifat, atau sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke anggota
himpunan, hingga ketika kita bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing
oleh heuristik ini untuk melekatkan sifat ke satu anggota himpunan itu.
Penggunaan heuristik yang demikian memang efektif dalam keseharian. Namun
akan menjadi bias bila tidak proporsional.

6
a. Bias 5 – Tidak Sensitif Terhadap Base-rate
Bias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seorang secara
kognitif menanyakan pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate
memiliki banyak implikasi yang kurang baik.
b. Bias 6 – Tidak Sensitif Terhadap Ukuran Sampel
Walau ukuran sampel sangat fundamental terhadap ilmu statistik,
Tversky dan Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang
menjadi bagian dari intuisi kita. Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin
besar sampel, semakin bagus probabilitas mewakili setiap kejadian.
Mengapa begitu? Karena ketika merespon terhadap masalah yang
berhadapan dengan sampling, orang seringkali menggunakan heuristik
keterwakilan.
c. Bias 7 – Kesalahan Konsepsi Dari Peluang
Sebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah
menyimpulkan. Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran
diri dimana penyimpangan dalam satu arah menginduksi penyimpangan
dalam arah yang berlawanan untuk mengembalikan keseimbangan. Dalam
kenyataannya, penyimpangan tidak dibenarkan dalam satu kesempatan
proses pembukuan, mereka benar-benar terlarut. Peneliti menaruh banyak
kepercayaan pada hasil sampel awal, meremehkan replikabilitas dari temuan
empiris. Hal ini diduga karena representativeness heuristic begitu bagus
digunakan dalam pengambilan keputusan kita dibandingkan ilmuwan terlatih
sekalipun dan menitikberatkan pada penggunaan statistik yang baik mungkin
tidak efektif untuk menghilangkan pengaruh biasnya.
d. Bias 8 – Regresi Pada Mean
Banyak pengaruh dari regresi menuju mean, mengapa menggunakan
konsep regresi menuju mean, sementara hasil statistik valid? Tversky dan

7
Kahneman (1973) menyatakan bahwa representativeness heuristic
menghitung untuk bias sistematik ini dalam pertimbangan. Mereka
berpendapat bahwa seseorang biasanya menduga bahwa hasil dimasa depan
akan dengan maksimal mewakili hasil terdahulu. Oleh karena itu, kita
cenderung secara naif mengembangkan prediksi yang didasarkan pada
asumsi dari korelasi sempurna dengan data lampau. Dalam beberapa situasi
yang tidak biasa seseorang melakukan aspek intiuisi akibat pengaruh regresi
pengaruh mean.
e. Bias 9 – Kesalahan Konjugasi
Lewat teori probabilitas seharusnya kita tau bahwa peluang untuk
mendapatkan suatu kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk
mendapatkan A dan B sekaligus, jika A dan B saling bebas. Tversky dan
Kahneman (1983) telah menunjukan kebohongan konjugasi cenderung
mengarah pada penyimpangan dari rasionalitas dalam menilai suatu
peristiwa, tindakan kriminal, hubungan internasional, dan pertimbangan
medis. Keprihatinan kita dengan bias yang dihasilkan dari kebohongan
konjugasi adalah bila kita membuat penyimpangan sistematik dari
rasionalitas dalam memprediksi hasil, kita akan menjadi kurang persiapan
untuk berhadapan dengan kejadian dimasa depan.
3. Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian
Penjangkaran adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai
tertentu, untuk bisa melakukan sebuah penilaian. Terdapat standar-standar
perilaku yang digunakan, untuk mempermudah melakukan penilaian terhadap
orang lain.
a. Bias 10 – Penyesuaian Acuan yang Tidak Layak
Walaupun subyek sadar bahwa acuannya acak dan saling tidak berhubungan
terhadap pertimbangan, acuan memiliki efek yang dramatis terhadap
pertimbangan mereka. Menariknya, membayar subyek secara berbeda- beda
berdasarkan keakuratan tidak mengurangi peningkatan dari pengaruh
pengacuan. Penggunaan sistem kompensasi semacam itu menerima

8
ketidakadilan dimasa lampau sebagai suatu acuan dan membuat penyesuaian
yang tidak sesuai dari titk tersebut. Nisbett dan Ross (1980) dalam plous
(1993) menunjukan suatu argumen yang memperkirakan bahwa bias
pengacuan dan penyesuaian itu sendiri menyatakan bahwa sangat sulit sekali
untuk mengubah strategi pengambilan keputusan. Mereka berpendapat
bahwa masing-masing heuristik yang kami identifikasi saat ini bertindak
sebagai acuan kognitif dan merupakan pusat dari proses dari pertimbangan
saat ini.
b. Bias 11 - Konjungtif dan Disjungtif Kejadian Bias
Bagaimana setiap bias ini diwujudkan dalam suatu konteks terapan?
Perkiraan berlebih dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan kuat
dari masalah ini dalam proyek yang memerlukan perencanaan bertahap.
Perorangan, pebisnis, dan pemerintah seringkali menjadi korban dari bias
kejadian konjungtif melalui waktu dan dana. Proyek pekerjaan umum gagal
terselesaikan tepat waktu atau kekurangan dana. Pengapalan produk baru
sering lebih lama dari yang diharapkan. Bias disjungtif telah mengarahkan
kita untuk berharap hal yang terburuk.
c. Bias 12 – Overconfidence
Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan. Temuan
yang paling baik yang ditetapkan dalam tulisan-tulisan keyakinan berlebihan
adalah kecenderungan orang untuk menjadi terlalu yakin untuk
membenarkan jawaban mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan
menengah sampai sangat sulit. Namun, subyek umumnya tidak menunjukan
sifat keyakinan berlebih, dan sering menjadi tidak yakin, untuk menjawab
pertanyaan yang mereka rasa akrab. Oleh karena itu, kita selalu waspada
untuk menjadi terlalu yakin di luar bidang kita.
4. Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan Dengan Akuntansi
Dalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan
probabilitas yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik
ketersediaan dapat menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan

9
keputusan. Dalam akuntansi keuangan prediksi suatu aspek penting dalam
pengambilan keputusan investasi. Investor yang mampu memprediksi harga
saham dengan akurat dengan waktu yang relatif cepat, akan memperoleh
prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk
memperoleh transakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).
5. Bagaimana Hubungan Heuristik Keterwakilan Dengan Akuntansi
Menurut hamid 2007, dalam pasar surat berharga, misalnya saham,
investor dapat mengelompokkan beberapa saham sebagai saham bertumbuh
berdasarkan pada sejarah pertumbuhan laba yang konsisten. Investor sering
salah sangka bahwa kinerja operasi sebelumnya adalah representasi untuk
kinerja dimasa yang akan datang dan sering mengabaikan informasi yang tidak
cocok dengan hal ini. Kenyataan ini membuat investor bereaksi berlebihan
terhadap kinerja persisten berlanjut dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan
investor stereotipe terhadap saham. Dipihak lain pihak, aspek keterwakilan ini
juga terbaca manakala suatu perusahaan mempunyai sejarah pertumbuhan laba
yang konsisten selama beberapa tahun.

Aspek Bias Heuristik Dalam Pengambilan Keputusan Hutang


Setiap perusahaan baik itu perusahaan kecil, menengah, dan besar membutuhkan
sumber pendanaan. Keputusan pendanaan perusahaan merupakan salah satu
keputusan penting bagi perusahaan dan keputusan pemberian kredit oleh
perbankan. MYER dan Maljuf (1884) dalam Siregar (2005) juga memperkenalkan
adanya Packing Order Hypothesis (POH) yang merupakan salah satu teori struktur
modal modern dimana Packing Order Hypothesis tersebut memprediksi bahwa
perusahaan lebih mengutamakan dana internal daripada dana eksternal dalam
aktivitas pendanaan. Akan tetapi perusahaan yang sedang berkembang
membutuhkan modal lebih besar.

Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Keputusan untuk
memeilih sumber pendanaan yang paling baik bagi perusahaan memerlukan analisa
seksama dari manajer keuangan perusahaan. Keputusan pendanaan sangat

10
menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan
berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu snediri. Keputusan pendanaan seperti
ini sangatlah penting bagi perusahaan, banyak perusahaan yang sukses dan
berkembang akibat tepat mengambil keputusan pendanaan. Akan tetapi banyak juga
perusahaan yang jatuh ke dalam kebangkrutan akibat banyak hutang dan terbelit
bunga. Pendanaan dengan menggunakan hutang yang terlalu tinggi akan
meningkatkan risiko keuangan perusahaan dan pada akhirnya bisa mengakibatkan
perusahaan masuk ke dalam krisis. Akan tetapi perusahaan juga perlu
memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak lain dengan baik juga.
Hutang perusahaan berkaitan dengan erat dengan struktur modal suatu perusahaan.
Banyak factor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan
pendanaan diantaranya komposisi struktur modal perusahaan.

Pengambilan keputusan hutang dapat dianalisis melalui pendekatan heuristic


yang menekankan pada kemapuan kognitif seseorang sehingga seseorang tersebut
menggunakan jalan pintas dalam mengolah informasi. Suatu kondisi dimana para
manajer sering membuat pertimbangan berdasarkan pada pemikiran stereotip dan
analogi merupakan salah satu definisi aspek Representativeness (Shefrin, 2007).
Manajer cenderung membuat penilaian dan prediksi bergantung pada heuristic yang
menggunakan analog dan stereotip.

Kahneman dan Riepe (1998) sebagaimana dikutip Sina (2011) juga menyatakan
hal yang tidak jauh berbeda bahwa investor yang mengalami representativeness
bias cenderung bereaksi berlebihan pada saat memproses informasi untuk membuat
keputusan transaksi. Penjelasannya, ketika investor menerima informasi, dan
informasi tersebut sesuai dengan gembaran mentalnya maka investor akan bereaksi
tidak normal.

Nofsinger (2005) memberikan pandangan mengenai representativeness yaitu


investor membuat keputusan bisnis perusahaan berdasarkan kinerja masa lalu
saham sebagai harapan yang dapat mewakili keberhasilan untuk masa yang akan
dating. Sayangnya, perusahaan cenderung mendapatkan pengembalian atau

11
payback period dalam jangka waktu yang panjang. Perusahaan yang tumbuh
dengan cepat daoat menemukan persaingan yang semakin meningkat sehingga
memperlambat laju pertumbuhan mereka. Pada gilirannya iinvestor akan
mengalami kekecewaan karena menapatkan payback period yang tidak sesuai
seperti yang diharapkan.

Aspek availability terjadi ketika seseorang mambuat keputusan lebih


mengandalkan informasi yang tersedia. Secara umum, manajer menggunakan
informasi yang lebih mudah tersedia daripada informasi yang kurang tersedia.
Dalam melakukan penilaian mereka cenderung bias (Shefrin, 2007).

Rubaltelli (2001) sebagaimana dikutip Sina (2011) memperkuat dengan


menjelaskan bahwa availability diartikan sebagai hal yang mendasarkan pada
iinformasi yang lebih tersedia dan relative berintuisi terhadap informasi yang utama
dan lebih abstrak. Implikasi dari aspek availability ini adalah individu akan
menggunakan pengalaman masa lalunya yang tersimpan dalam memorinya untuk
mengambil suatu keputusan sehingga keputusan yang diambil akan sangat
dipengaruhi oleh kapasitas memori atau kemampuan mengingat kembali, namun
hal ini akan mengakibatkan ketidakoptimalan dalam efektifitas keputusan
disebabkan pengalaman dalam mengambil keputusan oleh individutersebut juga
dipengaruhi oleh factor emosional sehingga kemungkkinan kesalahan berpikir
bertendensi terjadi.

Sedangkan saat seseorang membuat prediksi diawali dengan angka tertentu


sebagai referensi dan kemudian melakukan penyesuaian. Tetapi seseorang
cenderung tidak mampu membuat penyesuaian secara memadai maka aspek
anchoring and adjustment dapat terjadi (Shefrin, 2007). Peneliti lain, Kannadhasan
(2009) menyatakan anchoring yaitu individu dalam mengambil keputusan
berdasarkan atas beebrapa informasi telah dijadikan patokan dalam mengevaluai
informasi baru sehingga akan mengurangi keakuratan keputusan. Selanjutnya
ketika individu diperhadapkan pada kondisi atau kondisi atau informasi baru,
individu tersebut berkecenderungan menjadi lambat dalam menanggapi perubahan

12
disebabkan adanya informasi yang dijadikan patokan dalam menyesuaikan
informasi baru.

Jika seseorang dalam membuat keputusan banyak dipengaruhi oleh factor intuisi
dan perasaan maka yang muncul adalah aaffect. Affect adalah perasaan emosional,
seperti: intuisi dan insting yang bersamaan dengan aspek heuristic lainnya dapat
membawa para manajer mengalami kecenderungan bias. Implikasi dari aspek affect
menurut Shefrin (2007) yaitu individu dalam mengambil keputusan akan didasari
oleh insting atau intuisi dan tidak didasari oleh penalaran dan logika, khususnya
dalan pengambilan keputusan hutang individu dalam membuat keputusan
mengakolasi danna tidak didasari pertimbangan yang tepat atau tidak memikirkan
seberapa besar peluang kesuksesan tersebut dapat tercapai, namun hanya didasari
perasaan senang atau tidak.

Cara Mengatasi Bias dalam Pengambilan Keputusan


Yang Harus dilakukan oleh para manajer untuk memperbaiki pengambilan
keputusan mereka agar tidak terjadi bias dalam pengambilan keputusan, antara lain:

1. Analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda dengan budaya


nasional setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan organisasi anda.
Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya dengan
budaya organisasi.
2. Waspada terhadap bias, setiap keputusan pasti membawa bias. Jika anda sadar
bahwa terdapat bias yang mempengaruhi penilaian anda, anda dapat mulai
merubah cara anda dalam mengambil keputusan.
3. Kombinasikan analisis rasional dengan intuisi, karena kedua hal tersebut bukan
pendekatan yang bertentangan dalam pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan keduanya akan dapat memperbaiki keefektifan keputusan anda.
Begitu anda memperoleh pengalaman manajerial, pasti anda merasa semakin
yakin dalam menetapkan proses intuisi anda diatas puncak analisis rasional
anda.

13
4. Jangan pernah beranggapan keputusan pada hal tertentu dapat diterapkan pada
setiap pekerjaan. Karena organisasi berbeda, begitu pula pekerjaan dalam
organisasi. Keefektifan meningkat bila ada kecocokan gaya keputusan anda
dengan kebutuhan pekerjaan. Contoh:  PK bergaya perintah lebih cocok dan
efektif untuk pekerjaan yang menghendaki tindakan cepat seperti pekerjaan
pialang saham.

Gunakan teknik kemajuan kreativitas. Anda dapat memperbaiki keefektifan


pengambilan keputusan dengan mencari solusi baru terhadap suatu permasalahan.
Perangsangan kreativitas dapat sederhana seperti mengatakan pada diri anda sendiri
untuk berfikir kreatif dan secara spesifik mencari alternatif-alternatif yang unik,
bisa dengan mempraktekkan pembuatan daftar atribut dan teknik berfikir lateral.

III. METODE PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, Penelitian deskriptif menurut
Maman, 2002 sebagaimana dikutip www.damandiri mengatakan penelitian
deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala social. Dengan kata lain penelitian
ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada
saat studi.
Obyek yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT. NTS. Sumber
data pada penelitian ini menggunakan hasil data primer dan sekunder yang berasal
dari penelitian data primer dan sekunder sebelumnya yaitu, Irene Sank Fitalia,
2012. Langkah analisis yang digunakan juga merupakan hasil penelitian Irene, yaitu
hasil dari interview atau wawancara. Data primer sebagaimana yang dikemukakan
Supramono, dkk (2010) adalah data yang dapat diambil langsung oleh peneliti
sesuai dengan tujuan penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber-sumber yang sudah ada.

IV. HASIL PENELITIAN


Sebelum mengemukakan apakah direktur utama cenderung mengalami bias
heuristic dalam pengambilan keputusan hutang diberikan gambaran terlebih dahulu

14
mengenai dua hal yang pertama kinerja perusahaan terutama kinerja keungan dari
sisi hutang dan yang kedua apakah ada kecenderungan direktur utama mengalami
bias heuristic.

Kinerja Keuangan PT. NTS


Perusahaan merupakan suatu bentuk organisasi pada umunya memilki tujuan
tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan pemilik
perusahaan. Kesuksesan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi
manajemen. Penilaian prestasi atau kinerja suatu perusahaan diukur karena dapat
dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal.
Kinerja Perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat
diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang
mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar
sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapu perubahan lingkungan.
Menilai kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu,
yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam
periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari
suatu proses pencatatan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana).
Jadi dalam menilai kinerja keuangan perusahaan, dapat digunakan suatu ukuran
atau tolak ukur tertentu. Biasanya ukuran yang digunakan adalah rasio atau indeks
yang menghubungkan dua data keuangan. Jenis perbandingan yang digunakan
peneliti adalah membandingkan rasio masa lalu, saat ini untuk perusahaan yang
sama.

15
Oleh karena itu, PT. NTS membuat laporan keuangan untuk mengetahui apakah
kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi yang baik atau tidak. Kinerja keuangan
PT. NTS secara umum baik.

Kinerja Hutang PT. NTS


Pengembilan keputusan perusahaan didasarkan dapat dihitung beberapa rasio,
salah satunya adalah rasio hutang. Hasilnya dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 4.1 Rasio Hutang


Jenis Rasio 2009 2010 2011

Total hutang dengan total asset 57,84% 61,76% 63,9%

Times Interest Earned 3,00 2,35 2,27

Debt Equity Ratio 86,74% 119,2% 166,63%

Sumber: Manajemen Keuangan, Agustus 2012, keterangan: Total hutang dengan


total asset = total hutang / total asset ; Times Interest Earned = Laba
sebelum bunga dan panjak / beban bunga ; Debt Equity Ratio =
kewajiban jangka panjang / modal sendiri.

Sebelum melakukan perhitungan menggunakan rasio hutang dapat diketahui


pertumbuhan rasio dari tahun 2009 sampai 2011. Persentase dari Total hutang
dengan total asset tahun 2009 sebesar 57,8381% ini artinya 57,8381% dari total
asset dibelanjai oleh modal pinjaman. Kemudian Times Interest Earned pada tahun
2009 adalah 3,00 kali, dan untuk persentase Debt Equity Ratio 2009 yaitu
86,7438%. Pada tahun 2010 persentase ketiga rasio hutang lebih tinggi
dibandingkan dengan persentase tahun 2009, apabila dilihat dari Total hutang
dengan total asset 2010 yakni 61,573% artinya 61,7573% dari total asset dibelanjai
oleh modal pinjaman, sedangkan Times Interest Earned dan Debt Equity Ratio
mengalami peningkatan sedangkan Times Interest Earned menurun jika
dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2010. Degan melihat hasil perhitungan

16
persentase menggunakan rasio hutang, persentase tersebut bervariasi dari tahun
2009 sampai tahun 2011.

Aspek Heuristik dalam Pengambilan Keputusan Hutang


Pada hal ini akan dibahas apakah pemilik menggunakan jalan pintas dalam
proses pengambilan keputusan hutang. Kemudian paerlu diketahui hutang
perusahaan selama tahun 2009 sampai tahun 2011 mengalami peningkatan sebagai
berikut: Rp 88.892 miliar, Rp 107.438 miliar, dan Rp 125.498 miliar. Hutang
perusahaan mengalami peningkatan karena direktur dan manajer keuangan
menambah modal untuk kegiatan produksi. Untuk memutuskan berapa jumlah
hutang serta dari mana hutang tersebut berasal perusahaan mempunyai
pertmbangan tertentu, yaitu berdasarkan pengalaman masa lalu. Perhitungan-
perhitungan tersebut dapat berpotensi mengarah pada heuristic. Direktur utana PT.
NTS mengatakan:
“Bahwa selama ini pendanaan perusahaan berasal dari laba, hutang pada
lembaga bank maupun non bank, dan penjualan waste. Kemudian yang
terlibat dalam pengambilan keputusan hutang perusahaan adalah direktur.
Saya menggunakan pengalaman masa lalu untuk menentukan besaran atau
jumlah pinjaman.”

Dari pernyataan diatas Nampak bahwa masa lalu sebagai patokan dalam
pengambil keputusan hutang sehingga hal tersebut akan mengarah pada heuristic.
Khususnya representativeness bias sebgaimana diungkpakan oleh PT. NTS seperti
berikut:

“Saya menetapka sumber pendanaan yang berasal dari hutang berdasarkan


kesamaan dari kesuksesan perusahaan di masa lalu”

Dari penyataan diatas memberikan gambaran bahwa direktur perusahaan


menarik kesimpulan adanya kesamaan dengan melakukan pengambilan hutang
yang tidak lebih besar dari asset maka kesuksesan akan tercapai. Kesuksesan

17
perusahaan dilihat dari indicator-indikator yang telah ditetapkan, indikitor-indikator
tersebut meliputu rasio, laba dan penjualan. Dari ketiga indicator tersebut yang
dapat menimbulkan bias hanya rasio keuangan perusahaan karena dari perhitungan
rasio ada yang tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan misalnya seperti
total utang dnegan total asset dan times interest earned.

Selain itu ada pernyataan sebagaimana diungkapkan direktur PT. NTS yang
mengarah pada anchoring and adjustment.

“Saya menetapkan besaran atau jumlahh hutang berdasarkan perhitungan


tertentu menggunakan current rasio”

Pernyataan diatas yang menyatakan bahwa menetapkan besaran pinjaman


berdasarkan perhitungan tertentu, perhitungan tertentu dapat dihitung menggunakan
current ratio (asset lancar dibagi dnegan hutang lancar). Current ratio perusahaan
tahun 2009 sebesar 1,6 kali; kemudian tahun 2010 dan 2011 mengalami penurunan
menjadi 1,5 kali dan 1,4 kali.

Selanjutnya untuk availability ada dalam proses pengambilan keputusan hutang


PT. NTS dengan didukung penyataan seperti berikut:

“Saya mengandalkan informasi mengenai hutang pada lembaga bank


maupun non bak saja tanpa mencari informasi mengenai hutang pada pihak
lain.”

Direktur perusahaan mengandalkan pada informasi mengenai hutang dari


lembaga bank maupun non bank yang telah memberikan pinjaman sebelumnya dan
tidak mencari informasi mengenai hutang pada pihak lain dengan alas an pihak lain
akan memberikan hutang yang relative sama akibat adanya krisis tahun 2008, ha
tersebut terjadi karena pada tahun 2009 banyak perusahaan di Indonesia sedang
memulihkan kondisi keuangan perusahaan mereka.

18
Sementara itu untuk affect juga ada dalam proses pengambilan keputusan hutan
perusahaan yang didukung pernyataan berikut:

“Saya yakin jika perusahaan mengambil hutang, maka perusahaan dapat


mengembalikan tepat waktu.”

Perusahaan dalam melakukan pengembalian hutang selalu tepat saat jatuh


temponya sehingga todak kurang dan tidak lebih dari wkatu jatub tempo,
pembayaran tidak dilakukan sebelum jatuh tempo karena kas dapat digunakan
untuk keperluan lain dan pembayaran tidak dilakukan lebih dari jatub tempo karena
perusahaan menjaga nama baiknya agar bank tetap percaya bahwa perusahaan tidak
terlambat melakukan pembayaran hutang.

Dengan melihat beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada aspek positif
dan aspek negative. Aspke positifnya adalah memunculkan sikap optimis pada diri
pengambil keputusan dalam proses pembuatan keputusan hutang segingga proses
tersebut menjadi cepat. Sedangkan aspek negatifnya adalah adanya sikap yang
optimis tersebut akan membuat pengambil keputusan hutang bersikap optimis
tersebut akan membuat pengambil keputusan hutang bersikap optimis yang
belebihan dengan menentukan patokan dan perhitugan. Patokan dan perhitungan
tetap kurang sempurna dalam proses pengambil keputusan hutang sehingga dapat
memeberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

V. KESIMPULAN
Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan  adalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan
sangat mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut.
Keputusan yang diambil secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang
akurat atas masalah yang akan diambil keputusannya akan menjadi bias dalam
pengambilan keputusan. Bias yang terjadi dalam suatu pengambilan keputusan
berdampak resiko yang akan dihadapi. Agar tidak terjadinya bias dalam
pengambilan keputusan seorang manajer atau pimpinan harus mengetahui apa saja

19
faktor yang menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Setelah
diketahuinya faktor tersebut, diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat
menghindari atau meminimalisir terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.
Untuk mencegah terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, ada beberapa cara
yang harus diperhatikan: yaitu, sebelum mengambil sebuah keputusan manajer atau
pimpinan harus  analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda
dengan budaya nasional setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan
organisasi anda. Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya
dengan budaya organisasi, lalu mempertimbangkan informasi yang berkaitan
dengan masalah yang diambil keputusan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa direktur PT. NTS menggunakan jalan
pintas (heuristic) ketika membuat keputusan hutang. Selain itu, pengukuran rasio
keuangan khusunya current rasio dan times interest earned mengalami bias ketika
indicator-indikator yang ada kurang optimal. Sehingga dapat dikatakan direktur
perusahaan membuat keputusan hutan menggunakan jalan pintas
representativeness bias.
Sedangkan untuk availability, anchoring and adjustment dan affect ada dalam
proses pengambilan keputusan hutang perusahaan tetapi tidak bias. Karena
pengambil keputusan hanya mencari informasi mengenai hutang pada pihak yang
telah memberikan pinjaman selama ini, direktur utama menetapkan besaran atau
jumlah hutang menggunakan beberapa indicator salah satunya rasio keuangan
perusahaan dan direktur utama selalu melakukan pengembalian hutang dengan
tepat waktu.

Saran
Agar setiap manager atau pengambil keputusan dalam organisasi ataupun
perusahaan untuk mengumpulkan terlebih dahulu informasi-informasi terkait
masalah yang akan diambil keputusannya, hal ini untuk meminimalisir kesalahan
dan bias dalam pengambilan keputusan. Diharapkan kepada direktur PT. NTS tidak
senantiasa mengendalikan jalan pintas (representativeness, availability, anchoring

20
and adjustment, dan affect) dalam proses pengambilan keputusan hutan karena
apabila mengandalkan jalan pintas tersebut maka ada kemungkinan akan
menghasilkan keputusan yang kurang optimal.

REFERENSI
Suartana, I Wayan. 2010. “Akuntansi Keperilakuan” Yogyakarta: Andi

Enawati, Maria. 2008. Pendekatan Heuristik dalam Pengambilan Keputusan


Keuangan. Tesis. Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana.

Hasan, I. 2002. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Putlia, Nancy. 2009. Persepsi dan Aspek Psikologis dalam Pengambilan Keputusan
Hutang. Tesis. Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana.

Siagian, S. 1988. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji


Masagung

Sugiono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R & D Bandung. CV. Alfabeta, Bandung.

Widayanti, dkk, 2009, Manajemen Keuangan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis


Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi


Aksara.

21
22

Anda mungkin juga menyukai