KEPUTUSAN AKUNTANSI
Oleh:
Ilma Hayati
20170420145
Penulis bersyukur dengan segenap hati kepada Allah SWT yang telah
memberikan segalanya sehingga penulisan proposal penelitian untuk memenuhi tugas
akhir mata kuliah Akuntansi Keprilakuan dapat terselesaikan dengan baik. Adapun
proposal penelitian ini berjudul “Pengaruh Aspek Bias Heuristik Terhadap
Pengambilang Keputusan Akuntansi”. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil
analisis data dari wawancara dan interview dengan direktur dan manajer PT. NTS
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal penelitian ini masih banyak
sekali kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan selesainya proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................iii
ABSTRAK..................................................................................................................................iv
I.PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
II.TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
Pengambilan keputusan............................................................................................................3
Hutang......................................................................................................................................3
Aspek Heuristik........................................................................................................................4
Fenomena Bias Heuristik dan Pengaruhnya di Akuntansi........................................................5
Aspek Bias Heuristik Dalam Pengambilan Keputusan Hutang..............................................10
Cara Mengatasi Bias dalam Pengambilan Keputusan.............................................................13
III.METODE PENELITIAN......................................................................................................14
IV.HASIL PENELITIAN...........................................................................................................14
Kinerja Keuangan PT. NTS....................................................................................................15
Kinerja Hutang PT. NTS........................................................................................................15
Aspek Heuristik dalam Pengambilan Keputusan Hutang.......................................................16
V.KESIMPULAN......................................................................................................................19
REFERENSI..............................................................................................................................21
DAFTAR TABEL
ii
Tabel 4.1 Rasio Hutang......................................................................................................16
iii
ABSTRAK
iv
v
6
PENGARUH ASPEK BIAS HEURISTIK DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN AKUNTANSI
Ilma Hayati
20170420145
I. PENDAHULUAN
Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang
kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan
menghadapi risiko dengan bijak. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses
mengkombinasikan pendekatan yang rasional, yang prosesnya tidak dapat
diformulasikan secara lengkap. Dalam studi tentang perilaku, asumsi yang
dibangun adalah bahwa perilaku seseorang dalam pengambilan keputusan
sebenarnya tidak sepenuhnya rasional (Supramono, 2007). Seringkali perilaku
seseorang dalam mengambil keputusan seperti pada masalah keuangan dilatar
belakangi oleh emosi atau pengaruh orang lain di sekitarnya.
1
melakukan pengambilan keputusan secara rasional dan juga dalam berbagai
situasi, mengambil keputusan dengan proses heuristik. Heuristik adalah proses
yang dilakukan oleh individu dalam mengambil keputusan secara cepat, dengan
menggunakan pedoman umum dan sebagian informasi saja. Proses ini
mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahan, dan ketidakakuratan
keputusan. Kekeliruan konjungsi (conjuction fallacy) adalah pengambilan
keputusan tentang kemungkinan terjadinya peristiwa konjungtif yang berbeda
dengan logika teori probabilitas. Sementara itu, bias heuristik selama ini dikenal
sebagai tendensi bias karena orang (evaluator) yang telah mendapatkan informasi
tentang hasil merasa telah mengetahui suatu hasil sebelum suatu keputusan
diambil. Biasanya ini dipandang tidak adil bagi pengambil keputusan karena
mengesampingkan keadaan ketika keputusan ini diambil.
2
interview dengan direktur dan manajer PT. NTS yang telah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya tentang bias heuristic yaitu Irene Sank Fitalia, 2012.
Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif terbaik secarra sistematis untuk digunakan sebagai suatu cara
pemecahan masalah (Hasan, 2002). Sementara itu peneliti lain seperti Siagian
(1988) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sitematis terhadap perhitungan alternatif yang dihadapu dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang peling tepat.
Tidak jauh berbeda dengan kedua peneliti sebelumnya, Ibnu Syamsi (2000)
mengartikan pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan pimpinan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan
melalui satu diantara alternatif-alternatif yang memungkinkan. Sedangkan
(http://www.google.co.id) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah dengan
melakukan penelitian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui ebberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Hutang
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1994) sebgaimana dikutip
http://id.shvoong.com mendefinisikan hutang sebagai uang atau jasa yang
dipinjamkan oleh pihak lain, merupakan kewajiban resmi dari sebuah usaha yang
timbal balik dari perjanjian tertulis maupun lisan. Tidak jauh berbeda dengan
definisi sebelumnya, (http://repository.usu.ac.id) memberikan penjelasan bahwa
hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang
3
belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu
peruusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar (hutang jangka pnedek) dan hutang
tidak lancar (hutang jangka panjang).
Aspek Heuristik
Tversky dan Kahneman (19730 sebgaimana dikutip Sewel (2010)
memperkenalkan heuristic ketersediaan yaitu “suatu penentuan heuristic di mana
seseorang mengevaluasi frekuensi kkelas atau probabilitas dari peristiwa yang
tersedia, yaitu dnegan kemudshan yang terkait dengan kasus yang dating kepikiran.
Ketergantungan pada ketersediaan heuristic mengarah pada penyimpangan
sistematis.
Pada tahun 1974 duua psikolog brilian, Amos Tversky ddan Daniel Kahneman,
menggambarkan 3 aspek heuristic yang digunakan dalam pengambilan keputusan
dibawah ketidakpastian yaitu: Representativeness, availability, anchoring and
adjustment. Representativeness adalah ketika seseorang diminta untuk menilai
kemungkinan bahwa sebuah objek atau peristiwa milik kelas A atau proses B,
probabilitas dievaluasi oleh derajat kelas A yang merupakan perwakilam B, yaitu
dengan tikngkat A yang menyerupai B, sedangkan availability adalah ketika orang-
orang diminta untuk menilai frekuensi kelas atau kemungkinan dari sebuah
peristiwa, mereka melakukannya dnegan kemudahan dengan kasusu atau kejadian
yang dapat dibawa kepikiran, menurut Tversky dan Kahneman (1974) anchoring
and adjustment adalah dalam perkiraan angka, ketika nilai penentuan yang tersedia,
banyak yang membuat perkiraan dengan memuulainya dari nilai penentuan pertama
yang disesuaikan dengan hasil jawaban terakhir. Dalam kadua kasus yang
dikemukakan Tversky dan Kahneman, (1974) peneysuaian saja biasanya tidak
mencukupi (Sewel,2010).
Peneliti lain, Shefrin (2007) mendefinisikan heurustik sebagai salah satu cara
dalam meproses nformasi untuk mendapatkan alternatif keputusan yang cepat tetapi
belum tentu mendatangkan hasil yang optimal karena adanya keterbatasan kognitif.
4
Aspek yang pertama adalah representativeness menggambarkan suatu
kesuksesan atas kepuasan yang dibuat oleh manajer, cenderung akan berlanjut
dimasa depan juga. Kecenderungan manajer dalam membuat keputusan, berdasrkan
pengalaman masa lalu dikenal debagai streotip (ciri khas). Kecenderungan
seseorang untuk bergantung pada masa lalu, untuk menghadapi banyaknya
informasi, seseorang menggunakan perkiraan untuk membuat suatu keputusan.
Ketika dihadapkan dengan informasi baru, manajer cenderung lambat untuk
menyerap informasi baru dan mengubah nilai dari informasi baru sehingga mereka
tetap pada informasi-informasi tersebut. Mereka mengharapkan tren dari laba bersih
sama dengan tren laba bersih masa lalu, yang dapat mengakibatkan kemungkinan
terjadinya penuruanan terhadap tren perubahan, hal ini disebut dengan aspek
anchoring. Dan aspek terakhir adalah availability diamana para manajer
mempunyai tempat untuk membuat keputusan mengenai iformasi yang tersedia.
Hal ini sering terjadi, dan ini memberikan hasil yang tidak baik.
5
mengandung emosional secara alami, kurang matang, sulit dibayangkan atau
ragu-ragu. Heuristik ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil
strategi dalam proses pengambilan keputusan, karena kejadian tersebut
sering terjadi dan memudahkan direkam oleh pikiran dibandingkan kejadian
yang jarang terjadi.
b. Bias 2 – Retievabilitas (berdasarkan atas struktur ingatan)
Sebuah alasan penting untuk pola ini adalah, konsumen belajar tentang
lokasi untuk jenis tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran mereka
seperti itu. Tverski dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan
orang memberikan respon terhadap angka yang lebih besar.
c. Bias 3 – Hubungan Dugaan
Ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan
ketersediaan dari penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Kita
biasanya menandai suatu kemungkinan tinggi yang tidak kita sukai dimana
dua kejadian akan terulang secara bersamaan kembali.
d. Bias 4 – Hindsight Bias
Orang lebih mudah membayangkan yang biasanya terjadi, dan bukannya hal-
hal yang tidak biasa atau luar biasa. Ketika berdasarkan hal yang biasa orang
menambatkan hal ke masa depan, berharap akan ada manfaat lebih. Ketika
terjadi dimasa depan ternyata hal yang tidak biasa, akhirnya muncul
ketidakcapaian manfaat dan ekspresi keperilakuannya dramatis.
2. Heuristik Keterwakilan
Heuristik yang dibahas dalam bagian ini dikenal sebagai keterwakilan,
dan itu mengarah kepada bias yang paling gampang diprediksi dalam situasi
tertentu. Keterwakilan adalah mesin mental bekerja dalam menaruh ciri,
properti, sifat, atau sebuah bayangan dari sebuah himpunan ke anggota
himpunan, hingga ketika kita bertemu satu anggota himpunan, kita dibimbing
oleh heuristik ini untuk melekatkan sifat ke satu anggota himpunan itu.
Penggunaan heuristik yang demikian memang efektif dalam keseharian. Namun
akan menjadi bias bila tidak proporsional.
6
a. Bias 5 – Tidak Sensitif Terhadap Base-rate
Bias pertimbangan jenis ini seringkali terjadi ketika seorang secara
kognitif menanyakan pertanyaan yang salah. Mengabaikan base-rate
memiliki banyak implikasi yang kurang baik.
b. Bias 6 – Tidak Sensitif Terhadap Ukuran Sampel
Walau ukuran sampel sangat fundamental terhadap ilmu statistik,
Tversky dan Kahneman (1974) berpendapat bahwa ukuran sampel jarang
menjadi bagian dari intuisi kita. Ilmu statistik mengatakan bahwa semakin
besar sampel, semakin bagus probabilitas mewakili setiap kejadian.
Mengapa begitu? Karena ketika merespon terhadap masalah yang
berhadapan dengan sampling, orang seringkali menggunakan heuristik
keterwakilan.
c. Bias 7 – Kesalahan Konsepsi Dari Peluang
Sebagian besar orang seringkali mengandalkan intuisi mereka dan salah
menyimpulkan. Peluang secara umum dipandang sebagai proses pembenaran
diri dimana penyimpangan dalam satu arah menginduksi penyimpangan
dalam arah yang berlawanan untuk mengembalikan keseimbangan. Dalam
kenyataannya, penyimpangan tidak dibenarkan dalam satu kesempatan
proses pembukuan, mereka benar-benar terlarut. Peneliti menaruh banyak
kepercayaan pada hasil sampel awal, meremehkan replikabilitas dari temuan
empiris. Hal ini diduga karena representativeness heuristic begitu bagus
digunakan dalam pengambilan keputusan kita dibandingkan ilmuwan terlatih
sekalipun dan menitikberatkan pada penggunaan statistik yang baik mungkin
tidak efektif untuk menghilangkan pengaruh biasnya.
d. Bias 8 – Regresi Pada Mean
Banyak pengaruh dari regresi menuju mean, mengapa menggunakan
konsep regresi menuju mean, sementara hasil statistik valid? Tversky dan
7
Kahneman (1973) menyatakan bahwa representativeness heuristic
menghitung untuk bias sistematik ini dalam pertimbangan. Mereka
berpendapat bahwa seseorang biasanya menduga bahwa hasil dimasa depan
akan dengan maksimal mewakili hasil terdahulu. Oleh karena itu, kita
cenderung secara naif mengembangkan prediksi yang didasarkan pada
asumsi dari korelasi sempurna dengan data lampau. Dalam beberapa situasi
yang tidak biasa seseorang melakukan aspek intiuisi akibat pengaruh regresi
pengaruh mean.
e. Bias 9 – Kesalahan Konjugasi
Lewat teori probabilitas seharusnya kita tau bahwa peluang untuk
mendapatkan suatu kejadian B lebih besar atau sama dengan peluang untuk
mendapatkan A dan B sekaligus, jika A dan B saling bebas. Tversky dan
Kahneman (1983) telah menunjukan kebohongan konjugasi cenderung
mengarah pada penyimpangan dari rasionalitas dalam menilai suatu
peristiwa, tindakan kriminal, hubungan internasional, dan pertimbangan
medis. Keprihatinan kita dengan bias yang dihasilkan dari kebohongan
konjugasi adalah bila kita membuat penyimpangan sistematik dari
rasionalitas dalam memprediksi hasil, kita akan menjadi kurang persiapan
untuk berhadapan dengan kejadian dimasa depan.
3. Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian
Penjangkaran adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai
tertentu, untuk bisa melakukan sebuah penilaian. Terdapat standar-standar
perilaku yang digunakan, untuk mempermudah melakukan penilaian terhadap
orang lain.
a. Bias 10 – Penyesuaian Acuan yang Tidak Layak
Walaupun subyek sadar bahwa acuannya acak dan saling tidak berhubungan
terhadap pertimbangan, acuan memiliki efek yang dramatis terhadap
pertimbangan mereka. Menariknya, membayar subyek secara berbeda- beda
berdasarkan keakuratan tidak mengurangi peningkatan dari pengaruh
pengacuan. Penggunaan sistem kompensasi semacam itu menerima
8
ketidakadilan dimasa lampau sebagai suatu acuan dan membuat penyesuaian
yang tidak sesuai dari titk tersebut. Nisbett dan Ross (1980) dalam plous
(1993) menunjukan suatu argumen yang memperkirakan bahwa bias
pengacuan dan penyesuaian itu sendiri menyatakan bahwa sangat sulit sekali
untuk mengubah strategi pengambilan keputusan. Mereka berpendapat
bahwa masing-masing heuristik yang kami identifikasi saat ini bertindak
sebagai acuan kognitif dan merupakan pusat dari proses dari pertimbangan
saat ini.
b. Bias 11 - Konjungtif dan Disjungtif Kejadian Bias
Bagaimana setiap bias ini diwujudkan dalam suatu konteks terapan?
Perkiraan berlebih dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan kuat
dari masalah ini dalam proyek yang memerlukan perencanaan bertahap.
Perorangan, pebisnis, dan pemerintah seringkali menjadi korban dari bias
kejadian konjungtif melalui waktu dan dana. Proyek pekerjaan umum gagal
terselesaikan tepat waktu atau kekurangan dana. Pengapalan produk baru
sering lebih lama dari yang diharapkan. Bias disjungtif telah mengarahkan
kita untuk berharap hal yang terburuk.
c. Bias 12 – Overconfidence
Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan. Temuan
yang paling baik yang ditetapkan dalam tulisan-tulisan keyakinan berlebihan
adalah kecenderungan orang untuk menjadi terlalu yakin untuk
membenarkan jawaban mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan
menengah sampai sangat sulit. Namun, subyek umumnya tidak menunjukan
sifat keyakinan berlebih, dan sering menjadi tidak yakin, untuk menjawab
pertanyaan yang mereka rasa akrab. Oleh karena itu, kita selalu waspada
untuk menjadi terlalu yakin di luar bidang kita.
4. Bagaimana Hubungan Heuristik Ketersediaan Dengan Akuntansi
Dalam banyak kasus heuristik menyediakan estimasi frekuensi dan
probabilitas yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi heuristik
ketersediaan dapat menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan
9
keputusan. Dalam akuntansi keuangan prediksi suatu aspek penting dalam
pengambilan keputusan investasi. Investor yang mampu memprediksi harga
saham dengan akurat dengan waktu yang relatif cepat, akan memperoleh
prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar kesempatan untuk
memperoleh transakasi yang sesuai atau cocok (kufepaksi, 2007).
5. Bagaimana Hubungan Heuristik Keterwakilan Dengan Akuntansi
Menurut hamid 2007, dalam pasar surat berharga, misalnya saham,
investor dapat mengelompokkan beberapa saham sebagai saham bertumbuh
berdasarkan pada sejarah pertumbuhan laba yang konsisten. Investor sering
salah sangka bahwa kinerja operasi sebelumnya adalah representasi untuk
kinerja dimasa yang akan datang dan sering mengabaikan informasi yang tidak
cocok dengan hal ini. Kenyataan ini membuat investor bereaksi berlebihan
terhadap kinerja persisten berlanjut dalam jangka panjang. Hal ini menyebabkan
investor stereotipe terhadap saham. Dipihak lain pihak, aspek keterwakilan ini
juga terbaca manakala suatu perusahaan mempunyai sejarah pertumbuhan laba
yang konsisten selama beberapa tahun.
Modal tersebut dapat diperoleh dari hutang atau modal sendiri. Keputusan untuk
memeilih sumber pendanaan yang paling baik bagi perusahaan memerlukan analisa
seksama dari manajer keuangan perusahaan. Keputusan pendanaan sangat
10
menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan
berpengaruh terhadap risiko perusahaan itu snediri. Keputusan pendanaan seperti
ini sangatlah penting bagi perusahaan, banyak perusahaan yang sukses dan
berkembang akibat tepat mengambil keputusan pendanaan. Akan tetapi banyak juga
perusahaan yang jatuh ke dalam kebangkrutan akibat banyak hutang dan terbelit
bunga. Pendanaan dengan menggunakan hutang yang terlalu tinggi akan
meningkatkan risiko keuangan perusahaan dan pada akhirnya bisa mengakibatkan
perusahaan masuk ke dalam krisis. Akan tetapi perusahaan juga perlu
memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak lain dengan baik juga.
Hutang perusahaan berkaitan dengan erat dengan struktur modal suatu perusahaan.
Banyak factor yang mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan
pendanaan diantaranya komposisi struktur modal perusahaan.
Kahneman dan Riepe (1998) sebagaimana dikutip Sina (2011) juga menyatakan
hal yang tidak jauh berbeda bahwa investor yang mengalami representativeness
bias cenderung bereaksi berlebihan pada saat memproses informasi untuk membuat
keputusan transaksi. Penjelasannya, ketika investor menerima informasi, dan
informasi tersebut sesuai dengan gembaran mentalnya maka investor akan bereaksi
tidak normal.
11
payback period dalam jangka waktu yang panjang. Perusahaan yang tumbuh
dengan cepat daoat menemukan persaingan yang semakin meningkat sehingga
memperlambat laju pertumbuhan mereka. Pada gilirannya iinvestor akan
mengalami kekecewaan karena menapatkan payback period yang tidak sesuai
seperti yang diharapkan.
12
disebabkan adanya informasi yang dijadikan patokan dalam menyesuaikan
informasi baru.
Jika seseorang dalam membuat keputusan banyak dipengaruhi oleh factor intuisi
dan perasaan maka yang muncul adalah aaffect. Affect adalah perasaan emosional,
seperti: intuisi dan insting yang bersamaan dengan aspek heuristic lainnya dapat
membawa para manajer mengalami kecenderungan bias. Implikasi dari aspek affect
menurut Shefrin (2007) yaitu individu dalam mengambil keputusan akan didasari
oleh insting atau intuisi dan tidak didasari oleh penalaran dan logika, khususnya
dalan pengambilan keputusan hutang individu dalam membuat keputusan
mengakolasi danna tidak didasari pertimbangan yang tepat atau tidak memikirkan
seberapa besar peluang kesuksesan tersebut dapat tercapai, namun hanya didasari
perasaan senang atau tidak.
13
4. Jangan pernah beranggapan keputusan pada hal tertentu dapat diterapkan pada
setiap pekerjaan. Karena organisasi berbeda, begitu pula pekerjaan dalam
organisasi. Keefektifan meningkat bila ada kecocokan gaya keputusan anda
dengan kebutuhan pekerjaan. Contoh: PK bergaya perintah lebih cocok dan
efektif untuk pekerjaan yang menghendaki tindakan cepat seperti pekerjaan
pialang saham.
14
mengenai dua hal yang pertama kinerja perusahaan terutama kinerja keungan dari
sisi hutang dan yang kedua apakah ada kecenderungan direktur utama mengalami
bias heuristic.
15
Oleh karena itu, PT. NTS membuat laporan keuangan untuk mengetahui apakah
kinerja keuangan perusahaan dalam kondisi yang baik atau tidak. Kinerja keuangan
PT. NTS secara umum baik.
16
persentase menggunakan rasio hutang, persentase tersebut bervariasi dari tahun
2009 sampai tahun 2011.
Dari pernyataan diatas Nampak bahwa masa lalu sebagai patokan dalam
pengambil keputusan hutang sehingga hal tersebut akan mengarah pada heuristic.
Khususnya representativeness bias sebgaimana diungkpakan oleh PT. NTS seperti
berikut:
17
perusahaan dilihat dari indicator-indikator yang telah ditetapkan, indikitor-indikator
tersebut meliputu rasio, laba dan penjualan. Dari ketiga indicator tersebut yang
dapat menimbulkan bias hanya rasio keuangan perusahaan karena dari perhitungan
rasio ada yang tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan misalnya seperti
total utang dnegan total asset dan times interest earned.
Selain itu ada pernyataan sebagaimana diungkapkan direktur PT. NTS yang
mengarah pada anchoring and adjustment.
18
Sementara itu untuk affect juga ada dalam proses pengambilan keputusan hutan
perusahaan yang didukung pernyataan berikut:
Dengan melihat beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ada aspek positif
dan aspek negative. Aspke positifnya adalah memunculkan sikap optimis pada diri
pengambil keputusan dalam proses pembuatan keputusan hutang segingga proses
tersebut menjadi cepat. Sedangkan aspek negatifnya adalah adanya sikap yang
optimis tersebut akan membuat pengambil keputusan hutang bersikap optimis
tersebut akan membuat pengambil keputusan hutang bersikap optimis yang
belebihan dengan menentukan patokan dan perhitugan. Patokan dan perhitungan
tetap kurang sempurna dalam proses pengambil keputusan hutang sehingga dapat
memeberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
V. KESIMPULAN
Salah satu masalah yang akan dihadapi dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan adalah dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil akan
sangat mempengaruhi dari operasional organisasi atau perusahaan tersebut.
Keputusan yang diambil secara asal atau tanpa pertimbangan dari informasi yang
akurat atas masalah yang akan diambil keputusannya akan menjadi bias dalam
pengambilan keputusan. Bias yang terjadi dalam suatu pengambilan keputusan
berdampak resiko yang akan dihadapi. Agar tidak terjadinya bias dalam
pengambilan keputusan seorang manajer atau pimpinan harus mengetahui apa saja
19
faktor yang menyebabkan terjadinya bias dalam pengambilan keputusan. Setelah
diketahuinya faktor tersebut, diharapkan kepada manajer atau pimpinan akan dapat
menghindari atau meminimalisir terjadinya bias dalam pengambilan keputusan.
Untuk mencegah terjadinya bias dalam pengambilan keputusan, ada beberapa cara
yang harus diperhatikan: yaitu, sebelum mengambil sebuah keputusan manajer atau
pimpinan harus analisis situasi, seseuaikan gaya pengambilan keputusan anda
dengan budaya nasional setempat, evaluasi kriteria, dan sistem penghargaan
organisasi anda. Sesuaikan gaya keputusan anda untuk meyakinkan kecocokannya
dengan budaya organisasi, lalu mempertimbangkan informasi yang berkaitan
dengan masalah yang diambil keputusan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa direktur PT. NTS menggunakan jalan
pintas (heuristic) ketika membuat keputusan hutang. Selain itu, pengukuran rasio
keuangan khusunya current rasio dan times interest earned mengalami bias ketika
indicator-indikator yang ada kurang optimal. Sehingga dapat dikatakan direktur
perusahaan membuat keputusan hutan menggunakan jalan pintas
representativeness bias.
Sedangkan untuk availability, anchoring and adjustment dan affect ada dalam
proses pengambilan keputusan hutang perusahaan tetapi tidak bias. Karena
pengambil keputusan hanya mencari informasi mengenai hutang pada pihak yang
telah memberikan pinjaman selama ini, direktur utama menetapkan besaran atau
jumlah hutang menggunakan beberapa indicator salah satunya rasio keuangan
perusahaan dan direktur utama selalu melakukan pengembalian hutang dengan
tepat waktu.
Saran
Agar setiap manager atau pengambil keputusan dalam organisasi ataupun
perusahaan untuk mengumpulkan terlebih dahulu informasi-informasi terkait
masalah yang akan diambil keputusannya, hal ini untuk meminimalisir kesalahan
dan bias dalam pengambilan keputusan. Diharapkan kepada direktur PT. NTS tidak
senantiasa mengendalikan jalan pintas (representativeness, availability, anchoring
20
and adjustment, dan affect) dalam proses pengambilan keputusan hutan karena
apabila mengandalkan jalan pintas tersebut maka ada kemungkinan akan
menghasilkan keputusan yang kurang optimal.
REFERENSI
Suartana, I Wayan. 2010. “Akuntansi Keperilakuan” Yogyakarta: Andi
Putlia, Nancy. 2009. Persepsi dan Aspek Psikologis dalam Pengambilan Keputusan
Hutang. Tesis. Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana.
21
22