Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

CRITICAL THINKING, EVIDENCE BASED PRAKTICE


DAN KOMUNISASI TERAPIUTIK
“Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mahasiswa mata kuliah Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019 / 2020”
Dosen Pengampu : Siti Yulaikah, S. SiT, M. Keb.

Disusun Oleh :

Indah Catur Kusumaningsih (P 27224019 126)

Intan Ayu Fatmawati (P 27224019 127)

Irma Oktavia (P 27224019 128)

Isnatiara Ummu Jihad (P 27224019 129)

Karina Permatasari (P 27224019 130)

SEMESTER I

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG

SARJANA TERAPAN DAN PROFESI KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Cover

Daftar isi ........................................................................................................ i

BAB I Pendahuluan ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 2

B. Tujuan ................................................................................................. 1

BAB II Tinjauan Teori .................................................................................. 3

A. Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas............ 3

1. PengertianCritical Thinking............................................................ 3

2. Komponen Critical Thinking........................................................... 3

3. Proses Critical Thinking.................................................................. 4

4. Critical Thinking dalam Kebidanan.................................................5

5. Jurnal ..............................................................................................7

B. Evidence Based dalam Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.............. 8

1. Pengertian Evidence Based............................................................. 8

2. Manfaat Evidence Based................................................................. 9

3. Karakteristik Evidence Based...........................................................9

4. Proses Eksplorasi Evidence Based...................................................9

5. Etika Pemanfaatan Evidence Based...............................................10

6. Jurnal ............................................................................................12

BAB III PENUTUP .................................................................................... 17

A. Kesimpulan ........................................................................................ 17

B. Saran .................................................................................................. 17

Daftar Pustaka

ii
Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal.
Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan
suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia, di lingkungan
ASEAN, merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi,
yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan segara untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat
menyeluruh dan lebih bermutu. Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) tahun 2015, AKI sebesar 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Di Provinsi Jawa Tengah, AKI tahun 2016 sebesar 109,65 per 100.000 kelahiran
hidup.

Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah


dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis, diawali dari pengkajian
data (data subjektif dan objektif) dianalisis sehingga didapatkan diagnosa
kebidanan aktual dan potensial, masalah dan kebutuhan, adanya perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi (Varney, 2004) Manajemen asuhan kebidanan yang
dilakukan akan dipertanggungjawabkan melalui sistem dokumentasi Subjektif,
Objektif, Assesment, Planning (SOAP) serta catatan perkembangan.

Seorang profesi bidan, sangat penting untuk mempertajam proses berpikir


kritis untuk mengantisipasi diagnosa dan masalah potensial sehingga tercapainya
asuhan yang berkualitas dan tepat sasaran. Penyebab kematian ibu cukup kompleks,
dapat digolongkan atas penyebab langsung (faktor- faktor reproduksi, komplikasi
obstetric) dan tidak langsung (3 terlambat, pengetahuan, sosio-ekonomi). Salah satu
bagian 3 terlambat yaitu terlambat mendapatkan pertolongan yang juga bisa
disebabkan oleh penolong atau tenaga kesehatan. Perlu adanya tindakan awal yang
bersifat preventif agar meminimalkan kasus tersebut, salah satunya adalah
membiasakan diri bagi seorang bidan atau tenaga kesehatan untuk berpikir kritis,
rasional terhadap setiap tindakan yang dilakukan, setiap melakukan manajemen
asuhan kebidanan.
4
Proses manajemen kebidanan tersebut terdiri dari tindakan perencanaan,
pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan. Pilar seorang bidan yang
terdapat pada kerangka kerja menurut ICM (2015) adalah pengetahuan, keahlian
dalam melaksanakan pelayanan asuhan kepada bayi baru lahir, wanita, keluarga
sepanjang kehidupannya.

Tidak hanya berfikir kritis, kemampuan komunikasi harus dimiliki oleh


bidan. Karena hubungan antara bidan dan pasien adalah hubungan komunikasi
antar pribadi yang bertujuan untuk kesehatan. bidan yang menerapkan teknik-teknik
komunikasi dalam interaksinya bersama pasien, lebih disukai oleh pasien atau
klien. Sehingga pesan berupa informasi atau saran yang disampaikannya akan lebih
mudah diterima oleh pasien. Selain itu, bidan juga harus mengetahui evidence
based agar dapat memberikan pelayanan dan penanganan yang optimal. Maka dari
itu penulis akan membuat makalah mengenai critical thinking, evidence based dan
komunikasi terapeutik dalam asuhan kebidanan masa nifas.

B. Tujuan
1. Mengetahui Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan
2. Mengetahui Evidence Based Praktice dalam Asuhan Kebidanan

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Critical Thinking dalam Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Critical Thinking
Berpikir kritis adalah suatu proses intelektual dalam pembuatan
konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi
berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, di
mana hasil proses ini diguanakan sebagai dasar saat mengambil tindakan.
(Anonim.2014)
Dalam pelaksanaannya, hal ini didasarkan pada nilai-nilai universal
intelektual yang melampaui cabang suatu ilmu yang meliputi: kejelasan,
akurasi, presisi, konsistensi, relevansi, bukti suara, alasan yang baik,
kedalaman, luasnya ilmu, dan keadilan.
Berfikir kritis dalam kebidanan adalah komersial untuk kebidanan
profesional karenacara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holisik untuk
pemecahan masalah.
2. Komponen Critical Thinking
Komponen dari berpikir kritis yaitu :
a. Interpretation
Interpretasi merupakan proses memahami dan menyatakanmakna atau
signifikansi variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa,
penilaian, persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria.
Interpretasi meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan
makna.
b. Analysis
Analisis adalah proses mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan,pertanyaan, konsep, deskripsi, atau bentuk-bentuk representasi
lainnya untuk mengungkapkan keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan,
informasi dan opini.
c. Evaluation
Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataanatau
representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman,
situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan
6
logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi,
pertanyaan atau bentuk representasi lainnya.
d. Inference
Inferensi merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh unsur yang
dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk membentuk suatu dugaan
atau hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan
mengembangkan konsekuensi yang sesuai dengan data., pernyataan,
prinsip, bukti, penilaian, keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan
dan bentuk-bentuk representasi lainnya
e. Explanation
Eksplanasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempresentasikan
hasil penilaian seseorang dengan cara meyakinkan dan koheren.
f. Self-regulation
Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif
sendiri, unsur – unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil –
hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan
dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan
suatu pendangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau
pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang.
3. Proses Critical Thinking
Mengenali masalah(defining and clarifying problem), meliputi
mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan
dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan
masalah. Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta
maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali
kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkinan
perbedaan orientasi nilai dan ideologi.Pemecahan masalah atau penarikan
kesimpulan yang meliputi mengenali data-data yang diperlukan dan
meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan
maslah/ kesimpulan yang diambil.Proses berfikir kritis tidak jauh berbeda
dengan 7 langkah manajemen Varney:
Tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah,
menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan. Dalam menyimpulkan
7
hasil pemikiran kritis, diperlukan upaya gigih untuk memeriksa setiap
keyakinan atau pemahamanakan pengetahuan berdasarkan dukungan bukti
ilmiah (evidence based) yang mendukung kecenderungan pengambilan
kesimpulan tersebut.
4. Critical Thinking Dalam Kebidanan
Proses berfikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan
terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berfikir kritis. Penerapan
dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan asuhan nifas
sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya pencegahan dan
penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang mungkin terjadi
pada saat masa nifas, dengan menerapkan manajemen kebidanan, sehingga
diharapkan proses selama masa nifas dapat berjalan dengan baik, ibu dapat
melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
Bidan setiap kali mengambil keputusan, bidan menggunakan
ketrampilan berfikir kritis dalam cara :
a. Bidan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari lingkungannya.
b. Bidan menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
c. Bidan penting membuat keputusan.
Berfikir kritis dalam kebidanan adalah komponen dasar dalam
pertanggung jawaban profesionalitas dan kualitas asuhan kebidanan. Pemikiran
kritis dalam kebidanan menunjukkan perasaan : percaya diri, kontekstual
perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun,
refleksi.
5. Penerapan Critical Thinking dalam Asuhan Nifas
Proses berpikir kritis merupakan kerangka dasar bidan dalam
memberikan asuhaan kebidanan, dalam bingkai manajemen kebidanan.
Sehingga, apabila bidan memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kebidanan dengan sistematis dan
terpola, maka bidan tersebut telah menerapkan proses berpikir kritis. Penerapan
dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan antenatal care
sesuai dengan program maka bidan telah menerapkan proses berpikir kritis.
8
Penerapan dalam asuhan kebidanan ibu hamil adalah dengan melaksanakan
antenatal care sesuai dengan program yang telah disepakati sebagai upaya
pencegahan dan penanganan secara dini penyulit dan kegawatdaruratan yang
mungkin terjadi pada saat kehamilan, dengan proses kehamilan dapat berjalan
dengan baik, ibu dapat melahirkan bayinya dengan sehat dan selamat.
Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam kebidanan yaitu:
a. Penggunaan bahasa dalam kebidanan
Berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.
Bidan menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan
idea, pikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien
sesame bidan, profesi. Secara nonverbal saat melakukan pendokumentasian
kebidanan. Dalam hal ini berpikir kritis adalah kemampuan menggunakan
bahasa secara reflektif. Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks
berfikir kritis :
1) Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi
2) Mengekspresikan perasaan dan sikap
3) Melaksanakan perencanaan kebidanan atau ide-ide dalam tindakan
kebidanan
4) Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi,
mengekspresikan keraguan dan keheranan
5) Mengekspreiskan pengandaian
b. Argumentasi dalam kebidanan
Sehari-hari bidan dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
kebidanan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.
c. Pengambilan keputusan
Dalam praktik kebidanan, sehari-hari, bidan selalu dihadapkan
pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat
terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam
penyelesai masalah manajemen di ruangan.

9
d. Penerapan dalam proses kebidanan
1) Pengkajian : Mengumpulkan data, melakukan observasi dalam
pengumpulan data berpikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data
menggunakan ilmu-ilmu lain.
2) Perumusan diagnose kebidanan : Tahap pengambilan keputusan yang
paling kritis, menentukan masalah dan dengan argument yang secara
rasional
3) Perencanaan kebidanan : Menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensitesa
ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan
4) Pelaksanaan kebidanan : Pelaksanaan tindakan kebidanan adalah
keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakan nyata yang menentukan
tingkat keberhasilan.
5) Evaluasi kebidanan : Mengkaji efektifitas tindakan bidan harus dapat
mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
6. Jurnal

a.

10
Aldina Ayunda Insani , dll dalam “Berpikir Kritis” Dasar Bidan
Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan menyebutkan bahwa berpikir
kritis merupakan dasar bagi setiap bidan untuk melakukan manajemen
asuhan kebidanan, sehingga tepatnya pembuatan keputusan dan
tepatnya asuhan yang diberikan. Berpikir kritis harus diintegrasikan
kepada seluruh profesi bidan dan dimulai pada mahasiswa kebidanan
untuk setiap manajemen asuhan kebidanan yang akan dilakukan
sehingga menghasilkan asuhan yang tepat dan bermutu.

b.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Critical Thinking dalam kebidanan adalah komersial untuk kebidanan
profesional karenacara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holisik untuk
pemecahan masalah. Tiga kunci utama untuk dapat berfikir kritis: RED (Recognize
assumptions, Evaluate arguments dan Draw conclusions) = mengenali masalah,
menilai beberapa pendapat, dan menarik kesimpulan.Evidence Base-Midwifery
dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan berdasarkan bukti penelitian yang
telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.Komunikasi terapeutik
dalam asuhan kebidanan masa nifas adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, dimana kegiatan dan tujuan dipusatkan untuk kesembuhan ibu maka
komunikasi terapeutik mempunyai peranan yang penting untuk membantu
memecahkan masalah yang dihadai pasien.

B. Saran
Diharapkan makalah ini menambah literatur untuk tenaga kesehatan
mengetahui tentang Critical Thinking, Evidence Based Praktice dan
KomunisasiTerapiutik dalam Asuhan Kebidanan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). Evidence based health care and systematic review.


http://community.cochrane.org/about-us/evidence-based-health-care. Florida
State University.

Handajani, Rini. 2016. Komunikasi dalam Praktek Kebidanan. Pusdik SDM Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Janiwarty Bethsaida, Zan Herri. 2013. Pendidikan Psikologi untuk Bidan. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.

Negron, R., Martin, A., Almog, M., Balbierz, A., & Howell, E. A. (2012). Social
Support During the Postpartum Period: Mothers’ Views on Needs,
Expectations, and Mobilization of Support. Maternal and Child Health Journal,
17(4), 616–623.

Permatasari, Dinda. 2016. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Komunikasi


Terapeutik Bidan Puskesmas Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Di
Puskesmas Kota Semarang Tahun 2016.

Pusdiklat Nakes. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta; Gavi

Rini, susilo., Kumala,Feti D.2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
DEEPUBLISH: Sleman

13

Anda mungkin juga menyukai