Anda di halaman 1dari 2

Contoh kasus

Ny.X G1P0A0 datang ke Puskesmas untuk memeriksakan kandungannya. Pada


Sabtu pukul 08.45 WIB, Ny.X datang ke puskesmas bersama suaminya. Ny.X
mengatakan kehamilannya sudah melewati hpl, sudah mengalami flek-flek namun
belum merasakan mules seperti ingin melahirkan.

Ny.X menuju pendaftaran puskesmas untuk mendaftarkan diri, kemudian


diarahkan mengantri di bagian pelayanan KIA. Diruang KIA terdapat mahasiswa
yang bertugas melakukan anamnesa, memeriksa TTV, leopold serta
mendokumentasikannya pada register KIA. Didapatkan keadan ibu baik, dan TTV
dalam batas normal. Setelah diperiksa ulang Bidan KIA, ny. X diarahkan untuk ke
PONED Puskesmas untuk pemeriksaan lanjutan karena dari awal ny. X sudah
berencana untuk melahirkan di Puskesmas.

Setelah menerima RM Ny.X, mahasiswa praktikan A yang bertugas di PONED


melakukan pemeriksaan lanjutan didampingi bidan jaga A dan
mendokumentasikan dalam lembar pemeriksaan PONED. Hasil dari pemeriksaan
diketahui pembukaan 2 cm, bloodslym dan ketuban merembes. Bidan jaga A
menyarankan Ny. X untuk tinggal di PONED karena ketuban sudah merembes.
Setelah pemantauan selama ± 8 jam pembukaan belum bertambah dan his masih
tetap sama. Mahasiswa yang bertugas saat itu kemudian melapor pada bidan A
menyampaikan keadaan. Namun bidan jaga A menganggapnya wajar karena itu
merupakan kehamilan pertama, sehingga mahasiswa mengiyakan saja karena
merasa bidan yang sedang berjaga tersebut lebih paham.

Minggu pukul 08.00 WIB, bidan penanggung jawab PONED tidak datang, dan
yang berjaga di PONED adalah Bidan jaga B dan mahasiswa praktikan B.
Keadaan saat itu pembukaannya sudah pertambah menjadi 4 cm sehingga Bidan
jaga A tidak melaporkan keadaan Ny. X sebelumnya kepada Bidan penanggung
jawab dengan berpesan kepada bidan B agar tetap melakukan pengawasan karena
ketuban sudah pecah. Sementara itu, Ny.X merasa lelah dan khawatir karena bayi
tidak kunjung lahir. Kemudian Bidan B tetap memberikan informasi ke Ny.X
bahwa pemantauan harus dilakukan di puskesmas karena Ketuban sudah
merembes.

Bidan B dan mahasiswa praktikan B melakukan pengawasan Ny.X selama 8 jam


dan alhasil pembukaan 6 cm pukul 16.00 WIB . Dengan mempertimbangkan
ketuban yang merembes, Bidan B konsultasi dengan Bidan Penanggung Jawab
PONED mengenai keadaan Ny. X. Hasil konsultasi, akan diberikan stimulasi
oxitosin. Pada saat itu Bidan Penanggung jawab termasuk senior yang bahkan
diakui sudah berpengalaman menangani kasus gadar oleh Obgyn setempat
sehingga dalam kasus seperti ini Obgyn PONED mempercayakan kasus PONED
kepada bidan Penanggungjawab. Kecuali akan ditangani dokter bila sudah diluar
kemampuan bidan penaggung jawab.

Setelah pemberian oksitosin, pembukaan bertambah. Hingga pada pukul 20.00


WIB pembukaan lengkap. Bidan B menghubungi Bidan penanggung jawab dan
kemudian Bidan Penanggungjawab mendampingi mahasiswa yang akan
melakukan pertolongan persalinan.

Persalinan berjalan lancar hingga kala 3 dan tidak ditemukan tanda tanda robekan
jalan lahir. Namun, pada saat kala 4 Ny.X merasa pusing, tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 36°c , TFU tidak teraba,
kontraksi uterus jelek, perdarahan 500 ml. Bidan Penanggung jawab
menghubungi dokter Obgyn PONED via telfon untuk meminta izin tindakan yang
akan dilakukan. Kemudian, dokter mengintruksikan untuk di lakukan KBI, dan
KBE. Bidan melakukan tindakan segera sesuai advis dokter dengan memasang
infus RL oksitosin 20 iu dan segera dilakukan tindakan KBI. Setelah bidan B
memastikan kandung kemih Ny.X kosong, KBI segera dilakukan sambil
memantau keadaan ibu namun uterus tetap tidak berkontraksi sehingga bidan
melanjutkan tindakan KBE. Mahasiswa membantu stimulasi puting susu dan
Bidan lainnya membantu melakukan kompresi bimanual eksterna. Kemudian
diberikan metil ergometrin 0,2 mg pada Ny.x sambil di observasi. Selang
beberapa menit kemudian, Perdarahan ibu terhenti dan uterus berkontraksi dengan
baik, tindakan selanjutnya bidan melakukan observasi setiap 10 menit dalam 2
jam pertama.

Anda mungkin juga menyukai