Banyak peneliti mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan antar negara tentang prinsip akuntansi, pengukuran aktiva dan kewajiban, serta hasil dalam laporan keuangan dan informasi yang diungkapkan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pada akuntansi internasional dan pelaporan keuangan adalah hukum, sumber keuangan eksternal, sistem perpajakan, representasi badan-badan akuntansi profesional, perkembangan sejarah, peristiwa ekonomi dan politik, serta budaya. Dalam auditing, penilaian risiko fraud penting dalam pemeriksaan laporan keuangan badan usaha. Jika entitas klien terletak di negara lain, maka auditor independen harus membuat keputusan berdasarkan pertimbangan profesional mereka. Akuntan publik internasional bertugas memberikan jasa audit dan jaminan terhadap pendapat yang diberikan. Sebagai akuntan publik harus waspada dengan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan entitas, yang dapat disebabkan oleh kelemahan material dalam sistem pengendalian internal perusahaan. Dimensi Budaya Hofstede meliputi : 1. Dimensi Jarak Kekuasaan (Power Distance) . Dalam lingkungan jarak kekuasaan yang rendah, terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara atasan dan bawahan. Jarak kekuasaan akan berpengaruh terhadap perilaku. Jarak kekuasaan yang tinggi akan menyebabkan keengganan karyawan untuk mengkoreksi perilaku yang salah dari atasan. Oleh karena itu, jarak kekuasaan akan menyebabkan perbedaan perilaku pada profesional akuntansi dalam pengambilan keputusan etis. 2. Dimensi Individualisme. Menggambarkan hubungan antara individu dan hubungan mereka yang berlaku di masyarakat tertentu. Budaya individu, individu cenderung untuk menjaga diri mereka sendiri yang ditandai dengan sikap loyalitas dan kesetiaan diri, ambisi dan prestasi pribadi. Sebaliknya, budaya kolektivis, individu menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, cenderung melakukan sesuatu untuk tim dan bukan untuk diri mereka sendiri, setia satu sama lain. Pengungkapan kesalahan dalam akuntansi kurang mungkin dalam budaya kolektivis dibanding budaya individualistik. 3. Dimensi Maskulinitas. Menunjukkan bagaimana karakteristik laki-laki (misalnya tujuan egosentris) dan karakteristik perempuan (Misalnya tujuan menguntungkan sosial) dalam masyarakat berbeda. Gender akan berdampak pada pengambilan keputusan etis, tapi tidak bisa mengantisipasi pola yang konsisten di seluruh konteks. 4. Dimensi Penghindaran Ketidakpastian. Indikasi untuk menerima ketidakpastian. Dalam budaya penghindaran ketidakpastian yang kuat, ada keyakinan dan toleransi yang ketat untuk ide-ide baru. Sebaliknya, masyarakat dengan budaya penghindaran ketidakpastian yang lemah, cenderung lebih santai dan lebih mengandalkan prinsip dari pada aturan ketat. Nilai-nilai akuntansi mempengaruhi sistem akuntansi, sehingga faktor budaya langsung mempengaruhi perkembangan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di tingkat negara. Empat klasifikasi nilai akuntansi untuk menentukan sub-budaya akuntansi : 1. Profesionalisme vs Kontrol Hukum. Pertimbangan profesional lebih baik pada budaya dengan sedikit jarak dari kekuasaan sebagai kepatuhan hukum oleh otoritas yang lebih rendah. Kontrol hukum, sebaliknya, lebih penting dalam situasi hukum harus diikuti secara ketat tetapi mencegah pengembangan profesional akuntan 2. Keseragaman vs Fleksibilitas. Fleksibilitas mampu mengadaptasi pelaporan internasional dengan dimensi budaya dari berbagai negara. Sedangkan keseragaman menunjukkan budaya yang cenderung pada penghindaran ketidakpastian yang kuat untuk menghilangkan kemungkinan yang menciptakan perbedaan dengan menerapkan kebijakan akuntansi standar. 3. Konservatisme vs Optimisme. Konservatisme yaitu berhati-hati, menghindari ketidakpastian peristiwa masa depan yang bertentangan dengan pendekatan lebih optimis dalam pengambilan resiko. 4. Kerahasiaan vs Transparansi. Kerahasiaan mengungkapkan informasi keuangan secara hati-hati, cenderung rahasia dan pembatasan informasi kepada publik. Sedangkan transparan yaitu terbuka dan akuntabel. Pengaruh budaya dalam penelitian tentang klasifikasi nilai akuntansi yang dikonfirmasi oleh praktek akuntansi Indonesia, yaitu 1. Pengaruh budaya pada akuntansi. Budaya ada yang mempengaruhi praktik akuntansi, tetapi juga ada yang tidak mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena adanya standar akuntansi yang sudah baku. 2. Pengaruh budaya pada auditing. Dalam masyarakat individualis, orang bertindak dalam kepentingan mereka sendiri dan berusaha untuk meningkatkan kinerja dengan biaya berapapun. Individu dalam budaya ini, memutuskan berapapun biaya untuk memenuhi setiap permintaan pengguna tanpa khawatir tentang kesalahan tersebut. Dalam budaya individualistis ditemukan bahwa kesalahan piutang dan hutang yang cenderung dimanipulasi. 3. Pengaruh budaya terhadap keputusan etis auditor. Dalam pengambilan keputusan etis, faktor budaya perlu dipertimbangkan oleh auditor. 4. Pengaruh budaya terhadap penilaian risiko audit. Dalam audit, penilaian risiko dapat merujuk kepada berbagai jenis risiko seperti risiko salah saji material, pengendalian risiko, risiko yang melekat, risiko audit, risiko bisnis, risiko keterlibatan, dan risiko penipuan. 5. Pengaruh budaya terhadap keputusan berisiko. Perbedaan antara penilaian risiko dan keputusan risiko penting karena perusahaan berusaha untuk melemahkan perbedaan budaya yang berpotensi mempengaruhi penilaian dan keputusan risiko. Konsep keputusan risiko sebagai keputusan yang diakibatkan dari penilaian risiko dan preferensi risiko (yaitu, menghindari risiko, risiko netral, atau risiko-mencari). Budaya pada praktik akuntansi internasional : Budaya mempengaruhi cara individu melihat standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang harus mereka patuhi. Pada tingkat mikro, individualisme terkait dengan terlalu percaya memiliki efek signifikan positif pada pengambilan risiko keuangan individu dan keputusan untuk memiliki saham. Budaya mempunyai efek yang signifikan pada pengambilan keputusan eksekutif. Sedangkan, pada tingkat makro, budaya telah dikaitkan dengan tata kelola perusahaan, perlindungan investor, hak kreditur, perlindungan kebangkrutan, efisiensi peradilan, transparansi akuntansi, dan korupsi. Penelitian terbaru telah mengkaitkan variabel budaya untuk pembangunan ekonomi dan pasar. Budaya telah langsung terkait dengan pengambil risiko perusahaan. Bank-bank di masyarakat menghindari ketidakpastian yang tinggi cenderung untuk mengambil risiko yang lebih kecil, sedangkan bank-bank di masyarakat individualisme tinggi mengambil lebih banyak risiko. Budaya juga berdampak pada perusahaan di sektor manufaktur pada periode 1997-2006 menunjukkan bahwa individualisme memiliki efek langsung yang positif dan signifikan, sedangkan penghindaran ketidakpastian memiliki efek langsung yang negatif dan signifikan terhadap perusahaan dalam mengambil risiko. Critical Review Kelebihan : Jurnal ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap literatur akuntansi internasional dengan memberikan sintesis yang komprehensif tentang penelitian tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi, auditing, dan praktik akuntansi internasional. Jurnal ini menggunakan kerangka kerja yang jelas dan logis untuk menganalisis literatur, yang memudahkan pembaca untuk memahami hubungan antara budaya dan akuntansi. Jurnal ini menyoroti beberapa area penelitian yang perlu dikembangkan lebih lanjut, yang dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi. Kelemahan : Penelitian yang dilakukan Eddie saat menguji dengan mengembangkan indeks nilai akuntansi tidak menyebutkan nama tiga belas negara-negara di Asia-Pasifik. Penelitian yang dilakukan oleh Jaggi & Low tidak menyebutkan nama negara yang termasuk code law dan common law. Terdapat bahasa asing yang tidak ada terjemahan bahasa Indonesia seperti : power distance, code law, common law. Jurnal ini hanya fokus pada dimensi budaya Hofstede, yang merupakan salah satu dari banyak model budaya yang tersedia. Jurnal ini tidak membahas secara rinci bagaimana budaya dapat mempengaruhi standar akuntansi dan praktik audit. Rekomendasi perbaikan : Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih lanjut pengaruh budaya terhadap akuntansi, auditing, dan praktik akuntansi internasional. Beberapa area penelitian potensial termasuk: o Pengaruh budaya terhadap standar akuntansi dan praktik audit o Pengaruh budaya terhadap perilaku akuntan dan auditor o Pengaruh budaya terhadap penggunaan informasi akuntansi oleh pengguna o Penelitian ini dapat membantu untuk mengembangkan praktik akuntansi dan audit yang lebih efektif dan efisien di seluruh dunia. Introduction : riset isu Permasalahan : Penelitian yang dilakukan ingin membuktikan model dan mengembangkan penelitian di masa depan yang menghubungkan studi nilai-nilai budaya Hofstede dengan studi auditor pertimbangan dan keputusan dengan mengembangkan kerangka kerja yang mengkategorikan pertimbangan auditor dan keputusan kemungkinan besar dipengaruhi oleh perbedaan lintas budaya. Kategori mencakup penilaian risiko, keputusan risiko, dan penilaian etis. Memahami dampak faktor budaya pada praktik akuntansi dan pengungkapan keuangan penting untuk mencapai harmonisasi akuntansi internasional. Pemahaman mendalam tentang bagaimana nilai-nilai lokal dapat mempengaruhi praktik akuntansi dan dampaknya terhadap keuangan pengungkapan penting untuk memastikan komparabilitas pelaporan keuangan internasional. Pertanyaan : 1. Bagaimana hubungan dimensi budaya Hofstede dan nilai akuntansi Gray? 2. Bagaimana hubungan nilai budaya Hofstede dengan penilaian dan keputusan auditor dalam mengembangkan kerangka yang mengkategorikan penilaian dan keputusan auditor yang paling mungkin dipengaruhi oleh perbedaan lintas-budaya? 3. Bagaimana pengaruh budaya dalam praktik akuntansi internasional agar mencapai harmonisasi akuntansi internasional? Riset-riset sebelumnya : Studi oleh Arnold et al. (2001) menunjukkan bahwa jarak kekuasaan yang lebih tinggi dikaitkan dengan penilaian auditor yang lebih rendah terhadap materialitas. Studi oleh Chan et al. (2003) menunjukkan bahwa individualisme yang lebih tinggi dikaitkan dengan kemungkinan kesalahan akuntansi yang lebih tinggi. Studi oleh Bik (2010) menunjukkan bahwa budaya dapat mempengaruhi penilaian dan keputusan auditor dalam membangun kerangka kerja yang mengklasifikasikan penilaian dan keputusan auditor yang paling mungkin dipengaruhi oleh perbedaan lintas budaya. Research gap : Untuk peneliti selanjutnya di masa depan bisa menguji dimensi budaya terhadap nilai-nilai akuntansi, pengambilan keputusan dalam auditing dan pemahaman yang lebih baik peran dan pengaruh budaya dalam praktik akuntansi internasional kontemporer. Kebaharuan : Penelitian memberikan beberapa rekomendasi tentang beberapa riset yang relevan di masa yang akan datang, misalnya dalam proses pengusulan anggaran dengan memperhatikan budaya kolektivis dan individualis. Penelitian tentang pengungkapan kesalahan yang terjadi di organisasi atau pengambilan keputusan etis akuntan internal, dengan pertimbangan budaya. Salah satunya adalah bahwa kemungkinan budaya kolektivis mempengaruhi perilaku pro sosial, meskipun sebenarnya perilaku tersebut merugikan organisasi. Penelitian tentang pengaruh budaya pada kinerja organisasi dengan melihat perbandingan antara perusahaan multinasional dan lokal. Motivasi penelitian : Penelitian dimotivasi oleh keragaman internasional yang terus berkembang dari karyawan baru di perusahaan audit yang berskala internasional. Literature Review : Review literatur menangkap pengetahuan saat ini dalam penelitian pengaruh budaya menggunakan kerangka yang menghubungkan nilai sosial dengan yang penilaian akuntansi dan keputusan auditor yang dipengaruhi oleh perbedaan lintas-budaya. Research Method : Metode review literatur dilakukan dengan meninjau dan menganalisis penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi. Penulis memulai dengan memberikan gambaran umum tentang topik yang akan dibahas, yaitu pengaruh budaya terhadap akuntansi, auditing, dan praktik akuntansi internasional. Penulis kemudian menjelaskan kerangka kerja yang akan digunakan untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap akuntansi, yaitu kerangka kerja yang dikembangkan oleh Gray (1988). Selanjutnya, penulis meninjau penelitian- penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi. Penulis meninjau penelitian-penelitian ini berdasarkan dimensi budaya Hofstede, yaitu jarak kekuasaan, individualisme, maskulinitas, dan orientasi jangka panjang. Pada bagian akhir, penulis menyimpulkan hasil dari review literatur yang telah dilakukan. Penulis menyimpulkan bahwa budaya dapat mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai tingkat, mulai dari tingkat nasional hingga tingkat organisasi. Penulis juga menyoroti beberapa area penelitian yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Secara keseluruhan, jurnal ini menggunakan metode review literatur yang tepat untuk membahas topik yang kompleks dan luas. Metode ini memungkinkan penulis untuk memberikan sintesis yang komprehensif tentang penelitian tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi. Result and Discussion : Tingkat Nasional Pengaruh budaya terhadap praktik akuntansi di tingkat nasional dapat dilihat dari perbedaan praktik akuntansi di berbagai negara. Misalnya, negara-negara dengan budaya yang lebih kolektif cenderung memiliki standar akuntansi yang lebih konservatif, sedangkan negara-negara dengan budaya yang lebih individualis cenderung memiliki standar akuntansi yang lebih liberal. Organisasi Pengaruh budaya terhadap praktik akuntansi di tingkat organisasi dapat dilihat dari perbedaan praktik akuntansi di berbagai perusahaan. Misalnya, perusahaan di negara dengan budaya yang lebih kolektif cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih terpusat, sedangkan perusahaan di negara dengan budaya yang lebih individualis cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih terdesentralisasi. Kerangka kerja gray Penulis menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Gray (1988) untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap akuntansi. Kerangka kerja ini mengasumsikan bahwa budaya dapat mempengaruhi praktik akuntansi di tingkat nasional melalui empat dimensi budaya Hofstede, yaitu jarak kekuasaan, individualisme, maskulinitas, dan orientasi jangka panjang. Jarak Kekuasaan Jarak kekuasaan adalah dimensi budaya yang mengukur sejauh mana anggota masyarakat menerima adanya perbedaan kekuasaan yang tidak sama. Negara-negara dengan jarak kekuasaan yang tinggi cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih konservatif, sedangkan negara-negara dengan jarak kekuasaan yang rendah cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih liberal. Individualisme Negara-negara dengan individualisme yang tinggi cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih liberal, sedangkan negara-negara dengan individualisme yang rendah cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih konservatif. Maskulinitas Negara-negara dengan maskulinitas yang tinggi cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih menekankan pada informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan, sedangkan negara-negara dengan maskulinitas yang rendah cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih menekankan pada informasi yang relevan untuk kepentingan publik. Conclusion : Artikel ini telah memberikan bukti emperis untuk menerapkan Model Hofstede-Gray yang menunjukkan hubungan nilai sosial dan nilai akuntansi. Bukti-bukti dalam penelitian juga menjelaskan dimensi budaya pada tingkat individu dan tingkat negara. Variabel budaya Hofstede cukup stabil dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi dan auditing pada skala nasional maupun internasional. Ketika faktor budaya berubah, mereka cenderung melakukannya secara bersamaan dalam menanggapi faktor global. Bukti menunjukkan bahwa budaya tetap menjadi penentu penting dari keputusan pengambilan risiko, penilaian probabilitas risiko dan pengambilan keputusan etis pada perusahaan akuntan publik. Dalam masyarakat yang menolak ketidakpastian, individualism yang rendah dan jarak kekuasaan yang tinggi akan cenderung mengambil keputusan risiko rendah. Budaya berinteraksi dengan berbagai kekuatan sosial, politik dan ekonomi untuk menghasilkan hasil yang sangat berbeda dan spesifik. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa hasil tidak hanya untuk perusahaan domestik, tetapi juga mempengaruhi praktik akuntansi pada perusahaan asing yang kemungkinan besar ditentukan oleh norma-norma budaya dari masyarakat mereka berasal. Aspek budaya dalam akuntansi dapat memengaruhi peran atau hasil dari interaksi antara informasi akuntansi dengan perilaku penyaji laporan keuangan dan auditor. Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi baik dalam bidang akuntansi keuangan, auditing maupun akuntansi manajemen. Oleh karena itu, penting memasukkan pemahaman budaya dalam pengajaran akuntansi dan auditing.
Ekonomi makro menjadi sederhana, berinvestasi dengan menafsirkan pasar keuangan: Cara membaca dan memahami pasar keuangan agar dapat berinvestasi secara sadar berkat data yang disediakan oleh ekonomi makro