Anda di halaman 1dari 9

RESUME, REVIEW AKUNTANSI INTERNASIONAL

PENGARUH BUDAYA TERHADAP AKUNTANSI, AUDITING DAN

PRAKTIK AKUNTANSI INTERNASIONAL

KELOMPOK IX

DISUSUN OLEH :

Niko Wira Oktafiandi (202011330023)

Nova Atasya Islami (202011330018)

Khusnul Khotimah Khairunnissa (202011330027)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS DR. SOETOMO SURABAYA

2023
TUGAS 2

 Poin poin penting :


 Banyak peneliti mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan adanya perbedaan antar
negara tentang prinsip akuntansi, pengukuran aktiva dan kewajiban, serta hasil dalam
laporan keuangan dan informasi yang diungkapkan. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pada akuntansi internasional dan pelaporan keuangan adalah hukum,
sumber keuangan eksternal, sistem perpajakan, representasi badan-badan akuntansi
profesional, perkembangan sejarah, peristiwa ekonomi dan politik, serta budaya.
Dalam auditing, penilaian risiko fraud penting dalam pemeriksaan laporan keuangan
badan usaha. Jika entitas klien terletak di negara lain, maka auditor independen harus
membuat keputusan berdasarkan pertimbangan profesional mereka. Akuntan publik
internasional bertugas memberikan jasa audit dan jaminan terhadap pendapat yang
diberikan. Sebagai akuntan publik harus waspada dengan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan entitas, yang dapat disebabkan oleh
kelemahan material dalam sistem pengendalian internal perusahaan.
 Dimensi Budaya Hofstede meliputi :
1. Dimensi Jarak Kekuasaan (Power Distance) . Dalam lingkungan jarak kekuasaan
yang rendah, terdapat tingkat ketergantungan yang tinggi antara atasan dan
bawahan. Jarak kekuasaan akan berpengaruh terhadap perilaku. Jarak kekuasaan
yang tinggi akan menyebabkan keengganan karyawan untuk mengkoreksi perilaku
yang salah dari atasan. Oleh karena itu, jarak kekuasaan akan menyebabkan
perbedaan perilaku pada profesional akuntansi dalam pengambilan keputusan etis.
2. Dimensi Individualisme. Menggambarkan hubungan antara individu dan hubungan
mereka yang berlaku di masyarakat tertentu. Budaya individu, individu cenderung
untuk menjaga diri mereka sendiri yang ditandai dengan sikap loyalitas dan
kesetiaan diri, ambisi dan prestasi pribadi. Sebaliknya, budaya kolektivis, individu
menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, cenderung
melakukan sesuatu untuk tim dan bukan untuk diri mereka sendiri, setia satu sama
lain. Pengungkapan kesalahan dalam akuntansi kurang mungkin dalam budaya
kolektivis dibanding budaya individualistik.
3. Dimensi Maskulinitas. Menunjukkan bagaimana karakteristik laki-laki (misalnya
tujuan egosentris) dan karakteristik perempuan (Misalnya tujuan menguntungkan
sosial) dalam masyarakat berbeda. Gender akan berdampak pada pengambilan
keputusan etis, tapi tidak bisa mengantisipasi pola yang konsisten di seluruh
konteks.
4. Dimensi Penghindaran Ketidakpastian. Indikasi untuk menerima ketidakpastian.
Dalam budaya penghindaran ketidakpastian yang kuat, ada keyakinan dan toleransi
yang ketat untuk ide-ide baru. Sebaliknya, masyarakat dengan budaya
penghindaran ketidakpastian yang lemah, cenderung lebih santai dan lebih
mengandalkan prinsip dari pada aturan ketat.
 Nilai-nilai akuntansi mempengaruhi sistem akuntansi, sehingga faktor budaya
langsung mempengaruhi perkembangan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di
tingkat negara. Empat klasifikasi nilai akuntansi untuk menentukan sub-budaya
akuntansi :
1. Profesionalisme vs Kontrol Hukum. Pertimbangan profesional lebih baik pada
budaya dengan sedikit jarak dari kekuasaan sebagai kepatuhan hukum oleh otoritas
yang lebih rendah. Kontrol hukum, sebaliknya, lebih penting dalam situasi hukum
harus diikuti secara ketat tetapi mencegah pengembangan profesional akuntan
2. Keseragaman vs Fleksibilitas. Fleksibilitas mampu mengadaptasi pelaporan
internasional dengan dimensi budaya dari berbagai negara. Sedangkan
keseragaman menunjukkan budaya yang cenderung pada penghindaran
ketidakpastian yang kuat untuk menghilangkan kemungkinan yang menciptakan
perbedaan dengan menerapkan kebijakan akuntansi standar.
3. Konservatisme vs Optimisme. Konservatisme yaitu berhati-hati, menghindari
ketidakpastian peristiwa masa depan yang bertentangan dengan pendekatan lebih
optimis dalam pengambilan resiko.
4. Kerahasiaan vs Transparansi. Kerahasiaan mengungkapkan informasi keuangan
secara hati-hati, cenderung rahasia dan pembatasan informasi kepada publik.
Sedangkan transparan yaitu terbuka dan akuntabel.
 Pengaruh budaya dalam penelitian tentang klasifikasi nilai akuntansi yang
dikonfirmasi oleh praktek akuntansi Indonesia, yaitu
1. Pengaruh budaya pada akuntansi. Budaya ada yang mempengaruhi praktik
akuntansi, tetapi juga ada yang tidak mempengaruhi. Hal ini disebabkan karena
adanya standar akuntansi yang sudah baku.
2. Pengaruh budaya pada auditing. Dalam masyarakat individualis, orang bertindak
dalam kepentingan mereka sendiri dan berusaha untuk meningkatkan kinerja
dengan biaya berapapun. Individu dalam budaya ini, memutuskan berapapun biaya
untuk memenuhi setiap permintaan pengguna tanpa khawatir tentang kesalahan
tersebut. Dalam budaya individualistis ditemukan bahwa kesalahan piutang dan
hutang yang cenderung dimanipulasi.
3. Pengaruh budaya terhadap keputusan etis auditor. Dalam pengambilan keputusan
etis, faktor budaya perlu dipertimbangkan oleh auditor.
4. Pengaruh budaya terhadap penilaian risiko audit. Dalam audit, penilaian risiko
dapat merujuk kepada berbagai jenis risiko seperti risiko salah saji material,
pengendalian risiko, risiko yang melekat, risiko audit, risiko bisnis, risiko
keterlibatan, dan risiko penipuan.
5. Pengaruh budaya terhadap keputusan berisiko. Perbedaan antara penilaian risiko
dan keputusan risiko penting karena perusahaan berusaha untuk melemahkan
perbedaan budaya yang berpotensi mempengaruhi penilaian dan keputusan risiko.
Konsep keputusan risiko sebagai keputusan yang diakibatkan dari penilaian risiko
dan preferensi risiko (yaitu, menghindari risiko, risiko netral, atau risiko-mencari).
 Budaya pada praktik akuntansi internasional : Budaya mempengaruhi cara individu
melihat standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang harus mereka patuhi. Pada
tingkat mikro, individualisme terkait dengan terlalu percaya memiliki efek signifikan
positif pada pengambilan risiko keuangan individu dan keputusan untuk memiliki
saham. Budaya mempunyai efek yang signifikan pada pengambilan keputusan
eksekutif. Sedangkan, pada tingkat makro, budaya telah dikaitkan dengan tata kelola
perusahaan, perlindungan investor, hak kreditur, perlindungan kebangkrutan, efisiensi
peradilan, transparansi akuntansi, dan korupsi. Penelitian terbaru telah mengkaitkan
variabel budaya untuk pembangunan ekonomi dan pasar. Budaya telah langsung
terkait dengan pengambil risiko perusahaan. Bank-bank di masyarakat menghindari
ketidakpastian yang tinggi cenderung untuk mengambil risiko yang lebih kecil,
sedangkan bank-bank di masyarakat individualisme tinggi mengambil lebih banyak
risiko. Budaya juga berdampak pada perusahaan di sektor manufaktur pada periode
1997-2006 menunjukkan bahwa individualisme memiliki efek langsung yang positif
dan signifikan, sedangkan penghindaran ketidakpastian memiliki efek langsung yang
negatif dan signifikan terhadap perusahaan dalam mengambil risiko.
 Critical Review
 Kelebihan :
 Jurnal ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap literatur akuntansi
internasional dengan memberikan sintesis yang komprehensif tentang penelitian
tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi, auditing, dan praktik akuntansi
internasional.
 Jurnal ini menggunakan kerangka kerja yang jelas dan logis untuk menganalisis
literatur, yang memudahkan pembaca untuk memahami hubungan antara budaya
dan akuntansi.
 Jurnal ini menyoroti beberapa area penelitian yang perlu dikembangkan lebih
lanjut, yang dapat membantu untuk meningkatkan pemahaman kita tentang
pengaruh budaya terhadap akuntansi.
 Kelemahan :
 Penelitian yang dilakukan Eddie saat menguji dengan mengembangkan indeks nilai
akuntansi tidak menyebutkan nama tiga belas negara-negara di Asia-Pasifik.
 Penelitian yang dilakukan oleh Jaggi & Low tidak menyebutkan nama negara yang
termasuk code law dan common law.
 Terdapat bahasa asing yang tidak ada terjemahan bahasa Indonesia seperti : power
distance, code law, common law.
 Jurnal ini hanya fokus pada dimensi budaya Hofstede, yang merupakan salah satu
dari banyak model budaya yang tersedia.
 Jurnal ini tidak membahas secara rinci bagaimana budaya dapat mempengaruhi
standar akuntansi dan praktik audit.
 Rekomendasi perbaikan :
 Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih lanjut pengaruh budaya
terhadap akuntansi, auditing, dan praktik akuntansi internasional. Beberapa area
penelitian potensial termasuk:
o Pengaruh budaya terhadap standar akuntansi dan praktik audit
o Pengaruh budaya terhadap perilaku akuntan dan auditor
o Pengaruh budaya terhadap penggunaan informasi akuntansi oleh pengguna
o Penelitian ini dapat membantu untuk mengembangkan praktik akuntansi dan
audit yang lebih efektif dan efisien di seluruh dunia.
 Introduction : riset isu
 Permasalahan : Penelitian yang dilakukan ingin membuktikan model
dan mengembangkan penelitian di masa depan yang menghubungkan studi nilai-nilai
budaya Hofstede dengan studi auditor pertimbangan dan keputusan dengan
mengembangkan kerangka kerja yang mengkategorikan pertimbangan auditor dan
keputusan kemungkinan besar dipengaruhi oleh perbedaan lintas budaya. Kategori
mencakup penilaian risiko, keputusan risiko, dan penilaian etis. Memahami dampak
faktor budaya pada praktik akuntansi dan pengungkapan keuangan penting untuk
mencapai harmonisasi akuntansi internasional. Pemahaman mendalam tentang
bagaimana nilai-nilai lokal dapat mempengaruhi praktik akuntansi dan dampaknya
terhadap keuangan pengungkapan penting untuk memastikan komparabilitas
pelaporan keuangan internasional.
 Pertanyaan :
1. Bagaimana hubungan dimensi budaya Hofstede dan nilai akuntansi Gray?
2. Bagaimana hubungan nilai budaya Hofstede dengan penilaian dan keputusan
auditor dalam mengembangkan kerangka yang mengkategorikan penilaian dan
keputusan auditor yang paling mungkin dipengaruhi oleh perbedaan lintas-budaya?
3. Bagaimana pengaruh budaya dalam praktik akuntansi internasional agar mencapai
harmonisasi akuntansi internasional?
 Riset-riset sebelumnya :
 Studi oleh Arnold et al. (2001) menunjukkan bahwa jarak kekuasaan yang lebih
tinggi dikaitkan dengan penilaian auditor yang lebih rendah terhadap materialitas.
 Studi oleh Chan et al. (2003) menunjukkan bahwa individualisme yang lebih tinggi
dikaitkan dengan kemungkinan kesalahan akuntansi yang lebih tinggi.
 Studi oleh Bik (2010) menunjukkan bahwa budaya dapat mempengaruhi penilaian
dan keputusan auditor dalam membangun kerangka kerja yang mengklasifikasikan
penilaian dan keputusan auditor yang paling mungkin dipengaruhi oleh perbedaan
lintas budaya.
 Research gap : Untuk peneliti selanjutnya di masa depan bisa menguji
dimensi budaya terhadap nilai-nilai akuntansi, pengambilan keputusan dalam auditing
dan pemahaman yang lebih baik peran dan pengaruh budaya dalam praktik akuntansi
internasional kontemporer.
 Kebaharuan : Penelitian memberikan beberapa rekomendasi tentang
beberapa riset yang relevan di masa yang akan datang, misalnya dalam proses
pengusulan anggaran dengan memperhatikan budaya kolektivis dan individualis.
Penelitian tentang pengungkapan kesalahan yang terjadi di organisasi atau
pengambilan keputusan etis akuntan internal, dengan pertimbangan budaya. Salah
satunya adalah bahwa kemungkinan budaya kolektivis mempengaruhi perilaku pro
sosial, meskipun sebenarnya perilaku tersebut merugikan organisasi. Penelitian
tentang pengaruh budaya pada kinerja organisasi dengan melihat perbandingan antara
perusahaan multinasional dan lokal.
 Motivasi penelitian : Penelitian dimotivasi oleh keragaman internasional
yang terus berkembang dari karyawan baru di perusahaan audit yang berskala
internasional.
 Literature Review : Review literatur menangkap pengetahuan saat ini
dalam penelitian pengaruh budaya menggunakan kerangka yang menghubungkan nilai
sosial dengan yang penilaian akuntansi dan keputusan auditor yang dipengaruhi oleh
perbedaan lintas-budaya.
 Research Method : Metode review literatur dilakukan dengan meninjau
dan menganalisis penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh
budaya terhadap akuntansi. Penulis memulai dengan memberikan gambaran umum
tentang topik yang akan dibahas, yaitu pengaruh budaya terhadap akuntansi, auditing,
dan praktik akuntansi internasional. Penulis kemudian menjelaskan kerangka kerja yang
akan digunakan untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap akuntansi, yaitu kerangka
kerja yang dikembangkan oleh Gray (1988). Selanjutnya, penulis meninjau penelitian-
penelitian sebelumnya yang membahas tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi.
Penulis meninjau penelitian-penelitian ini berdasarkan dimensi budaya Hofstede, yaitu
jarak kekuasaan, individualisme, maskulinitas, dan orientasi jangka panjang. Pada bagian
akhir, penulis menyimpulkan hasil dari review literatur yang telah dilakukan. Penulis
menyimpulkan bahwa budaya dapat mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai tingkat,
mulai dari tingkat nasional hingga tingkat organisasi. Penulis juga menyoroti beberapa
area penelitian yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Secara keseluruhan, jurnal ini
menggunakan metode review literatur yang tepat untuk membahas topik yang kompleks
dan luas. Metode ini memungkinkan penulis untuk memberikan sintesis yang
komprehensif tentang penelitian tentang pengaruh budaya terhadap akuntansi.
 Result and Discussion :
 Tingkat Nasional
Pengaruh budaya terhadap praktik akuntansi di tingkat nasional dapat dilihat dari
perbedaan praktik akuntansi di berbagai negara. Misalnya, negara-negara dengan
budaya yang lebih kolektif cenderung memiliki standar akuntansi yang lebih
konservatif, sedangkan negara-negara dengan budaya yang lebih individualis
cenderung memiliki standar akuntansi yang lebih liberal.
 Organisasi
Pengaruh budaya terhadap praktik akuntansi di tingkat organisasi dapat dilihat
dari perbedaan praktik akuntansi di berbagai perusahaan. Misalnya, perusahaan di
negara dengan budaya yang lebih kolektif cenderung memiliki sistem akuntansi yang
lebih terpusat, sedangkan perusahaan di negara dengan budaya yang lebih individualis
cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih terdesentralisasi.
 Kerangka kerja gray
Penulis menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Gray (1988)
untuk menganalisis pengaruh budaya terhadap akuntansi. Kerangka kerja ini
mengasumsikan bahwa budaya dapat mempengaruhi praktik akuntansi di tingkat
nasional melalui empat dimensi budaya Hofstede, yaitu jarak kekuasaan,
individualisme, maskulinitas, dan orientasi jangka panjang.
 Jarak Kekuasaan
Jarak kekuasaan adalah dimensi budaya yang mengukur sejauh mana anggota
masyarakat menerima adanya perbedaan kekuasaan yang tidak sama. Negara-negara
dengan jarak kekuasaan yang tinggi cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih
konservatif, sedangkan negara-negara dengan jarak kekuasaan yang rendah cenderung
memiliki sistem akuntansi yang lebih liberal.
 Individualisme
Negara-negara dengan individualisme yang tinggi cenderung memiliki sistem
akuntansi yang lebih liberal, sedangkan negara-negara dengan individualisme yang
rendah cenderung memiliki sistem akuntansi yang lebih konservatif.
 Maskulinitas
Negara-negara dengan maskulinitas yang tinggi cenderung memiliki sistem
akuntansi yang lebih menekankan pada informasi yang relevan untuk pengambilan
keputusan, sedangkan negara-negara dengan maskulinitas yang rendah cenderung
memiliki sistem akuntansi yang lebih menekankan pada informasi yang relevan untuk
kepentingan publik.
 Conclusion :
Artikel ini telah memberikan bukti emperis untuk menerapkan Model Hofstede-Gray
yang menunjukkan hubungan nilai sosial dan nilai akuntansi. Bukti-bukti dalam
penelitian juga menjelaskan dimensi budaya pada tingkat individu dan tingkat negara.
Variabel budaya Hofstede cukup stabil dalam menjelaskan faktor yang mempengaruhi
praktik akuntansi dan auditing pada skala nasional maupun internasional. Ketika faktor
budaya berubah, mereka cenderung melakukannya secara bersamaan dalam menanggapi
faktor global.
Bukti menunjukkan bahwa budaya tetap menjadi penentu penting dari keputusan
pengambilan risiko, penilaian probabilitas risiko dan pengambilan keputusan etis pada
perusahaan akuntan publik. Dalam masyarakat yang menolak ketidakpastian,
individualism yang rendah dan jarak kekuasaan yang tinggi akan cenderung mengambil
keputusan risiko rendah. Budaya berinteraksi dengan berbagai kekuatan sosial, politik
dan ekonomi untuk menghasilkan hasil yang sangat berbeda dan spesifik. Bukti-bukti
juga menunjukkan bahwa hasil tidak hanya untuk perusahaan domestik, tetapi juga
mempengaruhi praktik akuntansi pada perusahaan asing yang kemungkinan besar
ditentukan oleh norma-norma budaya dari masyarakat mereka berasal.
Aspek budaya dalam akuntansi dapat memengaruhi peran atau hasil dari interaksi
antara informasi akuntansi dengan perilaku penyaji laporan keuangan dan auditor.
Dengan perkataan lain, berkaitan dengan hubungan antara perilaku manusia dan sistem
akuntansi baik dalam bidang akuntansi keuangan, auditing maupun akuntansi
manajemen. Oleh karena itu, penting memasukkan pemahaman budaya dalam
pengajaran akuntansi dan auditing.

Anda mungkin juga menyukai