Anda di halaman 1dari 15

1.

Jelaskan perkembangan IFRS di Indonesia dari aspek harmonisasi dan konvergensi


terkait erat dengan faktor budaya (culture) antarnegara. Berikan penjelasan singkat
tentang isu-isu tersebut, dan dalam pelaksanaannya apakah semua perusahaan harus
mengikuti IFRS?
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas kesesuaian
praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik
tersebut dapat beragam Choi, et al.,1999. Standart harmonisasi ini bebas dari konflik logika
dan dapat meningkatkan komparabilitas daya banding informasi keuangan yang berasal
dari berbagai negara. Keuntungan dari harmonisasi antara lain informasi keuangan dapat
diperbandingkan, menghemat waktu dan uang, serta meningkatkan perkembangan pasar
modal domestik menuju pasar modal internasional. Hal inilah yang mendorong perubahan
peraturan akuntansi domestik ke arah IFRS. Dengan menerapkan IAS IFRS dalam laporan
keuangan perusahaan domestik berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa
akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang
berbeda, serta meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan.
Sedangkan di Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia IAI mengumumkan bahwa Standar
akuntansi internasional IFRS akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara
keseluruhan atau full adoption sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Dengan demikian,
saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara
penuh dengan IFRS. Proses harmonisasi dan kovergensi IFRS tersebut tentu saja
mengalami hambatan, antara lain hambatan antara lain nasionalisme dan budaya tiap-tiap
negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap tiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi
proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Faktor budaya culture merupakan hal yang perlu diperhatikan. Budaya timbul dan
tercermin dari kehidupan masyarakat di suatu negara, serta tentu saja tercermin dari
kehidupan ekonomi masyarakat tersebut. Misalnya saja kehidupan ekonomi di Indonesia
dengan Amerika tentu saja memiliki banyak perbedaan dalam hal transaksi ekonomi
ataupun sumber dayanya. Budaya juga tercermin dalam prinsip akuntansi domestik di
setiap negara yang memang telah disesuaikan dengan perekonomian di negara masing-
masing. Selain itu, pastinya setiap negara ingin mempertahankan budaya masing-masing
sebagai ciri khas dan kepribadian bangsanya. Dengan demikian, proses harmonisasi dan
konvergensi tersebut tidak akan mudah karena memerlukan waktu dan biaya yang tidak
sedikit untuk dapat menyeragamkan standar akuntansi yang sama untuk semua negara
dengan budaya yang berbeda.

Budaya merupakan faktor lingkungan yang paling kuat mempengaruhi sistem akuntansi suatu
negara dan juga bagaimana individu di negara tersebut menggunakan informasi akuntansi.
Praktek akuntansi sangat dipengaruhi oleh budaya, sehingga ketidakseragaman praktek akuntansi
internasional banyak disebabkan oleh budaya (Violet, 1983; dan Hofstede, 1986). Mengacu pada
model Hofstede's (1980) untuk pembentukan dan stabilisasi pola budaya, Gray (1988)
mengembangkan kerangka untuk menjelaskan bagaimana budaya mempengaruhi sistem
akuntansi nasional. Secara singkat, Gray (1988) menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya yang di
amalkan secara bersama sama di negara tertentu akan merubah budaya akuntansi yang
seterusnya akan mempengaruhi sistem akuntansi negara yang bersangkutan.
Budaya adalah nilai dan attitude yang digunakan dan di yakini oleh suatu masyarakat
atau negara. Variabel budaya tergambar dalam kelembagaan negara yang bersangkutan.
Hofstede (1980; 1983) meneliti dimensi budaya di 39 negara. Dia mendefinisikan budaya sebagai
“The collective programming of the mind which distinguishes the members of one human group
from another' (Hofstede 1983) dan membagi dimensi budaya menjadi 4 bagian
Individualism (lawan dari collectivism)
Individualism merefleksikan sejauh mana individu mengharapkan kebebasan pribadi. Ini
berlawan dengan collectivism (kelompok) yang didefinisikan menerima tanggungjawab dari
keluarga, kelompok masyarakat (suku, dan lain-lain).
Power distance
Didefinisikan sebagai jarak kekuasan antara Boss B dengan Bawahan S dalam hirarki
organisasi adalah berbeda antara sejauh mana B dapat menentukan prilaku S dan sebaliknya
(Hofstede 1983). Pada masyarakat yang power distance besar, adanya pengakuan tingkatan
didalam masyarakat dan tidak memerlukan persamaan tingkatan. Sedangkan pada masyarakat
yang power distance kecil, tidak mengakui adanya perbedaan dan membutuhkan persamaan
tingkatan didalam masyarakat.
Uncertainty avoidance
Ketidakpastian mengenai masa depan adalah sebagai dasar kehidupan masyarakat.
Masyarakat yang tingkat ketidakpastiannya tinggi akan mengurangi dampak ketidakpastian
dengan teknologi, peraturan dan ritual. Sedangkan masyarakat dengan tingkat menghindari
ketidak pastian yang rendah akan lebih santai sehingga praktik lebih tergantung prinsip dan
penyimpangan akan lebih bisa ditoleransi.
Masculinity Vs Femininity
Nilai Maskulin menekankan pada nilai kinerja dan pencapaian yang nampak, sedangkan
Feminine lebih pada preferensi pada kualitas hidup, hubungan persaudaraan, modis dan peduli
pada yang lemah.
Gray (1988) mengidentifikasi empat budaya akuntansi yang bisa digunakan untuk
mendefinisikan sub-budaya akuntansi: Professionalism, Uniformity, Conservatism, dan secrecy.
Penjelasan mengenai nilai-nilai sub-budaya tersebut sebagai berikut;
Professionalism vs. Statutory Control adalah preferensi untuk melaksanakan
pertimbangan profesional individu dan memelihara aturan-aturan yang dibuat sendiri untuk
mengatur profesionalitas dan menolak patuh dengan perundangan-undangan dan kontrol dari
pihak pemerintah.
Uniformity vs. Flexibility – adalah suatu preferensi untuk memberlakukan praktik
akuntansi yang seragam antara perusahaan dan penggunaan praktik tersebut secara konsisten
dan menolak flexibelitas.
Conservatism vs. Optimism – adalah suatu preferensi untuk suatu pendekatan hati-hati
dalam pengukuran dan juga sesuai dengan ketidakpastian masa yang akan datang. Dimensi
menolak untuk konsep lebih optimis dan pendekatan yang penuh resiko.
Secrecy vs Transparency – adalah suatu preferensi untuk bersikap konfidensial dan
membatasi disclosure informasi mengenai bisnis dan menolak untuk bersikap transfaran, terbuka,
dan pendekatan pertanggungjawaban pada publik.
Produk utama dari akuntansi adalah informasi keuangan yang dijabarkan dalam bentuk
laporan keuangan. Agar sebuah laporan keuangan dapat bernilai guna, laporan tersebut harus
mampu dibandingkan dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh negara lain. Toleransi
adanya budaya dalam pembahasan akuntansi yang tertuang melalui perbedaan standar akuntansi
di setiap negara memungkinkan adanya ketidakseragaman konsep dalam pembuatan laporan
keuangan. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap keputusan investor untuk menggunakan
laporan keuangan sebagai salah satu alat analisis investasi. Apabila pihak-pihak yang seharusnya
membutuhkan laporan keuangan tidak lagi membutuhkan laporan keuangan, maka fungsi dari
akuntansi perlu dipertanyakan. Sehingga menurut saya budaya tidak harus dijadikan salah satu
pertimbangan dalam membuat standar akuntansi yang akan berpengaruh terhadap laporan
keuangan

2. Terdapat perdebatan pandangan apakah akuntansi perlu diregulasi atau tidak.

Jelaskan bagaimana pada level teori, dan uraikan perlu atau tidaknya regulasi, serta

implementasi dalam praktik

Scott (2009:484) menjelaskan bahwa terdapat dua teori regulasi akuntansi dalam

industri, yaitu: teori kepentingan publik (The Public Interest Theory) dan (2) teori
kelompok kepentingan (The Interest Group Theory).Belkaoui (2006:175) menyatakan

bahwa regulasi umumnya diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu dan

dirancang serta dioperasikan terutama untuk keuntungannya sendiri. Scott (2009:484)

menjelaskan bahwa terdapat dua teori regulasi akuntansi dalam industri, yaitu: teori

kepentingan publik (The Public Interest Theory) dan (2) teori kelompok kepentingan (The

Interest Group Theory).

Teori kepentingan publik berbicara tentang seberapa banyak informasi akuntansi yang

harus diregulasi untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial sebagai dasar permintaan

publik untuk mengoreksi kegagalan pasar. Tujuan akhirnya ialah melindungi kepentingan

publik.

Deegan (2004:36) menjelaskan bahwa teori kepentingan publik mengasumsikan

badan regulator (biasanya pemerintah) bersifat netral memperjuangkan kepentingan publik

dan tidak memasukkan kepentingan pribadi ke dalam penyusunan aturan. Singkat kata,

badan regulator melakukan tindakan yang terbaik untuk memaksimalkan kesejahteraan

sosial.

Teori regulasi lainnya ialah capture theory. Menurut Deegan (2004:36) capture

theory berargumentasi bahwa walaupun regulasi awalnya bertujuan untuk melindungi

publik, mekanisme regulasi seringkali dikendalikan atau diambil alih untuk melindungi

kepentingan dari kelompok-kelompok kepentingan di dalam masyarakat, khususnya pihak-

pihak yang aktivitasnya paling banyak terpengaruh regulasi. Diyakini bahwa pendirian

DSAK IAI sebagai badan regulator akuntansi merupakan contoh dari capture theory

Pentingnya Regulasi dan Implementasinya Dalam Praktik


Scott (2009:486) menjelaskan bahwa penyusunan standar akuntansi selalu

berkaitan dengan due process yaitu melibatkan perwakilan konstituen penyusun laporan

keuangan dan memfasilitasi public hearing, exposure drafts, dan secara umum, untuk

keterbukaan, mensyaratkan voting terbanyak sebelum suatu standar diluncurkan.

Karakteristik due process ini konsisten dengan teori interaksi konstituen berdasarkan

konflik. Badan standar akuntansi adalah para pemain dalam permainan kompleks dimana

konstituen-konstituen yang berkaitan dengan standar akan memilih strategi lobi untuk atau

melawan suatu standar baru.

Teori regulasi akuntansi lainnya ialah teori kelompok kepentingan. Teori kelompok

kepentingan menekankan adanya konflik dan negosiasi antar konstituen akuntansi di dalam

proses penyusunan standar akuntansi. The interest group theory of regulation suggests that

individuals form coalitions, or constituencies, to protect and promote their interest by

lobbying the government. These coalitions are viewed as being in conflict with each other

to obtain their share of benefits from regulation. We shall conclude that the process of

standard setting is most consistent with the interest group theory. (Scott, 2009:484)

Oleh karena itu, teori regulasi kelompok kepentingan sangat sesuai untuk

menggambarkan konflik dari para konstituen daripada suatu proses hitungan. Kehendak

para pemain untuk menerima suatu standar baru meningkat jika mereka merasa bahwa

pandangan mereka diakomodasi. Hal ini menjelaskan perhatian pada due process sebagai

suatu langkah akomodasi konflik dalam penyusunan standar. Pertimbangan-pertimbangan

ini menjadikan teori regulasi kelompok kepentingan menjadi prediktor yang lebih baik

akan standar baru, karena teori kelompok kepentingan secara formal mengakui eksistensi

konflik konstituen.
Menurut saya konvergensi tersebut memiliki banyak keuntungan yang dapat

diperoleh apabila sebuah negara melakukan adopsi terhadap IFRS. Meskipun terdapat

perbedaan penggunaan bahasa manfaat utama dari adopsi standar akuntansi adalah laporan

keuangan dapat dibandingkan.

Scott (2009:485) menyatakan bahwa teori kelompok kepentingan memiliki

pandangan bahwa suatu industri beroperasi karena terdapat sejumlah kelompok

kepentingan. Otoritas politik atau legistatif juga dapat digolongkan sebagai suatu

kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan untuk memasok regulasi untuk

mempertahankan kekuasaannya. Oleh sebab itu, Deegan (2004:69) menyimpulkan bahwa

regulasi dapat dipandang sebagai suatu komoditas dimana terdapat penawaran dan

permintaan. Komoditas akan dialokasikan kepada para konstituen dengan efektif secara

politis dan dengan meyakinkan legislatif memberikan bantuan regulasi kepadanya. “Versi

utama teori kelompok kepentingan adalah teori regulasi kaum elit yang menguasai politik

(The Political-Ruling Elite Theory of Regulation) yang menekankan pada kekuatan politik

untuk mendapatkan pengendalian regulator dan teori regulasi ekonomi (The Economic

Theory of Regulation) yang menekankan pada kekuatan ekonomi” (Ghozali dan Chariri,

2007:218).

keuntungan yang diperoleh oleh sebuah negara di seluruh dunia dalam mengadopsi

IFRS, yaitu: 1) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna bagi pemegang saham,

2) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna bagi pemerintah, 3) laporan

keungan lebih dapat dibandingkan, 4) meningkatkan transparansi perusahaan, 5)

managemen perusahaan lebih baik dalam operasional global, 6) mengurangi biaya modal

dinyatakan oleh Gordon (2008).


Terlalu banyaknya standar akuntansi yang ada didunia atau yang akrab disebut standard
overload terjadi karena banyaknya faktor. Dimasing-masing negara menyusun dan
membuat standar dengan karakteristik yang sesuai budaya bisnis yang berkembang
dinegara tersebut. Faktor lain adalah sumber daya manusia yang mungkin setimpang ketika
kita melihat negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang. Standar lahir
mengingat banyak situasi yang mendukung lainnya untuk menciptakan suatu standar
akuntansi sendiri daripada menerapkan standar negara lain. Standar yang terlalu banyak,
standar yang terlalu detail, standar yang tidak tegas, maupun standar yang tidak mampu
mengatasi perbedaaan merupakan karakteristik adanya standar overload. Standar overload
ini akan banyak menimbulkan dampak terutama dalam praktik akuntansi. Standar yang
menjadi kaku dan terlalu banyak yang harus diungkapkan akan mempengaruhi kinerja
seorang akuntan dalam menyajikan suatu informasi. Ketika informasi yang disajikan tidak
disusun secara sempurna dikarenakan masalah tersebut maka keputusan yang diambil oleh
para penggunannya akan menjadi sebuah hal yang sangat riskan. Standar overload akan
membingungkan pengguna dengan banyaknya aturan dan catatan yang harus dibuat oleh
mereka karena disatu negara dengan negara lain berbeda standarnya. Dampak yang
signifikan akan terlihat dibursa saham seperti wallstreet, NYSE, Nasdaq, atau BEI
sekalipun. Perusahaan multinasional yang berekspansi kemasing-masing negara mungkin
akan kewalahan dengan semua standar yang berbeda. Alhasil modal yang diharapkan dari
publik negara tersebut tidak akan terserap secara efektif dan efisien.
Masalah standar overload ini bukan tidak mendapat perhatian dari masyarakat dunia.
Pihak-pihak yang berkepentingan seperti AICPA mempunyai kesibukan lain untuk
mengantisipasi hal ini. Komite khusus AICPA memberikan berberapa pendekatan untuk
mengatasi standar overload, yaitu:
 Tidak ada perubahan, mempertahankan yang sudah ada (status quo)
 Melakukan perubahan terhadap konsep GAAP menjadi dua jenis GAAP, misalnya
GAAP khusus untuk pengusaha besar dan GAAP khusus untuk pengusaha keci
 Melakukan perubahan GAAP untuk menyederhanakan penerapannya bagi semua
perusahaan
 Menentukan pengungkapan dan pengukuran yang berbeda
 Menentukan perubahan terhadap standar akuntansi public untuk pelaporan informasi
keuangan
 Memberi alternative bagi GAAP sebagai basis pilihan dalam penyajian laporan
keuangan
Usaha mempersatukan perbedaan standar yang dilakukan IASB juga merupakan
salah satu solusi untuk mengatasi standar overload. Konvergensi standar akuntansi IFRS
oleh negara-negara maju maupun berkembang merupakan langkah yang menguntungkan
banyak pihak. Selain perusahaan yang berekspansi ke luar negeri lebih mudah memasuki
pasar modal negara tersebut, pemerintah negara juga akan dimudahkan dalam menyusun
regulasi lain yang berkaitan dengan standar seperti pajak.

3. Saat ini topic CSR semakin banyak dibahas dan dijadikan isu besar, padahal

sebagian hanyalah isu saja dan belum merupakan kewajiban bagi perusahaan.

Berikan penjelasan singkat tentang isu CSR dan keterkaitannya dengan GCG (Good

Corporate Government) yang saudara pahami?

Corporate social responsibility diterapkan oleh perusahaan dikarenakan beberapa

dorongan. Faktor yang mendorong tersebut adalah :

1. CSR merupakan bagian dari Good Coorporate Governance terutama untuk perusahaan

Go Public.

Melalui penerapan prinsip GCG diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa

kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan dampak eksternal yang harus

ditanggung oleh stakeholders. Oleh karena itu, wajar bila perusahaan juga

memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi stakholders-nya

Konsep GCG menerapkan lima elemen yang harus diterapkan oleh perusahaan

yaitu accountability, responsibility, fairness, transparancy, dan independency. Elemen


responsibility adalah elemen yang paling mendukung adanya CSR. Prinsipnya adalah

melalui penekanannya terhadap apa yang harus diberikan kepada para pemangku

kepentingan dan masyarakat sekitar.

2. CSR dinilai dapat meningkatkan citra perusahaan.

Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur tentang penerapan

CSR diantaranya seperti Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas (UU PT) dan Undang-undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(UU Penanaman Modal) serta Peraturan Pelaksana No. 47 Tahun 2012 Tentang

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

CSR umumnya dilakukan dengan mengadakan kegiatan sosial untuk lingkungan

maupun masyarakat sekitar perusahaan. CSR dinilai merupakan tindakan yang

menguntungkan bagi perusahaan untuk menciptakan dan membangun nama baik

perusahaan dimata masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang dilakukan

perusahaan terkadang membawa berbagai kerugian untuk pihak lain. Maka dari itu

CSR dilakukan untuk membangun nama baik perusahaan setelah pa yang mereka

lakukan. CSR dilakukan karena perusahaan ingin mendapatkan sertifikat standarisasi

yang juga dapat meningkatkan citra perusahaan dimasyarakat seperti ISO 26000.

3. CSR dlakukan karena ada regulasi yang mengatur. Penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) adalah salah satu bentuk dari implementasi konsep Good

Corporate Governance atau GCG. Sebagai entitas bisnis yang memiliki tanggung

jawab kepada para masyarakat serta lingkungan maka sudah seharusnya bahwa

perusahaan dapat bertindak sebagai good citizen yang dimana hal ini merupakan

tuntutan dari etika bisnis yang baik.


4. Berikan penjelasan tentang apa yang terkait dengan akuntansi lingkungan yang

saudara fahami.

Tahun 1970-an mulai berkembangnya Konsep akuntansi lingkungan mulai

berkembang di Eropa. komite standar akuntansi internasional (The International

Accounting Standards Committee/IASC) mengembangkan konsep tentang prinsip-prinsip

akuntansi internasional, termasuk di dalamnya pengembangan akuntansi lingkungan dan

audit hak-hak azasi manusia Pada pertengahan tahun 1990-an. Di samping itu, standar

industri juga semakin berkembang dan auditor profesional seperti the American Institute

of Certified Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip universal tentang audit

lingkungan (environmental audits).

Badan Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Ageency) yang kemudian

berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment)

mengeluarkan panduan akuntansi lingkungan (environmental accounting guidelines) pada

bulai Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian disempurnakan lagi pada tahun 2002 dan

2005. Semua perusahaan di Jepang diwajibkan menerapkan akuntansi lingkungan.

Perusahaan-perusahaan besar Jepang mulai menempatkan posisi akuntansi lingkungan

(environmental accounting) sederajat dengan akuntansi keuangan. Kini semakin banyak

perusahaan di Jepang sudah menerapkan akuntansi lingkungan sesuai dengan peraturan

perundangan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jepang.

Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya menuntut

kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya yang telah mengambil

manfaat dari lingkungan. Penting bagi perusahaan-perusahaan atau organisasi lainnya agar
dapat meningkatkan usaha dalam mempertimbangkan konservasi lingkungan secara

berkelanjutan.

Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong

kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang dihadapinya.

Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan akuntansi lingkungan.

Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan

penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental costs) dan manfaat

atau efek (economic benefit).

Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk menghasilkan

penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan lingkungan (environmental

protection).

Beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan untuk

mengadopsi akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi perusahaan, antara

lain: memungkinkan untuk mengurangi dan menghapus biaya-biaya lingkungan,

memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang selama ini mungkin mempunyai dampak

negatif terhadap kesehatan manusia dan keberhasilan bisnis perusahaan, diharapkan

menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat terhadap produk dari proses lingkungan

yang diinginkan dan memungkinkan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang

mengharapkan produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.

Tujuan dari akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen lingkungan dan

sebagai alat komunikasi dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan jumlah informasi

relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau dapat menggunakannya.
Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan, maka

pertama dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan adalah adanya

kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap dampak lingkungan yang

ditimbulkan. Langkah kedua, menentukan apa yang menjadi target perusahaan dengan cara

mengidentifikasi faktor-faktor utama yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta

menyusun suatu perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga,

memilih alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan.

Langkah keempat, melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan target di

masing-masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen akuntansi untuk

mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam, melakukan pengujian

dimasing-masing devisi. Langkah terakhir adalah melakukan telaah kinerja. Pada telaah

kinerja diharapkan dapat menghasilkan segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi

manajemen lingkungan dimasing-masing divisi.

Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA) merupakan istilah

yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam

praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak

yang timbul dari sisi keuangan mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat

dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States

Environment Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:

“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-biaya

lingkungan bagi para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong


pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika pada waktu

yang bersamaan, perusahaan sedang memperbaiki kualitas lingkungan”.

Badan Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment Protection

Agency (EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua

dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan merupakan biaya yang secara langsung

berdampak pada perusahaan secara menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah

“biaya pribadi”). Kedua, akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu,

masyarakat maupun lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan.

Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi konvensional dan

akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional mengukur dampak-dampak dari

lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam sitilah-istilah keuangan. Sedangkan

akuntansi ekologis mencoba untuk mengukur dampak suatu perusahaan berdasarkan

lingkungan, tetapi pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi

dalam kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll), akan tetapi standar pengukuran

yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.

Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian. Bagian

pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu perusahaan baik secara

nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan dengan akuntansi lingkungan untuk

perusahaan-perusahaan dan organisasi lainnya.

Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus mengikuti

beberapa faktor berikut, antara lain:

1. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan uang).


2. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).

3. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur dengan nilai

satuan uang/rupiah).

5. Jelaskan perkembangan teori akuntansi positif dan hubungannya dengan

kemajuan riset akuntansi keuangan dan pasar modal!

Jawaban:

Pada akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 para penulis akuntansi terutama

memfokuskan pada penjelasan tentang praktik akuntansi yang dapat diobservasi,

dengan menyediakan aturan pedagogik untuk tujuan pengklasifikasian terhadap

praktik. Teoritisi akuntansi pada saat itu (US Securities Act 1933-1934)

memusatkan perhatiannya kepada usaha penetapan pelaporan keuangan

sebagaimana yang seharusnya (pendekatan normatif). Setelah periode ini, mulailah

dikenal pengujian empiris dengan didukung oleh penggunaan data base yang

berasal dari CRSP (Center for Research in Security Prices). Pengkombinasian data

dengan menggunakan komputer banyak menghasilkan penelitian mengenai perilaku

harga saham dan pengaruh informasi terhadap harga saham (misal: Fama, 1976).

Hasil penelitian empiris ini membawa kepada pengembangan tentang EMH

(efficient markets hypothesis). Saat buku disusun (1986an) literatur yang

berkembang berisi berbagai studi dengan menggunakan teori berbasis finance dan

atau teori regulasi untuk menjelaskan praktik akuntansi dan auditing yang terjadi.

6. SFAC merupakan pedoman untuk tujuan, karakteristik kualitatif, dan pedoman lain

dari fenomena ekonomi untuk pengakuan dan pengukuran dalam pelaporan


keuangan dan penyajiannya. SFAC sendiri menjadi guide bagi FASB dalam

mengembangkan standar akuntansi keuangan di Amerika Serikat. Secara total,

FASB menerbitkan 8 (delapan) buah statements. Statements yang pertama terbit

pada November 1978, yaitu SFAC No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting

by Business Enterprises pada November 1978, sampai terbit SFAC No. 8 pada

September 2010 tentang Conceptual Framework for Financial Reporting.

Karakteristik kualitatif dalam statements yang diterbitkan FASB terletak pada

SFAC No. 2 tentang Qualitative Characteristic of Accounting Information yang

muncul pada Mei 1980. Namun, SFAC No. 2 ini digantikan oleh SFAC No. 8,

dengan adanya perubahan mendasar antara SFAC No. 2 dengan SFAC No. 8, yaitu

kualitas informasi dalam SFAC No. 8 dibagi menjadi kualitas informasi utama

dalam SFAC No. 8 terdiri dari Relevance dan Faithful Representation dan kualitas

informasi pendukung yang terdiri dari comparability, verifiability, timeliness dan

understandability, yang sebelumnya pada SFAC No. 2 kualitas informasi utama

adalah relevance dan reliability.

Conceptual Framework for Financial Reporting (Rerangka Kerja untuk Pelaporan

Keuangan) bulan September 2010 atau yang dikenal dengan SFAC No. 8

merupakan sebuah konsep pengganti SFAC No. 1 dan SFAC No. 2.

SFAC No. 8 adalah salah satu dari serangkaian publikasi di Dewan Standar (FASB)

untuk akuntansi dan pelaporan keuangan. SFAC No. 8 ini mencakup 2 bab rerangka

konseptual baru yang menggantikan SFAC No. 1, Tujuan Pelaporan Keuangan oleh

Business Enterprises, dan SFAC No. 2 yaitu karakteristik Kualitatif Informasi

Anda mungkin juga menyukai