Anda di halaman 1dari 19

1.

Jelaskan perkembangan IFRS di Indonesia dari aspek harmonisasi dan


konvergensi terkait erat dengan faktor budaya (culture) antarnegara.
Berikan penjelasan singkat tentang isu-isu tersebut, dan dalam
pelaksanaannya apakah semua perusahaan harus mengikuti IFRS?
Dalam perkembangan dunia yang ada menuntut perubahan cukup besar dalam
dunia akuntansi, bahwa dunia merasa perlu diterapkan sebuah peraturan yang
berlaku secara global. Hal ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-
masing. Dunia internasional telah mengakui sebuah standar yang diakui oleh
banyak negara dan Lembaga-lembaga akuntansi di dunia yang bernama IFRS
(International Financial Reporting Standart). Bahkan, dalam situs resmi IFRS
tercatat lebih dari 160 negara yang telah mengadopsi IFRS sebagai standar
akuntansi yang ada di negaranya baik yang telah mengadopsi sebagia atau
penuh.
Popularitas IFRS di tingkat global semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Kesepakatan G-20 di Pittsburg pada tanggal 24-25 September
2009, misalnya, menyatakan bahwa otoritas yang mengawasi aturan akuntansi
internasional harus meningkatkan standar global pada Juni 2011 untuk
mengurangi kesenjangan aturan di antara negara-negara anggota G-20.
Menurut saya, hal ini cukup baik dimana dunia akuntansi secara global
mempunyai satu pedoman inti mengenai prinsip-prinsip akuntansi sehingga
terdapat keselarasan diantara satu negara dengan negara lainnya. Namun hal ini
tidak mudah diterapkan dalam waktu yang singkat.
Di Indonesia, Adopsi IFRS masih secara sebagian belum dapat di
terapkan secara penuh. Faktor pertama yang menjadi hambatan dalam
penerapan standard ini (IFRS) secara penuh di negara Indonesia adalah faktor
budaya (culture), maksudnya kebiasaan menggunakan standard akuntasi
domestic (PSAK) yang sudah menjadi budaya akan sangat sulit mengubah
kebiasaa untuk mengubah masyarakat menggunakan standar internasonal,
kalaupun standard ini diterapkan maka akan membutuhkan waktu yang lama
untuk penyesuaian dan kemungkinan adanya sedikit perbedaan dalam
implementasinya.
Faktor kedua adalah proses terjemahan bahasa akan menjadi faktor kendala
dalam
proses penerapannya, karena proses penafsiran bahasa sedikitnya membawa
arti
yang berbeda dalam konteks pemahaman inti/isi standard international tersebut.
Faktor budaya menjadi salah satu isu yang cukup rentang dari
konvergensi PSAK
ke IFRS karena adanya karesteristik dan tingkat yang berbeda antara negra
merupakan hambatan yang dihadapai dalam proses harmonisasi standar
akuntansi
keuangan., kebutuhan dan keinginan antara negara maju dan yang belum maju
dan
antara Negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya sangat tinggi dan Negara
dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah bahkan sangat rendah. Apa
yang tepat diterapkan di Amerika Serikat, belum tentu cocok diterapkan di
Negara
lain dengan karakteristik lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda

2. Terdapat perdebatan pandangan apakah akuntansi perlu diregulasi atau

tidak. Jelaskan bagaimana pada level teori, dan uraikan perlu atau

tidaknya regulasi, serta implementasi dalam praktik

Scott (2009:484) menjelaskan bahwa terdapat dua teori regulasi

akuntansi dalam industri, yaitu: teori kepentingan publik (The Public Interest

Theory) dan (2) teori kelompok kepentingan (The Interest Group Theory).

Belkaoui (2006:175) menyatakan bahwa regulasi umumnya diasumsikan harus


diperoleh oleh suatu industri tertentu dan dirancang serta dioperasikan terutama

untuk keuntungannya sendiri. Scott (2009:484) menjelaskan bahwa terdapat

dua teori regulasi akuntansi dalam industri, yaitu: teori kepentingan publik

(The Public Interest Theory) dan (2) teori kelompok kepentingan (The Interest

Group Theory).

Teori kepentingan publik berbicara tentang seberapa banyak informasi

akuntansi yang harus diregulasi untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial

sebagai dasar permintaan publik untuk mengoreksi kegagalan pasar. Tujuan

akhirnya ialah melindungi kepentingan publik.

Deegan (2004:36) menjelaskan bahwa teori kepentingan publik

mengasumsikan badan regulator (biasanya pemerintah) bersifat netral

memperjuangkan kepentingan publik dan tidak memasukkan kepentingan

pribadi ke dalam penyusunan aturan. Singkat kata, badan regulator melakukan

tindakan yang terbaik untuk memaksimalkan kesejahteraan sosial.

Teori regulasi lainnya ialah capture theory. Menurut Deegan (2004:36)

capture theory berargumentasi bahwa walaupun regulasi awalnya bertujuan

untuk melindungi publik, mekanisme regulasi seringkali dikendalikan atau

diambil alih untuk melindungi kepentingan dari kelompok-kelompok

kepentingan di dalam masyarakat, khususnya pihak-pihak yang aktivitasnya

paling banyak terpengaruh regulasi. Diyakini bahwa pendirian DSAK IAI

sebagai badan regulator akuntansi merupakan contoh dari capture theory

Pentingnya Regulasi dan Implementasinya Dalam Praktik


Scott (2009:486) menjelaskan bahwa penyusunan standar akuntansi

selalu berkaitan dengan due process yaitu melibatkan perwakilan konstituen

penyusun laporan keuangan dan memfasilitasi public hearing, exposure drafts,

dan secara umum, untuk keterbukaan, mensyaratkan voting terbanyak sebelum

suatu standar diluncurkan. Karakteristik due process ini konsisten dengan teori

interaksi konstituen berdasarkan konflik. Badan standar akuntansi adalah para

pemain dalam permainan kompleks dimana konstituen-konstituen yang

berkaitan dengan standar akan memilih strategi lobi untuk atau melawan suatu

standar baru.

Teori regulasi akuntansi lainnya ialah teori kelompok kepentingan.

Teori kelompok kepentingan menekankan adanya konflik dan negosiasi antar

konstituen akuntansi di dalam proses penyusunan standar akuntansi. The

interest group theory of regulation suggests that individuals form coalitions, or

constituencies, to protect and promote their interest by lobbying the

government. These coalitions are viewed as being in conflict with each other to

obtain their share of benefits from regulation. We shall conclude that the

process of standard setting is most consistent with the interest group theory.

(Scott, 2009:484)

Oleh karena itu, teori regulasi kelompok kepentingan sangat sesuai

untuk menggambarkan konflik dari para konstituen daripada suatu proses

hitungan. Kehendak para pemain untuk menerima suatu standar baru meningkat

jika mereka merasa bahwa pandangan mereka diakomodasi. Hal ini


menjelaskan perhatian pada due process sebagai suatu langkah akomodasi

konflik dalam penyusunan standar. Pertimbangan-pertimbangan ini

menjadikan teori regulasi kelompok kepentingan menjadi prediktor yang lebih

baik akan standar baru, karena teori kelompok kepentingan secara formal

mengakui eksistensi konflik konstituen.

Menurut saya konvergensi tersebut memiliki banyak keuntungan yang

dapat diperoleh apabila sebuah negara melakukan adopsi terhadap IFRS.

Meskipun terdapat perbedaan penggunaan bahasa manfaat utama dari adopsi

standar akuntansi adalah laporan keuangan dapat dibandingkan.

Scott (2009:485) menyatakan bahwa teori kelompok kepentingan

memiliki pandangan bahwa suatu industri beroperasi karena terdapat sejumlah

kelompok kepentingan. Otoritas politik atau legistatif juga dapat digolongkan

sebagai suatu kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan untuk memasok

regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh sebab itu, Deegan

(2004:69) menyimpulkan bahwa regulasi dapat dipandang sebagai suatu

komoditas dimana terdapat penawaran dan permintaan. Komoditas akan

dialokasikan kepada para konstituen dengan efektif secara politis dan dengan

meyakinkan legislatif memberikan bantuan regulasi kepadanya. “Versi utama

teori kelompok kepentingan adalah teori regulasi kaum elit yang menguasai

politik (The Political-Ruling Elite Theory of Regulation) yang menekankan

pada kekuatan politik untuk mendapatkan pengendalian regulator dan teori


regulasi ekonomi (The Economic Theory of Regulation) yang menekankan

pada kekuatan ekonomi” (Ghozali dan Chariri, 2007:218).

keuntungan yang diperoleh oleh sebuah negara di seluruh dunia dalam

mengadopsi IFRS, yaitu: 1) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna

bagi pemegang saham, 2) informasi keuangan menjadi lebih baik dan berguna

bagi pemerintah, 3) laporan keungan lebih dapat dibandingkan, 4)

meningkatkan transparansi perusahaan, 5) managemen perusahaan lebih baik

dalam operasional global, 6) mengurangi biaya modal dinyatakan oleh Gordon

(2008).

3. Saat ini topic CSR semakin banyak dibahas dan dijadikan isu besar,

padahal sebagian hanyalah isu saja dan belum merupakan kewajiban bagi

perusahaan. Berikan penjelasan singkat tentang isu CSR dan

keterkaitannya dengan GCG (Good Corporate Government) yang saudara

pahami?

Pada saat ini topik mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau

yang lebih

dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) semakin banyak

mendapatkan perhatian dan dibahas. Salah satu aspek dari CSR yang menjadi

perhatian adalah pengungkapannya. Hal ini disebabkan laporan keuangan

tradisional tidak mencakup aktivitas CSR perusahaan. Pengungkapan CSR

yang

lebih rinci dapat memfasilitasi investor dan pemegang saham dalam menilai
apakah

penggungkapan CSR perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka. Disisi

lain

masyarakat juga semakin kritis dan mampu melakukan kontrol sosial terhadap

dunia usaha. Perubahan pada tingkat kesadaran masyarakat tersebut

memunculkan

kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan CSR. Hal lain yang

mempengaruhi perkembangan CSR pada saat ini adalah semakin parahnya

kerusakan lingkungan, mulai dari polusi udara dan air, penggundulan hutan

hingga

isu perubahan iklim. CSR menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada

tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

(corporate value) yang direfleksikan hanya dalam kondisi keuangannya saja.

Tapi

tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu juga

memperhatikan masalah sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja

tidak

cukup menjamin nilai perusahaan bertumbuh secara berkelanjutan. Global

Compact

Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (Profit, People, Planet)

yaitu

tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga menyejahterakan
orang

(people),dan menjamin keberlanjutan hidup planet Bumi (planet). CSR

merupakan

komitmen perusahaaan untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan

ekonomi

berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, komunitas setempat, dan

masyarakat agar memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi

berkelanjutan.

Dari aspek ekonomi, perusahaan mengungkapkan suatu apabila informasi

tersebut

dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari aspek investasi, investor cenderung

menanamkan modal pada perusahaan yang memiliki kepedulian pada masalah

sosial. Perusahaan akan menggunakan informasi tanggung jawab sosial sebagai

keunggulan kompetitif perusahaan.

Good corporate governance (GCG), dalam arti sempit dipahami

sebagai suatu

sistem dan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak

yang

berkepentingan, terutama antara pemegang saham dan dewan komisaris serta

dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Sedangkan dalam arti luas,

GCG digunakan untuk mengatur hubungan seluruh kepentingan stakeholders

secara
proporsional dan mencegah terjadinya keslahan-kesalahan yang signifikan

dalam

strategi perusahaan sekaligus memastikan bahwa kesalahan yang terjadi bisa

diperbaiki dengan segera. Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola

perusahaan yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang

bisa dirujuk. Dalam tataran praktis, GCG merupakan tatakelola perusahaan

yang baik agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa

dirujuk. Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi pelaku

bisnis, yaitu:

1) Transparency (keterbukaan informasi)

2) Accountability (Akuntabilitas)

3) Responsibility (Tanggung Jawab)

4) Independency (kemandirian)

5) Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Berdasarkan prinsip-prinsip GCG tersebut, terutama prinsip responsibility,

dapat

ditarik benang merah keterkaitan antara CSR dan GCG. Penerapan prinsip

responsibility tersebut, perusahaan memperhatikan kepentingan stakeholdernya

sebagai bentuk konsekuensi dari operasional perusahaannya.

Penerapan CSR adalah salah satu bentuk implementasi dari konsep Good

Corporate

Governance (GCG). Konsep CSR juga sering dikaitkan dengan konsep Triple
Bottom Line, yaitu bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan aspek

ekonomi

saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungannya. Semakin disadari bahwa

kondisi

keuangan saja tidak cukup menjamin perusahaan tumbuh secara berkelanjutan.

Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi

terkait

lainnya, termasuk dimensi sosial.

Dengan demikian, CSR adalah salah satu bentuk investasi masa depan.

Karena

melalui hubungan yang harmonis dan citra baik, timbal baliknya, masyarakat

juga

ikut menjaga eksistensi perusahaan.

4. Berikan penjelasan tentang apa yang terkait dengan akuntansi lingkungan

yang saudara fahami.

Tahun 1970-an mulai berkembangnya Konsep akuntansi lingkungan

mulai berkembang di Eropa. Komite standar akuntansi internasional (The

International Accounting Standards Committee/IASC) mengembangkan

konsep tentang prinsip-prinsip akuntansi internasional, termasuk di dalamnya

pengembangan akuntansi lingkungan dan audit hak-hak azasi manusia Pada

pertengahan tahun 1990-an. Di samping itu, standar industri juga semakin

berkembang dan auditor profesional seperti the American Institute of Certified


Public Auditors (AICPA) mengeluarkan prinsip-prinsip universal tentang audit

lingkungan (environmental audits).

Badan Lingkungan Hidup Jepang (The Environmental Ageency) yang

kemudian berubah menjadi Kementerian Lingkungan Hidup (Ministry of

Environment) mengeluarkan panduan akuntansi lingkungan (environmental

accounting guidelines) pada bulai Mei tahun 2000. Panduan ini kemudian

disempurnakan lagi pada tahun 2002 dan 2005. Semua perusahaan di Jepang

diwajibkan menerapkan akuntansi lingkungan. Perusahaan-perusahaan besar

Jepang mulai menempatkan posisi akuntansi lingkungan (environmental

accounting) sederajat dengan akuntansi keuangan. Kini semakin banyak

perusahaan di Jepang sudah menerapkan akuntansi lingkungan sesuai dengan

peraturan perundangan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh Kementerian

Lingkungan Hidup Jepang.

Latar belakang pentingnya akuntansi lingkungan pada dasarnya

menuntut kesadaran penuh perusahaan-perusahaan maupun organisasi lainnya

yang telah mengambil manfaat dari lingkungan. Penting bagi perusahaan-

perusahaan atau organisasi lainnya agar dapat meningkatkan usaha dalam

mempertimbangkan konservasi lingkungan secara berkelanjutan.

Penggunaan konsep akuntansi lingkungan bagi perusahaan mendorong

kemampuan untuk meminimalisasi persoalan-persoalan lingkungan yang

dihadapinya. Banyak perusahaan besar industri dan jasa yang kini menerapkan

akuntansi lingkungan. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi pengelolaan


lingkungan dengan melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut

pandang biaya (environmental costs) dan manfaat atau efek (economic benefit).

Akuntansi lingkungan diterapkan oleh berbagai perusahaan untuk

menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan dampak perlindungan

lingkungan (environmental protection).

Beberapa alasan kenapa perusahaan perlu untuk mempertimbangkan

untuk mengadopsi akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi

perusahaan, antara lain: memungkinkan untuk mengurangi dan menghapus

biaya-biaya lingkungan, memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan yang

selama ini mungkin mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan manusia

dan keberhasilan bisnis perusahaan, diharapkan menghasilkan biaya atau harga

yang lebih akurat terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan dan

memungkinkan pemenuhan kebutuhan pelanggan yang mengharapkan

produk/jasa lingkungan yang lebih bersahabat.

Tujuan dari akuntansi lingkungan sebagai sebuah alat manajemen

lingkungan dan sebagai alat komunikasi dengan masyarakat adalah untuk

meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang

memerlukan atau dapat menggunakannya.

Guna mencapai keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan,

maka pertama dan utama sekali yang perlu diperhatikan manajemen perusahaan

adalah adanya kesesuaian antara evaluasi yang dibuat perusahaan terhadap

dampak lingkungan yang ditimbulkan. Langkah kedua, menentukan apa yang


menjadi target perusahaan dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor utama

yang berdampak pada lingkungan perusahaan serta menyusun suatu

perencanaan untuk mengurangi dampak lingkungan. Langkah ketiga, memilih

alat ukur yang sesuai dalam menentukan persoalan lingkungan.

Langkah keempat, melakukan penilaian administrasi untuk menetapkan

target di masing-masing segmen. Langkah kelima, menghasilkan segmen

akuntansi untuk mengukur masing-masing divisi perusahaan. Langkah keenam,

melakukan pengujian dimasing-masing devisi. Langkah terakhir adalah

melakukan telaah kinerja. Pada telaah kinerja diharapkan dapat menghasilkan

segmen akuntansi yang dapat mendukung prestasi manajemen lingkungan

dimasing-masing divisi.

Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting atau EA)

merupakan istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan

(environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga

pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak yang timbul dari sisi keuangan

mampun non-keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang

mempengaruhi kualitas lingkungan.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United

States Environment Protection Agency (US EPA) akuntansi lingkungan adalah:

“Fungsi penting akuntansi lingkungan adalah untuk menyajikan biaya-

biaya lingkungan bagi para stakeholders perusahaan, yang mampu mendorong

pengidentifikasian cara-cara mengurangi atau menghindari biaya-biaya ketika


pada waktu yang bersamaan, perusahaan sedang memperbaiki kualitas

lingkungan”.

Badan Perlindungan Amerika Serikat atau United States Environment

Protection Agency (EPA) menambahkan lagi bahwa istilah akuntansi

lingkungan dibagi menjadi dua dimensi utama. Pertama, akuntansi lingkungan

merupakan biaya yang secara langsung berdampak pada perusahaan secara

menyeluruh (dalam hal ini disebut dengan istilah biaya pribadi). Kedua,

akuntansi lingkungan juga meliputi biaya-biaya individu, masyarakat maupun

lingkungan suatu perusahaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Sistem akuntansi lingkungan terdiri atas lingkungan akuntansi

konvensional dan akuntansi ekologis. Akuntansi lingkungan konvensional

mengukur dampak-dampak dari lingkungan alam pada suatu perusahaan dalam

sitilah-istilah keuangan. Sedangkan akuntansi ekologis mencoba untuk

mengukur dampak suatu perusahaan berdasarkan lingkungan, tetapi

pengukuran dilakukan dalam bentuk unit fisik (sisa barang produksi dalam

kilogram, pemakaian energi dalam kilojoules, dll), akan tetapi standar

pengukuran yang digunakan bukan dalam bentuk satuan keuangan.

Sedangkan lingkup akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua bagian.

Bagian pertama didasarkan pada kegiatan akuntansi lingkungan suatu

perusahaan baik secara nasional maupun regional. Bagian kedua berkaitan

dengan akuntansi lingkungan untuk perusahaan-perusahaan dan organisasi

lainnya.
Pada dasarnya penjelasan mengenai konsep akuntansi lingkungan harus

mengikuti beberapa faktor berikut, antara lain:

1. Biaya konservasi lingkungan (diukur dengan menggunakan nilai satuan

uang).

2. Keuntungan konservasi lingkungan (diukur dengan unit fisik).

3. Keuntungan ekonomi dari kegiatan konservasi lingkungan (diukur

dengan nilai satuan uang/rupiah).

5. Jelaskan perkembangan teori akuntansi positif dan hubungannya dengan

kemajuan riset akuntansi keuangan dan pasar modal!

Pada akhir Abad 19 dan Awal Abad 20 para penulis akuntansi terutama

memfokuskan pada penjelasan tentang praktik akuntansi yang dapat

diobservasi,

dengan menyediakan aturan pedagogik untuk tujuan pengklasifikasian terhadap

praktik. Teoritisi akuntansi pada saat itu (US Securities Act 1933-1934)

memusatkan perhatiannya kepada usaha penetapan pelaporan keuangan

sebagaimana yang seharusnya (pendekatan normatif). Setelah periode ini,

mulailah

dikenal pengujian empiris dengan didukung oleh penggunaan data base yang

berasal dari CRSP (Center for Research in Security Prices). Pengkombinasian

data

dengan menggunakan komputer banyak menghasilkan penelitian mengenai


perilaku

harga saham dan pengaruh informasi terhadap harga saham (misal: Fama,

1976).

Hasil penelitian empiris ini membawa kepada pengembangan tentang EMH

(efficient markets hypothesis). Saat buku disusun (1986an) literatur yang

berkembang berisi berbagai studi dengan menggunakan teori berbasis finance

dan

atau teori regulasi untuk menjelaskan praktik akuntansi dan auditing yang

terjadi.

6. Statement of Financial Accounting Concept No. 2: Tentang Karakteristik


kualitatif Informasi akuntansi terkandung konsep relevance (relevan) dan
reliable (andal), jelaskan menurut saudara! Jelaskan pertimbangan cost-
benefit menurut saudara!

1) Relevance
Menurut FASB dalam SFAC nomor 2, Informasi akuntansi yang relevan adalah
mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu
pengguna untuk membentuk prediksi tentang hasil dari peristiwa masa lalu,
sekarang, dan masa depan atau untuk mengkonfirmasi atau membenarkan
harapan sebelumnya. Informasi dapat membuat sebuah perbedaan terhadap
keputusan dengan meningkatkan kapasitas pembuat keputusan untuk
memprediksi atau dengan memberikan umpan balik terhadap harapan
sebelumnya. Relevansi memiliki 2 aspek utama: predictive value dan feedback
value, serta 1 aspek tambahan: ketepatan waktu.
a. Predictive value
Seperti dalam dokumen sebelumnya prediktive value merujuk pada
kegunaan input untuk prediksi seperti cash flow dan earning power
daripada menjadi perkiraan aktual sendiri
b. Feedback value
Feedback value berhubungan dengan meng-konfirmasi atau mengoreksi
ekspektasi pembuat keputusan. Hal ini merujuk pada menentukan posisi
perusahaan dan tumpang tindih dengan sejauh mana mana manajemen
telah menjalankan fungsinya. Jika ditinjau lebih luas, feedback value
terkait dekat dengan pertanggungjawaban. Informasi yang menyediakan
kualitas ini harus mempengaruhi atau berdampak predictive value.
Karenanya, muncul dua pengertian pada istilah feedback value yang agak
membingungkan. Walaupun hal tersebut tidak mempengaruhi keterkaitan
antara predictive dan feedback value.
c. Timeliness
Ketepatan waktu sebenarnya meruapakan sebuah constraint terhadap
kedua aspek utama relevansi. Agar relevan, informasi harus tepat waktu,
artinya harus ‘tersedia pada pembuat keputusan sebelum (informasi
tersebut) kehilangan kapasitasnya dalam mempengaruhi keputusan’.
Terdapat pertentangan antara ketepatan waktu dengan dua aspek utama
relevansi karena informasi akan lebih lengkap dan akurat jika batasan
waktunya dilonggarkan. Karenanya sering terjadi trade-off antara
ketepatan waktu dengan kedua aspek utama relevansi tersebut.
2) Reliability
Menurut FASB dalam SFAC nomor 2, Reliabilitas suatu ukuran
bertumpu pada kesetiaan (faithfulness) dimana ia mewakili apa yang
dimaksudkan untuk diwakili, ditambah dengan sebuah jaminan bagi
pengguna, yang datang melalui verifikasi, bahwa ia memiliki kualitas
representational. Reliabilitas tersusun dari tiga bagian yaitu verifiability,
representational faithfulness, dan neutrality.
a. Verifiability
Verifiabilitas dalam SFAC nomor 2 didefinisikan sebagai kualitas
yang dapat ditunjukkan dengan menjamin sebuah tingkat konsensus
yang tinggi antara pengukur independen dengan menggunakan metode
pengukuran yang sama.
b. Representational Faithfulness,
Representational Faithfulness, adalah korespondensi atau kesepakatan
antara suatu ukuran atau deskripsi dan fenomena yang dimaksudkan
untuk diwakili. Dalam akuntansi, fenomena yang diwakili adalah
sumber daya ekonomi dan kewajiban serta transaksi-transaksi dan
kejadian yang mengubah sumber daya dan kewajiban tersebut.
c. Neutrality.
Netralitas berarti bahwa dalam merumuskan atau menerapkan standar,
perhatian yang utama seharusnya pada relevansi dan reliabilitas
informasi yang dihasilkan, bukan pada pengaruh standar atau aturan
yang memiliki kepentingan tertentu. Netralitas adalah karakteristik
kualitatif bersinggungan secara menyeluruh dengan perilaku anggota
dewan yang bertentangan secara langsung dengan aspek spesifik dari
informasi itu sendiri.
Tujuan netralitas menurut Wyatt dan Brown adalah sebagai sebuah
upaya sadar untuk mencegah interfensi oleh kelompok yang mempunyai
sebuah kepentingan pada laporan keuangan dan standar akuntansi yang
mendasarinya.

3) Biaya Manfaat
Pertimbangan biaya manfaat adalah salah satu teknis yang digunakan
untuk mengevaluasi penggunaan sumber-sumber ekonomi agar dapat
digunakan secara efisien. Pertimbangan biaya manfaat merupakan alat
bantu untuk membuat keputusan, dengan mempertimbangkan sejauhmana
sumberdaya yang digunakan (sebagai biaya) dapat memberikan hasil-hasil
yang diinginkan (manfaat) secara optimal. Pertimbangan Biaya manfaat
digunakan manakala hal efisiensi secara akurat dan rasional menjadi
pertimbangan utama.Manfaat (benefit) informasi akuntansi dinyatakan
dengan kegunaan informasi akuntansi tersebut untuk berbagai kelompok
pemakai (terutama inverstor dan kreditur) dalam proses pengambilan
keputusan. Biaya langsung (direct cost) informasi adalah biaya dalam
memperoleh, menyajikan dan menyebarkan informasi.

Anda mungkin juga menyukai