TEORI AKUNTANSI
Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
BAIQ HAFAZAH
SYAHRUL MAULANA
ZULJIHAD JAELANI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas ijin, ridho
serta petunjuk-Nya, makalah Teori Akuntansi tentang Teori Regulasi; Isu Ekonomi dan
Politik dalam Penetapan Standar, ini dapat terselesaikan.
Makalah ini merupakan tugas kelompok untuk memenuhi tugas dalam proses
perkuliahan yang diberikan kepada kami oleh dosen pengampu mata kuliah. Oleh karena
itu, dengan segala ketulusan hati kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini karena itu
kami sangat mengharapkan masukan dan kritik yang konstruktif guna berbaikan makalah
ini Selanjutnya kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kami khususnya
dalam memahami tentang Teori Akuntansi tentang Teori Regulasi; Isu Ekonomi dan Politik
dalam Penetapan Standar.
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3. 1. Kesimpulan ................................................................................................ 20
3. 2. Saran .......................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
penyelesaian yang bersifat ad hoc (panitia khusus) terhadap masalah-masalah
mendesak dan kontroversial yang muncul dalam praktik.
Inisiatif manajemen menimbulkan konsekuensi-konsekuensi sebagai
berikut.
1. Sebagian besar teknik akuntansi tidak memiliki dukungan teoretis dan
solusi yang diadopsi bercirikan pragmatis.
2. Fokusnya adalah pada penentuan pendapatan kena pajak dan
minimalisasi pajak pendapatan.
3. Teknik akuntansi yang diadopsi didorong oleh keinginan untuk
meratakan earnings.
4. Masalah-masalah yang kompleks dihindari dan solusi berdasarkan
pengadopsian kebijakan.
5. Perusahaan yang berbeda mengadopsi teknik akuntansi yang berbeda
untuk masalah yang sama.
Terdapat tarik-menarik yang sangat kuat antara pihak yang setuju dengan
yang tidak setuju terkait dengan apakah diperlukan regulasi terhadap standar
akuntansi keuangan. Pihak yang tidak menginginkan regulasi berargumen dengan
menggunakan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa manajemen
memiliki insentif membuat laporan yang andal dan disajikan secara sukarela kepada
pemilik (shareholder) semata-mata untuk menyelesaikan konflik antara pemilik dan
manajemen. Laporan keuangan digunakan untuk memonitor hubungan kerja
(hubungan keagenan) serta untuk menilai dan menentukan kompensasi yang akan
dibayarkan kepada manajer (Belkaoui, 2007). Perusahaan dituntut untuk menyajikan
laporan secara sukarela dan pengguna informasi dapat memaksa pihak-pihak terkait
untuk menyajikan informasi tersebut.
4
Di samping menggunakan teori keagenan, pihak yang tidak menginginkan
regulasi juga menggunakan pendekatan pasar bebas. Menurut pendekatan ini
informasi akuntansi merupakan produk-produk yang bersifat ekonomis, sama
seperti barang atau jasa lainnya. Informasi akuntansi juga merupakan subjek
kekuatan permintaan dari para pengguna dan disediakan oleh para penyaji. Hasilnya
adalah sejumlah pengungkapan informasi yang optimal pada tingkat harga yang
optimal pula. Kapan suatu informasi diperlukan dan sejumlah harga tertentu
ditawarkan untuk itu, maka pasar akan menyediakan informasi asalkan harga yang
ditawarkan melebihi biaya informasi tersebut.
Pihak-pihak yang menginginkan regulasi akan mengunakan teori kepentingan
publik (The Public Interest Theory) dan teori kepentingan kelompok (The Interest
Group Theory) untuk menyukseskan keinginannya karena pada dasarnya, baik
kegagalan pasar maupun kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial memaksa adanya
regulasi akuntansi (Scott, 2000). Teori kepentingan publik menyatakan bahwa
regulasi terjadi karena tuntutan publik dan muncul sebagai koreksi atas kegagalan
pasar. Kegagalan pasar terjadi karena adanya alokasi informasi yang belum optimal
dan ini dapat disebabkan oleh (1) keengganan perusahaan mengungkapkan
informasi, (2) adanya penyelewengan informasi, dan (3) penyajian informasi
akuntansi secara tidak semestinya. Dalam teori ini, sentral otoritas juga disebut
regulator dan diasumsikan bahwa masyarakat memiliki kepentingan terbesar pada
informasi akuntansi. Regulator berusaha untuk melakukan pengaturan dengan
sebaik mungkin karena akan memaksimalkan kesejahteraan sosial. Dalam
penerapannya teori kepentingan publik ternyata memiliki masalah sehingga teori ini
dikatakan memiliki masalah implementasi karena sulit menentukan berapa jumlah
regulasi yang sesuai.
Penentuan jumlah regulasi merupakan sesuatu yang sulit dilakukan untuk
komoditas seperti informasi. Masalah yang lebih sulit terletak pada motivasi dari
regulator itu sendiri. Harus disadari bahwa sangat sulit untuk memonitor operasi
regulator dan kekuatan publik untuk memaksa regulator beroperasi demi
kepentingan publik adalah lemah. Kelemahan tersebut juga akan menimbulkan
5
kemungkinan bahwa badan ini akan beroperasi untuk kepentingan pribadi dan tidak
untuk kepentingan umum.
Teori kepentingan kelompok memiliki pandangan bahwa suatu industri
beroperasi karena terdapat sejumlah kepentingan kelompok. Otoritas politik atau
legistatif juga dapat digolongkan sebagai suatu kelompok kepentingan yang memiliki
kekuatan untuk memasok regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh
sebab itu, teori ini memiliki pandangan bahwa regulasi adalah suatu komoditas di
mana terdapat penawaran dan permintaan. Komoditas akan dialokasikan kepada
para konstituen dengan efektif secara politis dan dengan meyakinkan legislatif
memberikan bantuan regulasi kepadanya.
Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial dan adanya kegagalan pasar
merupakan bentuk alasan yang digunakan untuk mendukung perlunya regulasi
dalam akuntansi keuangan. Tujuan sosial mencakup kewajaran laporan keuangan,
keseimbangan informasi yang disajikan (information symmetry), dan perlindungan
terhadap para investor. Kegagalan pasar dibedakan menjadi kegagalan secara
eksplisit dan kegagalan secara implisit dalam pasar informasi swasta. Kegagalan
pasar eksplisit terjadi dalam pasar khusus informasi akuntansi karena kuantitas dan
kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial maksimum yang dapat
diperoleh. Dalam hal ini informasi akuntansi dipandang sebagai barang umum dan
terkait dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan pihak yang terlibat dalam
penjualan informasi (free rider). Teori kegagalan pasar secara implisit menekankan
pada satu kondisi atau lebih sehingga terdapat gangguan dalam pasar informasi
akuntansi. Kondisi yang dimaksud, yaitu (1) monopoli manajemen dalam
menyediakan dan mengendalikan informasi, (2) investor yang naif, (3) adanya
functional fixation dalam proses pengambilan keputusan investor, (4) angka-angka
akuntansi yang tidak memiliki arti ekonomis, (5) beragamnya prosedur akuntansi,
dan (6) tidak adanya objektivitas (Watts dan Zimmerman, 1986).
Leftwich (1980) dalam Watts and Zimmerman (1986) menggunakan earnings
market hypotesis (EMH) sebagai dasar untuk membantah keenam alasan yang
dianggap sebagai pengganggu dan merupakan penyebab terjadinya kegagalan pasar.
Dalam ilmu ekonomi, pasar dianggap gagal apabila kuantitas atau kualitas produk
6
yang diproduksi dalam sebuah pasar yang bebas berbeda dari kuantitas atau kualitas
yang optimal bagi masyarakat. Dalam konteks akuntansi, kegagalan pasar terjadi jika
informasi diproduksi dalam jumlah di bawah atau di atas jumlah optimal kegagalan
pasar secara eksplisit. Dengan menggunakan argumen Leftwich (1980), Watts and
Zimmerman (1986) menolak asersi bahwa regulasi diperlukan untuk mengatasi
kegagalan pasar. Salah satu argumen ini menyatakan bahwa kegagalan pasar tidak
terjadi. Di samping itu, alasan kegagalan pasar secara implisit mengasumsikan
bahwa perumus regulasi mengutamakan kepentingan sosial. Watts and Zimmerman
(1986) menyatakan bahwa asumsi ini tidak deskriptif tidak sesuai dengan kenyataan
dan menyarankan untuk meneliti masalah regulasi dengan asumsi bahwa tiap-tiap
perumus regulasi berusaha memaksimumkan kemakmurannya masing-masing.
Asumsi ini digunakan pula untuk menjelaskan perilaku manajer, terutama ketika
melakukan perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempengaruhi arus kas.
7
dalam bentuk laporan keuangan berdampak pada perilaku ekonomi. Wolk et. Al.
(2001) menyatakan bahwa regulator menyusun standar-standar akuntansi dengan
mempertimbangkan secara langsung tiga kondisi, yaitu kondisi ekonomi, kondisi
politik, dan teori akuntansi. Pengaruh kondisi-kondisi tersebut menjadikan standar-
standar akuntansi yang dihasilkan regulator merupakan suatu konsensus yang
digunakan sebagai pedoman praktik-praktik akuntansi dalam suatu negara.
Dikatakan konsensus karena standar-standar akuntansi tidak murni turun dari teori,
tetapi juga standar-standar disusun dalam suatu kancah politik melalui kesepakatan
bersama konsensus. Tidak dapat dihindarkan bahwa kondisi ekonomi dan kondisi
politik suatu negara menggeser pengguna informasi dari pemegang saham
(shareholder) ke stakeholder. Regulator pada masanya sudah mengantisipasi
perkembangan tersebut dan telah juga menuangkannya dalam definisi akuntansi
sehingga muncul definisi akuntansi yang berorientasi pada pengguna informasi
sebagai berikut. ”Akuntansi adalah kegiatan/fungsi penyediaan jasa. Fungsinya
adalah menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomik,
terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan
keputusan ekonomik (APB Statement No. 4 : 1970)”.
Regulator yang telah berperan dalam mengatur standar akuntansi di Amerika
adalah Committee on Accounting Procedures (CAP), The Accounting Principles Board
(APB), dan Financial Accounting Standards Board (FASB). CAP diberdayakan oleh
asosiasi akuntan profesional Amerika, yaitu American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) pada tahun 1938 dan dibubarkan tahun 1958, APB didirikan
AICPA tahun 1959 dan dibubarkan tahun 1973, dan selanjutnya digantikan oleh FASB
sampai sekarang. FASB memiliki tujuan untuk menetapkan dan meningkatkan
standar-standar akuntansi keuangan dan pelaporan sebagai panduan dan
pendidikan publik di Amerika Serikat. Kriteria decision usefulness mendasari
informasi dan perspektif pengukuran pada pelaporan keuangan merupakan salah
satu tujuan FASB. Bukti empiris menunjukkan bahwa reaksi pasar melalui perubahan
harga sekuritas terhadap informasi akuntansi menunjukkan bahwa investor
menganggap bahwa informasi itu berguna (Ball and Brown, 1968). Suatu standar
baru dikatakan sukses bila standar tersebut berguna untuk pengambilan keputusan.
8
Meskipun decision usefulness merupakan kriteria yang penting, kriteria tersebut
tidak menjamin kesuksesan sebuah standar.
Pembubaran CAP dan APB dikarenakan kedua badan tersebut dianggap telah
gagal dalam mengatur standar-standar akuntansi yang digunakan sebagai landasan
praktik pada masanya. Kegagalan kedua badan tersebut dapat dipahami karena
sebagai badan pengatur standar akuntansi CAP dan APB mendapatkan berbagai
tekanan politis dalam hubungannya dengan standar-standar akuntansi yang
diterbitkan di samping karena alasan bahwa kedua badan tersebut tidak independen
dengan AICPA. FASB sebagai regulator standar akuntansi dari tahun 1973
melanjutkan tugas-tugas badan pengatur sebelumnya. Dalam menetapkan dan
memperbarui standar akuntansi dan standar pelaporan, FASB menempatkan
penekanan pada due process. Proses tersebut terdiri atas tahap-tahap (Scott, 2000)
sebagai berikut.
1. Evaluasi pendahuluan dari masalah-masalah yang berhubungan
terhadap standar akuntansi dan standar pelaporan.
2. Pengakuan dalam agenda FASB
3. Pertimbangan awal
4. Resolusi tentatif
5. Pertimbangan lanjutan
6. Resolusi final
7. Review lebih lanjut
9
kepentingan para pihak yang berusaha memasukkan kepentingannya kepada
regulator.
Eksternalitas
dan Free-riding
Insentif Private
bagi produksi
Informasi Adverse
selection
Moral Hazard
Insentif berbasis
pasar bagi
produksi informasi
Unanimity
10
Informasi merupakan komoditas yang kompleks.Apa yang kita maksud saat
membicarakan kuantitas informasi yang diproduksi adalah; pertama, kita dapat
memikirkan informasi yang lebih tajam dan benar (finer information), seperti
sebuah termometer. Dalam konteks akuntansi, sistem pelaporan yang tajam dan
akurat (finer) mencakup disclosure footnote yang diperluas atau baru, item-item
lini tambahan pada laporan keuangan, segmen reporting, dll.Dalam kaitannya
dengan teori keputusan disini, produksi informasi yang tajam dan akurat berarti
terdapat suatu kemampuan yang lebih baik untuk membedakan antara realisasi
state of nature (keadaan yang tidak pasti).Kedua, Informasi tambahan dalam
konteks akuntansi berarti pengenalan system informasi baru untuk melaporkan
permasalahn yang tidak tercover oleh system biaya historis. Misalnya, marking-to-
market, yang mengintrodusir pengaruh perubahan harga dalam pelaporan
keuangan diskusi dan analisis manajemen dan informasi keuangan yang
berorientasi pada masa depan yang memperluas tanggungjawab pelaporan untuk
memasukkan operaso perusahaan yang diperkirakan.Cara ketiga produksi
informasi adalah kredibilitas. Dalam istilah akuntansi, informasi yang kredibel
(dapat dipercaya) akan lebih reliable (andal). Seringkali dikatakan bahwa keuangan
yang diaudit oleh auditor the Big six lebih andal dibandingkan yang diausit oleh
auditor selain the Big Six. Keempat, kita bisa memikirkan sejumlah mekanisme lain
untuk produksi informasi, seperti signaling.
11
semacam ini juga dimaksudkan untuk memperbaiki bekerjanya pasar modal
dengan meningkatkan keyakinan publik mengenai kewajaran pasar modal.
Akuntansi juga sangat dipengaruhi oleh regulasi yang dirancang untuk
melindungi pemakai akibat adanya informasi asimetri.Satu peran penting
akuntansi adan auditing adalah melaporkan informasi yang relevan dan reliable,
sehingga peran seorang akuntan dan auditor tetap kredibel dan kompeten.
Produksi informasi dalam bentuk laporan keuangan memasukkan suatu
audit sebagai bagian dari produks informasi informasi perusahaan. Meskipun
suatu audit tidak dapat menghasilkan informasi secara langsung , audit dapat
menambahkan kredibilitas informasi yang diproduksi perusahaan.
Konsekuensinya, audit merupakan komponen yang penting dari total informasi
yang dirilis oleh perusahaan.
Meskipun keputusan untuk memproduksi informasi oleh perusahaan
sangat diatur, terdapat beberapa contoh deregulasi dalam beberapa tahun
terakhir, pada industry lain – transportasi, telekomunikasi, perbankan, dan institusi
keuangan. Terdapt sdikit keraguan bahwa perubahan semacam itu, setidaknya
pada permulaannya, membantu perkembangan yang substantial dalam efisiensi,
inovasi, dan persaingan harga.Tentunya, mereka menghasilkan perubahan yang
drmatis dalam sruktur industry terpengaruh.
Bentuk yang akan diambil oleh deregulasi pengaturan standar ini dapat
meliputi pembatalan standar yang telah ada. Misalnya, membiarkan perusahaan
menghitung lease atau pension seperti yang mereka putuskan. Juga dapat meliputi
suatu pengurangan dalam pengawasan oleh komisi sekuritas dan otoritas sentral
lain, dengan menempatkan kepercayaan dan semakin besar pada sistem hokum
untuk menghalangi pelaporan yang curang. Namun, bentuk lain akan mengurangi
atau mengeliminasi perlunya audit. Perusahaan dapat dengan bebas menentukan
sifat dan luas audit yang mereka inginkan.
Kebanyakan reaksi orang-orang terhadap usulan ini akan membuat pasar
sekuritas akan memburuk (chaos). Suatu usulan mengenai deregulasi,
mengusulkan bahwa kontraktual privat dan tekanan pasar ini memberikan suatu
12
kesempatan untuk beroperasi lebih bebas, seperti halnya yang mereka miliki pada
industry lain dimana regulasi merupakan suatu kejadian yang berakar kuat.
Kegagalan pasar menunjukkan suatu ketidakmampuan tekanan pasar
dalam emnghasilkan suatu jumlah informasi yang “benar” sesuai masyarakat, yaitu
untuk menghasilkan informasi pada titik dimana biaya marjinal pada masyarakat
sama dengan manfaat marjinalnya. Namun demikian, sejak tujuan regulasi yang
ideal adalah untuk memperbaiki pemecahan first best bagi masyarakat, saat
tekanan tidak bisa melakukannya.Akibatnya, jumlah produksi informasi first best
menurut masyarakat suatu benchmark (patokan) terhadap produksi second
bestmana yang lebih realistis dan dapat dibandingkan, seperti halnya akuntansi
present value yang merupakan suatu benchmark ideal untuk penilaian asset dan
pengukuran income.
Terdapat dua jenis informasi yang dapat dimiliki oleh manajer: jenis
pertama, proprietary information; merupakan informasi yang jika dirilis akan
mempengaruhi secara berlawanan aliran kas perusahaan dimasa mendatang.
Misalnya informasi teknik mengenai paten yang berharga, atau rencana untuk
inisiatif strategi seperti penawaran takeover atau merger.Biaya bagi manajer dan
perusahaan akibat dirilisnya informasi proprietary ini bisa sangat tinggi.Jenis kedua
disebut nonproprietary information;merupakan informasi yang tidak secara
langsung mempengaruhi arus kas perusahaan.Informasi ini mencakup informasi
laporan, peramalan earning, rincian pembiayaan yang baru dll.Audit juga termasuk
dalam informasi yang bersifat nonproprietary.
13
menerima net income yang dilaporkan sebagai ukutan yang andal atas kinerja
manajemen.
Alasan kontraktual atas produksi informasi privat yang muncul saat
perusahaan yang dimiliki perseorangan akan go public. Ini dirumuskan oleh Jensen
dan Meckling (1976). Manjer – pemilik perusahaan go public, setelah menjual
semua atau sebagian kepentingannya, memiliki motivasi untuk meningkatkan
kelalaian. Perhatikan bahwa sebelum IPO, masalah kelalaian merupakan urusan
internal perusahaan – pemilik sekaligus manajer menanggung semua biaya. Biaya
kelalaian merupakan pengurang profit yang terjadi. Akibat adanya issue baru,
pemilik sekaligus manajer tidak memikul semua biaya itu, pemilik yang baru akan
ikut menanggung bagiannya secara proporsional.
Kontrak dapat memberikan banyak rincian dalam laporan keuangan
(informasi finer) untuk menyulitkan pemilik, yang sekaligus menjadi manajer,
dalam menyembunyikan atau memendamkan biaya dari penghasilan tambahan.
Kontrak juga dapat mewajibkan seuatu audit untuk meningkatkan kredibilitas
produksi informasi.
Investor membutuhkan informasi mengenai return dan risiko yang
diharapkan atas investasi mereka. Manajer perusahaan dan tiap investor akan
mengadakan kontrak mengenai jumlah informasi yang diinginkan tentang arus kas
perusahaan di masa mendatang, posisi keuangan, dll.
Perhatikan bahwa investor yang berbeda umumnya akan membutuhkan
informasi dalam jumlah yang berbeda mengenai perusahaan. Seorang investor,
yang terampil dalaman analisis keuangan, dapat meminta proyeksi ini ia dapat
mempersiapkan suatu estimasi arus kas di masa mendatang dan tingkat
pengembalian investasinya. Sementara investor lain mungkin hanya membutuhkan
informasi mengenai kebijakan deviden perusahaan saja. Investor sangat
menghindari risiko mungkin meminta audit yang sangatk redibel, yang tentunya
membutuhkan biaya yang tinggi, sementara investor lain lebih memilih audit yang
ada, yang biayanya tidak terlalu mahal. Investor lain mungkin tidak meminta tiap
informasi semua itu, khususnya jika portofolio investasi mereka didiversifikasi
14
dengan baik, malah mereka mungkin mengandalkan pada efisiensi pasar untuk
melindungi harga mereka.
15
manajer untuk memaksimumkan nilai perusajaan yang mengakibatkan adanya
produksi informasi serupa bagi pihak-pihak dari pasar tenaga kerja manajerial.
16
4. Botoson and Plumlee (2002)
Semakin komprehensif atau tinggi tingkat kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan maka akan memperkecil asimetri
informasi. Perusahaan dengan pengungkapan kualitas tinggi
menikmati biaya modal utang dan ekuitas lebih rendah, dan
sebaliknya. Kekuatan pasar akan meningkatkan produksi informasi.
17
Informasi adalah barang public dimana tiap investor bisa
menggunakannya dengan bebas tanpa mengeluarkan dana, dengan
mengetahui ini maka tidak ada investor yang mau membayar untuk
memperoleh informasi ini, bila perusahaan tidak memperoleh apapun
maka perusahaan akan mengeluarkan informasi lebih sedikit dari pada
sebaliknya.
b. Adverse Selection (Pemilihan serba salah)
Jika satu pihak (manajer atau orang dalam) memiliki kemanfaatan
informasi melebihi pihak lain (investor), banyak cara bagi manajer dan
orang dalam lainnya dapat mengeksploitasi kemanfaatan informasi mereka
dg biaya pihak luar (e.g:pemilik). Kekuatan pasar tidak memotivasi rilis
informasipenuh karena masih banyak iformasi dalam tak terungkap dan
muncul problema pemilihan serba salah (adverse selection). Permasalahan
adverse selection memiliki dua bentuk yaitu:
1. Insider Trading(permainan orang dalam)
Adanya peluang untuk melakukan insider trading, akan
mengurangi minat investor eksternal terhadap pasar sehingga
pasa menjadi kurang liquid.
2. Penghindaran, penundaan (postponing)bad news
Manajer merahasiakan berita buruk (bad news) tentang
perusahaan dan tidak merilisnya sehingga mempunyai efek yang
merugikan (adverse effect) yaitu (a) Mengakibatkan investor
tidak bisa membedakan saham mana yang bagus dan mana yang
tidak sehingga menambah jumlah bad news yang tidak
diungkapkan dan good news yang diungkapkan berkurang. (b)
Selain itu juga mengurangi kemampuan pasar untuk menilai
kualitas manajer.
c. Moral Hazard (Penyimpangan moral)
Adanya moral hazard menyebabkan pasar tenaga kerja tidak bisa
menilai kualitas dari seorang manajer dengan baik.Penyimpangan moral
(moral hazard), jika satu pihak dapat mengamati tindakan pihak lain dalam
18
transaksi.Pembentukan reputasi pada pasar tenaga manajerial,bersama
dengan kontrak kompensasi berbasis insentif,beroperasi untuk mendukung
produksi informasi manajer,tetapi tidak efektif karena:
Manajer cenderung lalai, & menghasilkan profitabilitas
rendah,dengan manajemen laba opportunistic
di samping pasar tenaga manajerial & kontrak insentif
Investormasih juga bersangkutan dengan MH dan manajemen
laba (jelek)
d. Unanimity
Adanya Adverse Selection (AS) dan Moral Hazard (MH)
menyebabkan adanya perbedaan pendapat (lack) di antara investor
mengenai tindakan manajemen dalam memaksimalkan nilai
perusahaan.Jika pasar bekerja dg baik, pemegang saham akan setuju
bahwa manajermemaksimumkan nilai pasar perusahaan, dan sebaliknya.
Menurut Eckern & Wilson (1974), pilihan manajer atas rencana produksi
untukmemaksimumkan nilai pasar perusahaan tidak akansecara umum
disetujui semuapemegang saham di bawah kondisi pasar tertentu.
Blazenko& Scott (1986), dalam suatu ekonomi dimana pasar informasi
tidak bekerja denganbaik akibat Adverse Selection, manajer termotivasi
untuk memilih kualitas audit yg akanmemaksimumkan nilai pasar
perusahaan (menganggap bahwa audit merupakan bentukproduksi
informasi).Efek dari investor bersangkutan denganAdverse Selection dan
Moral Hazard adalah menjadikan harga pasarlebih rendah di bawah nilai
fundamentalnya.Investor & masyarakat akan memperoleh manfaat jika
manajer merilis lebihbanyak informasi yg dianggap manajer sudah optimal
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Ditinjau dari sisi perkembangan dewan standar sebagai badan yang memiliki
kewenangan dalam mengatur standar akuntansi tampak bahwa lembaga tersebut tidak
memiliki kekuatan hukum yang baik untuk dapat menjaga indepensinya dalam
menciptakan standar-standar akuntansi didasarkan pada teori yang kuat. Sejarah
20
menunjukkan bahwa badan ini dengan mudahnya dibubarkan dan diganti dengan yang
baru. Berdasarkan kondisi tersebut saran yang dapat diajukan sebagai berikut.
a. Dipikirkan bentuk hukum badan pengatur standar yang memiliki kekuatan hukum
yang memadai dan yang sepadan dengan tugasnya untuk melindungi publik dari
penyelewengan informasi yang dibutuhkan.
b. Sangatlah tepat jika dewan standar memiliki sifat independen dan berpegang teguh
pada teori-teori yang mendukung terciptanya suatu standar sehingga dapat
terhindar dari adanya standar overload.
21
DAFTAR PUSTAKA
Scott, William R.. 1997. Financial Acoounting Theory. International Edition. United States
of America, A Simon & Schuster Company.
http://magister-akuntansi.blogspot.co.id/2016/01/teori-regulasi.html