Anda di halaman 1dari 14

Dermatitis Kontak Alergi

Oleh :
Virna Zufti Pratiwi 204031019
z Chyntia Fitri 2140312081
Bed Side
Teaching
Preseptor : 
dr. H. Yosse Rizal, SpKK, FINSDV
Defenisi
z

 Dermatitis kontak alergi adalah dermatitis yang terjadi


akibat panjanan ulang dengan bahan dari luar yang
bersifat haptenik atau antigenik yang sama, atau
mempunyai struktur kimia serupa pada kulit seseorang
yang sebelumnya telah tersensitisasi.

 Reaksi alergik yang terjadi adalah reaksihipersensitivitas


tipe lambat atau tipe IV menurut klasifikasi Coombs dan
Gell dengan perantaraan sel limfosit T
z
Epidemiologi
 Prevalensi kontak alergi pada populasi umum adalah 26-40% pada orang
dewasa dan 21-36% anak-anak.

 Di banyak bagian dunia, lebih dari 20% dari populasi orang dewasa menderita
alergi kontak. Profil dari sensitisasi dapat berbeda di setiap negara. Namun, nikel
sulfat adalah alergen yang paling banyak ditemukan.

 Pada studi epidemiologi di Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus
penyakit kulit akibat kerja adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya
adalah dermatitis kontak iritan (DKI) dan 33,7% adalah Dermatitis kontak alergi
(DKA).
z
Etiologi

 Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa


bahan kimia dengan berat molekul < 1000 Da, yang juga disebut hapten
yang bersifat lipofilik, sangat reaktif dan dapat menembus stratum
korneum sehingga dapat mencapai sel epidermis bagian dalam yang
hidup.
z
Faktor Risiko
 Potensi sensitisasi allergen

 Dosis per unit area

 Luas daerah yang terkena

 Lama pajanan

 Oklusi

 Suhu dan kelembaban lingkungan

 Vehikulum, dan pH

 Faktor individu : misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak


(keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologi
z
Patogenesis

 Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada DKA


adalah mengikuti respon imun yang di perantarai
oleh sel (cell-mediated immune response) atau
reaksi imunologi tipe IV, suatu hipersensitivitias
tipe lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase,
yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi
z
Gejala Klinis

 Penderita umumnya mengeluhkan gatal.

 DKA akut : eritema, edema, papul, papulovesikel, krusta


dan apabila keadaan akut yang terus berlangsung maka
dapat terbentuk bula dan keluhan tersering adalah gatal.

 DKA kronik : kulit menjadi kering, bersisik dan menebal,


hiperpigmentasi, Iikenifikasi dan pecah-pecah.
z
Diagnosis

 Anamnesis

 Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan Penunjang
z
Diagnosis Banding

 1.Dermatitis kontak iritan

 2.Dermatitis Atopi

 3.Dermatitis Numular

 4.Dermatitis Seboroik

 5.Psoriasis
z TATALAKSANA UMUM

Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya


disebabkan oleh adanya kontak dengan bahan
alergen.

Identifikasi dan penghindaran terhadap bahan


alergen yang diduga sebagai penyebab, seperti
tidak menggunakan sandal yang menyebabkan
timbulnya keluhan.

Anjuran memakai APD, seperti sarung tangan, sepatu bot


z TATALAKSANA KHUSUS

- Simtomatis, misalnya anti histamin oral


- Pelembab setelah bekerja, misalnya vaselin
- Jika lesi basah beri kompres terbuka (2-3 lapis kain
kasa)
- Jika lesi kering beri krim kortikosteroid potensi sedang
sampai tinggi, misalnya mometason furoat 0,1%
- Bila dermatitis kronis berikan klobetasol propionate
interiten
- Pada derajat sakit berat dapat ditambah steroid oral
setara dengan prednison 20 mg/hari dalam 3 hari
z
Prognosis

Quo ad vitam • bonam


Quo ad • bonam
sanationam
Quo ad
fungsionam
• bonam
Quo ad
kosmetikum
• bonam
z
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai