Anda di halaman 1dari 10

Dokter Muda THT-KL September 2020 1

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session

Rhinitis Alergi

Oleh:
Alya Binti Azmi
1840312772

Preseptor:

dr. Dolly Irfandy, Sp. THT-KL(K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2020
Dokter Muda THT-KL September 2020 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Clinical Science Session


Rhinitis Alergi

Alya Binti Azmi

Tujuan penulisan Clinical Science Session ini


Affiliasi penulis : 1. Profesi Dokter FK UNAND
adalah untuk mengetahui anatomi nasal dan
(Fakultas Kedokteran Universitas Andalas);
definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,
PENDAHULUAN
manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan
1.1 Latar Belakang rhinitis alergi.
Rhinitis merupakan suatu kondisi
disebabkan proses inflamasi pada mukosa 1.3 Metode Penulisan
membran nasal. Antara gejala rhinitis adalah Metode penulisan Clinical Science Session ini
sumbatan pada hidung, hiperirratabilitas dan adalah dengan studi kepustakaan dengan merujuk
hipersekresi. Rhinitis terbahagi kepada dua yaitu pada berbagai literatur.
rhinitis alergi dan nonalergi. Apabila terdapat
alergen dikenal sebagai rhinitis alergi sedangkan 1.4 Manfaat Penulisan
apabila terdapat gejala pada hidung yang Manfaat penulisan Clinical Science Session ini
berlangsung lama tanpa adanya alergen disebut adalah menambah wawasan dan pengetahuan
1
rhinitis nonalergi. mengenai rhinitis alergi.
Rhinitis alergi merupakan suatu kumpulan
gejala kelainan hidung yang disebabkan proses TINJAUAN PUSTAKA
inflamasi yaitu respon alergi tipe I yang 2.1. Anatomi Nasal

diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE) akibat Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau

paparan alergen pada mukosa hidung. Gejala piramid hidung dan rongga hidung dengan pendarahan

rhinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin serta persarafannya, serta fisiologi hidung. Hidung luar

berulang, cairan hidung yang jernih dan hidung berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas
1
tersumbat yang bersifat hilang timbul atau ke bawah:

reversibel dan muncul secara spontan. Rhinitis a. Pangkal hidung (bridge)

alergi turut dikenal sebagai Hay Fever. Rhinitis b. Batang hidung (dorsum nasi)

alergi dapat bersifat musiman, persisten atau c. Puncak hidung (hip)

episodik bergantung pada alergen tertentu dan d. Ala nasi

paparannya.
2 e. Kolumela

Pada alergi ditemukan skin tes yang positif f. Lubang hidung ( nares anterior )

dan alergen yang jelas. Rhinitis alergika sering Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk

ditemukan pada pasien dengan usia < 20 tahun terowongan dari depan ke belakang dipisahkan oleh

dan lebih banyak diderita oleh perempuan septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi

berbanding laki-laki. Berdasarkan kanan dan kiri. Lubang masuk kavum nasi bagian

epidemiologinya, kurang lebih 58 juta penduduk depan disebut nares anterior, tepat dibelakang disebut

amerika menderita rhinitis alergika, 19 juta dengan vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit yang

menderita rhinitis non-alergika dan 26 juta mempunyai banyak kelenjar subasea dan rambut

menderita rhinitis tipe campuran.


1,3 panjang yang disebut vibrise. Sedangkan nares
posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi
1.2 Tujuan Penulisan dengan nasofaring. Tiap kavum nasi mempunyai
Dokter Muda THT-KL September 2020 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

empat buah dinding, yaitu dinding lateral, medial, jumlahnya tiga buah, yaitu meatus inferior, meatus
1
inferior, dan superior. media, dan meatus superior. Meatus inferior terletak
diantara konka inferior dengan dasar hidung dan
dinding lateral rongga hidung. Pada meatus inferior
terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus
medius terletak di antara konka media dan dinding
lateral rongga hidung yang bermuara pada sinus
frontalis, sinus etmoid anterior dan sinus maksilaris.
Pada meatus superior yang merupakan ruang di antara
konka superior dan konka media terdapat muara sinus
1
etmoid posterior dan sinus sphenoid.
Gambar 1 Anatomi Hidung

Gambar 2. Batas lateral kavum nasi (lubang hidung) Gambar 4. Konka nasi
Dinding inferior merupakan dasar rongga
Dinding medial hidung ialah septum nasi. hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum.
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
tulang adalah 1) lamina perpendikularis os etmoid, 2) dibentuk oleh lamina kribriformis, yang memisahkan
vomer, 3) krista nasalis os maksila dan 4) krista nasalis rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina
os palatine. Bagian tulang rawan adalah 1) kartilago kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os
1
septum (lamina kuadrangularis) dan 2) kolumela. etmoid, tulang ini berlubang-lubang
(kribrosa=saringan) tempat masuknya serabut-serabut
saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga
1
hidung dibentuk oleh os sphenoid.
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa secara
histologi dan fungsional dibagi atas mukosa
pernafasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu
(mukosa olfaktori). Mukosa pernafasan dilapisi oleh
epitel pseudokolumnar berlapis yang mempunyai silia
dan terdapat sel-sel goblet. Dalam keadaan normal
warna mukosa adalah merah muda dan selalu basah
Gambar 3. Kartilago septum nasi sisi lateral
karena diliputi oleh palut lendir. Gangguan pada fungsi
Dinding lateral terdapat 4 buah konka yaitu
silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul dan
yang terbesar bagian bawah konka inferior kemudian
menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan
lebih kecil adalah konka media dan lebih kecil lagi
gerakan silia dapat disebabkan oleh pengeringan
konka superior dan yang terkecil disebut konka
udara yang berlebihan, radang, sekret kental, dan
suprema yang biasanya rudimenter. Diantara konka
obat-obatan. Mukosa penghidu terdapat pada atap
dan dinding lateral hidung terdapat meatus nasi yang
Dokter Muda THT-KL September 2020 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

rongga hidung, konka superior, dan sepertiga bagian melalui konduksi tulang, 4) fungsi statis dan mekanik
atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap
1
pseudostratified columnar tidak bersilia. Daerah trauma, dan pelindung panas, 5) refleks nasal.
1
mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan.
Rongga hidung bagian bawah mendapat 2.3 Rhinitis Alergi
perdarahan dari cabang arteri maksilaris interna, Definisi
diantaranya adalah ujung a. palatina mayor dan a. Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang
splenopalatina yang keluar dari foramen disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang
splenopalatina bersama n. splenopalatina. Hidung sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang
bagian depan mendapat perdarahan dari a. fasialis. sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik
cabang a. splenopalatina, a. etmoidalis anterior, a. tersebut. Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its
palatina mayor, dan a. labialis superior yang Impact on Asthma) tahun 2001, rhinitis alergi adalah
membentuk Pleksus Kiesselbach yang mudah cedera kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
oleh trauma sehingga sering menjadi sumber rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
4
epistaksis anterior. Bagian depan dan atas rongga hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
Klasifikasi
etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari n.
Secara sifat berlangsungnya, rhinitis alergi dibagi
nasosiliaris yang berasal dari n. ophtalmicus. Rongga
menjadi rhinitis alergi musim dan sepanjang
hidung lainnya sebagian lainnya mendapat persarafan
tahun. Gejala keduanya hampir sama hanya
sensoris dari n. maksilaris melalui ganglion 2
berbeda dalam sifat berlangsungnya. :
spenopalatina. Ganglion spenopalatina selain
memberikan persarafan sensoris juga memberikan 1. Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay fever,

persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa polinosis) yang dipicu oleh alergen spesifik

hidung. Ganglion ini menerima serabut sensoris dari n. seperti serbuk (pollen) dan spora jamur.

maksilaris (N V2), serabut parasimpatis dari n. 2. Rhinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
petrosus superfisialis mayor dan serabut simpatis dari terutama pada orang dewasa. Gejala dapat
1
n. petrosus profunda. timbul terus menerus dan penyebab yang
Ganglion spenopalatina terletak di belakang paling sering adalah alergen inhalan dan
dan sedikit di atas ujung posterior konka media. N. alergen ingestan. Contoh alergen inhalan
olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari dalam rumah adalah tungau.
permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian
berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi
1
olfaktorius di sepertiga atas hidung. berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
Fisiologi Hidung tahun 2000, yaitu berdasarkan terdapatnya gejala
4
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dibagi menjadi :
dan teori fungsional. Fungsi hidung dan sinus
paranasal adalah 1) fungsi respirasi untuk mengatur 1. Intermiten: bila gejala kurang dari 4

kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan 2. Persisten bila gejala lebih dari 4 hari/minggu
dan mekanisme imunologik lokal, 2) fungsi penghidu dan atau lebih dari 4 minggu.
karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu, 3) fungsi
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya
fonetik berguna untuk resonansi suara, membantu
penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi:
proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri
Dokter Muda THT-KL September 2020 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, Predisposisi genetic dan paparan alergen yang

gangguan aktifitas harian, bersantai, berulang berperan dalam terjadinya rhinitis alergi.

berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain Biasanya perlu waktu beberapa minggu, bulan, atau

yang mengganggu. tahun untuk mensensitasi sistem imun untuk produksi


IgE spesifik alergen dalam jumlah yang cukup. Apabila
2. Sedang atau berat bila didapatkan salah satu
anak atopi menghirup alergen airborne, protein ini akan
atau lebih gangguan tersebut diatas.
penetrasi ke epitel mukosa hidung dan berinteraksi
dengan IgE spesifik antigen pada jaringan sel mast.
Etiologi
Rhinitis menggambarkan penyakit yang
Patofisiologi
melibatkan inflamasi epitel hidung dan mempunyai
Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi
ciri-ciri bersin, gatal, rinore, dan kongesti. Rhinitis
yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti
alergi, yang biasanya dikenal sebagai Hay Fever,
dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase
disebabkan oleh respon alergi tipe I, yang diperantarai
yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi
oleh IgE. Pada fase awal alergi, sel mast mengalami
alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak
degranulasi dan mengeluarkan mediator kimia yang
kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya dan
sudah ada sebelumnya, seperti histamine dan triptase,
late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase
serta mediator kimia yang terbentuk kemudian, seperrti
lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan
leukotrien prostaglandin dan platelet-activating factor.
puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah
Setelah suatu periode tertentu dengan semua sel telah
4
pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.
direkrut, fase lambat akan terjadi, yaitu sekitar 4-8 jam
kemudian Eosinofil, basophil, sel T CD4, monosit, dan Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap
neutrophil akan melepaskan mediator kimia yang akan sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan
5
menyebabkan terjadinya inflamasi nasal kronik. sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC)
Rhinitis alergi dapat bersifat musiman, persisten akan menangkap alergen yang menempel di
atau episodik bergantung pada alergen tertentu dan permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen
paparannya. Rhinitis alergi musiman disebabkan oleh akan membentuk fragmen pendek peptide dan
pollen yang sifatnya airborne, yang mempunyai pola bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk
musiman. Rhinitis alergi persisten biasanya komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility
disebabkan oleh alergen didalam rumah, seperti Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T
tungau debu rumah, bulu hewan, jamur, dan kecoa. helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas
Rhinitis alergi episodik terjadi apabila terdapat paparan sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang akan
alergen secara intermiten, seperti berkunjung kerumah mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan
teman yang mempunyai hewan peliharaan. Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti
4
IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.
Dokter Muda THT-KL September 2020 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2
Gambar 5 Patofisiologi Rhinitis alergi.

IL-4 dan IL-13 dapat diikat oleh reseptornya di menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung
permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion
menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E Molecule 1 (ICAM1).
(IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan
dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel
atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini
menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan
menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah
mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan
yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti
alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di
dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3,
terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony
(Performed Mediators) terutama histamin. Selain Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret
histamin juga dikeluarkan Newly Formed Mediators hidung. Timbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif
antara lain prostaglandin D2 (PGD2), Leukotrien D4 hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan
(LT D4), Leukotrien C4 (LT C4), bradikinin, Platelet mediator inflamasi dari granulnya seperti Eosinophilic
Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, Cationic Protein (ECP), Eosiniphilic Derived Protein
IL-5, IL-6, GM-CSF (Granulocyte Macrophage Colony (EDP), Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic
Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain faktor spesifik
4
sebagai Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC). (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat
Histamin akan merangsang reseptor H1 pada memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang
ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara
4
pada hidung dan bersin-bersin. Histamin juga akan yang tinggi.
menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet Secara mikroskopik tampak adanya dilatasi
mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler pembuluh (vascular bad) dengan pembesaran sel
meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah goblet dan sel pembentuk mukus. Terdapat juga
hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain pembesaran ruang interseluler dan penebalan
histamin merangsang ujung saraf Vidianus, juga membran basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel
Dokter Muda THT-KL September 2020 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

eosinofil pada jaringan mukosa dan submukosa sekali untuk mencari hubungan onset, durasi dan
hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada beratnya gejala dengan paparan musiman atau
saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa persisten, perubahan lingkungan rumah atau sekolah,
kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi dan paparan terhadap iritan non spesifik seperti asap
terus-menerus (persisten) sepanjang tahun, sehingga rokok.
lama kelamaan terjadi perubahan yang ireversibel,
Pemeriksaan fisik mencakup pemeriksaan
yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasia
hidung menyeluruh dan evaluasi pada mata, telinga,
mukosa, sehingga tampak mukosa hidung menebal.
tenggorok, dan kulit. Temuan fisik bisa saja sangat
Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh
4 ringan. Pemeriksaan fisik klasik antara lain konka
terjadi reaksi yang secara garis besar terdiri dari :
hidung yang berwarna merah muda pucat atau
1. Respon primer
abu-abu kebiruan dan bengkak dengan sekret hidung
Terjadi proses eliminasi dan fagositosis
yang jernih. Alergik salut- merupakan suatu kondisi
antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik
gatal pada hidung yang menyebabkan penderita sering
dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak
menggosokan telapak tangan pada hidung, dapat
berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi
menimbulkan guratan transversal pada hidung bagian
berlanjut menjadi respon sekunder.
bawah. Anak-anak dapat mengeluarkan suara clucking
2. Respon sekunder
akibat gosokan palatum molle dengan lidah.
Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang
Pemeriksaan orofaring dapat memperlihatkan adanya
mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem
mukus atau adanya hiperplasi limfoid pada palatum
imunitas seluler atau humoral atau keduanya
molle dan faring posterior atau keduanya. Kelainan
dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi
ortodontik dapat terlihat pada anak yang secara kronis
pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih
bernafas melalui mulut. Allergic shiner adalah suatu
ada, atau memang sudah ada defek dari
kondisi periorbital yang berwarna gelap akibat kongesti
sistem imunologik, maka reaksi berlanjut
vena, sering terjadi bersama pembengkakan kelopak
menjadi respon tersier.
mata dan peradangan selaput lendir mata. Retraksi
3. Respon tersier
membran timpani akibat disfungsi tuba eustachius atau
Reaksi imunologik yang terjadi tidak
otitis media serosa juga dapat terjadi. Penyakit atopi
menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat
lain, seperti asma atau eksim juga dapat terjadi yang
bersifat sementara atau menetap, tergantung
akan membantu klinisi untuk menegakan diagnosis
dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.
5
yang tepat.
Gell dan Coombs mengklasifikasikan reaksi
Diagnosis dan diagnosis banding
ini atas 4 tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi anafilaksis
4
Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan :
(immediate hypersensitivity), tipe 2 atau reaksi
sitotoksik, tipe 3 atau reaksi kompleks imun dan tipe 4 1. Anamnesis
atau reaksi tuberculin (delayed hypersensitivity).
Anamnesis sangat penting, karena sering kali
Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang banyak serangan tidak terjadi dihadapan pemeriksa.
dijumpai di bidang THT adalah tipe 1, yaitu rhinitis Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari
alergi.
anamnesis saja. Gejala rhinitis alergi yang khas
ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Gejala
Manifestasi klinis
lain ialah keluar hingus (rinore) yang encer dan
Gejala utama rhinitis alergi adalah sedikit
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal,
pilek dengan cairan jernih, kongesti nasal, bersin yang
yang kadang-kadang disertai dengan banyak air
paroksismal dan gatal pada mata, hidung, telinga dan
mata keluar (lakrimasi). Kadang-kadang keluhan
palatum. Post nasal drip akan menyebabkan aktivitas
hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau
pembersihan tenggorok yang sering, batuk pada
satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien
malam hari, dan tenggorokan yang kasar. Penting
(Irawati, Kasakayan, Rusmono, 2008). Perlu
Dokter Muda THT-KL September 2020 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

ditanyakan pola gejala (hilang timbul, menetap) rendah dibandingkan uji kulit. Skrining luas
beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor menggunakan uji serum pada orang tanpa gejala
predisposisi karena faktor genetik dan herediter tidak direkomendasikan. Pengukuran serum IgE
sangat berperan pada ekspresi rhinitis alergi, total dan eosinofil darah umumnya tidak
respon terhadap pengobatan, kondisi lingkungan bermanfaat. Adanya eosinofil hidung menunjukan
dan pekerjaan. Rhinitis alergi dapat ditegakkan kemungkinan diagnosis alergi, namun eosinofil
berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih dapat dijumpai pada pasien rhinitis non alergi
gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap dengan eosinofilia. Eosinofilia hidung merupakan
serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih prediktor respons kulit yang baik terhadap
5
dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah kortikosteroid.
serta berair maka dinyatakan positif . In vitro
2. Pemeriksaan fisik Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal
Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, atau meningkat. Demikian oula pemeriksaan IgE
basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya total (prist-paper radio immunosorbent test)
sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten, seringkalimenunjukan nilai normal,kecuali bila
mukosa inferior tampak hipertropi. Gejala spesifik tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam
lain pada anak ialah terdapat bayangan gelap penyakit, misalnya selain rhinitis alergi pasien juga
didaerah bawah mata yang terjadi karena stasis menderita asma bronkial atau urtikaria.
vena sekunder akibat obstruksi hidung yang Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi
disebut allergic shiner. Selain dari tiu sering juga kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecildari
tampak anak menggosok hidung ini lama kelamaan suatu keluarga dengan derajat alergi tinggi. Lebih
akan mengakibatkan timbulnya garis melintang bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan
disebut allergi crease. Mulut sering terbuka dengan RAST (radio immune sorbent test) atau ELISA
lengkung-lengkung langit yang tinggi, sehingga (enzyme linked immune sorbent assay test).
akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi Pemeriksaan sitologi hidung dari sekret hidung
geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring atau kerokan mukosa walaupun tidak dapat
tampak granuler dan edema (cobblestone memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai
appearance), serta dinding lateral faring menebal. pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil
Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic dalam jumlah banyak menunjukan kemungkinan
tongue). alergi inhalan. Jika basofil (>5 sel/lap) mungkin
disebabkan alergi makanan, sedangkan jika
3. Pemeriksaan penunjang
ditemukan sel PMN menunjukan adanya infeksi
Pemeriksaan aleri dapat dilakukan dengan uji 4
bakteri.
kulit in vivo atau dengan pemeriksaan serum in
In vivo
vitro (radioallergosorbent test (RAST)) untuk
Alergen penyebab dapat dicari dengan cara
menemukan alergen yang terdapat di lingkungan
pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau
pasien. Uji kulit (Prick/tusuk) memberikan hasil
intradermal yang tunggal atau berseri (skin
yang cepat dan akurat. Hasil yang positif
end-point titration/SET), yang dilakukan untuk
berhubungan dengan uji provokasi nasal dan
alergen inhalan dengan menyuntukan alergen
bronkus. Pemeriksaan serum in vitro akan
dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat
bermanfaat untuk pasien yang mempunyai kondisi
kepekatannya. Keuntungan SET selain alergen
kulit abnormal, kecenderungan mengalami
penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial
anafilaksis atau pasien yang meminum obat yang
untuk desensitisasi dapat diketahui. Untuk alergi
dapat mepengaruhi hasil uji kulit. Kerugian
makanan, uji kulit yang banyak dilakukan adalah
pemeriksaan serum antara lain biaya yang lebih
intracutaneus Provocative Dilutional Food Test
mahal, ketidakmampuan untuk mendapatkan hasil
(IPDFT), namun sebagai baku emas dapat
dalam waktu singkat dan sensitifitas yang lebih
Dokter Muda THT-KL September 2020 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dilakukan dengan diet eliminasi dan provokasi larutan saline atau alat irigator seperti Grossan
1,2
(Challenge Test). Alergen ingestan secara tuntas irigator.
hilang dari tubuh dalam waktu 2 minggu. Karena itu 2. Farmakologik
pada challenge test makanan yang dicurigai Antihistamin merupakan pilihan pertama
diberikan pada pasien setelah berpantang selama untuk pengobatan rhinitis alergi yang dapat
5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet membantu pada penderita dengan gejala utama
eliminasi jenis makanan setiap kali dihilangkan dari rinorea. Secara garis besar antihistamin
menu makanan sampai gejala menghilang dengan dibedakan atas antihistamin H1 klasik
4
meniadakan suatu jenis makanan. (Diphenhydramine, Tripolidine, Chlorpheniramine)
dan antihistamin H1 golongan baru (Terfenadine,
Diagnosis Banding
Loratadine, Desloratadine).
1. Rhinitis infeksi (virus, bakteri)
Selain antihistamin, pemakaian antikolinergik
2. Rhinitis medikamentosa (drug induced rhinitis)
juga efektif pada pasien dengan gejala utama
3. Rhinitis vasomotor
rinorea. Obat ini bersifat antagonis muskarinik.
Perangsangan saraf parasimpatis menyebabkan
Penatalaksanaan
vasodilatasi dan sekresi kelenjar. Antikolinergik
Reaksi alergi tercetus apabila mediator kimia
menghambat aksi asetilkolin pada reseptor
seperti histamine dilepaskan oleh sel mast apabila ada
muskarinik sehingga mengurangi volume sekresi
ikatan antara alergen dengan IgE spesifik yang
kelenjar dan vasodilatasi. Obat yang disarankan
melekat pada reseptornya di permukaan sel tersebut.
seperti Ipratropium bromida yang merupakan
Pengobatan rhinitis alergi bertujuan seperti
turunan atropine secara topikal dapat mengurangi
berikut:
hidung tersumbat atau bersin. Penggunaan obat
1. Mengurangi gejala akibat paparan allergen,
ini harus dihindari pada pasien dengan takikardi
hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi. 1,2
dan glaukoma sudut sempit.
2. Perbaikan kualitas hidup penderita sehingga
Steroid topikal membantu pada pasien
dapat menjalankan aktifitas sehari-hari.
dengan gejala utama kongesti, rinorea dan bersin.
3. Mengurangi efek samping yang disebabkan
Obat ini menekan respon inflamasi lokal yang
oleh pengobatan.
disebabkan oleh vasoaktif mediator yang dapat
4. Meningkatkan kewaspadaan penderita
menghambat Phospolipase A2, mengurangi
terhadap penyakitnya.
aktivitas reseptor asetilkolin, menurunkan basofil,
sel mast dan eosinofil. Pemakaian kortikosteroid
Penatalaksanaan rhitis alergi untuk mencapai
sistermik kadang diberikan secara oral atau
tujuan pengobatan rhinitis alergi adalah seperti berikut:
suntikan sebagai depo steroid intramuskular.
1,2
Penggunaan kortikosteroid oral sangat efektif
1. Non Farmakologik
dalam mengurangi gejala rhinitis alergi terutama
Mengedukasi penderita untuk meningkatkan
pada episode akut. Pemakaian kortikosteroid
ketaatan berobat dan kewaspadaan terhadap
topikal (intranasal) yang dianjurkan seperti
penyakitnya. Termasuk dalam hal mengubah gaya
Beclomethason dipropionat, Budesonide,
hidup seperti pola makanan yang bergizi, olahraga
Flunisolide dan Fluticasone mempunyai efek
dan menghindari stress.
antiinflamasi yang kuat dan mempunyai afinitas
Mengedukasi pendertita untuk menghindari
yang tinggi pada reseptornya, serta memiliki efek
agen penyebab. Jika alergen diketahui, terapi
samping sistermik yang lebih kecil. Tapi
terbaik adalah dengan menghindari. Jika tidak
pemakaian dalam jangka waktu yang lama dapat
diketahui, pembersihan mukosa nasal dengan
menyebabkan mukosa nasal menjadi atropi dan
kerap dapat membantu mengurangi keluhan. Bisa
dapat memicu tumbuhnya jamur. Antara efek
dilakukan dengan menggunakan semprotan
samping lainnya yang disebabkan penggunaan
Dokter Muda THT-KL September 2020 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

steroid jangka panjang adalah osteoporosis,


hipertensi, memperberat diabetes, supresi
hypothalamic-pituitary-adrenal axis, obesitas,
1,2
katarak, glaucoma, cutaneous striae.

Untuk penderita dengan gejala utama


hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan.
DAFTAR PUSTAKA
Obat dekongestan menyebabkan vasokonstriksi
karena efeknya pada reseptor α-adrenergik. Efek 1. Adams G., Boies L., Higler P., 1997. Buku Ajar
vasokonstriksi terjadi dalam 10 menit dan dapat Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit Buku
berlangsung selama 1 sampai 12 jam. Kedokteran EGC. Jakarta: 196-222
Penggunaan secara topikal sangat efektif 2. Valentine MD, Plaut M. Allergic Rhinitis. In: The
menghilangkan sumbatan hidung, tetapi tidak New England Journal of Medicine. Available from
efektif untuk keluhan bersin dan rinore. URL : www.nejm.org. Article last updated 2005.
Pemakaiannya terbatas selama 10 hari. Pada August 2008.
obstruksi nasal yang tidak dipengaruhi oleh 3. Sanico A, Togias A. Noninfectious, nonallergic
antihistamin dapat menambahkan dekongestan rhinitis (NINAR). Dalam: Lalwani KA,Ed. Current
oral pada pengobatannya. Obat yang disarankan Diagnosis & Treatment Otolaryngology Head and
seperti Pseudoefedrin, Phenilprophanolamin dan Neck Surgery second edition. New York: Lange
Phenilephrin serta Oxymetazoline (semprot McGrawHill Comp, 2007.p. 112-117.
hidung). Pada penggunaan topikal yang terlalu 4. Elise Kasakeyan. Rhinitis Vasomotor. Dalam :
lama (> 5 hari) dapat terjadi rhinitis Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, Ed. Buku Ajar
medikamentosa yaitu rebound kongesti yang Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-7. Jakarta : Balai
terjadi setelah penggunaan obat topikal > 5 hari. Penerbit FK UI, 2014. h. 135 – 6.
Kontraindikasi pemakaian dekongestan adalah 5. Irawati Nina et al. 2012. Rhinitis Alergi ini Buku
penderita dengan hipertensi yang berat serta Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
1,2
tekanan darah yang labil. Kepala dan Leher. FKUI. Page 106-111.
6. Marcdante K J, et al. 2011. Rhinitis Alergi in
Terdapat obat-obatan antialergi baru yang
Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi
digunakan pada pengobatan rhinitis alergi seperti
keenam. Elsevier. IDAI; Vol 79 page 350-353.
natrium kromolin dengan cara kerja menghambat
7. Mark DS, Michael AK. Nonallergic Rhinitis, With a
penglepasan mediator dari sel mastosit, atau mungkin
Focus on Vasomotor Rhinitis. In : WAO Journal.
melalui efek terhadap saluran ion kalsium dan klorida.
2009. Institute for Asthma & Allergy : Bethesda.
Available from :
Komplikasi
http://www.waojournal.org/content/pdf/1939-4551-
Komplikasi rhinitis alergi yang sering adalah:
2-3-20.pdf

1. Polip hidung
2. Otits media efusi yang sering residif terutama
pada anak-anak.
3. Rhinosinusitis

Prognosis dan pencegahan


Rhinitis alergi merupakan kondisi yang mungkin
tidak mengalami perbaikan meskipun anak bertambah
besar. Penyingkiran atau penghindaran dari alergen
mengganggu sangat dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai