Anda di halaman 1dari 30

SKENARIO 1 PILEK PAGI HARI Seorang pemuda usia 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari, keluar ingus encer,

gatal di hidung dan mata, terutama bila udara berdebu, diderita sejak usia 14 tahun. Tidak ada pada keluarganya yang menderita seperti ini, tetapi ayahnya mempunyai riwayat penyakit asma. Pemuda tersebut sangat rajin sholat tahajud, sehingga dia bertanya adakah hubungannya memasukkan air wudhu ke dalam hidungnya di malam hari dengan penyakitnya? Kawannya menyarankan untuk memeriksakan ke dokter, menanyakan mengapa bisa terjadi demikian, dan apakah berbahaya apabila menderita seperti ini dalam waktu yang lama.

KATA-KATA SULIT 1. Asma : keadaan saluran nafas yang mengalami penyempitan karena hiperreaktivitas tertentu yang menyebabkan peradangan. 2. Ingus : sejenis lendir lengket yang berada di rongga hidung.

PERTANYAAN 1. Diagnosis apakah yang mungkin terjadi pada skenario di atas? 2. Mengapa pasien mengalami bersin di pagi hari? 3. Apakah hubungan riwayat penyakit keluarga (asma) dengan penyakit pada skenario? 4. Mengapa terasa gatal pada hidung dan mata? 5. Apakah penyebab penyakit pada skenario di atas? 6. Apakah hubungan memasukkan air ke hidung dengan penyakit tersebut? 7. Apakah penyakit ini berbahaya? 8. Apakah penyakit ini dapat disembuhkan? 9. Mengapa pada skenario keluar ingus yang encer? 10. Pemeriksaan apakah yang dapat dilakukan untuk pasien tersebut?

JAWABAN PERTANYAAN 1. Diagnosis yang terjadi adalah rhinitis alergi, dengan gejala yang di alami yaitu bersin dipagi hari, gatal pada hidung dan mata, mata merah dan berair serta ingus encer. 2. Karena orang tersebut sudah memiliki riwayat alergi sebelumnya, sensitive terhadap dingin serta reaksi tubuh. Silia halus di rongga hidung berfungsi untuk mengeluarkan kotoran dan lendir memperlambat gerakan pada saat tidur sehingga pada pagi hari tubuh mencoba mengeluarkannya dengan cara bersin. 3. Kalau sudah memiliki faktor resiko alergi (asma pada skenario) menjadikan orang tersebut dapat terkena rhinitis. Bila sudah terkena rhinitis lalu berlanjut menjadi bronkial hiperresponsif merupakan penanda dari penyakit asma. 4. Karena gatal yang terjadi menjalar melalui ductus nasolacrymalis. 5. Penyebabnya adalah alergi debu, udara, jamur, serta bulu hewan peliharaan. 6. Karena air yang dingin pada hari memungkinkan terjadi alergi. 7. Penyakit rhinitis tidak berbahaya jika tidak terjadi komplikasi penyakit lain. 8. Penyakit rhinitis tidak dapat disembuhkan, hanya bias menghindari penyebabnya. 9. Karena secret yang banyak akibat bersin. 10. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan skin prick test.

HIPOTESIS
Alergen dan riwayat keluarga

Bersin, gatal hidung dan mata, ingus encer, mata berair dan merah

-anamnesis -pemeriksaan fisik -pemeriksaan penunjang : skin prick test

Rhinitis alergi

Seseorang dengan riwayat keluarga yaitu ayahnya menderita asma dan dia telah terpajan allergen dalam skenario ini debu membuat dia mengalami bersin-bersin, gatal hidung dan mata, ingus encer, serta mata berair dan merah. Setelah dia memeriksakan diri ke dokter yang melalui 3 tahap yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang bias dilakukan skin prick test. Diagnosis yang terjadi adalah rhinitis alergi.

SASARAN BELAJAR LI.1. Memahami dan Menjelaskan Saluran Nafas Atas LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologis Pernafasan LI.3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologis dan Patogenesis Rhinitis Alergi LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Manisfestasi Klinis Rhinitis Alergi LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Rhinitis Alergi LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi LO.3.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Rhinitis Alergi LO.3.11. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Alergi LI.4. Memahami dan Menjelaskan Manfaat Wudhu Berdasarkan Kaidah Islam

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Saluran Nafas Atas LO.1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopis Saluran nafas bagian atas (upper respiratory tract) mulai dari nares anterior hidung sampai cartilago cricoids larynx.

Nasal (Hidung), merupakan organ pertama yang berfungsi dalam saluran nafas. Hidung merupakan organ berongga yang terdiri atas tulang, tulang rawan hyalin otot bercorak dan jaringan ikat

Fungsi : Menyalurkan udara Menyaring udara dari benda asing Menghangatkan udara pernafasan Melembabkan udara pernafasan 2 buah nares anterior = apertura nasalis anterior (lubang hidung) Nares anterior adalah bagian terbuka yang masuk kedalam dari sebelah luar dan posterior nares terbuka dengan cara yang sama pada bagian belakang, masuk kedalam faring. Vestibulum nasi tempat muara nares anterior pada mukosa hidung terdapat silia yang kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Terdapat cilia kasar yang berfungsi sebagai saringan udara Cavum nasi bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan, mulai dari nares anterior sampai choana dilanjutkan ke nasopharynx. Dasar: dibentuk oleh processus palatinuns os maxilla dan lamina horizontal os palatinus
5

Atap: bagian bawah atap dibentuk oleh os frontale dan os nasal, bagian tengah oleh lamina cribosa os ethmoidalis Dinding: bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis (superior, media, dan inferior) diantaranya ada saluran meatus nasalis. Septum nasi Sekat antara kedua rongga hidung, dibentuk oleh tulang-tulang o Cartilago septi nasi o Os vomer o Lamina parpendicularis ethmoidalis Concha nasalis o Concha nasalis superior o Concha nasalis media o Concha nasalis inferior Fungsi: -Meningkatkan luas permukaan epitel respirasi -Turbulensi udara dimana udara lebih banyak kontak dengan permukaan mukosa Meatus Saluran keluar cairan melalui hidung o Meatus nasalis superior (antara concha nasalis superior dan media) o Meatus nasalis media (antara concha media dan inferior) o Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)

Sinus paranasalis o Sinus sphenoidalis, mengeluarkan sekresinya melalui meatus superior o Sinus frontalis, ke meatus media o Sinus maxillaris, ke meatus media o Sinus ethmoidalis, ke meatus superior dan media

Bila terdapat infeksi pada sinus dinamakan dengan sinusitis. Yang sering terjadi pada komplikasi penderita infeksi rongga hidung dan sakit gigi (rhinitis kronis) yaitu sinus maxillaris. Persarafan hidung Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung : bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari cabang nervus opthalmicus (v.1). Bagian lainnya, termasuk mucusa hidung dipersarafi oleh ganglion pterygopalatinum. Nervus olfactorius keluar dari cavum cranii melalui lamina cribrosa ethmoidalis. Sel-sel reseptor penciuman terletak pada 1/3 atas depan mucusa hidung septum dan conchae nasalis. Serabut-serabut n.olfactorius bukan untuk mensarafi hidung, tapi hanya untuk fungsional penciuman. Proses penciuman dimulai dari : gyrus frontalis (pusat penciuman) menembus lamina cribrosa ethmoidalis tractus olfactorius bulbus olfactorius serabut n.olfactorius pd mucusa atas depan cavum nasi. Vaskularisasi hidung/pendarahan hidung Berasal dari cabang-cabang A.opthalmica dan A.maxillaris interna 1. Arteria ethmoidalis anterior dengan cabang-cabangnya sbb : a.nasalis externa dan lateralis, a.septalis anterior 2. Arteria ethmoidalis posterior dengan cabang-cabangnya : a.nasalis posterior, lateralis dan septal, a.palatinus majus 3. Arteria sphenopalatinum cabang a.maxillaris interna Ketiga pembuluh darah di atas pada mukusa hidung membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang disebut plexus kisselbach. Plexus ini mudah pecah oleh trauma/infeksi, sehingga sering menjadi sumber epistaxis (pendarahan hidung, terutama pada anak-anak). NASOFARING Daerah yang terletak di belakang choanae / nares posterior dapat dicari dengan memakai Rhinoscopy posterior : Tonsilla pharyngealis terletak di bagian atasBagian ujung belakang conchae nasalis Torus tubarius daerah yang menonjol osteum pharyngeum tuba
7

Osteum pharyngeum tuba auditiva (lubang yang menghubungkan hidung dengan Bagian Dalam Telinga) Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulan sfenoidalis dan sebelah dalamnya berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang faring dipisahkan dari vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, sementara dinding depannya tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung, mulut dan laring. Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung diatas spalatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal yang biasanya disebut adenoid. Orofaring terletak di belakang mulut dibawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palate-glosum yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum.

Laring, daerah yang dimulai dari aditus laryngis sampai batas bawah cartilago cricoid Rangka laring terbentuk oleh: 1. Berbentuk tulang ialah os hyoid (1 buah) didaerah batas atas leher dengan batas bawah dagu 2. Berbentuk tulang rawan: tiroid (1buah), arytenoid (2 buah), epiglotis (1 buah)

Cavum laryngis bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas Aditus laryngis Os hyoid o Terbentuk dari ajringan tulang, seperti besi telapak kuda o Mempunyai 2 cornu; majus dan minus o Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilago tiroid Cartilago thyroid o Terdapat prominens laryngis atau adams apple atau jakun o Jaringan ikatnya ialah membrana thyroid o Mempunya cornu superior dan inferior o Perdarahan dari a.thyroidea superior dan inferior
8

Cartilago arytenoid o Bentuk seperti penguin, ada cartilago cornuculata dan cuneiforme o Kedua arytenoid dihubungkan oleh m,arytenoideus transversus Epiglotis o Tulang rawan berbentuk sendok o Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis o Pada waktu biasa epiglotis terbuka, tapi pada saat menelan epiglotis menutup aditus laryngis agar makanan tidak masuk ke laring Cartilago cricoid o Batas bawah cartilago thyroid o Batas bawah cincin pertama trachea Otot-otot ekstrinsik laring: 1. M.cricothyroideus 2. M.thyroepigloticus Otot-otot intrinsik laring: 1. M.cricoarytenoideus posterior 2. M.cricoarytenoideus lateralis 3. M.arytenoideus tranversus dan oblique 4. M.vocalis 5. M.aryepiglotica 6. M.thyroarytenoideus

Dalam cavum laryngis terdapat : 1. Plica vocalis = pita suara asli 2. Plica ventricularis = pita suara palsu Plica vocalis adalah pita suara yang terbentuk dari lipatan mucusa lig.vocale dan lig.ventricularis. - Bidang antara plica vocalis kiri dan kanan disebut dengan rima glotis, sedangkan antara kedua plica ventriculi disebut rima ventriculi - Pada rima glotis terdapat m.vocalis, m.cricoarytenoideus posterior dan disampingnya m.thyroarytenoideus. Rima glotis terbuka disebut abduksi plica vocalis, sedangkan rima glotis menutup yang menyebabkan udara tidak bisa masuk disebut adduksi plica vocalis yang terjadi bila m.cricoarytenoideus posterior relaksasi.
9

LO.1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopis Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama: 1. Bagian konduksi, meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan bronkiolus terminalis 2. Bagian respirasi, meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Rongga hidung Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghirup/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

10

Sinus paranasalis Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung. Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng. Bagian pertama faring yang ke arah kaudal berlanjut sebagai bagian oral organ ini yaitu orofaring Dilapisi oleh epitel jenis respirasi (bagian yang kontak dengan palatum mole) Terdiri dari : Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia, dengan sel goblet) Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk) Laringofaring (epitel bervariasi) Laring Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis
11

(otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

LI.2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologis Pernafasan Pernafasan atau respirasi adalah menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Sisa respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru-paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot sehingga trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan dan melembabkan udara yang masuk, juga melindungi organ lembut. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu: a) Pernapasan luar (eksternal) Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh secara keseluruhan. b) Pernapasan dalam (internal) Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair sekitarnya. Adapun fungsi pernapasan, yaitu : 1. Mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran 2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh) 3. Melembabkan udara. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran udara timbal balik (pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup. Paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja. 4. Meningkatkan aliran balik vena 5. Mengeluarkan dan memodifikasikan prostaglandin

12

Mekanisme pernapasan berdasarkan anatomi Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares anterior vestibulum nasi cavum nasi lalu udara akan keluar dari cavum nasi menuju nares posterior (choanae) masuk ke nasopharynx, masuk ke oropharynx (epiglottis membuka aditus laryngis) daerah larynx trakea.masuk ke bronchus primer bronchus sekunder bronchiolus segmentalis (tersier) bronchiolus terminalis melalui bronchiolus respiratorius masuk ke organ paru ductus alveolaris alveoli. Pada saat di alveoli terjadi pertukaran CO2 (yang dibawa A.pulmonalis) lalu keluar paru dan O2 masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra ventrikel sinistra dipompakan melalui aorta ascendens masuk sirkulasi sistemik oksigen (O2) di distribusikan keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi internal, selanjutnya CO2 kembali ke jantung kanan melalui kapiler / vena dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi CO2 keluar bebas. Mekanisme Pernapasan Berdasarkan Fisiologinya Inspirasi merupakan proses aktif, akan terjadi kontraksi otot otot, inspirasi akan meningkatkan volume intratorakal, tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi menjadi 6 mm Hg. Jaringan paru semakin tegang, tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif dan udara mengalir kedalam paru. Pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit positif dan udara mengalir meninggalkan paru, selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume inratorakal,namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi, kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi. Proses fisiologi pernapasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke jaringanjaringan,dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagai menjadi tiga stadium, yaitu ventilasi,transportasi, dan repirasi sel. 1. Ventilasi Merupakan gerak udara masuk paru yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam rongga dada yang diperkuat oleh otototot pernapasan. Tekanan intrapleura menjadi lebih negatif selama inspirasi dan kurang negatif selama ekspirasi. Udara bergerak ke dalam paru selama inspirasi bila tekanan alveolus lebih rendah daripada tekanan atmosfir, dan udara keluar dari paru selama ekspirasi bila tekanan atmosfir. 2. Transportasi a. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.Penggerak kekuatan difusi gas melewati membran alveolokapiler terdiri dari perbedaan tekanan parsial antara darah dan rongga alveolar. Perbedaan tekanan parsial untuk difusi O2 relatif besar : O2 alveolar kira-kira 100 mmHg dan sekitar 40 mmHg dalam darah kapilar paru venosa campuran. Difusi CO2 dari darah ke alveolus membutuhkan perbedaan tekanan parsial yang lebih kecil daripada O2 karena CO2 lebih dapat larut dalam lipid. b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara ventilasi(dalam paru)-perfusi(aliran darah dalam kapiler). Idealnya, efisiensi pertukaran gas yang optimal akan diberikan melalui distribusi dan perfusi sehingga ventilasi-perfusi hampir seimbang (pada orang normal). Keseluruhan V/Q normal adalah 0,8(4L/menit : 5L/menit). Karena gaya
13

gravitasi aliran darah pulmonal, V/Q pada apex paru lebih tinggi dari 0,8 (V lebih tinggi dari Q), sedangkan V/Q pada basis paru lebih rendah dari 0,8(V lebih rendah dari Q). Ketidaksamaan V/Q yang menyebabakan hipoksemi terjadi pada kebanyakan penyakit pernapasan. Unit untung rugi (V/Q > 0,8), ventilasi normal tanpa perfusi (pada embolisme paru) Unit pirau (V/Q <0,8), tanpa ventilasi perfusi normal (pada edema paru, pneumonia) Unit diam , tanpa ventilasi dan perfusi c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah. Transpor O2 dalam darah Hampir semua O2 yang dibawa ke jaringan dalam darah terikat pada hemoglobin, dan hanya sedikit jumlah yang larut dalam plasma (karena O2 tidak larut dalam plasma). Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi, namun sekitar 75% Hb masih berikatan dengan O2 pada waktu Hb kembali ke paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi hanya 25% O2 dalam darah arteri yang digunakan untuk keperluan jaringan. Transpor CO2 dalam darah Transpor CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga cara Sekitar 10% CO2 secara fisik larut dalam plasma, Sekitar 20% CO2 berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam eritrosit. Sekitar 70% CO2 diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma 3. Respirasi sel Merupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel. Mekanisme Batuk Seluruh saluran nafas dari hidung sampai bronkiolus terminalis, dipertahankan agar tetap lembab oleh selapis mukosa yang melapisi seluruh permukaan. Mukus ini disekresikan sebagian oleh sel goblet dalam epitel saluran nafas, dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang kecil. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan penumpukan sekret yang berlebihan, atelektasis, gangguan pertukaran gas dan lain-lain. Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase: Fase 1 (Inspirasi), paru-paru memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru-paru. Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, diafragma naik dan menekan paru-paru, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus. Pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru-paru meningkat hingga 100mm/hg. Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru

14

Mekanisme Bersin Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsangan awal menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan dalam nervus ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. LI.3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi LO.3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rhinitis Alergi Rhinitis alergi secara klinis didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah paparan alergen melalui inflamasi yang diperantarai IgE pada mukosa hidung. Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. LO.3.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rhinitis Alergi Rhinitis alergi didapatkan karena riwayat penyakit atopi (genetic pada alergi). Penyebab rinitis alergi tersering adalah alergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak.

Pada anak-anak sering disertai gejala alergi lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi: Allergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu rumah (D.pteronyssinus, D.farinae, B.tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit
15

binatang (kucing, anjing), rerumputan (Bermuda grass) serta jamur (Aspergillus, Alternaria) Allergen ingestan yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting dan kacang-kacangan. Allergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penicillin dan sengatan lebah. Allergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik.

LO.3.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Rhinitis Alergi Berdasarkan waktu paparannya: a. Rhinitis seasonal : alergi karena musiman, seperti serbuk sari bunga yang bersifat eksternal/ luar rumah b. Rhinitis parrenial: tanpa tergantung musim. Contohnya: alergi debu, kutu rumah, bulu binatang, jamur, yang biasanya ditemukan di dalam rumah. Saat ini digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan rekomendasi WHO Inisiative ARIA (Allergic Rhinitis and Its impact on Asthma) 2001 berdasarkan sifat berlangsungya : 1. Intermiten, bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu 2. Persisten/menetap, bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu. Tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi terbagi menjadi : 1. Ringan, jika tidak ada gangguan tidur, bersantai, aktivitas harian, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu. 2. Sedang-berat jika ada satu atau lebih gangguan di atas LO.3.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologis dan Patogenesis Rhinitis Alergi

16

Rhinitis Alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan Tahap sensitisasi diikuti tahap reaksi. Reaksi alergi dibagi 2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction/ Reaksi alergi fase cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai 1 jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction/ Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam(fase hiper-reaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan HLA II membentuk kompleks peptoda MHC II yang dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC akan melepas interleukin 1 yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi T helper 1 dan T helper 2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL 13. IL 4 dan IL 13 diikat reseptornya di permukaan limfosit B sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi Ig E. Ig E di sirkulasi darah masuk ke jaringan dan diikat reseptor Ig E di permukaan sel mastosit atau basofil sehingga kedua sel ini aktif. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, kedua rantai Ig E mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan terlepasnya mediator kimia terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan prostaglandin, leukostrin D4, leukotrin C4, bradikinin, PAF dan berbagai sitokin. Terjadilah reaksi alergi fase cepat (RAFC) Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga rinore. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada sekret hidung. LO.3.5. Memahami dan Menjelaskan Manisfestasi Klinis Rhinitis Alergi Gejala-gejala rhinitis alergika adalah : a. Bersin, yang seringkali paroxysmal

b. Rhinorrhea yang seringkali berair dan banyak c. Penyumbatan hidung dan gatalnya hidung d. Mata yang gatal dan kemerahan, serta keluarnya air mata dapat juga terjadi.

17

e. Gejala yang tampak pada rhinitis alergi musiman adalah mata merah, gatal, lakrimasi.

f. Gejala yang tampak pada rhinitis alergi perennial adalah urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan dengan yang musiman tapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan. Manifestasi utama adalah rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung. Pembagian rhinitis alergika sebelum ini menggunakan kriteria waktu pajanan menjadi rhinitis musiman (seasonal allergic rhinitis), sepanjang tahun (perenial allergic rhinitis), dan akibat kerja (occupational allergic rhinitis). Gejala rhinitis sangat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Tanda-tanda fisik yang sering ditemui juga meliputi perkembangan wajah yang abnormal, maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit berwarna kehitaman dibawah kelopak mata bawah), lipatan tranversal pada hidung (transverse nasal crease), edema konjungtiva, mata gatal dan kemerahan. Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum sering didapatkan sekret hidung jernih, membrane mukosa edema, basah dan kebiru-biruan (boggy and bluish). Pada anak kualitas hidup yang dipengaruhi antara lain kesulitan belajar dan masalah sekolah, kesulitan integrasi dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. Kualitas hidup ini akan diperburuk dengan adanya ko-morbiditas. Pengobatan rhinitis juga mempengaruhi kualitas hidup baik positif maupun negatif. Sedatif antihistamin memperburuk kualitas hidup, sedangkan non sedatif antihistamin berpengaruh positif terhadap kualitas hidup. Pembagian lain yang lebih banyak diterima adalah dengan menggunakan parameter gejala dan kualitas hidup, menjadi intermiten ringan-sedang-berat, dan persisten ringansedang-berat. LO.3.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Rhinitis Alergi Anamnesis Gejala rhinitis alergi yang khas adalah bersin berulang. Bersin merupakan mekanisme fisiologi yang berfungsi membersihkan sendiri. Gejala lain adalah keluar ingus, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, banyak keluar air mata. Pemeriksaan fisik Pada rinoskopi anterior terdapat mukosa, edema, basah, berwarna pucat atau livid dengan sekret encer banyak. Jika gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi. Gejala lain pada anak yang spesifik yaitu ada bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung.
18

Disebut juga allergic shiner. Karena gatal, dengan punggung tangan mengosok-gosok hidung. Disebut juga allergic salute. Keadaan menggosok hidung akan mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagia sepertiga bawah yang disebut allergic crease. Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance). Dinding lateral faring menebal. Lidah seperti gambaran peta. Pemeriksaan penunjang a. In vitro Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian pula pemeriksaan IgE total (prist-paper radio imunosorbent test) sering kali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rhinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna adalah dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay Test). Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukkan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri b. In vivo Alergen penyebab bisa dicari dengan pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End point Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Keuntungan SET adalah selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Pada alergi makanan, uji kulit yang akhir ini banyak digunakan adalah intracutaneus provocative dilutional food test (IPDFT), tapi sebagai baku emas bisa dilakukan diet eleminasi dan Challenge test. Alergen ingestan akan lenyap dalam 5 hari secara tuntas. Pada challenge test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis menu makanan dihilangkan, gejala juga menghilang. LO.3.7. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis Banding Rhinitis Alergi Tipe-tipe rhinitis non alergi : a. Rhinitis vasomotor Akibat tergangguanya keseimbangan sistem parasimpatis dan simpatis. Parasimpatis jadi lebih dominan kemudian terjadi pelebaran dan pembengkakan pembuluh darah di hidung. Gejala yang timbul hidung tersumbat, bersin-bersin dan hidung berair. Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berlangsung temporer, seperti emosi, posisi tubuh, kelembabab udara, perubahan suhu luar, latihan jasmani dll. b. Rhinitis infeksiosa Terjadi karena infeksi saluran pernapasan bagian atas, baik bakteri maupun virus. Ciri khasnya biasanya hidung bernanah, nyeri, dan tekanan pada wajah, penurunan indera penciuman dan batuk. c. Rhinitis Medikamentosa Suatu kelainan hidung, gangguan respon normal vasomotor akibat pemakaian vasokonstriktor topikal (lama& berlebihan), sumbatan hidung yang menetap.

19

Rhinitis medikamentosa -Bersin berulang -bersin -hidung bernanah -edema konka -Rinorrea -hidung berair -nyeri -hidung tersumbat -Hidung gatal -hidung tersumbat -tekanan pada wajah -terjadi vasokontriksi -Mata merah dan -adanya gangguan -hipertropi konka topikal saraf simpatis dan inferior berair parasimpatis -karena infeksi -Akibat allergen -akibat hormonal bakteri atau virus -Keadaan eosinophil -terjadi eosinophil -pengobatan dengan meningkat sindrom di tambah antibiotik -Kadar IgE -dilakukan tindakan meningkat operatif Rhinitis alergi Rhinitis vasomotor Rhinitis infeksiosa LO.3.8. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Rhinitis Alergi A. Penatalaksanaan Non Farmakologi Pengelolaan rhinitis alergi terdiri dari 3 kategori utama dari pengobatan, (1) langkahlangkah pengendalian lingkungan dan menghindari alergen, (2) manajemen farmakologis, dan (3) imunoterapi. 1. Langkah-langkah Pengendalian Lingkungan dan Menghindari Alergen Menghindari pencetus (alergen). Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus (debu, serbuk sari, bulu binatang, dll) Jika perlu, pastikan dengan skin test Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan berkebun. Jika harus berkebun, gunakan masker wajah 2. Menggunakan obat untuk mengurangi gejala Antihistamin Dekongestan Kortikosteroid nasal Sodium kromolin Ipratropium bromida Leukotriene antagonis 3. Imunoterapi Imunoterapi dengan alergen spesifik digunakan bila upaya penghindaran alergen dan terapi medikamentosa gagal dalam mengatasi gejala klinis rinitis alergi. Terdapat beberapa cara pemberian imunoterapi seperti injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral dan lokal. Pemberian imunoterapi dengan menggunakan ekstrak alergen standar selama 3 tahun, terbukti memiliki efek preventif pada anak penderita asma yang disertai seasonal rhinoconjunctivitis mencapai 7 tahun setelah imunoterapi dihentikan B. Penatalaksanaan Farmakologi 1. Antihistamin Suatu zat atau obat untuk menekan reaksi histamin sebagai faktor alergen bagi tubuh. Mekanisme : Menahan aktifitas sel mast untuk tidak mengalami degranulasi

20

Antihistamin 1 (AH1) Farmakodinamik Farmakokinetik

Indikasi:

Efek samping

Antagonisme terhadap Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 histamine. AH1 menghambat efek diabsorpsi secara baik. histamine pada Kadar tertinggi terdapat paru-paru pembuluh darah, pada bronkus dan bermacam- sedangkan pada limpa, macam otot polos. ginjal, otak, otot, dan Selain itu AH1 kulit kadarnya lebih bermanfaat untuk rendah. Tempat utama AH1 mengobati reaksi biotransformasi hipersensitivitas atau adalah hati, tetapi dapat keadaan lain yang juga pada paru-paru dan disertai pengelepasan ginjal. histamin endogen berlebihan. Table Intensitas efek beberapa antihistamin

AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai alergi, mencegah atau mengobati mabuk perjalanan, untuk asma berbagai profilaksis.

Vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, insomnia, tremor, mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, lemah pada tangan. Efek samping akan berkurang bila AH1 diberikan sewaktu makan.

Sd=sampai dengan, - =tidak ada, +sd++++ = menggambarkan tingginya intensitasefek secara relative Penggolongan AH1, dosis, masa kerja, aktivitas antikolinergiknya

:
21

2. Dekongestan. Dekongestan nasal, alfa agonis yang banyak digunakan pada pasien rhinitis alergika atau rhinitis vasomotor dan pada pasien ISPA dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor alfa 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung. Obat golongan ini disebut obat adrenergik atau obat simptomimetik, karena obat ini merangsang saraf simpatis. Kerja obat ini digolongkan 7 jenis : 1. Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa, misal : vasokontriksi mukosa hidung sehingga menghilangkan pembengkakan mukosa pada konka. 2. Penghambatan organ perifer : otot polos usus dan bronkus, misal : bronkodilatasi 3. Perangsangan jantung : peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi. 4. Perangsangan Sistem Saraf Pusat : perangsangan pernapasan dan aktivitas psikomotor. 5. Efek metabolik : peningkatan glikogenolisis dan lipolisis. 6. Efe endokrin : modulasi sekresi insulin, renin, dan hormon hipofisis. 7. Efek prasipnatik : peningkatan pelepasan neurotransmiter. Dekongestan Oral 1. Efedrin Efektif pada pemberian oral, masa kerja panjang, efek sentralnya kuat. Bekerja pada reseptor alfa, beta 1 dan beta. FARMAKODINAMIK FARMAKOKINETIK Merupakan adrenergic Absorbsi peroral baik yang bekerja tidak langsung Dapat melewati BBB Efeknya mirip epinefrin tetapi lebih lambat dan lama(10x epinefrin) Efek sentral : insomnia, sering terjadi pada pengobatan kronik yang dapat diatasi dengan pemberian sedatif. Efek bronkodilatornya lebih kecil di banding epinefrin Merupakan ringan stimulasi EFEK KONTRAINDIKASI INDIKASI SAMPING Takikardi, Hipertensi dan Asma sakit brokial, penyakit jantung kepala,rasa COPD melayang, tremor, peningkatan tekanan darah DOSIS Dewasa 60 mg/4-6 jam Anakanak 612 tahun : 30 mg/4-6 jam Anakanak 25 tahun: 15 mg/4-6 jam

2. Fenilpropanolamin Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral. Selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung, juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan tekanan darah dan menimbulkan stimulasi jantung.
22

Efek farmakodinamiknya menyerupai efedrin tapi kurang menimbulkan efek SSP. Harus digunakan sangat hati-hati pada pasien hipertensi dan pada pria dengan hipertrofi prostat. Kombinasi obat ini dengan penghambat MAO adalah kontraindikasi. Obat ini jika digunakan dalam dosis besar (>75 mg/hari) pada orang yang obesitas akan meningkatkan kejadian stroke, sehingga hanya boleh digunakan dalam dosis maksimal 75 mg/hari sebagai dekongestan. Dosis. Dewasa : 25 mg/4 jam Anak-anak 6-12 tahun : 12,5 mg/4 jam Anak-anak 2-5 tahun : 6,25 mg/4 jam 3. Fenilefrin Agonis selektif reseptor alfa 1 dan hanya sedikit mempengaruhi reseptor beta. Hanya sedikit mempengaruhi jantung secara langsung dan tidak merelaksasi bronkus. Menyebabkan konstriksi pembuluh darah kulit dan daerah splanknikus sehingga menaikkan tekanan darah. Dekongestan Topikal Derivat imidazolin (nafazolin, tetrahidrozolin, oksimetazolin, dan xilometazolin). Dalam bentuk spray atau inhalan. Terutama untuk rhinitis akut, karena tempat kerjanya lebih selektif. Tapi jika digunakan secara berlebihan akan menimbulkan penyumbatan berlebihan disebut rebound congestion. Bila terlalu banyak terabsorpsi dapat menimbulkan depresi Sistem Saraf Pusat dengan akibat koma dan penurunan suhu tubuh yang hebat, terutama pada bayi. Maka tidak boleh diberikan pada bayi dan anak kecil. 3. Kortikosteroid. Kortikosteroid Inhalasi Kortikosteroid terdapat dalam beberapa bentuk sediaan antara lain oral, parenteral, dan inhalasi. Ditemukannya kortikosteroid yang larut lemak (lipid-soluble) seperti beclomethasone, budesonide, flunisolide, fluticasone, and triamcinolone, memungkinkan untuk mengantarkan kortikosteroid ini ke saluran pernafasan dengan absorbsi sistemik yang minim. Pemberian kortikosteroid secara inhalasi memiliki keuntungan yaitu diberikan dalam dosis kecil secara langsung ke saluran pernafasan (efek lokal), sehingga tidak menimbulkan efek samping sistemik yang serius. Jika penggunaan secara inhalasi tidak mencukupi barulah kortikosteroid diberikan secara oral, atau diberikan bersama dengan obat lain (kombinasi, misalnya dengan bronkodilator). Kortikosteroid inhalasi tidak dapat menyembuhkan asma. Pada kebanyakan pasien, asma akan kembali kambuh beberapa minggu setelah berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi, walaupun pasien telah menggunakan kortikosteroid inhalasi dengan dosis tinggi selama 2 tahun atau lebih. Kortikosteroid inhalasi tunggal juga tidak efektif untuk pertolongan pertama pada serangan akut yang parah.

23

Hindari penggunaan kortikosteroid pada ibu hamil, karena bersifat teratogenik. Berikut ini contoh kortikosteroid inhalasi yang tersedia di Indonesia antara lain: Nama dagang di Bentuk Indonesia Sediaan Beclomethasone Becloment Inhalasi (beclomethasone dipropionate aerosol dipropionate 200g/ dosis) Pulmicort Inhalasi Budesonide aerosolSerbuk (budesonide inhalasi 100 g, 200 g, 400 g / dosis) Nama generik Dosis dan Aturan pakai Inhalasi aerosol: 200g , 2 kali seharianak: 50-100 g 2 kali sehari Inhalasi aerosol: 200 g, 2 kali sehariSerbuk inhalasi: 200-1600 g / hari dalam dosis terbagianak: 200-800 g/ hari dalam dosis terbagi Dewasa dan anak > 16 tahun: 100250 g, 2 kali sehariAnak 4-16 tahun; 50-100 g, 2 kali sehari

Fluticasone

Flixotide (flutikason Inhalasi propionate50 g , aerosol 125 g /dosis)

24

DOSIS Untuk masingmasing individu pasien dapat berbeda, sehingga harus dikonsultasikan lebih lanjut dengan dokter, dan jangan menghentikan penggunaan kortikosteroid secara langsung, harus secara bertahap dengan pengurangan dosis. (tapering off)

EFEK SAMPING Kortikosteroid Kontraindikasi bagi Pada pemberian inhalasi secara pasien yang secara oral dapat teratur hipersensitifitas menimbulkan digunakan terhadap katarak, untuk osteoporosis, kortikosteroid. mengontrol dan menghambat mencegah pertumbuhan, berefek pada gejala asma susunan saraf pusat dan gangguan mental, serta meningkatkan resiko terkena infeksi. Efek samping sistemik dapat terjadi pada penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi yaitu pertumbuhan yang terhambat pada anak-anak, osteoporosis, dan karatak INDIKASI KONTRAINDIKASI

RISIKO KHUSUS Pada anak-anak, penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis tinggi menunjukkan pertumbuhan anak yang sedikit lambat, namun asma sendiri juga dapat menunda pubertas, dan tidak ada bukti bahwa kortikosteriod inhalasi dapat mempengaruhi tinggi badan orang dewasa.

Kortikosteroid (nasal corticosteroid spray) paling efektif untuk rhinitis alergi. 1. Tidakan operatif. Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan jika konka inferior hipertrofi berat dan tidak bisa dikecilkan dengan kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat. 2. Imunoterapi Tujuan : penurunan Ig E dan pembentukan IgG blockin antibody. Yang umum digunakan adalah intradermal dan sublingual.

25

LO.3.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Rhinitis Alergi a. Polip hidung Alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung. Polip hidung adalah daging bengkak yang tumbuh dari perbatasan hidung atau sinus. Berkembang ketika membrane nasal mengalami inflamasi dan bengkak, terkadang karena rhinitis. Berbentuk seperti tetesan air mata (tear drop) ketika sedang tumbuh dan terlihat seperti anggur saat tumbuh penuh. Ukurannya bermacam-macam dan kadang berwarna kuning, abu atau merah muda. Bisa tumbuh di salah satu daerah atau kedua lubang hidung. Dapat menyebabkan : Mengganggu pernapasan Menurunkan indera penciuman Memblok sinus-sinus dan menyebabkan sinusitis Polip kecil dapat dikecilkan dengan kortikosterois hidung spray sehingga tidak menyebabkab obstruksi hidung. Polip besar perlu dilakukan operasi pengambilan b. Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak. c. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa pada satu atau lebih sinus para nasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah
26

LO.3.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Rhinitis Alergi Cara terbaik untuk mencegah reaksi alergi adalah dengan menghindari alergen dan menghindari kontak dengan hewan peliharaan. Debu, tungau adalah salah satu penyebab terbesar alergi. Mereka adalah serangga mikroskopis yang berkembang biak dalam debu rumah tangga. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membatasi jumlah tungau di rumah: a. Pertimbangkan membeli kasur udara-permeabel dan selimut penutup oklusif (jenis tempat tidur bertindak sebagai penghalang terhadap tungau debu dan kotoran mereka). b. Pilih kayu atau penutup lantai bahan vinyl yang keras bukannya karpet. c. Bantal bersih, mainan, tirai dan furnitur berlapis secara teratur, baik dengan mencuci atau debu mereka. d. Gunakan bantal sintetis dan selimut akrilik bukannya selimut wol atau bulu selimut. e. Gunakan vacuum cleaner dilengkapi dengan udara partikulat efisiensi tinggi (HEPA) filter karena dapat mengeluarkan debu lebih dari penyedot debu biasa. f. Gunakan alat pengatur suhu udara dengan filter-filter yang efisien dan alat pembersih udara Ada 3 tipe pencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah terjadinya tahap sensitisasi. Hal yang dapat dilakukan adalah menghindari paparan terhadap alergen inhalan maupun ingestan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makanan padat sehingga pemberian ASI lebih lama. Pencegahan sekunder adalah mencegah gejala timbul dengan cara menghindari alergen dan terapi medikamentosa. Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi atau berlanjutnya penyakit. LO.3.11. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Alergi Kebanyakan gejala rhinitis alergi dapat diobati. Pada kasus yang lebih parah dapat memerlukan imunoterapi. Beberapa orang (terutama anak-anak) semakin dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap. Namun, sebagai aturan umum, jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus mempengaruhi orangitu dalam jangka panjang. Terjadi pada kebanyakan diusia muda . 50%-70% dapat menyebabkan iritasi. Pada umumnya baik apabila ditangani dengan cepat dan memburuk jika dibiarkan berlanjut. LI.4. Memahami dan Menjelaskan Manfaat Wudhu Berdasarkan Kaidah Islam Saat berwudhu disunnahkan menghirup air ke dalam hidung (istinsyaq) dan mengeluarkannya (istinsyar) sebanyak tiga kali agar kebersihan dan kesehatan hidung terjaga. Hidung manusia terbebas dari kotoran selama 4-5 jam, kemudian hidung manusia menjadi kotor karena udara yang terhirup. Dengan istinsyaq dan istinsyar membuat hidung dalam keadaan sehat dan bersih. Selain itu, penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Muhammad Salim membuktikan bahwa orang-orang yang tidak berwudhu lebih rentan terkena ISPA daripada orang-orang yang berwudhu. Dari penelitian didapatkan bahwa dengan menghirup air ke hidung sebanyak 3 kali dapat membersihkan mikroba yang menempel pada rongga hidung, sehingga hidung benar-benar bersih dari mikroba penyebab ISPA, radang paru-paru, demam rematik dan alergi rongga hidung. Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (attaurat) bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada qisasnya.(Al-Maidah:45) Penyebutan beberapa anggota tubuh yang penting di atas dan penyamaannya dengan jiwa itu sendiri menunjukkan adanya kesamaan kepentingan dan fungsi yang esensial bagi
27

seseorang, sehingga jika terjadi kekerasan atau penganiayaan terhadap salah satu anggota tubuh tersebut diharuskan untuk memberlakukan hukum qisas (selain jiwa). Kesehatan rohani mempengaruhi kesehatan jasmani. Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin yaitu mengukuhkan iman dan taqwa dengan mendekatkan diri kepada. Jika iman dan taqwa kita kukuh maka menjalankan perintah Allah akan terasa sangat mudah, kita akan semakin dekat kepada Allah dan kita akan dianugrahi rohani yang kuat dan jasmani yang sehat. Karena itu mengamalkan iman dan taqwa kita merupakan solusi pemeliharaan kesehatan yang paling jitu. Adapun pengamalan itu dapat kita lakukan dengan : Menjaga kebersihan, 1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah. 2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan ", dan " Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur." 3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi. 4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: "Tutuplah bejana air dan tempat minummu " 5. Rumah: "Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu" sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: "Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah." 6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan. Wudhu memang memiliki peranan yang besar bagi kehidupan seorang muslim. Karena wudhu akan menjadi selalu sadar dan enegrik dalam hidup kita. Tidak diragukan lagi manfaatnya sangat besar bagi kesehatan secara umum. Berikut keajaibaan wudhu bagi kesehatan antara lain: 1. Berkumur-kumur, penelitian modern menetapkan berkumur-kumur dapat menjaga mulut dan tenggorakan dari peradangan dan menjaganya dari terjadinya peradangan gusi. Hal ini karena berkumur-kumur berfungsi memelihara gigi dan membersihkannya dari sisa-sisa makanan yang masih menempel. Manfaat lain yang sangat penting adalah ia dapat menguatkan sebagian urat wajah dan menjaga kebersihannya. Ini merupakan suatu latihan penting yang telah dikenalkan oleh para pakar pendidikan olahraga. 2. Membasuh hidung, sebuah penelitian yang dilakukan kelompok dokter di universitas Alexendria yang menetapkan pada umumnya, orang-orang yang berwudhu secara terus menerus hidungnya bersih dari debu, kuman, dan bakteri. 3. Membasuh wajah dan kedua tangan hingga kedua siku memiliki manfaat yang sangat besar dalam menghilangkan keringat dari permukaan kulit, Air wudhu juga berfungsi membersihkan kulit dari kandungan minyak yang tertahan di kelenjar kulit. 4. Membasuh kedua kaki seraya memijat-mijat dengan baik akan menciptakan perasaaan tenang dan nyaman, karena dikakilah terletak semua urat yang berhubungan dengan seluruh anggota badan. 5. Rahasia lainnya menurut penelitian ilmiah peredaran darah di bagian atas anggota badan, kedua tanggan, kedua lengan, bagian bawah badan seperti kedua telapak kaki dan kedua betis termasuk lemah. Sebab tempatnya yang jauh dari pusat peredaran darah, yaitu jantung. Bila anggota ini semua dibasuh seraya dipijat-pijat dengan penuh perhatian maka hal ini akan berdampak memperlancar perederaan darah sehinga menambah stamina tubuh.
28

Dalam Hadits dikemukakan tentang istinsyaq, yakni : Dan apabila salah seorang kamu berwudhu, maka hendaknya ia memasukkan air ke dalam hidungnya lalu ia keluarkan kembali (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Wudhu memberi manfaat antara lain : meningkatkan tekanan darah, menambah gerakan jantung, menambah jumlah sel-sel darah merah, mengaktifkan pertukaran (sirkulasi) dalam tubuh, menambah kadar oksigen, serta memperbanyak kadar CO2 ( Carbon dioksida ) yang keluar, serta masih banyak manfaat lainnya. Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (Q.S Al-maidah:6)

29

DAFTAR PUSTAKA Brashers, L Valentina.2007.Aplikasi Managemen.Jakarta:EGC Klinis Patofisiologi dan

Efiati A, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga H. Edisi 6 .JakartaFKUI Ganiswarna SG, Setiabudy R, dkk. 2012.Farmakologi dan Terapi, Edisi 5.Jakarta:Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI Raden, Inmar.2014.Anatomi Kedokteran Sistem Respiratorius. Jakarta: Universitas Yarsi Robert Dion, Gregory, Erik K. Weitzel, and Kevin C. McMains.2013.Current Approaches to Diagnosis and Management of Rhinitis.South Medical Journal (Unduh: 10 Februari 2014) http://www.medscape.com/viewarticle/810615_2 Rukmini, Sri dan Herawati, Sri. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Sheikh, Javed. Allergic Rhinitis (Unggah: 28 Oktober 2013, Unduh: 12 Februari 2014) http://emedicine.medscape.com/article/134825-overview#showall Sherwood lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari sel ke system, Edisi 6.Jakarta: EGC Zulliesikawati.2009. Rinitis Alergi content/uploads/allergic-rhinitis.pdf http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-

S. Lee, Joann. Dan Wilson, Deepen Patel, Jonathan A.Bernstein, Pina D'Angelo, and Anne Marie Salapatek.2010. An Ideal Clinical Non-Allergic Rhinitis (NAR) Model In An Environmental Exposure Chamber (EEC) Induces Significant Rhinitis Symptoms Which Affects Quality Of Life Of NAR Patients. (Unduh: 13 Februari 2014) http://www.atsjournals.org/doi/abs/10.1164/ajrccmconference.2010.181.1_MeetingAbstracts.A4207?prevSearch=non+allergic+rhinitis& searchHistoryKey=

30

Anda mungkin juga menyukai