Anda di halaman 1dari 15

GAMBARAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) KATEGORI BERAT BADAN LEBIH

DAN OBESITAS PADA MASYARAKAT BANJAR DEMULIH,KECAMATAN SUSUT,


KABUPATEN BANGLI

Oleh

Dr. I Wayan Sugiritama,M.Kes

Dr. I G N Sri Wiyawan, M.Repro

Dr. I G K Arijana, Msi.Med

Dr. I G A Ratnayanti, M.Biomed

BAGIAN HISTOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2015

1
PENDAHULUAN

Masalah berat badan berlebih (overweight) dan kegemukan (obesitas) terjadi diseluruh
Negara di dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data Global Nutrition Report, sebanyak 10 %
penduduk dewasa di Indonesia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sebanyak 2 %
mengalami obesitas. (WHO,2007). Data dari Riskesdas Depkes RI tahun 2013, menunjukkan
bahwa prevalensi obesitas pada kelompok umur dewasa sebesar 15.4 % dan overweight sebesar
13.5 %. Jika prevalensi obesitas dan overweight digabungkan, maka prevalensi penduduk
Indonesia yang mengalami kelebihan berat badan sebesar 28.9 %.(Kemenkes RI,2013) Ini adalah
jumlah yang cukup besar karena lebih dari seperempat atau hampir sepertiga penduduk Indonesia
pada kelompok umur dewasa mengalami kelebihan berat badan.

Peningkatan prevalensi masyarakat yang mengalami overweight dan obesitas disebabkan


oleh perubahan gaya hidup masyarakat yaitu asupan energi yang berlebih dan aktivitas fisik yang
kurang. Overweight dan obesitas terjadi karena ketidak seimbangan antara energi yang
dikonsumsi dengan yang dikeluarkan. Saat ini masyarakat lebih banyak mengkonsumsi makanan
yang kaya energi seperti lemak dan gula, sedangkan aktivitas fisik rendah karena perubahan
moda transportasi dan tuntutan dari pekerjaan (Budiyanto, A K. 2002).

Overweight dan obesitas bisa diketahui dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT),
yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan. IMT dihitung dengan membagi berat
badan (dalam kilogram) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh ini
adalah indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
overweight dan obesitas pada orang dewasa. Berdasarkan klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT)
menurut kriteria Asia Pasifik, seseorang dikatakan overweight jika memiliki IMT 23-24,9 dan
seseorang dikatakan obesitas jika memiliki IMT ≥ 25. Sedangkan menurut Depkes RI, Seseorang
dikategorikan overweight jika BMI > 25 dan obesitas jika BMI > 27. (Kemenkes RI,2013)

Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IMT, yaitu : (1)Usia, prevalensi obesitas
meningkat secara terus menerus dari usia 20-60 tahun. Setelah usia 60 tahun, angka obesitas
mulai menurun; (2) Jenis Kelamin, Pria lebih banyak mengalami overweight dibandingkan
wanita. Distribusi lemak tubuh juga berbeda pada pria dan wanita, pria cenderung mengalami
obesitas visceral dibandingkan wanita; (3) Genetik, beberapa studi membuktikan bahwa faktor
genetik dapat memengaruhi berat badan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa orangtua
obesitas menghasilkan proporsi tertinggi anak-anak obesitas; (4) Pola Makan, makanan siap saji
juga berkontribusi terhadap epidemi obesitas. Banyak keluarga yang mengonsumsi makanan siap
saji yang mengandung tinggi lemak dan tinggi gula. Alasan lain yang meningkatkan kejadian
obesitas yaitu peningkatan porsi makan ;(5)Aktivitas Fisik, saat ini level aktifitas fisik telah
menurun secara dramatis dalam 50 terakhir, seiring dengan pengalihan buruh manual dengan
mesin dan peningkatan penggunaan alat bantu rumah tangga, transportasi dan rekreasi. (Asil, E
et al.,2014)

IMT yang masuk kategori overweight dan obesitas mencerminkan adanya perubahan
komposisi tubuh. Tubuh terdiri dari massa lemak dan massa bebas lemak. Peningkatan IMT
mencerminkan terjadinya peningkatan proporsi massa lemak terhadap massa bebas lemak

2
tubuh. Hasil penelitian yang melibatkan 1114 responden dengan mengukur IMT dan prosentase
lemak tubuh, didapatkan hasil bahwa IMT memilki korelasi yang kuat dengan prosentase lemak
tubuh yang diukur dengan metode bioelectrical impedance. Korelasi BMI dengan prosentase
lemak tubuh dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. (Chathuranga Ranasinghe et al.,2013)

Lemak tubuh disimpan sebagai jaringan adipose yang terdapat dibawah kulit (80-90 %
dari total lemak tubuh) dan organ dalam tubuh terutama jaringan adipose visceral (6-20% dari
total lemak tubuh) (Haupt A,et al.,2010). Umumnya wanita memiliki presentase lemak tubuh
yang lebih tinggi dari pria. Tempat penyimpanan lemak pada wanita banyak pada area gluteal-
femoral sedangkan pria pada area visceral atau abdomen. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
hormonal pada pria dan wanita. (Canoy D,et al.,2007). Perbedaan ini juga menyebabkan
perbedaan bentuk tubuh antara pria dan wanita. Jika terjadi timbunan massa lemak, maka tubuh
wanita cenderung seperti buah pir (pear-shaped body type/pola gynoid) yang diakibatkan oleh
tumpukan lemak pada region paha dan pinggul, sedangkan pada pria akan cenderung berbentuk
seperti buah apel (apple-shaped body type/pola android) akibat timbunan massa lemak pada area
abdomen (Regitz-zagrosek,et al.,2006)

Overweight dan obesitas serta peningkatan komposisi lemak tubuh menyebabkan


peningkatan resiko untuk menderita penyakit degenerative yaitu diabetes mellitus dan hipertensi.
Penumpukan lemak pada tubuh, terutama lemak visceral akan meningkatkan resiko untuk
menderita penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2 (Pischon T, et al.,2008).
Penumumpukan massa lemak tubuh pada overweight dan obesitas akan menyebabkan
peningkatan pelepasan asam lemak bebas (Free Fatty Acid/FFA) yang akan menghambat kerja
insulin sehingga terjadi kegagalan absorbsi glukosa ke dalam sel dan mengakibatkan
peningkatan kadar glukosa darah. Individu dengan obesitas dan overweight biasanya juga
memiliki asupan kalori yang berlebih, hal ini akan menyebabkan insulin yang diproduksi sel β
pankreas tidak cukup untuk mengimbangi asupan kalori yang tinggi, yang pada akhirnya akan
menyebabkan peningkatan kadar gula darah.( Kaban ,2007),

Hasil penelitian Persatuan Endokrinologi (PERKENI) Cabang Bali menunjukkan bahwa


jumlah penderita obesitas dan diabetes di daerah perkotaan hampir sama dengan daerah
pedesaan. Faktor lingkungan dan pola makan menjadi penyebab utama tingginya jumlah
penduduk dengan obesitas di daerah perkotaan. Tahun 2009, survey dilakukan terhadap 300
orang warga di banjar Legian Kuta, menunjukan 7,3% dari seluruh populasi yang diteliti
mengalami obesitas. (Suastika,2011)

Timbulnya diabetes mellitus juga sebagian besar disertai dengan hipertensi. Prevalensi
hipertensi pada penderita diabetes mellitus 1.5-3 kali lebih besar dibandingkan dengan non
diabetes mellitus. Hipertensi diperkirakan selalu hadir pada diagnosis Diabetes Melitus tipe 2,
dan mendahului perkembangan hiperglikemi yang seanjutnya berimplikasi pada perkembangan

3
pada komplikasi mikro atau makro vascular pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 (Shaker &
Bannett,2004)

Pada penelitian ini akan dipelajari gambaran IMT kategori berat badan lebih dan obesitas pada
masyarakat Banjar Demulih, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli, yang bertujuan untuk
mengetahui prevalensi berat badan lebih dan obesitas dan deteksi dini faktor resiko penyakit
degeneratif di masyarakat.

Rumusan masalah

Bagaimanakah gambaran indeks massa tubuh (IMT) kategori berat badan lebih dan obesitas pada
masyarakat banjar Demulih ?

4
METODE DAN BAHAN

Metode penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan memasukan data berat badan dalam satuan
kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kedalam rumus IMT. Hasil perhitungan IMT
kemudian akan dibandingkan dengan beberapa hasil penelitian yang sudah ada.

Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari data pasien yang berpartisipasi
dalam kegiatan pengabdian masyarakat (P2M) pengobatan cuma-cuma yang diselenggarakan
oleh Bagian Histologi PSPD FK UNUD. P2M telah dilaksanakan di Balai Banjar Demulih pada
hari Jumat, tanggal 29 September 2015. Data pasien harus memenuhi syarat dibawah ini agar
bisa dipakai sebagai sampel :

1. Merupakan penduduk Banjar Demulih


2. Berusia dewasa (> 18 tahun)
3. Memiliki data sebagai berikut : berat badan, tinggi badan, dan umur.

HASIL

Karakteristik responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat banjar Demulih yang
menghadiri acara pengabdian masyarakat (P2M) oleh Bagian Histologi Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang diselenggarakan pada hari
Jumat, tanggal 23 Oktober 2015. Dari 200 orang masyarakat yang hadir hanya 108 yang
memiliki data yang lengkap dan memenuhi criteria untuk menjadi sampel.

Sampel sebagian besar adalah wanita yaitu sebanyak 63 orang (58.3%), sedangkan pria sebanyak
45 orang (%). Sampel memiliki rerata umur 60.5 ±12.7 tahun, yang berarti sebagian besar
sampel termasuk dalam kelompok umur manula. Sebanyak 64 sampel memiliki usia 60 tahun
keatas (59%), yang masuk sebagai kategori manula/lansia menurup Depkes RI. Rentang usia
sampel sangat lebar, sampel termuda berumur 33 tahun dan yang paling tua 80 tahun. Berat
badan sampel memilki rerata 1.46±0.085 M dan berat badan dengan rerata 54.9312.23 kg. Tinggi
badan sampel rata-rata sebesar 1.46 ± 0.08 meter.

Indeks Massa Tubuh

Perhitungan Indeks Massa Tubuh dilakukan dengan memasukan data berat badan dalam satuan
kilogram, dibagi dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat. Berikut ini adalah rumus
perhitungan IMT.

5
Berat badan (Kg)

IMT = -----------------------------------------

[Tinggi badan (m)] 2

Klasifikasi IMT yang dipakai pada penelitian ini berdasarkan klasifikasi IMT dari Depkes RI,
yaitu :

Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)


Kurus IMT < 18,5
Normal IMT ≥18,5 - <24.9
Berat Badan Lebih IMT ≥25,0 - <27
Obesitas IMT ≥27,0
Sumber : Kemenkes,2013

Hasil perhitungan IMT dengan memakai klasifikasi IMT dari Depkes RI bisa dilihat pada table
dibawah ini :

Tabel 1 : Klasifikasi IMT berdasarkan jenis kelamin dan rerata umur

Klasifikasi Jenis Kelamin Rerata Umur


Pria Wanita (tahun)
Kurus 4 9 63.1±11.1
Normal 22 30 64.1±11.1
Berat Badan Lebih 9 10 55.4±15.3
Obesitas 10 14 55.3±12.2

Berdasarkan tabel diatas IMT masyarakat banjar Demulih yang masuk kategori berat badan
lebih dan obesitas pada kedua jenis kelamin sebanyak 43 orang atau sebesar 39.8 persen, yang
terdiri dari 19 pria (42 %) dan 24 wanita (38 %). Sebanyak 24 orang sampel dari kedua jenis
kelamin termasuk kategori obesitas atau sebesar 22.2 persen, yang terdiri dari 10 pria (22.2%)
dan 14 wanita (22.2%). Jika dilihat dari kelompok umur maka obesitas dan berat badan lebih
paling banyak berasal dari kelompok umur yang paling muda dengan rerata 55.3±12.2 tahun dan
55.4±15.3.

6
Kurus
12%
Obesitas
22%

berat
Badan
Lebih
Normal
18%
48%

Gambar1 : IMT responden pria dan wanita

Kurus
9%
Obesitas
22%

Nerat
Badan
Lebih Normal
20% 49%

Gambar 2: IMT responden pria

7
Kurus
Obesitas 14%
22%

Berat
Badan
Lebih
16% Normal
48%

Gambar3 : IMT Responden Wanita

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ( gambar 1) diperoleh data nilai indeks massa tubuh (IMT)
responden yang masuk kategori berat badan lebih sebesar 18 persen dan yang masuk kategori
obesitas sebesar 22 persen. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori normal yaitu
sebesar 48 persen, dan kategori kurus hanya 12 %. Data Risdekas tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada tahun 2013 masing-masing sebesar 13,5
persen dan 15.4 persen (Depkes,2013). Jika dibandingkan, maka prevalensi berat badan lebih dan
obesitas pada penelitian ini lebih besar dari rata-rata nasional. Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu : (1) Prevalensi obesitas dan berat badan lebih di masyarakat Demulih
memang lebih besar dari rerata nasional karena menurut hasil Riskesdas Depkes RI tahun 2013
Provinsi Bali bersama dengan 18 Provinsi lainnya memiliki prevalensi lebih tinggi dari rerata
nasional, (2) Prevalensi obesitas dan berat badan lebih cenderung mengalami peningkatan dari
tahun-ketahun diseluruh negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Depkes RI prevalensi
gemuk pada kelompok umur 16-18 tahun meningkat sangat tajam dari 1,4 persen pada tahun
2007 menjadi 7,3 persen pada tahun 2013. Ada kemungkinan jika pengukuran prevalensi gemuk
dan berat badan lebih secara nasional dilakukan tahun ini (2015) maka hasilnya akan lebih besar
dari prevalensi tahun 2013.

Peningkatan lemak tubuh hingga mencapai kondisi obesitas mampu meningkatkan resiko
terjadinya suatu penyakit. Secara umum, baik pada pria maupun pada wanita, meningkatnya
lemak tubuh hingga obesitas akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, hiperlipidemia,
ateroskerosis, jantung koroner, diabetes tipe 2 (ASCM,2010)

8
Proporsi responden wanita yang masuk kategori obesitas sebesar 22 persen dan berat
badan lebih sebesar 16 persen (gambar 3). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan
dewasa di Indonesia (>18 tahun) 32,9 persen,(Depkes,2013), sedangkan penelitian oleh Diana
R. et al (2013) dengan sampel dari 33 provinsi di Indonesia pada tahun 2013 mendapatkan
bahwa prevalensi obesitas pada wanita dewasa usia 19-55 sebesar 29.4%. Jika dibandingkan
dengan kedua data diatas maka proporsi responden wanita dengan kategori gemuk lebih rendah
dari rata-rana nasional, walaupun demikian tetap harus mendapat perhatian serius karena
angkanya cukup tinggi. Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada
wanita, antara lain : berstatus kawin, berpendapatan tinggi, tinggal di perkotaan, beraktivitas fisik
ringan, mengonsumsi makanan dan minuman manis >10% AKE, mengonsumsi karbohidrat
>55% AKE (Diana,R,2013)

Pada responden pria, proporsi kategori obesitas sebesar 22 persen dan berat badan lebih
20 persen (gambar2). Menurut data dari Depkes RI, prevalensi penduduk laki-laki dewasa
obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7 persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun
2010 (7,8%). Enam belas provinsi dengan prevalensi diatas prevalensi nasional, yaitu Aceh,
Riau, Sulawesi Tengah, Bangka Belitung, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Maluku Utara,
Gorontalo, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Papua Barat, Bali, Kalimantan Timur, Papua, DKI
Jakarta dan Sulawesi Utara. (Depkes, 2013). Tampak dari data ini bahwa proporsi masyarakat
Banjar Demulih dengan jenis kelamin laki-laki yang mengalami cukup tinggi , bahkan lebih
besar dari rerata nasional (tahun 2013). Pada penelitian ini tidak dilakukan pengukuran lingkar
perut, sehingga tidak bisa diketahui proporsi responden yang mengalami obesitas tipe sentral.
Obesitas pada pria memiliki pola yang berbeda dengan wanita, pria lebih cenderung mengalami
obesitas tipe sentral dibandingkan wanita. Hal ini menyebabkan resiko beberapa penyakit
degenerative lebih besar pada pria dengan obesitas dibandingkan dengan wanita dengan obesitas.

Efek merugikan dari obesitas berkaitan tidak saja dengan berat badan total, tetapi juga
dengan distribusi timbunan lemak. Obesitas sentral atau visceral, yang lemaknya menumpuk di
badan dan rongga abdomen memiliki resiko yang jauh lebih tinggi untuk beberapa penyakit
dibandingkan dengan kelebihan lemak pada jaringan subkutan (Kumar et al.,2007). Obesitas
sentral meningkatkan resiko sejumlah penyakit termasuk diabetes, hipertensi,
hipertrigliseridemia, penurunan kolesterol HDL, dan penyakit arteri koronaria.(Kumar, et al,
2007)

9
Dilihat dari kelompok umur (tabel 1), responden dengan IMT kategori obesitas dan berat
badan lebih didominasi oleh kelompok umur yang paling muda dengan rerata 55.3±12.2 tahun,
dan 55.4±15.3. Kelompok umur yang lebih tua yaitu 60 tahun keatas sebagian besar memilki
IMT kategori normal dan kurus. Data dari studi populasi yang besar menunjukkan bahwa berat
badan dan BMI secara bertahap meningkat selama usia dewasa dan mencapai nilai puncak pada
50-59 tahun, hal ini terjadi pada pria dan wanita. Setelah usia 60 tahun berat badan dan BMI
cenderung menurun. (Villareal,D.T, et al.,2005).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proporsi responden dengan kategori IMT berat badan lebih dan obesitas masing-masing
sebesar 18 persen dan 22 persen, dan ada kemungkinan proporsinya lebih besar dari
rerata nasional.
2. Proporsi resonden dengan IMT kategori berat badan lebih pada pria lebih besar
dibandingkan wanita.
3. Proporsi responden dengan IMT kategori obesitas sama besar pada pria dan wanita, tetapi
jika dibandingkan dengan rerata nasional (tahun 2013) proporsi obesitas pada pria lebih
besar , sedangkan pada wanita lebih kecil.

Saran : sebaiknya melanjutkan penelitian ini dengan melibatkan jumlah sampel yang lebih besar
dan mencakup area yang lebih luas. Perlu juga dilakukan pengukuran variable yang lain seperti
lingkar pinggang.

10
DAFTAR PUSTAKA

American College of Sports Medicine . 2010. ASCM’s Guidelines for exercicise testing and
prescription. 8th ed Philadelphia (PA): Lippincott Williams & Wilkins. P. 366.

Asil, E et al.,2014. Factors That Affect Body Mass Index of Adults. Pakistan Journal of
Nutrition 13 (5): 255-260

Budiyanto, A K. 2002. Gizi dan Kesehatan. Malang. Bayu Media UMM Press

Canoy d., Boekholdt S.M., Wareham N. 2007. Body fat distribution and risk of coronary heart
disease in men and women in European prospective investifation into cancer and nutrition in
Norfolk cohort: a population-based propective study. Circulation, 116:2933-2943

Chathuranga R, Prasanna G, Prasad K, Nalinda A, Sithira T ,Praveen T.2013. Relationship


between Body mass index (BMI) and body fat percentage, estimated by bioelectrical
impedance, in a group of Sri Lankan adults: a cross sectional study. BMC Public Health.
13:797,

Diana,R., Yuliana I., Yasmin G., dan Hardinsyah. 2013. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013,
8(1): 1—8

Haupt A, Thamer C, Heni M. 2010. Novel Obesity risk loci do not determine distribution of
body fat depots : a whole –body MRI/MRS study. Obesity .18:1212-1217

Kaban, S. 2007. Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota Sibolga Tahun 2005. Majalah Kedokteran
Nusantara. Vol 4 No. 2

Kumar, Vinay, Cotran, Ramzi S, Robbin, Stanley L.2007. Buku Ajar Patologi. Ed 7 Jakarta:
EGC, pp 336-342. ISBN: 978-979-448-842-3

Kemenkes, 2013. Available


:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf diakses
tanggal 2 Januari 2015

Pischon T, Boeing H, Hoffmant K, . 2008. General and Abdpminal adiposity and risk of death in
Europe. N Engl J Med, 359:2105-2120

Regitz-zagrosek,V., Lehmukuhl,E.,and M.O.Weickert. 2006. Gender differences in the metabolic


syndrome and their role for cardiovascular disease. Clinical Research Cardiology. 95(3): 136-
147
Shaker,J.& Barnett,A.H. 2004. Diabetes, Obesity and Cardiovaskuler Disease-Therapeutic
Implications dalam : Barnet A.H. & Kumar S.ed. Obesity & Diabetes.USA: John Wiley & Sons
Soegondo S. Diagnosis dan Kalsifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Dalam Soegondo S dkk (eds),
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Penerbit FKUI. Jakarta. 2005.

11
Suastika, K.2011.Tanya Jawab Seputar Obesitas Dan Diabetes : Memuat Berbagai Pertanyaan
Awam Dan Jawaban. Denpasar: Udayana Universitas Press

Villareal D.T., Apovian,C.M., Kushner,R.F., and Klein,S..2005. Obesity in older adults:


technical review and position statement of the American Society for Nutrition and NAASO, The
Obesity Society. Am J Clin Nutr 2005;82:923–34

WHO. 2007. Global Prevalence Of Diabetes And Obesities. Available :


http://ebrary.ifpri.org/utils/getfile/collection/p15738coll2/id/129815/filename/130026.pdf diakses
tanggal 2 Januari 2015.

12
LAMPIRAN

Data Responden

TB IMT
No Nama Seks Umur BB (kg) (meter) (kg/mt2)
1 R1 P 35 89 1,47 41,2
2 R2 P 43 80 1,51 35,1
3 R3 P 62 79 1,51 34,6
4 R4 P 50 75 1,48 34,2
5 R5 P 50 76 1,5 33,8
6 R6 P 55 65 1,41 32,7
7 R7 L 44 75 1,52 32,5
8 R8 P 45 70 1,49 31,5
9 R9 P 33 70 1,5 31,1
10 R10 L 65 85 1,65 31,2
11 R11 P 60 74 1,55 30,8
12 R12 L 45 68 1,49 30,6
13 R13 P 70 60 1,41 30,2
14 R14 P 52 70 1,52 30,3
15 R15 L 47 74 1,58 29,6
16 R16 P 58 62 1,46 29,1
17 R17 L 54 72 1,57 29,2
18 R18 L 59 84 1,7 29,1
19 R19 P 60 54 1,38 28,4
20 R20 L 80 69 1,56 28,4
21 R21 L 60 65 1,52 28,1
22 R22 L 50 55 1,41 27,7
23 R23 L 80 65 1,53 27,8
24 R24 P 70 57 1,44 27,5
25 R25 P 80 54 1,42 26,8
26 R26 P 70 53 1,41 26,7
27 R27 L 65 60 1,5 26,7
28 R28 P 43 66 1,58 26,4
29 R29 P 35 60 1,51 26,3
30 R30 P 45 65 1,58 26,0
31 R31 L 70 60 1,52 26,0
32 R32 P 45 49 1,38 25,7
33 R33 P 40 59 1,51 25,9
34 R34 L 80 55 1,46 25,8
35 R35 L 38 61 1,54 25,7
36 R36 L 67 60 1,53 25,6

13
37 R37 L 70 59 1,52 25,5
38 R38 P 40 49 1,39 25,4
39 R39 L 69 63 1,57 25,6
40 R40 P 46 56 1,49 25,2
41 R41 P 39 59 1,53 25,2
42 R42 L 50 65 1,61 25,1
43 R43 L 60 60 1,55 25,0
44 R44 P 70 52 1,45 24,7
45 R45 P 60 50 1,43 24,5
46 R46 P 60 55 1,5 24,4
47 R47 P 45 60 1,57 24,3
48 R48 L 75 48 1,41 24,1
49 R49 P 75 49 1,43 24,0
50 R50 L 72 60 1,58 24,0
51 R51 L 70 60 1,58 24,0
52 R52 P 50 50 1,45 23,8
53 R53 P 80 45 1,39 23,3
54 R54 P 50 51 1,48 23,3
55 R55 L 60 59 1,59 23,3
56 R56 L 63 60 1,61 23,1
57 R57 P 65 51 1,49 23,0
58 R58 P 55 53 1,52 22,9
59 R59 P 62 47 1,44 22,7
60 R60 P 60 49 1,47 22,7
61 R61 L 60 51 1,5 22,7
62 R62 L 59 56 1,57 22,7
63 R63 L 80 50 1,49 22,5
64 R64 L 70 50 1,49 22,5
65 R65 P 80 45 1,42 22,3
66 R66 P 60 45 1,42 22,3
67 R67 L 80 49 1,48 22,4
68 R68 P 70 43 1,39 22,3
69 R69 L 58 70 1,76 22,6
70 R70 L 80 61 1,65 22,4
71 R71 L 60 50 1,5 22,2
72 R72 P 80 50 1,5 22,2
73 R73 L 60 60 1,64 22,3
74 R74 L 80 45 1,43 22,0
75 R75 L 70 50 1,51 21,9
76 R76 P 50 50 1,51 21,9
77 R77 L 65 55 1,61 21,2

14
78 R78 P 60 41 1,4 20,9
79 R79 L 80 50 1,55 20,8
80 R80 P 50 50 1,55 20,8
81 R81 L 60 71 1,84 21,0
82 R82 P 80 39 1,38 20,5
83 R83 P 50 48 1,53 20,5
84 R84 L 50 45 1,49 20,3
85 R85 P 42 45 1,49 20,3
86 R86 P 60 40 1,41 20,1
87 R87 P 80 45 1,5 20,0
88 R88 L 70 50 1,58 20,0
89 R89 P 55 44 1,5 19,6
90 R90 P 55 44 1,5 19,6
91 R91 P 43 39 1,42 19,3
92 R92 P 60 60 1,75 19,6
93 R93 L 70 49 1,6 19,1
94 R94 P 77 44 1,53 18,8
95 R95 P 55 42 1,5 18,7
96 R96 P 60 42 1,51 18,4
97 R97 P 50 35 1,4 17,9
98 R98 P 60 39 1,48 17,8
99 R99 L 80 52 1,71 17,8
100 R100 L 50 44 1,58 17,6
101 R101 P 50 39 1,5 17,3
102 R102 P 70 43 1,59 17,0
103 R103 P 50 35 1,45 16,6
104 R104 L 80 39 1,53 16,7
105 R105 L 70 36 1,49 16,2
106 R106 P 60 30 1,37 16,0
107 R107 P 70 31 1,41 15,6
108 R108 P 70 36 1,56 14,8

15

Anda mungkin juga menyukai