Anda di halaman 1dari 12

ACNE VULGARIS

I. PENDAHULUAN
Salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai pada remaja dan dewasa muda
adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya disebut acne vulgaris (Yuindartanto,
2009). Acne, atau lebih sering disebut sebagai jerawat, merupakan inflamasi dari
pilosebaseus yang menyebabkan munculnya komedo, papulopustul, dan nodul (Jain
2012).
Acne vulgaris merupakan masalah yang paling sering terjadi pada kulit dan
kejadiannya 85% pada orang muda. Onset umur terjadinya Acne sering kali terjadi
pada saat pubertas, berkisar antara 10 sampai 17 tahun pada perempuan dan 14-19
tahun pada laki-laki (Wolff & Johnson 2009). Menurut Kligman, tidak ada seorangpun
yang sama sekali tidak pernah menderita acne. Di Amerika Serikat, tercatat lebih dari
17 juta penduduk yang menderita acne setiap tahunnya, di mana 75 hingga 95% di
antaranya adalah usia remaja. Sedangkan pada satu studi prevalensi acne yang
dilakukan di kota Palembang, dari 5204 sampel berusia 14 sampai 21 tahun,
didapatkan angka prevalensi acne vulgaris sebesar 68,2% (Suryadi, 2008). Acne
derajat ringan seringkali dijumpai saat lahir, yang kemungkinan disebabkan karena
stimulasi folikuler oleh androgen adrenal, dan dapat berlanjut hingga periode neonatal.
Namun, pada mayoritas kasus, acne menjadi masalah yang signifikan sejak usia
pubertas. Kasus terbanyak dijumpai pada pertengahan hingga akhir remaja. Setelah
itu, insidennya menurun perlahan. Namun, pada wanita, acne dapat menetap hingga
dekade ketiga bahkan lebih (Zaenglein dkk., 2008). Setelah menopause wanita dapat
juga terserang acne dikarenakan produksi hormone estrogen yang berkurang.
Meskipun Acne bukanlah penyakit gawat darurat, tetapi Acne bisa menjadi
pertimbangan psikologis. Gejala depresi yang sering muncul pada Acne (Behnam,
2013). Ada 18% remaja merasa malu dan depresi berat akibat Acne. Hal ini bisa
disebabkan karena kejadian Acne sering kali berlangsung lama dan meninggalkan skar
(Jankovic et al., 2012).

Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup diresahkan karena berhubungan dengan
menurunnya kepercayaan diri akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Secara
psikologi, akne vulgaris memberi dampak stress, frustasi, malu dan bahkan depresi
pada penderitanya. Oleh karena itu farmakologi dan edukasi pasien secara fisik dan
psikis sangat diperlukan (Whitney P. Bowe, 2011). Stres merupakan usaha
1
penyesuaian diri (Maramis, 2009). Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak ada
gangguan pada fungsi organ tubuh maka dikatakan yang bersangkutan tidak
mengalami stres dan sebaliknya bila mengalami gangguan pada satu atau lebih organ
tubuh sehingga yang bersangkutan tidak dapat menjalankan fungsi pekerjaannya
dengan baik maka ia disebut mengalami distres (Hawari, 2011). Stres psikologis dapat
memperburuk jerawat, tidak diketahui apakah hubungan yang dirasakan antara stres
dan eksaserbasi jerawat adalah karena peningkatan produksi sebum (Yosipovitch, et
al., 2007). Tingkat stres dapat memperburuk jerawat. Dalam survei baru-baru ini di
antara 215 mahasiswa kedokteran, 67% dari siswa mengidentifikasi stres sebagai
penyebab jerawat mereka. Selain itu, beberapa studi telah menunjukkan bahwa stres
psikologis dapat mengubah fungsi kekebalan dari fungsi barier kulit (Yosipovitch, et
al., 2007).

Selain itu, faktor penyebab jerawat adalah mereka tidak mengontrol makanan
yang mereka makan. Makanan-makanan yang memperburuk jerawat adalah kacang-
kacangan, coklat, makanan pedas, produk susu, minuman soda dan makanan-makanan
yang digoreng. Faktor lain penyebab akne vulgaris adalah endokrin, hiperplasia dari
kelenjar sebasea sendiri, musim, kosmetika dan bahan kimia lainya. Cara perawatan
wajah juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan akne vulgaris. Bagi
mereka yang kurang mengerti, mereka memakai bahan-bahan kosmetika itu tanpa tahu
akibat yang akan timbul. Bahan tersebut misalnya bedak dasar, pelembab, krim
penahan sinar matahari, krim malam dan lain-lain. (Harahap, 2008).

Karena kurangnya pengetahuan medis, sebagian besar remaja belum mengetahui


faktor-faktor lain penyebab jerawat selain kacang-kacangan, coklat, makanan pedas,
produk susu, minuman soda, dan makan-makanan yang digoreng. Disamping itu juga
kurangnya pengetahuan remaja tentang cara hidup yang bersih. Maka diperlukan
penyuluhan untuk mengetahui seberapa besar masalah acne yang mengganggu
kepercayaan diri.

II. PEMBAHASAN
2.1 Definisi Acne Vulgaris
2
Acne Vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).
Gambaran klinis Acne Vulgaris sering pleimorfik, yaitu berupa papul, pustul, nodul,
dan jaringan parut (Zaenglien et al, 2010). Akne Vulgaris dapat terjadi di wajah, leher,
dan lengan atas. Acne Vulgaris biasanya timbul pada masa pubertas dan merupakan
tanda awal peningkatan produksi hormon seks (Anwar, 2013).

Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne adalah penyakit radang
menahun dari apparatus pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada
dan punggung. Kelenjar yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah
muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak hitam pada bagian
tengahnya, atau membentuk pustule atau kista; penyebab tak diketahui, tetapi telah
dikemukakan banyak faktor, termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan
bakteri.

II.2Patofisiologi Acne Vulgaris


Lesi primer, komedo, terbentuk akibat tersumbatnya folikel pilosebasea. Saluran
folikel melebar dan produksi sel meningkat. Sebum bercampur dengan sel yang
berlebihan di saluran folikel untuk membentuk sebuah gumpalan berkeratin. Hal
tersebut muncul dan terlihat seperti komedo terbuka (blackhead). Warna coklat atau
hitam bukanlah hasil dari akumulasi kotoran melainkan melanin (pigmen).
Peradangan pada folikel dapat menyebabkan pembentukan komedo tertutup
(whitehead). Adanya komedo tertutup menandakan adanya lesi inflamasi. Jika
dinding folikel rusak atau pecah, isi folikel dapat keluar ke dermis dan timbul sebagai
jerawat. Peningkatan aktivitas adrogen pada masa pubertas memicu pertumbuhan
kelenjar sebaseus dan meningkatkan produksi sebum. Sebum sendiri terdiri dari
gliserida, ester lilin, squalene, dan kolesterol. Gliserida diubah menjadi asam lemak
bebas dan gliserol oleh lipase, yang merupakan produk dari Propionibacterium acnes.
Asam lemak bebas dapat mengiritasi dinding folikel dan menyebabkan peningkatan
pergantian sel dan inflamasi. Propionibacterium acnes adalah organisme anaerobik
penduduk yang berproliferasi dalam lingkungan yang diciptakan oleh campuran
sebum dan keratinosit yang berlebihan. Adanya bakteri tersebut dapat meningkatkan
pembentukan antibodi yang menyebabkan respon inflamasi. Lesi jerawat memerlukan

3
waktu bulanan untuk sembuh sepenuhnya dan adanya fibrosis yang terkait dengan
penyembuhan dapat menyebabkan luka permanen (West et al., 2008).

2.3 Faktor Risiko Acne Vulgaris


Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya acne adalah:

1. Faktor genetik.

Faktor genetik memegang peranan penting terhadap kemungkinan seseorang


menderita acne. Penelitian di Jerman menunjukkan bahwa acne terjadi pada 45%
remaja yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita acne, dan hanya 8%
bila ke dua orang tuanya tidak menderita acne. (Ayudianti & Indramaya, 2010)

2. Kebersihan wajah.

Meningkatkan perilaku kebersihan diri dapat mengurangi kejadian Acne Vulgaris


pada remaja (Nami, 2009).

3. Faktor ras.

Warga Amerika yang berkulit putih lebih banyak menderita acne dibandingkan
dengan ras yang berkulit hitam dan acne yang diderita lebih berat dibandingkan
dengan orang Jepang.

4. Hormonal

Hormonal dan keringat yang berlebih dapat mempengaruhi keparahan dari acne.
Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi dapat mempengaruhi timbulnya atau
memperparah acne. Rata-rata 60-70% wanita yang mengalami masalah acne
menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi dan menetap sampai
seminggu setelah menstruasi dan lesi acne menjadi lebih aktif rata-rata satu
minggu sebelum menstruasi yang disebabkan oleh hormon progesteron. Hormon
estrogen dalam kadar tertentu dapat menghambat pertumbuhan acne karena
hormon tersebut dapat menurunkan kadar gonadotropin yang berasal dari kelenjar
hipofisis dan hormon Gonadotropin mempunyai efek menurunkan produksi sebum
sehingga dapat menghambat pertumbuhan Acne Vulgaris (Nguyen dkk.,2007).

5. Diet.

4
Tidak ditemukan adanya hubungan antara acne dengan asupan total kalori dan
jenis makanan, karena hal tersebut tidak dapat menimbulkan acne tetapi
mengkonsumsi coklat dan makanan berlemak secara berlebihan dapat
memperparah terjadinya Acne Vulgaris.

6. Iklim.

Cuaca yang panas dan lembab dapat memperparah acne. Hidrasi pada stratum
koreneum epidermis dapat merangsang terjadinya acne dan pajanan sinar matahari
yang berlebihan dapat memperburuk acne.

7. Lingkungan

Acne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih berat di daerah industri dan
pertambangan dibandingkan dengan di pedesaan.

8. Stres.

Acne dapat kambuh atau bertambah buruk pada penderita stres emosional.
Mekanisme yang tepat dari proses acne tidak sepenuhnya dipahami, namun lebih
sering disebabkan oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan
peradangan. Selain itu androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic juga bekerja
dalam proses terjadinya acne (Thiboutot, 2008).

2.4 Gejala Klinis Acne Vulgaris


Acne dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah
keluhan estetika. Komedo adalah gejala patognomonik bagi acne berupa pupul miliar
yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam mengandung
unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open
comedo). Sedangkan bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak
mengandung unsur melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white
comedo, close comedo) (Wasitaatmadja, 2007).

2.5 Pengobatan Acne Vulgaris


2.5.1 Terapi Farmakologi
2.5.1.1 Pengobatan Topikal

5
1. Benzoil Peroksida
Senyawa ini merupakan antibakteri yang berperan sebagai
bakteriostatik terhadap P.acnes. Benzoil peroksida diuraikan pada kulit oleh
sistein sehingga membebaskan radikal bebas oksigen yang akan
mengoksidasi protein bakteri. Senyawa tersebut meningkatkan laju
pengelupasan sel epitel dan melepaskan struktur gumpalan pada folikel
sehingga berdampak pada aktivitas komedolitik. Sabun, lotio, krim, dan gel
tersedia dalam konsentrasi 2.5% hingga 10% (John C.Hall, 2008).
2. Tretinoin
Tretinoin merupakan suatu zat komedolitik yang meningkatkan
perombakan sel pada dinding folikuler serta menurunkan kohesivitas dari
sel sehigga berdampak pada pengeluaran atau ekstruksi komedo dan
penghambatan pembentukan komedo baru. Efek samping dari pengobatan
reaksi lokal termasuk rasa terbakar, eritmia, tersengat, pruritus, kulit kering
atau terkelupas (hentikan jika bertambah parah). Sensitivitas yang
meningkat terhadap cahaya ultraviolet atau sinar matahari. Telah dilaporkan
adanya perubahan sementara dari pigmentasi kulit. Iritasi mata dan edema,
kulit mengeras dan melepuh juga dilaporkan, tetapi jarang (Andrea M.Hui,
2011).
2.5.1.2 Pengobatan Antibakteri Topikal
1. Eritromisin
Eritromisin dengan atau tanpa seng merupakan agen yang efektif untuk
penanganan acné inflamasi. Produk yang dikombinasikan dengan seng
dapat meningkatkan penetrasi eritromisin melalui unit polisebasea (Sjarif
M.Wasitaatmadja, 2009).
2. Eritromisin + Tretinoin
Produk topikal yang mengandung alkohol, seperti after-shave losion,
astringent, kosmetik, atau sabun yang mempunyai sifat mengeringkan;
minoksidil; topikal; obat-obat yang menyebabkan fotosensitif, seperti
fluoroquinolone, fenotiazin, sulfonamida, tiazid diuretik; produk topikal
lain yang mengandung peeling, seperti benzoil peroksida, resorsinolon,
asam salisilat, dan sulfur; antibiotika golongan makrolida karena dapat
terjadi resistensi silang. Efek samping dari pengobatan ini yaitu pedih atau
rasa terbakar, eritema, hipogmentasi, gatal, kulit terkelupas, kulit kering
(Timothy G berger, 2011).

6
3. Asam salisilat, Sulfur, serta Resorsinol
Asam salisilat, sulfur, serta resorsinol merupakan agen keratolitik serta
sedikit anti bakteri. Asam salisilat memiliki aksi sebagai komedolitik serta
antiinflamasi. Bahkan, beberapa kombinasi menunjukkan sifat sinergis,
seperti pada sulfur dan resorcinol. Efek samping dari pengobatan ini yaitu
iritasi local (William D.James, 2011).

2.5.2 Terapi Non Farmakologi


1. Menggosok kulit (scrubbing) atau mencuci wajah secara berlebihan tidak
perlu dilakukan sebab tidak membuka atau membersihkan pori dan mungkin
berdampak pada iritasi kulit.
2. Penggunaan zat pembersih yang lembut dan yang tidak menyebabkan
kering, penting diperhatikan untuk menghindari iritasi dan kulit kering
selama terapi acne.
3. Jangan membiiarkan rambut menutupi daerah wajah. Rambut terutama yang
kotor, dapat memperburuk kondisi pori-pori yang tersumbat
4. Jangan memencet atau memecahkan jerawat Karena dapat meninggalkan
bekas berupa jaringan parut pada kulit.
5. Asupan gizi seimbang juga bermanfaat membantu menjaga kesehatan kulit
usahakan untuk tetap rileks. Stress diketahui merupakan salah satu faktor
penyebab timbulnya acne.
6. Hindari kosmetik yang berminyak dan pelembab.
(Andra L.Zaenylein, 2008).

III. PENUTUP
Acne Vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang
umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Defenisi lain akne vulgaris

7
atau disebut juga common acne adalah penyakit radang menahun dari apparatus
pilosebasea, lesi paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung.
Faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan seperti faktor genetik, kebersihan
wajah, ras, hormonal, diet, iklim, lingkungan, dan stress. Acne dapat disertai rasa gatal,
namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetika. Komedo adalah gejala
patognomonik bagi acne berupa pupul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan
sebum, bila berwarna hitam mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau
komedo terbuka (black comedo, open comedo).
Pengobatan Acne Vulgaris dapat dilakukan dengan dua cara terdiri dari pengobatan
terapi farmakologi dan pengobatan terapi non farmakologi. Pengobatan terapi
farmakologi dapat dibagi menjadi dua cara seperti pengobatan topikal dan pengobatan
antibakteri topikal.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Andrea L.Zaenylein, Emmy M.Graber, Diane M.Thiboutot , John S.Strauss (2008). Acne
Vulgaris and Acneiform erupsion.In: Klaus Wolff, Lowell A.Goldsmith, Stephen
I.Katz .Fitzpatrick's DERMATOLOGY IN GENERAL MEDICINE. 7th ed. usa:
McGraw-Hill.pg. 690-703.
Anwar AI,dalam Tata laksana akne vulgaris: Penerbit dua satu press; 2013 h. 2-3
Ayudianti, P. & Indramaya, D.M., 2010. (Retrospective Study : Factors Aggravating
Acne Vulgaris). Faktor Pencetus Akne Vulgaris, 26/No. 1, pp.41–47.
Behnam, B, Taheri, R, Ghorbani, R, & Allameh, P, 2013, ‘Psycological Impairments in
the Patients with Acne’, Indian J Dermatol, vol. 58, no. 1, pp. 26-29.

8
Efendi, Z., 2003. Peranan Kulit dalam Mengatasi Terjadinya Akne Vulgaris.
http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti3.pdf Available from:
[ Accessed: Mei 19, 2013]
Harahap, M. (2008). Aspek psikis dan Akne Vulgaris. Dalam: Harahap, M. ed. Ilmu
Penyakit Kulit Psikologis.Jakarta.
John C.Hall,MD (2010).Seborrheic Dermatits, Acne, Rosasea. In: Brian J.Hall, John
C.Hall. Sauer’s Manual of skin disease. 10th ed.USA: Lippincott Williams &
Wilkiins, a Wolters Kluwer.pg.149-159.
Nami, U., 2009. Hubungan Tingkat Stress Dan Kebersihan Diri dengan Akne vulgaris.
Available from: http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdls1-2009-
utaminami-1126 [ Accessed: April 17, 2010]
Wasitaatmadja, S.M., 2008. Akne, Erupsi Akneformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. PP 254-263
Yuindartanto, A., 2009. Acne vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Acne Vulgaris and Acneiform
Eruptions. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7.
New York: McGraw Hill; 2008. h.690-703.

V. LAMPIRAN
KASUS PADA ACNE VULGARIS
Who : Ada seorang pasien perempuan yang bernama Novi berumur 20 tahun datang ke
Apotek AKB Farma Denpasar.
What : Keluhan rasa gatal, perih, dan sakit disekitar jerawat, terdapat komedo disekitar
wajah.
How long : Gejala di alami selama 2 minggu.
Action : Mencuci muka dengan sabun cuci muka.
Medication : Memakai sabun cuci muka.
Seorang pasien perempuan bernama Novi yang berumur 20 tahun datang ke Apotek
AKB Farma Denpasar dengan keluhan ia mengalami rasa gatal, perih, dan sakit disekitar
jerawat , dan terdapat komedo disekitar wajah. Gejala yang dialami oleh Novi ini sejak 2
minggu lalu,. Pertamanya Novi mengira itu hanya jerawat biasa, namun setelah 2
minggu jerawatnya tidak hilang-hilang dan malah makin banyak. Ia hanya melakukan
pengobatan dengan mencuci muka menggunakan sabun cuci muka. Dari gejala-gejala
tersebut penulis memberikan obat jerawat yaitu Verile Acne Gel untuk melepaskan

9
jaringan yang menyumbat pada jerawat dan membentuk jaringan kulit baru dibekas
tumbuhnya jerawat.
OBAT YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN
VERILE® Acne Gel

KOMPOSISI
Water purified, Ethanol, Niacinamide, Ceteareth-12, Triethanolamine, Carbomer,
Salicylic acid, Boric acid, Triclosan, Potassium dihydrogen phosphate, Allantoin,
Sodium metabisulfite, Methyl paraben, Fragrance.

INDIKASI
Melepaskan lapisan keratin yang menyumbat jerawat, membentuk jaringan kulit baru
di bekas tumbuhnya jerawat.

CARA KERJA
Asam salisilat : berfungsi sebagai anti bakteri yang akan mengikis lapisan terluar
dari jerawat.
Triclosan : anti bacterial bekerja menghambat pertumbuhan kuman dan tidak
mengiritasi kulit.
Boric acid : berfungsi sebagai anti bacterial dan jamur ringan. Obat ini dapat diserap
melalui kulit sehingga bias membasmi bakteri penyebab jerawat yang
berada di bawah kullit.
Allantoin : berfungsi untuk merangsang pembentukan jaringan kulit baru.
Niacinamide : membantu memudarkan noda-noda hitam bekas jerawat.

CARA PEMAKAIAN
1. Bersihkan wajah menggunakan air bersih, kemudian keringkan.
2. Kemudian oleskan VERILE® Acne Gel pada wajah yang berjerawat.
3. Gunakan VERILE® Acne Gel pada pagi, siang dan malam hari untuk
mengeringkan dan merawat kulit yang berjerawat.

KONTRA INDIKASI
Jangan digunakan oleh penderita yang mempunyai kulit sensitive terhadap obat-
obatan tertentu.

10
PERHATIAN
Hanya untuk pemakaian luar, hindari kontak langsung dengan mata, jika timbul
gangguan pada kulit kurangi pemakaian dan hentikan pemakaian bila gangguan kulit
tetap ada. Bila gejalanya tidak berhenti hubungi dokter.

EFEK SAMPING
Mengakibatkan kulit kering, iritasi, kemerahan pada kulit, kulit mengelupas,
peradangan serta nyeri. Reaksi ini sering terjadi dalam beberapa menit atau sehari
setelah produk digunakan.
KIE
1. Mencuci wajah 2 kali sehari.
Mencuci wajah 2 kali sehari akan membantu menghilangkan minyak di
permukaan kulit kita. Jika kita jarang membersihkannya, maka bakteri penyebab
jerawat akan tumbuh subur di wajah kita. Namun ingat, jangan mencuci wajah
apalagi menggosok wajah secara berlebihan Karena malah akan meningkatkan
produksi minyak sebaceous yang dapat menyebabkan masalah kulit pada wajah.
Cucilah wajah 2 kali sehari dengan menggunakan sabun yang lembut.
2. Sesuaikan kosmetik dengan jenis kulit anda.
Jika kulit anda berminyak maka gunakanlah kosmetik untuk kulit berminyak. Jika
kosmetik yang anda gunakan tidak sesuai dengan jenis kulit anda, jerawat akan
segera mendatangi kulit anda. Jadi berhati-hatilah dalam memilih kosmetik.
3. Sebisa mungkin hindari kosmetik yang berminyak.
Secara alami wajah kita memproduksi minyak, bahkan kulit kering sekalipun. Jadi
sebisa mungkin hindarilah menggunakan kosmetik yang berlebihan Karena
minyak dan debu akan menjadi media bakteri penyebab jerawat untuk bermukim
diwajah kita.
4. Keringkan wajah dengan menggunakan handuk bersih setelah cuci muka
atau mandi.
Karena bakteri juga menyukai tempat yang lembab dan hangat.
5. Minum air putih.
Hampir 70% kulit kita terdiri dari air, dengan meminum air minimal 2 liter sehari,
maka kulit terasa fit dan sehat.
6. Selalu pastikan kulit anda bersih sebelum tidur.
Selalu cuci muka anda sebelum tidur agar kulit bergenerasi dengan baik.
7. Sering-seringlah makan sayur dan buah.
Sayuran mengandung banyak vitamin yang menyehatkan kulit kita. Perbanyaklah
makan sayur atau buah, terutama yang mengandung vitamin E. Dengan kulit yang
sehat, maka jerawat akan sukar untuk tumbuh dan berkembang.
8. Tidur yang cukup dan teratur.
Kulit juga sama seperti kita, butuh istirahat. Jadi biasakanlah untuk tidur yang
cukup dan teratur. Karena saat kita tidur, kulit akan bergenerasi dan membuang

11
racun-racun yang berbahaya sehingga saat kita bangun keesokan harinya kulit kita
akan kembali segar.

12

Anda mungkin juga menyukai