Anda di halaman 1dari 6

Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

Sistem Kendali Elektronik


Sistem kendali elektronik atau sistem kontrol suatu alat (kumpulan alat) untuk mengendalikan,
memerintah, dan mengatur keadaan dari suatu sistem. Istilah sistem kendali ini dapat dipraktikkan
secara manual untuk mengendalikan stir mobil pada saat kita mengendarai/menyetir mobil kita,
misalnya, dengan menggunakan prinsip loloh balik.

Dalam sistem yang otomatis, alat semacam ini sering dipakai untuk peluru kendali sehingga peluru
akan mencapai sasaran yang diinginkan. Banyak contoh lain dalam bidang industri / instrumentasi
dan dalam kehidupan kita sehari-hari di mana sistem ini dipakai. Alat pendingin (AC) merupakan
contoh yang banyak kita jumpai yang menggunakan prinsip sistem kendali, karena suhu ruangan
dapat dikendalikan sehingga ruangan berada pada suhu yang kita inginkan.

1. Blok Diagram Sistem Kendali Elektronik

Dalam sistem kendali ada 4 tahap yang terjadi yaitu pengukuran, perbandingan, penghitungan
dan pengoreksian. Sistem kendali mempunyai 3 unsur yaitu masukan, proses dan keluaran.
Berikut gambar hubungan 3 unsur pada sistem kendali.

Masukan pada umumnya berupa sinyal dari sebuah Sensor atau Tranduser, kemudian
informasi ini diproses oleh bagian proses. Bagian proses dapat berupa rangkaian kendali yang
menggunakan peralatan yang dirangkai secara listrik, atau juga berupa suatu sistem kendali
yang dapat diprogram misalnya Arduino atau Mikrokontroler.

Pemrosesan informasi {sinyal masukan} menghasilkan sinyal keluaran yang selanjutnya


digunakan untuk mengaktifkan aktuator {peralatan keluaran} yang dapat berupa motor listrik,
kontaktor, katup selenoid, lampu, dan sebagainya.

2. Penjelasan setiap blok diagram

2a. Bagian Masukan

Masukan pada umumnya berupa sinyal dari sebuah Sensor atau Tranduser. Yaitu alat yang
dapat merubah besaran fisik menjadi besaran listrik, misalnya tombol tekan, saklar batas,
termistor dan lain-lain.

Jenis- jenis sensor pada sistem elektronika kendali

Secara garis besar sensor sistem elektronik terdiri dari dua jenis yaitu :
• Sensor Analog ialah sensor yang jalur outputnya (keluaran) berupa tegangan, arus atau
hambatan listrik, sehingga pada rangkaian di proses bisa dibangun atau dirakit secara
sederhana.

1|Halaman
Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

• Sensor Digital ialah sensor yang jalur outputnya (keluaran) berupa data digital, sehingga
pada rangkaian di proses menggunakan perangkat elektronika digital. (akan dipelajari
semester depan)

Contoh Sensor Analog


• LDR (Light Dependent Resistor)
Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai
hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya.
Nilai Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya akan
menjadi tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent
Resistor) adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas
cahaya (Kondisi Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.

Sebutan lain untuk LDR (Light Dependent Resistor) adalah Photo Resistor, Photo
Conduction ataupun Photocell.

• Photo Dioda
Photodiode atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Dioda Foto adalah komponen
Elektronika yang dapat mengubah cahaya menjadi arus listrik. Dioda Foto merupakan
komponen aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor dan tergolong dalam keluarga
Dioda. Seperti Dioda pada umumnya, Photodiode atau Dioda Foto ini memiliki dua kaki
terminal yaitu kaki terminal Katoda dan kaki terminal Anoda, namun Dioda Foto memiliki
Lensa dan Filter Optik yang terpasang dipermukaannya sebagai pendeteksi cahaya

Saat Photodiode terkena cahaya, Foton yang merupakan partikel terkecil cahaya akan
menembus lapisan semikonduktor tipe-N dan memasuki lapisan semikonduktor tipe-P.
Foton-foton tersebut kemudian akan bertabrakan dengan elektron-elektron yang terikat
2|Halaman
Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

sehingga elektron tersebut terpisah dari intinya dan menyebabkan terjadinya hole. Elektron
terpisah akibat tabrakan dan berada dekat persimpangan PN (PN junction) akan
menyeberangi persimpangan tersebut ke wilayah semikonduktor tipe-N. Hasilnya, Elektron
akan bertambah di sisi semikonduktor N sedangkan sisi semikonduktor P akan kelebihan
Hole. Pemisahan muatan positif dan negatif ini menyebabkan perbedaan potensial pada
persimpangan PN. Ketika kita hubungkan sebuah beban ataupun kabel ke Katoda (sisi
semikonduktor N) dan Anoda (sisi semikonduktor P), Elektron akan mengalir melalui beban
atau kabel tersebut dari Katoda ke Anoda atau biasanya kita sebut sebagai aliran arus
listrik.

• Sensor Suhu jenis LM35


Sensor suhu IC LM 35 merupkan chip IC produksi Natioanal Semiconductor yang berfungsi
untuk mengetahui temperature suatu objek atau ruangan dalam bentuk besaran elektrik,
atau dapat juga di definisikan sebagai komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah perubahan temperature yang diterima dalam perubahan besaran elektrik.
Sensor suhu IC LM35 dapat mengubah perubahan temperature menjadi perubahan
tegangan pada bagian outputnya. Sensor suhu IC LM35 membutuhkan sumber tegangan
DC +5 volt dan konsumsi arus DC sebesar 60 µA dalam beroperasi. Bentuk fisik sensor
suhu LM 35 merupakan chip IC dengan kemasan yang berfariasi, pada umumnya kemasan
sensor suhu LM35 adalah kemasan TO-92 seperti terlihat pada gambar dibawah.

Sensor suhu IC LM35 memiliki keakuratan tinggi dan mudah dalam perancangan jika
dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, sensor suhu LM35 juga mempunyai keluaran
impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah
dihubungkan dengan rangkaian kontrol khusus serta tidak memerlukan seting tambahan
karena output dari sensor suhu LM35 memiliki karakter yang linier dengan perubahan
10mV/°C. Sensor suhu LM35 memiliki jangkauan pengukuran -55ºC hingga +150ºC
dengan akurasi ±0.5ºC. Tegangan output sensor suhu IC LM35 dapat diformulasikan
sebagai berikut :

Vout = Temperatur (Celcius) x 10mV

3|Halaman
Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

• Termistor
Termistor (Inggris: thermistor) adalah alat atau komponen atau sensor elektronika
yang dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari termistor adalah perubahan
nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau resistance) jika suhu atau
temperatur yang mengenai termistor ini berubah. Termistor ini merupakan
gabungan antara kata termo (suhu) dan resistor (alat pengukur tahanan).
Termistor sering digunakan pada setrika, rice cooker dan Magic com (Pemanas
nasi)

2b. Bagian Proses


Bagian proses merupakan sebuah rangkaian elektronik yang berfungsi untuk mengendalikan
sebuah fungsi yang diinginkan. Berdasarkan sinyal masukan dan di eksekusi di bagian output
(keluaran).
Pada beberapa kasus rangkaian proses (pengendali) bisa sangat rumit, tergantung dari
keinginan seorang perancang ingin mengendalikan seperti apa (bisa melibatkan beberapa
persamaan matematika yang rumit misal : Aljabar, Aritmatika deret, logaritma dan lain-lain.)
Namun pada pembelajaran ini yang akan dibahas adalah rangkaian proses sederhana yang
hanya melibatkan persamaan matematika berupa operasi arimatika.

Operasional Amplifier (Penguat Operasional)


Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah satu dari bentuk
IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari beberapa
Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga
memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi
yang luas. Dalam bahasa Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga
dengan Penguat Operasional.

Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat terdiri dari hanya 1
(satu) rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa rangkaian Op-Amp. Jumlah
rangkaian Op-Amp dalam satu kemasan IC dapat dibedakan menjadi Single Op-Amp, dual
Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada juga IC yang didalamnya terdapat rangkaian Op-Amp
disamping rangkaian utama lainnya.

Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input Inverting dan satu
Input Non-inverting serta memiliki satu Output (keluaran).

4|Halaman
Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

Komponen Op-Amp dipasaran begitu banyak. Untuk pembelajaran ini kita menggunakan jenis
op-amp LM358 dikarenakan harganya murah dan cocok untuk kendali elektronik sederhana.

Jenis Pemakaian Rangkaian Op-Amp sebagai sistem kendali

Pemakaian / aplikasi rangkaian op-amp begitu banyak jenisnya, bisa di browsing internet cari
“aplikasi op-amp” atau “macam-macam rangkaian op-amp” namun yang kita pakai pada
pembelajaran ini ialah ada dua (2) yaitu rangkaian penguat tak pembalik (Non-Inverting) dan
Komparator.

• Penguat Non-Inverting
Penguat Non Inverting amplifier merupakan dimana Input dimasukkan pada input non
inverting sehingga polaritas output akan sama dengan polaritas input tapi memiliki
penguatan yang tergantung dari besarnya Rf (resistor umpan balik) dan Rg (resistor
inputan). Gambar skema rangkaiannya seperti dibawah ini

Dimana :
Vin = Tegangan Masukan
Vout = Tegangan Keluaran
Rg = Resistor Inputan
Rf = Resistor Umpan Balik

Persamaan untuk Vout nya ialah

5|Halaman
Keterampilan Elektronika MAN Kota Palangka Raya

• Komparator (Rangkaian Pembanding)


Komparator membandingkan dua tegangan listrik dan mengubah keluarannya untuk
menunjukkan tegangan mana yang lebih tinggi. di mana Vs adalah tegangan catu daya dan
penguat operasional beroperasi di antara + Vs dan -Vs.). Berikut penggunaan rangkaian
komparator

Cara Kerjanya :
• bila tegangan pada input inverting (V1) lebih positif dari pada input non inverting (V2),
maka outputnya akan sama dengan (-Vs).
• bila tegangan pada input inverting (V1) lebih negatif dari pada input non inverting (V2),
maka outputnya akan sama dengan (+Vs).

Pada bagian 2c.Keluaran / Output akan di bahas pada bab selanjutnya yaitu
“Saklar Elektronik”

6|Halaman

Anda mungkin juga menyukai