Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

LABORATORIUM SISTEM KENDALI KONTINU II


KENDALI PEMANAS ON/OFF

Dosen Pengampu :

Bambang Supriyo, BSEE, M.EngSc, PhD

Disusun Oleh :

1. Arya Mahardhika WH EK-3A 3.32.16.0.03


2. Falah Sakta G EK-3A 3.32.16.0.07
3. Latifah Wijayanti EK-3A 3.32.16.0.12
4. Melianti Dwi S EK-3A 3.32.16.0.13
5. Yayan Yogo Santoso EK-3A 3.32.16.0.23
Tanggal Praktek :

Tanggal Laporan : 24 Desember 2018

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
No. Percobaan :

Judul Percobaan : Kendali Pemanas On/Off

1. Tujuan :
Tujuan dari percobaan ini praktikan dapat :
1. Mengetahui spesifikasi sensor suhu
2. Mengetahui cara kerja pengkondisian sinyal Op-Amp Amplifire
3. Mengetahui cara kerja Op-Amp Comperator
4. Mengatahui grafik kerja sensor suhu dan pemanas udara
2. Dasar Teori :
2.1 Sensor Suhu
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi
besaran tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35
mempunyai perbandingan 100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini
mempunyai pemanasan diri (self heating) kurang dari 0,1°C, dan
dapat dioperasikan dengan menggunakan power supply tunggal
dan dapat dihubungkan antar muka (interface) rangkaian control
yang sangat mudah. IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan
terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output
teganga keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini
berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran
tegangan yang memiliki koefisie sebesar 10 mV /°C yang berarti
bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi
kenaikan tegangan sebesar 10 mV. IC LM 35 ini tidak memerlukan
pengkalibrasian atau penyetelan dari luar karena ketelitiannya
sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperature
ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C. IC
LM35 penggunaannya
dapat dikatakan sangat mudah, dapat dialiri arus sebesar 60 A dari
supplay sehingga panas yang ditimbulkan sendiri sangat rendah
kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.
Gambar 1. Sensor LM 35
Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah :
1) Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
2) Lineritas +10 mV/ º C.
3) Akurasi 0,5 º C pada suhu ruang.
4) Range +2 º C – 150 º C.
5) Dioperasikan pada catu daya 4 V – 30 V.
6) Arus yang mengalir kurang dari 60 μ A
Cara Kerja Sensor LM35
Dalam prakteknya proses antarmuka sensor LM35 dapat dikatakan
sangat mudah. Pada IC sensor LM35 ini terdapat tiga buah pin kaki
yakni Vs, Vout dan pin ground. Dalam pengoperasiannya pin Vs
dihubungkan dengan tegangan sumber sebesar antara 4 – 20 volt
sementara pin Ground dihubungkan dengan ground dan pin Vout
merupakan keluaran yang akan mengalirkan tegangan yang
besarnya akan sesuai dengan suhu yang diterimanya dari sekitar.

Gambar 2. Rangkaian LM 35
Prinsip kerja alat pengukur suhu ini, adalah sensor suhu
difungsikan untuk mengubah besaran suhu menjadi tegangan,
dengan kata lain panas yang ditangkap oleh LM35 sebagai sensor
suhu akan diubah menjadi tegangan. Sedangkan proses berubahnya
panas menjadi tegangan dikarenakan di dalam LM35 ini terdapat
termistor berjenis PTC (Positive Temperature Coefisient), yang
mana termistor inilah yang menangkap adanya perubahan panas.
Prinsip kerja dari PTC ini adalah nilai resistansinya akan
meningkat seiring dengan meningkatnya temperature suhu.
Resistansi yang semakin besar tersebut akan menyebabkan
tegangan output yang dihasilkan semakin besar.
2.2 Penguat Non Inverting

Gambar 3. Penguat Non Inverting


Penguat Tak-Membalik (Non-I nverting Amplifier ) merupakan
penguat sinyal dengan karakteristik dasat sinyal output yang
dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Penguat
tak-membalik (non-inverting amplifier ) dapat dibangun
menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional
memang didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak
membalik. Rangkain penguat tak-membalik ini dapat digunakan
untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang
tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari
rangkaian penguat takmembalik (non-inverting amplifier) berharga
sangat tinggi dengan nilai impedansi sekitar 100 MOhm. Contoh
rangkaian dasar penguat tak-membalik menggunakan
Rangkaian diatas merupakan salah satu contoh penguat tak-
membalik menggunakan operasional amplifier (Op-Amp) tipe 741
dan memnggunakan sumber tegangan DC simetris. Dengan sinyal
input yang diberikan pada terminal input noninverting, maka
besarnya penguatan tegangan rangkaian penguat tak membalik
diatas tergantung pada harga Rin dan Rf yang dipasang. Besarnya
penguatan tegangan output dari rangkaian penguat tak membalik
diatas dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai
berikut.
Apabila besarnya nilai resistor Rf dan Rin rangkaian penguat tak
membalik diatas sama-sama 10KOhm makabesarnya penguatan
tegangan dari rangkaian penguat diatas dapat dihitung secara
matematis sebagai berikut.
Untuk membuktikan bahwa penguat tak-membalik akan
menguatkan sinyal input sebesar 2 kali dengan fasa yang sama
dengan sinyal input. Dapat dibuktikan dengan memberikan sinyal
input berupa sinyal AC ( sinusoidal ) dan mengukurnya
menggunakan oscilocope, dimana sinyal input diukur melalui
chanel 1 osciloscope dan sinyal output diukur dengan chanel 2
osciloscope. Sehingga diperoleh bentuk sinyal output dan sinyal
input penguat tak-membalik (non-inverting amplifier ) seperti pada
gambar berikut.
Bentuk Sinyal Input Dan Output Penguat Tak-Membalik (Non-
Inverting Amplifier)

Gambar 4. Sinyal input output


Pada gambar diatas terlihat rangkaian penguat tak membalik
diberikan input sinyal AC dengan tegangan 1 Vpp. Dari gambar
sinyal input dan output diatas terbukti bahwa rangkaian penguat
tak-membalik (non-inverting amplifier) diatas memiliki output
yang tegangannya 2 (dua) kali lebih besar dari sinyal input dan
memiliki fasa yang sama dengan sinyal input yang diberikan ke
rangkaian penguat tak-membalik (noninverting amplifier ) tersebut.
2.3 Komperator Inverting

Gambar 4. Komperator Inverting


Komparator adalah sebuah rangkaian elektronik yang berfungsi
untuk membandingkan sebuah sinyal masukan dengan tegangan
referensi (Vref). Asumsikan sebuah garis bilangan, dimana ada nol,
anggaplah sebagai tegangan referensi atau threshold atau pembatas,
jika ada bilangan yang lebih besar dari nol, maka bilangan itu
disebut bilangan positif, tetapi sebaliknya, jika ada bilangan
dibawah nol, maka disebut bilangan negatif. Pada komparator,
threshold berfungsi membandingkan sebuah sinyal input,
sedangkan outputnya akan memiliki dua kondisi yang berbeda,
yaitu low atau high tergantung rancangan dan konfigurasi dari
rangkaian op-amp yang digunakan. Ilustrasi sebuah rangkaian
komparator seperti terdapat pada gambar berikut.Vref atau
threshold biasanya dihitunh dari : Vref = V Sumber / 2 ; sehingga
jika Vsumber = 5 volt maka Vref = ± 2,5 volt.
Mode Inverting
a. Sinyal input (Vin) masuk ke pin positif (+) dari op-amp,
dan tegangan referensi (Vref) masuk ke pin negative (-).
b. Jika sinyal input melewati/di atas threshold (Vin > Vref),
maka output akan berlogika low, dan jika sinyal input di
bawah threshold (Vin < Vref), maka output berlogika high.
2.4 Transistor sebagai Saklar
Pada rangkaian elektronika, transistor sering difungsikan sebagai
penguat, sakelar ( switching ), dan sebagai stabilisasi tegangan
(voltage). Ketika transisitor difungsikan sebagai sakelar, transistor
tersebut dioperasikan pada situasi saturasi atau situasi titik sumbat
(cut off ), bukan dioperasikan di sepanjang garis beban. Apabila
transistor berada dalam situasi saturasi, maka transistor tersebut
seperti sakelar dalam situasi tertutup, sehingga arus akan mengalir
dari kolektor ke emiter. Apabila transistor berada dalam situasi
terhalang (cut off ), maka transistor tersebut seperti sakelar
terbuka, sehingga arus tidak akan mengalir dari kolektor ke emiter.
Tetapi perlu diketahui bahwa arus basis merupakan arus yang
mengontrol transistor, tanpa adanya arus basis atau arus basis sama
dengan nol. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar rangkaian
sederhana berikut.

Gambar 5. Rangakain transistor sebagai saklar


2.5 SSR
Solid state relay adalah relay yang elektronik, yaitu relay yang
tidak menggunakan kontaktor mekanik. Solid state relay
menggunakan kontaktor berupa komponen aktif seperti TRIAC,
sehingga solid state relay dapat dikendalikan dengan tegangan
rendah dan dan dapat digunakan untuk mengendalikan tegangan
AC dengan voltase besar. Baik relay kontaktor biasa maupun solid
state relay (SSR) mempunyai keuntungan dan kerugian. Baik
keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’ yang
harus dipilih bagi disainer sistem kontrol.

Gambar 6. SSR
Penggunaan solid state relay mempunyai beberapa keuntungan
yang menyebabkan solid-state relay saat ini menarik untuk
digunakan pada aplikasi-aplikasi kontrol untuk beban AC daripada
digunakannya relay mekanik (Electromechanical Relay, EMR),
walaupun biaya sebuah solid-state relay lebih mahal daripada biaya
sebuah relay mekanik biasa.

3. Alat dan Bahan :


1. Multimeter : 1 buah
2. Probe : 10 buah
3. Projecy Board : 1 buah
4. IC CA3140 : 2 buah
5. Resisor 10k : 2 buah
6. Resisor 1k : 5 buah
7. Resistor Variabel 50 k : 1 buah
8. Kapasitor 100uF : 3 buah
9. Dioda Zener 5V1 : 1 buah
10. Dioda 1N4002 : 1 buah
11. Transistor BD139 : 1 buah
12. LED : 1 buah
13. LM 35 : 1 buah
14. SSR : 1 buah
15. Pemanas : 1 buah
16. Kipas DC : 1 buah
17. Relay : 1 buah
18. Arduino UNO : 1 buah
19. Laptop : 1 buah
20. Sumber Tegangan AC dan DC : 1 buah
21. Kabel jumper : secukupnya
4. Pelaksanaan Percobaan :
4.1. Gambar Rangkaian :

Gambar 7. Gambar Rangkaian


4.2. Cara Kerja Rangkaian :
Sensor suhu LM35 memiliki spesifikasi 10mV/ ̊ C artinya setiap
perubahan 1 ̊ C, tegangan yang dihasilkan oleh sensor suhu sebesar
10mV. Perubahan tegangan yang sangat kecil ini kemudian
dikuatkan sebesar 5x menggunakan Op-Amp Amplifier untuk
mempermudah dalam permbacaan tegangan dan proses comparasi.
Penguatan diperoleh dari perbandingan nilai resistor yaitu:
Tegangan yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan Vref
sesuai Set Point yang diinginkan. Vref diperoleh dari :
Berikut tabel set point dan Vref :

Set Poin Vos (v)


40 2
50 2,5
60 3
70 3,5
80 4

Saat kondisi suhu dibawah Set Point, pemanas akan ON dan kipas
akan Off
Saat kondisi suhu diatas atau sama dengan Set Point, pemanas akan
OFF dan kipas akan ON.
4.3. Langkah Percobaan :
1. Merangkai komponen sesuai gambar rangkaian.
2. Menghubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
3. Mengukur tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian penguat
pada suhu ruangan 30 ̊ C. Jika tegangan yang dihasilkan
sebesar 1,5V maka rangkaian penguat sesuai dan bekerja
dengan baik.
4. Mengatur Set Point pada suhu 40 ̊ C dengan Vref = 2V.
5. Mengamati gelombang yang dihasilkan pada oscilloscope.
6. Melakukan langkah percobaan ke 4 dan 5 dengan Set Point 50 ̊
C, 60 ̊ C dan 70 ̊ C.
5. Hasil Percobaan:

SP (°c) Vos (v)


40 2

Vout
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1329
167
250
333
416
499
582
665
748
831
914
997
1080
1163
1246

1412
1495
1578
1661
1
84
10
20
30
40
50
60
70
34
36
38
40
42
44
46
48

0
Axis Title

SP (°c)
1 1

0
1
2
3
4
50
160 1 162
319 110 323
478 219 484

Vos (v)
637 328 645

2,5
796 437 806
955 546 967
1114 655 1128
1273 764 1289

Vout
1432 873 1450
1591 982 1611
1091 1772
1200
1309
1418
1527
1636

temp_SP
temp_TA
temp sp
temp TA
0
1
3
4

50
52
54
56
58
60
62
64
1
1
SP (°c)

SP (°c)
85
60

91

70
181 169
271 253
361 337
Vos (v)

Vos (v)
3

451 421

3,5
541 505
631 589
721 673
811 757
901 841
Vout

991 925
1081 1009
1171 1093
1177
Vout

temp SP
temp TA
60
62
64
66
68
70
72

0.5
1.5
2.5
3.5
0.5
1.5
3.5

0
1
2
3
4
0
1
2
3
4

2.5

SP (°c)
1 1 1

80
168 114 106
335 227 211
502 340 316

Vos (v)
669 453 421

4
836 566 526
1003 679 631
1170 792 736
1337 905 841
1504 1018 946
1671 1131
Vout

Vout
1051
1838 1244 1156
2005 1357 1261
2172 1470 1366
2339 1471

Vout
temp SP
Vout

temp TA
84
82
80
78
76
temp TA
74
72 temp SP
70
68
66
335
168

502
669
836
1003
1170
1337
1504
1671
1838
2005
2172
2339
1

\
6. Pembahasan:
Berdasarkan hasil yang diperoleh, gelombang menunjukkan kendali ON-
OFF pemanas dan kipas. Saat gelombang berada dibawah set point,
pemanas akan ON dan kipas akan OFF. Saat gelombang berada diatas atau
sama dengan set point, pemanas akan OFF dan kipas angin akan ON.
Sedangkan waktu yang diperoleh adalah linier. Dengan menggunakan
kendali ON-OFF maka akan sulit untuk mendapatkan tegangan yang
sesuai dengan set point.
7. Kesimpulan :
1. Penguatan diperoleh dari perbandingan R2 dan R1.
2. Penguatan diperlukan untuk mempermudah pembacaan dan proses
comparasi.
3. Untuk menghasilkan kendali ON/OFF digunakan Op Amp sebagai
comparator.
4. Kipas digunakan sebagai penstabil suhu sehingga suhu tetap berada di
sekitar set point
DAFTAR PUSTAKA

http://kl801.ilearning.me/2015/05/21/penjelasan-tentang-lm35/

http://elektronika-dasar.web.id/transistor-sebagai-saklar/

https://depokinstruments.com/2016/03/01/op-amp-non-inverting-amplifier/

Anda mungkin juga menyukai