Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KENDALI BERBASIS KOMPUTER I

KONTROL ON OFF PADA PEMANAS UDARA

Dosen Pengampu:
Bambang Supriyo, BSEE,MEngSc,PhD

Disusun Oleh:

1. Andi Lorenza J.P. EK-3D (3.32.17.3.02)


2. Arif Kusuma EK-3D (3.32.17.3.04)
3. Ramahadia Yoviyanto EK-3D (3.32.17.3.16)
4. Widia Pangestika EK-3D (3.32.17.3.21)

Tanggal Praktek : 16 September 2019


Tanggal Laporan : 9 Januari 2020

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2020
FOTO NAMA NIM

Andi Lorenza Johan Prayogi 3.32.17.3.02

Arif Kusuma 3.32.17.3.04

Ramahadia Yoviyanto 3.32.17.3.16

Widia Pangestika 3.32.17.3.21


No. Percobaan :2
Judul Percobaan : Kontrol On Off pada Pemanas Udara

1. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu
1. Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis cara kerja kontrol on off pada
pemanas udara.
2. Memahami cara kerja dan prinsip kerja penguat Op-Amp

2. Dasar Teori
1.1 Arduino UNO

Gambar 2.1 Arduino Uno

Pada praktek percobaan ini Arduino sebagai pemroses dan pin-pin yang
digunakan pada Arduino UNO untuk pembacaan tegangan. Arduino Uno
adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328 (datasheet). Memiliki 14
pin input dari output digital dimana 6 pin input tersebut dapat digunakan
sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal,
koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk
mendukung mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya
menghubungkan Board Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan
kabel USB atau listrik dengan AC yang ke adaptor DC atau baterai untuk
menjalankannya.

1.2 Sensor Suhu LM35


Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran
tegangan. Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan
100°C setara dengan 1 volt. Sensor ini berfungsi sebagai pegubah dari
besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10
mV /°C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1° C maka akan terjadi kenaikan
tegangan sebesar 10 mV.

Gambar IC LM35

Adapun keistimewaan dari IC LM 35 adalah :


a. Kalibrasi dalam satuan derajat celcius.
b. Lineritas +10 mV/ º C.
c. Akurasi 0,5 º C pada suhu ruang.
d. Range +2 º C – 150 º C.
e. Dioperasikan pada catu daya 4 V – 30 V.
f. Arus yang mengalir kurang dari 60 μ A.
Sensor LM35 memiliki tiga buah pin kaki yaitu Vs, Vout dan pin ground
yang dalam pengoperasiannya pin Vs dihubungkan dengan tegangan sumber
sebesar antara 4 – 20 volt sementara pin Ground dihubungkan dengan
ground dan pin Vout merupakan keluaran yang akan mengalirkan tegangan
yang besarnya akan sesuai dengan suhu yang diterimanya dari sekitar.
Prinsip kerja alat pengukur suhu ini, adalah sensor suhu difungsikan untuk
mengubah besaran suhu menjadi tegangan, dengan kata lain panas yang
ditangkap oleh LM35 sebagai sensor suhu akan diubah menjadi tegangan.
Sedangkan proses berubahnya panas menjadi tegangan dikarenakan di
dalam LM35 ini terdapat termistor berjenis PTC (Positive Temperature
Coefisient), yang mana termistor inilah yang menangkap adanya perubahan
panas.

1.3 Penguat non Inverting


Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat
sinyal dengan karakteristik dasat sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa
yang sama dengan sinyal input. Op-Amp Amplifier untuk mempermudah
dalam permbacaan tegangan dan proses comparasi. Penguatan diperoleh
dari perbandingan nilai resistor yaitu:
R2
A=1+
R1
40 K
¿ 1+
10 K
¿5 x
Tegangan yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan Vref sesuai Set
Point yang diinginkan. Vref diperoleh dari :
Vref =Vs x 5
1.4 SSR
Solid state relay adalah relay yang elektronik, yaitu relay yang tidak
menggunakan kontaktor mekanik. Solid state relay menggunakan kontaktor
berupa komponen aktif seperti TRIAC, sehingga solid state relay dapat
dikendalikan dengan tegangan rendah dan dan dapat digunakan untuk
mengendalikan tegangan AC dengan voltase besar. Baik relay kontaktor
biasa maupun solid state relay (SSR) mempunyai keuntungan dan kerugian. 
Baik keuntungan maupun kerugian tersebut merupakan ‘trade-off’ yang
harus dipilih bagi disainer sistem kontrol.

Gambar Solid State Relay


Gambar Diagram Blok Solid State Relay (SSR)
Penggunaan solid state relay mempunyai beberapa keuntungan yang
menyebabkan solid-state relay saat ini menarik untuk digunakan pada
aplikasi-aplikasi kontrol untuk beban AC daripada digunakannya relay
mekanik (Electromechanical Relay, EMR), walaupun biaya sebuah solid-
state relay lebih mahal daripada biaya sebuah relay mekanik biasa.

3. Alat dan Bahan

1. AVO Meter : 1 buah


2. Project Board : 1 buah
3. IC CA3140 : 1 buah
4. Resistor 1 k : 1 buah
5. Resistor 10k : 1 buah
6. Kapasitor 100 uF : 1 buah
7. LM 35 : 1 buah
8. SSR : 1 buah
9. Pemanas / Hair Dryer : 1 buah
10. Kipas DC 12V : 1 buah
11. Arduino Uno R3 : 1 buah
12. Komputer/Laptop : 1 buah
13. Sumber Tegangan AC dan DC : 1 buah
14. Kabel Jumper : Secukupnya

4. Pelaksanaan Percobaan
4.1 Gambar Rangkaian
Gambar 4.1 Rangkaian Kendali On/Off Pemanas Udara
4.2 Cara Kerja Rangkaian
Sensor suhu LM35 memiliki spesifikasi 10mV/ ̊C artinya setiap perubahan 1 ̊C,
tegangan yang dihasilkan oleh sensor suhu sebesar 10mV. Perubahan tegangan
yang sangat kecil ini kemudian dikuatkan sebesar 5x menggunakan Op-Amp
Amplifier. Arduino berfungsi sebagai pemroses dari sensor yang kemudian
dikendalikan menggunakan komputer dengan software matlab/ simulink. SSR
sebagai digunakan sebagai saklar saat kondisi pemanasan maupun pendinginan.
4.3 Langkah Percobaan
1. Merangkai komponen sesuai pada gambar rangkaian.
2. Mengubungkan Arduino dengan rangkaian
3. Menghubungkan rangkaian pada sumber tegangan.
4. Ukurlah tegangan yang dihasilkan oleh rangkaian penguat pada suhu
ruangan 30 ̊ menggunakan alat ukur tegangan dan pemantauan melalui
Matlab C. Jika tegangan yang dihasilkan sebesar 1,5V maka rangkaian
penguat sesuai dan bekerja dengan baik.
5. Atur Set Point pada suhu 50 ̊C dengan Vref = 50 pada matlab
6. Amati gelombang yang dihasilkan pada oscilloscope.
7. Ulangi langkah percobaan ke 4 dan 5 dengan Set Point 60 ̊C dan 70 ̊C.
8.

4.4 Program Matlab


Gambar 4.2 Program Rangkaian Kontrol On Off Pemanas Udara

5. Hasil Percobaan

Temperatur 50◦C
60

50

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120

Tsp Ta

Gambar 5.1 Gelombang kendali pemanas setting temperatur 50°C


Temperatur 60◦C
70

60

50

40

30

20

10

0
0 20 40 60 80 100 120

Tsp Ta

Gambar 5.2 Gelombang kendali pemanas setting temperatur 60°C

Temperatur 70◦C
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 20 40 60 80 100 120

Tsp Ta

Gambar 5.2 Gelombang kendali pemanas setting temperatur 70°C

6. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, gelombang menunjukkan kendali ON-OFF
pemanas dan di dinginkan oleh kipas 12 volt. Pemanas mengalami dua kondisi yaitu
pemanasan dan pendinginan, pemanasan ketika ON dan pendinginan ketika OFF.
Kondisi tersebut dapat dilihat dari hasil grafik SP (Setting Point). Pada grafik, garis
linier lurus menandakan nilai SP yang tetap. Saat grafik aktual berada di atas SP
menandakan proses pendinginan, sedangkan ketika grafik berada di bawah SP
mengalami proses pemanasan. Grafik dimulai dari 35˚ sesuai dari temperatur awal.
Dari grafik tersebut dapat dilihat bentuk dari grafik di mana puncak gelombang di
atas nilai SP lebih besar daripada puncak gelombang di bawah SP, menandakan
bahwa proses pemanasan terjadi lebih cepat daripada proses pendinginan. Hal
tersebut bisa terjadi karena kipas yang berfungsi sebagai pendingin kurang dapat
bekerja secara stabil ataupun akurat, dan jarak kipas terhadap pemanas juga dapat
mempengaruhi proses pendinginan. Pemanasan di SP 70 lama karena menunggu
dari sensor mendapatkan pemanasan dari hair dryer.

7. Kesimpulan
Dari percobaan praktikum kendali pemanas on/off ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemanas mengalami dua kondisi yaitu pemanasan dan pendinginan.
2. Grafik lurus pada SP menandakan nilai tetap.
3. Pada grafik aktual pemanasan akan terjadi lebih cepat daripada pendinginan.
4. Perbedaan lama waktu pemanasan dan pendinginan dapat dipengaruhi dari
posisi kipas saat mendinginkan pemanas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Syaifi. (2017). Elektronika Dasar. Jakarta: Direktorat Pembinaan


Sekolah Menengah Kejuruan

Evasari. (2017). Teknik Elektronika Dasar-dasar Listrik Dan Elektronika. Jakarta:


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Widodo, Sri, Thomas. (2002). Elektronika Dasar. Salemba Teknika

Anda mungkin juga menyukai