Dosen Pengampu:
Bambang Supriyo, BSEE,MEngSc,PhD
Disusun Oleh:
1. Tujuan
Tujuan dari percobaan ini, mahasiswa dapat:
1. Mahasiswa dapat merancang kendali proporsional, kendali derivative dan kendali
integratif pada rangkaian kendali temperatur udara.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara kerja kendali proporsional, kendali
derivative dan kendali integratif pada rangkaian kendali temperatur udara.
3. Mahasiswa dapat membuat program arduino IDE untuk menjalankan percobaan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh Kp (Konstanta Proporsional), Kd (Konstanta
Derivative) dan Ki (Konstanta Integratif) terhadap tegangan output rangkaian kendali
temperatur udara.
2. Dasar Teori
2.1. Sensor Suhu LM35
Sensor LM35 bekerja dengan mengubah besaran suhu menjadi besaran tegangan.
Tegangan ideal yang keluar dari LM35 mempunyai perbandingan 100°C setara dengan 1
volt. Sensor ini mempunyai pemanasan diri (self-heating) kurang dari 0,1°C dan dapat
dioperasikan dengan menggunakan power supply tunggal. IC LM 35 sebagai sensor suhu
yang dikemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan sangat linear
terhadap perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke
besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti setiap
kenaikan suhu sebesar 1°C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV. IC
LM35 tidak memerlukan pengkalibrasian dari luar karena ketelitiannya sampai lebih
kurang seperempat derajat celcius pada temperatur ruang. Sensor ini dapat mengukur
suhu mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C. Dalam pengaplikasiannya IC LM35 dapat
dialiri arus sebesar 60 A dari supply sehingga panas yang ditimbulkan sangat rendah dan
kurang dari 0 ° C pada suhu ruangan.
4. Pelaksanaan Percobaan
4.1. Gambar Rangkaian
4.2. Cara Kerja Rangkaian
Pada rangkaian percobaan kendali P pada temperature udara ini, masukan Vin+ OpAmp
didapat dari nilai pembacaan tegangan LM35 sebesar 0.3V. Kemudian dikuatkan 5x
sehingga didapatkan tegangan output OpAmp sebesar 1.5V. Komparator OpAmp
CA3140 kedua menghasilkan gelombang luaran persegi menggunakan input dari penguat
inverting. Komparator Op Amp membandingkan tegangan pada dua input dan
menghasilkan output tergantung dari nilai referensi, Vref. Rangkaian komparator diatas
sebagai Schmitt Trigger yang menggunakan umpan balik positif yang diberikan oleh
resistor. Ketika nilai Ta masih dibawah SP, maka OpAmp akan memberi tegangan pada
transistor 1. Setelah itu menuju transistor 2 kemudian masuk ke masukan pemanas dan
pemanas akan menyala. Pemberian kendali proporsional (Kp) berpengaruh pada tegangan
output pemanas untuk meraih nilai set point dan mengurangi osilasi pada grafik walaupun
masih terdapat overshoot. Kemudian mengatur atau menambahkan konstanta derivative
(Kd) yang berpengaruh untuk menghilangkan overshoot yang ada. Selanjutnya, mengatur
atau menambahkan konstanta integratif (Ki) berpengaruh untuk menghilangkan nilai
steady state error.
1. #include<TimerOne.h>
2. int des;
3.
4. float t, Ta, e, Op, PWM;
5. float e0, Od, Opd, de, ie, Opid, Oi;
6. float Kd = 40;
7. float Ki = 0.08;
8. float sp;
9. float kp = 4;
10.
11. void setup() {
12. // put your setup code here, to run once:
13. Serial.begin(9600);
14. pinMode (3,OUTPUT);
15. Serial.print("t");
16. Serial.print("\t");
17. Serial.print("SP");
18. Serial.print("\t");
19. Serial.print("Kp");
20. Serial.print("\t");
21. Serial.print("PWM");
22. Serial.println();
23. Timer1.initialize(100000);
24. Timer1.attachInterrupt (FProses);
25. t=0;
26. e0=0;
27. ie=0;
28. }
29.
30. void FProses ()
31. {
32. des = analogRead (A0);
33. Ta = des*(5.0/1023.0)*20;
34. e = sp - Ta;
35. de = e-e0;
36. ie = ie+e;
37. e0 = e;
38. Op = e*kp;
39. Od = de*Kd;
40. Oi = Ki*ie;
41. Opid= Op+Od+Oi;
42. // Opd = Op+Od;
43. if (Opid> 255)
44. { PWM = 255;}
45. else if (Opid<0)
46. { PWM = 0;}
47. else
48. { PWM = Opid;}
49. // if(Opd> 255)
50. // { PWM = 255; }
51. // else if (Opd < 0)
52. // { PWM = 0;}
53. // else
54. // { PWM = Opd;}
55. analogWrite(3, PWM);
56. Serial.print(t);
57. Serial.print("\t");
58. Serial.print(sp);
59. Serial.print("\t");
60. Serial.print(Ta);
61. Serial.print("\t");
62. Serial.print(PWM);
63. Serial.println();
64. t=t+0.1;
65. }
66.
67. void loop()
68. {if(t<1){
69. sp=0;
70. }
71. else{
72. sp=60;
73. }
74. if(t>100){
75. noInterrupts();
76. analogWrite(3,0);
77. }
78. }
5. Hasil Percobaan
5.1. Kendali PID dengan Set Point 60°C
a.) Tabel hasil percobaan Kp = 5, Kd = 50 dan Ki = 0.03
Tabel 5. 1 Tabel kendali PID dengan sp 60°C (Kp=5, Kd=50 dan Ki=0.03)
b.) Grafik hasil percobaan
1.) Grafik Kp = 4 dengan Set Point 60°C
5.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dari nilai Kp, Kd dan Ki yang telah ditentukan dan
nilai SP yaitu 60°C. Nilai Kp yang diperoleh merupakan Kp untuk mencapai set point
dengan cepat dan terjadi overshoot kemudian stabil pada nilai Ta tertentu. Nilai Kd dan
Ki didapat dari mencari secara manual atau mencoba beberapa nilai yang pas untuk
menjadi Kd dan Ki. Nilai Kd digunakan untuk menghilangkan overshoot yang masih ada.
Sedangkan, nilai Ki digunakan untuk menghilangkan nilai steady state error yang ada.
Pada grafik SP 60°C, menggunakan nilai Kp yaitu 5. Pada grafik dapat dilihat jika Ta
menunjukkan grafik ideal dimana terjadi 1 kali overshoot mendekati nilai SP dan tidak
terjadi osilasi dengan Ta stabil dibawah nilai SP yaitu sebesar 53,18. Kemudian,
memberikan nilai Kd yaitu 50 sehingga grafik sudah tidak terjadi overshoot dan tidak ada
osilasi sama sekali namun Ta tetap tidak dapat mencapai SP. Nilai steady state yang
diperoleh stabil dibawah nilai SP yaitu sebesar 51,71. Didapatkan nilai steady state error
sebesar 9,29. Selanjutnya diberikan nilai Ki yaitu 0.03 untuk menghilangkan nilai steady
state error sehingga grafik Ta yang diperoleh stabil pada nilai SP.
6. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Kendali P digunakan untuk mengurangi osilasi pada grafik sehingga mendekati nilai
Set Point walaupun masih terdapat overshoot. Kendali D digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan overshoot pada grafik. Kendali PID digunakan untuk
memperbaiki grafik sehingga tidak ada nilai steady state error.
2. Nilai steady state error terdapat pada grafik Kd sebesar 9,29 sedangkan setelah
diberikan nilai Ki maka sudah tidak ada lagi nilai steady state error.
3. Semakin besar nilai Kp maka akan tetap terjadi osilasi. Semakin besar nilai Kd maka
grafik akan semakin jauh dari nilai SP. Kecilnya nilai Ki akan membuat waktu yang
diperlukan untuk mencapai steady state lebih lama. Namun sebaliknya, besarnya nilai
Ki akan membuat overshoot pada grafik.
DAFTAR PUSTAKA
Evasari. (2017). Teknik Elektronika Dasar-dasar Listrik dan Elektronika. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.