Disusun oleh
Penulis,
Mengetahui, Menyetujui,
Kaprodi Teknik Elektronika Dosen Pembimbing
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Penulis,
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Bidang Observasi Pembimbing Lapangan
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Atas rahmat
serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini yang disusun
berdasarkan hasil praktek kerja di BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang
tanggal 1 September 2021 sampai 30 September 2021. Laporan ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Studi DIII-Teknik Elektronika
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu kegiatan ini, khususnya kepada:
1. Kedua orang tua beserta keluarga yang telah memberikan doa serta dukungan
untuk penulis dalam menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini
2. Bapak Prof. Dr. Totok Prasetyo, B.Eng, M.T., IPU selaku Direktur Politeknik
Negeri Semarang
3. Bapak Yuznan Badruzzaman, S.T., M.Eng selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro
4. Bapak Ilham Sayekti, S.T., M.Kom selaku Ketua Program Studi DIII-Teknik
Elektronika
5. Ibu Iswanti, S.Si., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Praktik Kerja Lapangan
6. Bapak R. Teguh Prayitno, S.Kom selaku Koordinator Bidang Observasi
BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang
7. Ibu Noris Mestika, S.Si selaku Pembimbing Lapangan
8. Serta rekan-rekan dari Politeknik Negeri Semarang maupun BMKG Stasiun
Klimatologi Klas I Semarang
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
v
2.9. Peralatan Otomatis di Instansi ..................................................................... 11
BAB V PENUTUP................................................................................................ 34
LAMPIRAN .......................................................................................................... 36
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Logo BMKG ...................................................................................... 4
Gambar 2. 2 Denah Gedung BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang .......... 9
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang . 11
Gambar 2. 4 Automatic Weather Station .............................................................. 12
Gambar 2. 5 Automatic Rain Water Sampler ....................................................... 13
Gambar 2. 6 Automatic Solar Radiation System .................................................. 13
Gambar 2. 7 Iklim Mikro ...................................................................................... 14
Gambar 2. 8 Automatic Rain Gauge ..................................................................... 15
Gambar 2. 9 Soil Moisture Sensor ........................................................................ 15
Gambar 4. 1 Sensor GP2Y10 ................................................................................ 20
Gambar 4. 2 LCD I2C ........................................................................................... 20
Gambar 4. 3 Modul ESP8266 ............................................................................... 21
Gambar 4. 4 Multiplexer 74HC4067 .................................................................... 22
Gambar 4. 5 Metode perancangan alat .................................................................. 23
Gambar 4. 6 Diagram blok sistem ........................................................................ 23
Gambar 4. 7 Diagram sistem kerja........................................................................ 24
Gambar 4. 8 Wiring Sistem................................................................................... 28
Gambar 4. 9 Tampilan pada LCD I2C .................................................................. 29
Gambar 4. 10 Tampilan Thingspeak Android....................................................... 30
Gambar 4. 11 Tampilan monitoring data grafik web Thingspeak ........................ 30
Gambar 4. 12 Tampilan monitoring data angka web Thingspeak ........................ 30
Gambar 4. 13 Tampilan uji coba alat .................................................................... 31
Gambar 4. 14 High Volume Sampler.................................................................... 33
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ............................................ 17
Tabel 4. 1 Alat dan Bahan ..................................................................................... 22
Tabel 4. 2 Kadar Debu di BMKG ......................................................................... 31
Tabel 4. 3 Kadar Debu di Tembalang ................................................................... 31
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Revolusi masa depan yang menjanjikan efisiensi lebih besar dan layanan yang lebih
murah, namun juga mengarahkan pada hilangnya pekerjaan secara besar - besaran.
Fenomena ini sudah mulai terlihat dimana segala sesuatu serba menggunakan
teknologi, mesin, dan robot.
Berdasarkan hal diatas tersebut, saat ini banyak perusahaan yang memanfaatkan
teknologi-teknologi canggih demi kelancaran dan perkembangan perusahaan.
Politeknik Negeri Semarang sebagai lembaga pendidikan berupaya menghasilkan
sumber daya manusia yang kompeten dan mengikuti perkembangan teknologi
sesuai dengan bidangnya. Oleh karena itu, Politeknik Negeri Semarang mewajibkan
seluruh mahasiswanya untuk melakasanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) supaya
dapat menerapkan ilmu yang di dapat dalam perkuliahan di dunia kerja secara
nyata. Pada kesempatan PKL yang dilaksanakan pada tanggal 1 September 2021
sampai dengan 30 September 2021, penulis memilih tempat di BMKG Stasiun
Klimatologi Klas I Semarang.
1
BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang merupakan salah satu instansi
pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan jasa di bidang meteorologi,
klimatologi dan geofisika. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut, BMKG
melakukan pengamatan unsur-unsur cuaca baik secara manual maupun
menggunakan peralatan yang otomatis.
Pada penulisan laporan ini mengkaji tentang pemantau kualitas udara dengan
menggunakan thingspeak sebagai platform IoT (Internet of Things). Pada keadaan
lapangan mengetahui tingkat kualitas udara sangat diperlukan, terlebih di daerah
perkotaan yang banyak kendaraan bermotor. Thingspeak merupakan server yang
menyimpan project kontrol dan memonitoring sebuah alat serta mendukung untuk
koneksi dengan berbagai jenis mikrokontroler.
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
2
4. Mahasiswa memperoleh ilmu pengetahuan tambahan yang tidak diperoleh di
bangku perkuliahan.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1. Sejarah Instansi
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia
Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan
di Jawa. Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari
Jakarta ke Bogor. Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan
pemasangan komponen horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan
pemasangan komponen vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama
instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho. Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah
4
menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan
Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh
Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche
Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang
dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia, kedudukan instansi tersebut di
Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia dari
Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan
Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai
anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau
WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent
Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi
Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada
tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di
bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika,
kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.Pada tahun 1972,
Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi
dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen
Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi
setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan
kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan. Pada tahun 2002,
dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya
diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap
Badan Meteorologi dan Geofisika.
5
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi
dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen.Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan
oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.
Mewujudkan BMKG yang handal, tanggap dan mampu dalam rangka mendukung
keselamatan masyarakat serta keberhasilan pembangunan nasional, dan berperan
aktif di tingkat Internasional. Terminologi di dalam visi tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Dalam rangka mewujudkan Visi BMKG, maka diperlukan visi yang jelas yaitu
berupa langkah-langkah BMKG untuk mewujudkan Misi yang telah ditetapkan
yaitu:
6
3. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan internasional di Bidang meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
Secara lebih rinci, maksud dari pernyataan misi di atas adalah sebagai berikut :
7
2.3.2 Fungsi Instansi
8
15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan
BMKG.
16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
BMKG.
17. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG.
18. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi,
klimatologi, dan geofisika.
BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang berlokasi di Jalan Siliwangi No. 291
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi instansi ini sangat strategis, karena
berada di jalan pantura. Lokasi instansi yang berada di kawasan yang dekat dengan
Pangkalan Udara Utama TNI Angkatan Darat (Lanumad) sangat menguntungkan,
karena memiliki tanah yang lapang sehingga tidak terhalang oleh bangunan-
bangunan yang tinggi saat mengamati dan mengumpulkan data meteorologi,
klimatologi, kualitas udara dan geofisika.
9
Keterangan:
1. Pos Satpam
2. Koperasi
3. Gudang
4. Gudang
5. Ruang Cirrus
6. Gedung Data dan Informasi
7. Mushola
8. Kamar Mandi
9. Ruang Observasi
10. Bengkel Teknisi
11. Ruang Peramatan
12. Ruang Pengamatan
13. Dapur
14. Kamar Mandi
15. Ruang Tata Usaha
16. Tempat Parkir
17. Taman Alat
10
2.8. Struktur Organisasi Instansi
11
Gambar 2. 4 Automatic Weather Station
Automatic Rain Weather Sampler adalah alat untuk mengukur kandungan kimia air
hujan. Alat ini dilengkapi oleh sensor air hujan untuk membuka naungan yang
menutupi wadah penampung hujan. Penutup ini untuk menghindari evaporasi dan
menghindari hewan masuk kedalam air.
12
Gambar 2. 5 Automatic Rain Water Sampler
Automatic Solar Radiation System adalah alat untuk mengukur radiasi matahari.
Alat ini memiliki sensor sun trecker yang akan mengikuti arah matahari. Alat ini
akan mengukur langsung radiasi yang dihasilkan oleh sinar matahari tanpa
terhalang awan. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor penangkap sinar pantulan.
4. Iklim Mikro
Iklim mikro merupakan iklim di lapisan udara dekat permukaan bumi dengan
ketinggian 4meter, 7meter, 10meter, dimana ditempat pengamatan pergerakan
udarannya lebih besar. Yang diukur oleh iklim mikro meliputi,
suhu,kelembapan,dan kecepaatan angin. Pada masing-masing ketinggian terdapat
wind vane anemometer.
13
Gambar 2. 7 Iklim Mikro
Penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge (ARG) adalah peralatan yang
digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu
secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Komponen
ARG ada dua yaitu Badan ARG yang berfungsi untuk menampung dan mengukur
curah hujan, serta Logger ARG yang berfungsi untuk menghitung dan mencatat
data curah hujan.
14
Gambar 2. 8 Automatic Rain Gauge
15
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan praktik kerja lapangan dimulai dari tanggal 1 September 2021 hingga
30 September 2021 di BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang. Pelaksanaan
praktik kerja lapangan pada hari Selasa, Rabu, Jumat dimulai pukul 08.00 WIB
hingga 12.00 WIB.
Pada awal kegiatan praktik kerja lapangan di BMKG Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang, penulis memperkenalkan diri kepada beberapa staf yang berada pada
bidang dimana penulis ditempatkan untuk melakukan praktik kerja lapangan.
Kegiatan ini termasuk pengenalan terhadap suasana dan lingkungan kerja pada
lokasi praktik kerja lapangan.
Setelah tahap pengenalan diri dan adaptasi dengan suasana lingkungan kerja,
penulis diberikan materi oleh pembimbing sebagai penunjang pemahaman terhadap
segala hal yang berada di BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Semarang termasuk
alat-alat klimatologi. Materi yang diberikan oleh pembimbing adalah materi
mengenai apa saja yang terdapat pada alat-alat klimatologi dan bagaimana cara
kerja alat tersebut.
1. Observasi
16
Metode untuk mendapatkan data dengan cara melihat langsung atau mengadakan
pengamatan secara langsung di lapangan yang berhubungan dengan high volume
sampler.
2. Praktikum
Metode untuk mendapatkan data dengan cara mempraktekkan langsung pada objek
yang dipelajari di bawah pengawasan dan bimbingan dari pembimbing lapangan
atau seseorang yang berwenang. Praktik yang dilakukan yaitu langkah-langkah
dalam hal mengoprasikan alat high volume sampler, menganalisa dan mempelajari
kekurangan sistem kemudian dibuat sistem yang otomatisnya.
3. Interview
4. Studi Pustaka/Literatur
Metode pengambilan data atau informasi yang diperoleh dengan cara membaca
literatur, buku, diktat atau segala sesuatu yang berhubungan dengan objek yang
dipelajari dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang dibaca pada
sumbernya.
17
3. Selasa, 7 Mencari literatur dan Kantor Badan Meteorologi
September komponen serta bahan Klimatologi dan Geofisika
2021 tambahan observasi. Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang.
4. Rabu, 8 Penyusunan bahan untuk Taman alat BMKG Stasiun
September project baik data literatur Klimatologi Klas I
2021 maupun software. Semarang.
5. Selasa, 14 Membuat prototype. Kantor Badan Meteorologi
September Klimatologi dan Geofisika
2021 Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang.
6. Rabu, 15 Penyusunan laporan. Kantor Badan Meteorologi
September Klimatologi dan Geofisika
2021 Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang.
7. Kamis, 23 Bimbingan alat Kantor Badan Meteorologi
September Klimatologi dan Geofisika
2021 Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang.
8. Selasa, 28 Fiksasi alat dan uji coba Taman alat BMKG Stasiun
September Klimatologi Klas I
2021 Semarang.
9. Kamis, 30 Presentasi alat Kantor Badan Meteorologi
September Klimatologi dan Geofisika
2021 Stasiun Klimatologi Klas I
Semarang.
18
BAB IV
GP2Y10 Dust Sensor adalah sebuah sensor untuk mendeteksi debu yang berbasis
inframerah. GP2Y1014AU0F Dust Sensor mampu mendeteksi partikel-partikel
kecil yang sangat halus misalnya debu atau asap rokok. Sensor ini biasanya
digunakan pada perangkat pembersih udara.
Cara kerja dari sensor ini yaitu dengan mendeteksi debu-debu ataupun partikel-
partikel kecil yang kemudian akan di pantulkan cahaya ke bagian penerima. Sebuah
cahaya akan dicerminkan ke partikel-partikel atau debu-debu melalui semua
permukaan, Kemudian photodiode akan menerima cahaya dan mengkorversinya
menjadi tegangan. Agar hasil nilai perubahan tegangan yang diperoleh dari sensor
19
tidak terlalu kecil dan mudah dibaca maka harus diperkuat dengan menggunakan
amplifier. Output dari sensor adalah tegangan analog sebanding dengan kepadatan
debu yang terukur, dengan sensitivitas 0.5V/0.1 mg/m3. Semaking tinggi intesitas
debu semakin tinggi nilai tegangan output.
20
4.2.3 Modul ESP8266 Wifi
ESP8266 adalah sebuah modul WiFi yang impresif dengan biaya yang murah dan
cocok untuk proyek mikrokontroler yang membutuhkan fungsi WiFi melalui
sambugan serial UART. Modul ini bahkan dapat di program untuk bertindak
sebagai modul WiFi yang berdiri sendiri tanpa tambahan mikrokontroler. Modul ini
membutuhkan daya sekitar 3.3v dengan memiliki tiga mode wifi yaitu Station,
Access Point dan Both (Keduanya). Modul ini juga dilengkapi dengan prosesor,
memori dan GPIO dimana jumlah pin bergantung dengan jenis ESP8266 yang
digunakan. Sehingga modul ini bisa berdiri sendiri tanpa menggunakan
mikrokontroler apapun karena sudah memiliki perlengkapan layaknya
mikrokontroler.Firmware default yang digunakan oleh perangkat ini menggunakan
AT Command.
Multiplexer atau selektor data adalah suatu rangkaian logika yang menerima
beberapa input data dan untuk suatu saat tertentu hanya mengijinkan satu dari data
input tersebut untuk diteruskan pada output. Jalur yang akan ditempuh dari input
data yang diinginkan ke output dikontrol oleh pemilih input selector dan sebaliknya
untuk prinsip kerja demultiplexer. Rangkaian 16bit multiplexer terdiri dari
rangkaian 16 hingga 1. Multiplexer yang dibuat dalam satu rangkaian sehingga
dibutuhkan suatu Enable yang berfungsi untuk menentukan rangkaian tersebut
berfungsi sebagai multiplexer atau demultiplexer.
21
Gambar 4. 4 Multiplexer 74HC4067
22
4.4 Metode Perancangan Alat
23
4.6 Diagram Sistem Kerja
24
4.7 Program Sistem
//akun ThingSpeak
unsigned long myChannelNumber = //ID akun ThingSpeak
1519925;
const char * myWriteAPIKey = //memasukan apikey
"7XTXZC10GVN9S0JI ";
//GP2Y10
int samplingTime = 280;
int deltaTime = 40;
int sleepTime = 9680;
float voMeasured = 0;
float calcVoltage = 0;
25
float dustDensity = 0;
//Pengaturan Multiplexer
pinMode(muxA, OUTPUT);
pinMode(muxB, OUTPUT);
pinMode(muxC, OUTPUT);
pinMode(muxD, OUTPUT);
void loop()
{
//Sensor DHT22
float temperature = dht.readTemperature();
humidity = dht.readHumidity(); //membaca suhu pada sensor
DHT22
// Sensor MQ135 dgn menggunakan //membaca kelembaban sensor
Multiplexer DHT22
digitalWrite(muxA, LOW);
digitalWrite(muxB, LOW);
digitalWrite(muxC, LOW);
digitalWrite(muxD, LOW); //connect to pin input 0 =>
int adcRaw = analogRead(analogPin); //[A B C D] : [0 0 0 0]
26
digitalWrite(muxB, LOW);
digitalWrite(muxC, LOW);
digitalWrite(muxD, LOW); //connect to pin input 1 =>
delayMicroseconds(samplingTime); //[A B C D] : [1 0 0 0]
voMeasured = analogRead(analogPin);
delayMicroseconds(deltaTime);
delayMicroseconds(sleepTime);
calcVoltage = (voMeasured *(3.3/ 1024)); //membaca sensor GP2Y10
dustDensity = 170 * calcVoltage - 10 ;
if ( dustDensity < 0)
{ // 0 - 3V dipetakan ke 0 – 1023
dustDensity = 0.00; //persamaan linier
} //jika persamaan linier kurang dari
0 maka hasilnya 0.00
ThingSpeak.setField(1, temperature);
ThingSpeak.setField(2, humidity);
ThingSpeak.setField(3, adcRaw);
ThingSpeak.setField(4, dustDensity); //pengaturan flield pada
thingspeak
int x =
ThingSpeak.writeFields(myChannelNum
ber, myWriteAPIKey);
if(x == 200){
Serial.println("Channel update
successful."); //data akan tampilkan pada
} thingspeak sesuai dengan akun
else{ yang dihubungkan
Serial.println("Problem updating
channel. HTTP error code " + String(x));
}
27
4.8 Prinsip Kerja Sistem
Sistem ini akan berjalan dengan cara menyuplai tegangan 5V untuk mengaktifkan
NodeMCU ESP8266 dengan menggunakan port micro-USB. Pada rangkaian
sistem ini sensor GP2Y10 dihubungkan dengan konfigurasi pin yaitu pin VCC
dihubungkan dengan resistor 150 Ω dan pin 3V3, pin V-LED dihubungkan dengan
kapasitor 220 uf (positif) dan resistor 150 Ω, pin LED-GND dan pin S-GND
dihubungkan dengan kapasitor 220 uf (negatif), pin LED dihubungkan dengan pin
D5, V-OUT dihubungkan dengan pin C1 multiplexer sebagai analog input.
Sedangkan konfigurasi NodeMCU ESP8266 dengan modul I2C pada LCD yang
digunakan yaitu pin D1 dihubungkan dengan pin SCL yang berfungsi untuk
mengirim data, pin D2 dihubungkan dengan pin SDA yang berfungsi untuk
menerima data, pin GND dihubungkan dengan pin GND, dan pin VCC
dihubungkan dengan pin VU. Sedangkan untuk konfigurasi NodeMCU ESP8266
dengan Multiplexer 74HC4067 yang digunakan yaitu pin A0 dihubungkan dengan
pin SIG, pin D6 dihubungkan dengan pin S0, pin D7 dihubungkan dengan pin S1,
pin D8 dihubungkan dengan pin S2, pin GND dihubungkan dengan pin GND dan
pin 3V3 dihubungkan dengan pin VCC. Alat ini dapat mengukur kadar debu dengan
satuan ug/m3. Alat ini digunakan untuk memonitoring kadar debu pada udara secara
otomatis dengan menggunakan Thingspeak sehingga dalam melakukan monitoring
dan juga pengarsipan data tidak dilakukan secara manual lagi, melainkan data yang
didaperoleh dapat diunduh melalui database Thingspeak.
28
Ketika NodeMCU diberi tegangan maka akan aktif, begitu pula dengan multiplexer,
sensor GP2Y10 dan juga LCD I2C nya. Kemudian NodeMCU akan menjalankan
program yang telah diupload didalamnya untuk memerintahkan multiplexer, sensor
dan LCD. Kemudian alat akan mendeteksi wifi yang memiliki password dan
username sesuai dengan yang tertulis pada program. Ketika wifi sudah tersambung
dengan alat maka, alat secara otomatis akan mengirimkan data yang ada. Ketika
sensor mendeteksi adanya debu, maka nilai tersebut akan ditampilkan pada LCD
I2C dan Thingspeak, tampilan LCD berbentuk teks seperti gambar dibawah ini.
Cara untuk mengintegrasikan alat pemantau kualitas udara ini dengan memasukkan
library Thingspeak ke dalam program NodeMCU yakni dengan mengatur ID akun
dan API key sesuai dengan yang ditampilkan pada website Ketika pertama kali akan
mebuat project. Kemudian untuk mengatur field didalam web Thingspeak dengan
memprogram fieldnya. Disini yang digunakan untuk membaca kadar debu secara
realtime adalah field 4. Di dalam Thingspeak sendiri data-data dapat dimonitoring
secara visual berupa angka dan juga grafik. Data yang didapatkan akan diarsipkan
di dalam database Thingspeak dan dapat di download. Selain itu Thingspeak dapat
dibuka di smartphone dengan cara mendownload aplikasi Thingspeak viewer
terlebih dahulu.
Pengujian pemantau kualitas udara ini bertujuan untuk mendapatkan data kadar
debu yang ada di sekitar lokasi uji coba. Data yang didapatkan akan ditampilkan
dalam layer LCD I2C dan juga pada Thingspeak untuk monitoring dan pengarsipan
data secara online. Data pada Thingspeak akan ditampilkan berupa angka dan
garafik, serta data yang didapat akan disimpan pada database dan dapat didownload
bentuk excel.
29
Gambar 4. 10 Tampilan Thingspeak Android
30
Gambar 4. 13 Tampilan uji coba alat
Pengujian alat dilakukan dengan cara menaruh alat ditempat terbuka, dan pengujian
alat ini dilakukan dua kali. Pertama, di Taman Klimatologi BMKG Stasiun
Klimatologi Klas I Semarang dan kedua, di Taman Universitas Diponegoro,
Tembalang. Berikut ini data hasil pengujian alat pemantau kualitas udara dengan
sensor GP2Y10. Untuk alat yang digunakan untuk mengukur kadar debu dilakukan
selama satu jam, yang kemudian di rata-rata dan diambil nilai maximal dan
minimal.
Pada data diatas tertulis bahwa kadar debu pada BMKG adalah normal. Hal ini
terjadi karena pengukuran di BMKG sedikit memasuki daerah kantor dan
menjadikan sedikit jauh dari lalu lintas kendaraan. Pada data tersebut juga terdapat
nilai rata-rata, nilai maksimal, serta nilai minimal. Pada kondisi normal kadar debu
31
di atmosfer sekitar 51-150 ug/m³, yang berarti jika dilihat dari data tersebut
menunjukkan kondisi rata rata polusi 70.14 ug/m³, sedangkan nilai maksimal pada
posisi 76.01 ug/m³, dan pada saat nilai minimal yaitu 59.58 ug/m³. Dari seluruh data
yang di dapatkan saat uji coba di BMKG semua kadar debu dalam batas normal.
Debu
Jam
(ug/m³)
11:30:00 79.30
11:40:00 78.75
11:50:00 74.37
12:00:00 74.37
12:10:00 74.37
12:20:00 73.82
12:30:00 72.18
Rata-rata 75.31
Max 79.30
Min 72.18
Pada data diatas tertulis bahwa kadar debu pada Tembalang adalah normal.
Walaupun lokasi pengambilan data berada di samping jalan raya namun kadar debu
termasuk dalam keadaan normal, hal ini karena disekitar lokasi terdapat banyak
pepohonan. Pada data tersebut juga terdapat nilai rata-rata, nilai maksimal, serta
nilai minimal. Pada kondisi normal kadar debu di atmosfer sekitar 51-150 ug/m³,
yang berarti jika dilihat dari data tersebut menunjukkan kondisi polusi tinggi 75.31
ug/m³, sedangkan nilai maksimal pada posisi 79.30 ug/m³, dan pada saat nilai
minimal yaitu 72.18 ug/m³. Dari seluruh data yang di dapatkan saat uji coba di
Tembalang semua kadar debu dalam batas normal.
Dari data tersebut tidak dapat dibandingkan dengan data alat yang ada di BMKG
yaitu High Volume Sampler karena alat tersebut tidak menghasilkan data realtime
per menit atau per jam, melainkan akumulasi sampel selama satu hari yang dihitung
dengan menimbang kertas filter sebelum dan sesudah dipasang di dalam High
Volume Sampler.
32
High Volume Sampler (HV Sampler) merupakan alat untuk mengambil sampel
SPM (Suspended Particle Matter) dari udara. Cara kerjanya dengan mengisap
udara yang mengandung partikel melalui kertas filter dengan motor kecepatan
tinggi. Debu akan menempel pada kertas filter yang nantinya akan diukur
konsentrasinya dengan cara kertas filter tersebut ditimbang sebelum dan
sesudah sampling di samping itu dicatat flowrate dan waktu lamanya sampling
sehingga didapat konsentrasi debu dan partikel-partikel lainnya.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Saran yang ingin penulis sampaikan dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini
kepada pembaca adalah:
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
1. Database Thingspeak
2. Database Excel
3. Gambar Alat
36
4. Dokumentasi Pengambilan Data
37
38