Anda di halaman 1dari 6

Angkasa

Di pagi hari itu suasana terasa begitu lembab rintihan air hujan yang tersisa di
ranting pohon menetes di dahi ku mengingatkan ku bahwa aku sudah terlambat tuk
pergi ke sekolah, “Ma ayo aku sudah terlambat ini, ayo berangkat ma”. Pagi itu terasa
begitu dingin seakan menusuk ke dalam tulang ku, sesaat kemudian terdengar ucapan
doa yang kemudian dilanjutkan dengan lagu Indonesia Raya menandakan bahwa aku
terlambat datang ke sekolah. Kekesalan dan rasa marah saja yang bisa aku rasakan saat
itu yang akhirnya merusak mood ku di pagi hari itu. Namun tawa ceria seseorang
mencuri perhatian ku dan di saat itu juga aku bertemu dengan dia.

Rasa kesal yang tak kunjung hilang membuat suasana semakin muram yang
akhirnya membuat ku kesal dengan tawa nya, “Apasih gitu doang ketawa” Gumam ku
dalam hati serta melihat ke arahnya. Tanpa aku sangka dia melihat kembali ke arah ku
dengan tatapan begitu tajam dan sinis seakan akan dia tau apa yang aku katakan dalam
hati, perasaan takut seakan akan muncul ketika aku ditatapnya dan sontak membuang
muka ku ke arah sebaliknya. Setelah tidak bertemu beberapa saat aku dan dia kembali
bertemu di sekolah dan kembali dengan tatapan tajam nya yang mungkin merupakan
sudah menjadi ciri khas nya, namun aku terheran heran mengapa dia selalu menatap ku
dengan seperti itu padahal pada waktu itu juga aku hanya tertawa dan tidak tertawa ke
arahnya. Aku semakin bertanya tanya akan mengapa dia selalu begitu kepadaku,
tatapan tajam olehnya begitu jelas terlihat di benak ku hingga saat ini.

Sebulan hingga tiga bulan berlalu tanpa adanya interaksi ataupun kontak fisik
dengan nya, aku mengira aku tidak akan pernah ber interaksi ataupun bertemu
denganya lagi. Pada suatu saat aku benar benar membutuhkan bantuanya tetapi rasa
gengsi yang begitu tinggi membuatku ragu untuk meminta bantuan kepadanya, ketika
aku meminta saran kepada sahabat karib ku dimenyarankan dan memaksa ku untung
meminta tolong saja kepadanya “Udahlah sar, gapapa pinjem aja ke Mas Deva jas lab
nya daripada kamu ga pake jas lab” Intan berkata kepadaku, “Tapi gapapa ta tan kalo
nge chat Mas Deva? Aku takut orang nya serem soalnya”. Pada akhirnya aku menyuruh
intan untuk mengechat Mas deva dengan menggunakan akun instagram ku karena aku
merasa gengsi, ragu, dan takut untuk meminjam jas lab kepadanya. Mungkin selama ini
aku telah salah menduga kepribadian Mas Deva. Diawal menurutku Mas Deva
merupakan orang yang seram dan jahat tapi ternyata malah sebaliknya, respon nya
waktu aku membutuhkan bantuan nya sangat diluar dugaan ku dia mau untuk
meminjamkan jas lab nya kepadaku, Pada waktu itu juga rasa takut ku akan dengan nya
perlahan mulai memudar.

Setelah aku selesai melakukan praktikum biologi terlihat notifikasi pesan


instagram di hp ku terlihat begitu jelas bahwa itu merupaka pesan dari nya sekali lagi
aku tidak menyangka jika dia akan memperpanjang pembicaraan kita. “emang kalo
gabawa jas lab dimarahin?” Dia bertanya kepadaku “awalnya aku kira gitu sih mas tapi
setelah tau temen" ku pada gak bawa jadi di bolehin ga pakai” aku menjadi merasa
tidak enak ke Mas Deva karena terlalu panik efek tidak membawa jas lab padahal
ternyata jika tidak memakai jas lab ketika praktikum gurunya tidak akan marah juga.
Beberapa hari kemudian interaksi kita berdua semakin intens hampir setiap hari kita
saling bertukar kabar dan pesan hingga pada suatu momen dimana dia mengajakku
untuk nribun bareng hal ini membuatku semakin berfikir dan semakin penasaran
apakah ini hanya modus belaka? namun dia beralasan jika dia nribun sendirian dan
membutuhkan teman untuk menemaninya nribun. Tapi yang lebih aneh lagi aku
menerima ajakan nya dengan senang hati aku tidak tau apa yang aku pikirkan hari itu
tapi aku seakan di hipnotis oleh nya hingga aku menerima ajakan nya. Ketika waktu
nribun semua berjalan lancar aku juga merasa nyaman dan suka ketika diajak berbicara
olehnya, memang nampaknya yang aku lihat selama ini akan dirinya salah total sosok
Mas Deva yang diawal aku pikir merupakan pribadi yang cuek ternyata sebaliknya, ini
merupakan kali pertama aku pergi dengan dia dan menurutku tidak ada kesan buruk
sama sekali ketika aku pergi dengan nya.

Hari demi hari berlalu sikap nya terlihat semakin care denganku, dia selalu
mengajak ku ke kantin bareng selalu menemaniku ketika aku menunggu dijemput
bahkan ketika sebelum aku diklat dia rela menjemput ku dan membelikan ku jajan
untuk bekal waktu diklat aku jadi merasa tidak enak dan akhirnya aku memberinya
sekotak susu sebagai terima kasih ku atas semua yang diberikannnya kepadaku. Sehari
setelah diklat usai waktu sepulang sekolah tiba tiba dia datang dengan sebuah tas kecil
yang digenggam oleh tangan nya kemudian dia memberikan tas kecil yang berisikan
key chain tersebut kepadaku “Ini hadiah buat kamu abis diklat kemarin, karena
menurutku u deserve an appreciation” Dia berkata, perasaan ku berbunga bunga seakan
banyak kupu kupu beterbangan di sekelilingku disaat itu benar benar tidak berharap
akan diberinya kado ataupun apapun itu, aku tidak menyangkan Mas Deva ternyata
sebaik ini mengkin dari awal aku seharusnya tidak meng judge dia dari penampilanya
saja tetapi tatapan tajam nya pada waktu itu memang benar benar menakutkan seolah
olah ingin mengajak ku bertengkar, pada saat itu juga perlahan aku mulai kagum
olehnya. Tidak lama setelah itu aku ber inisiatif untuk mengajak nya nonton bioskop
bareng ini pertama kali nya aku menonton bioskop dengan nya dan kita menghabiskan
waktu bersama cukup lama di dalam mall, kita mengeksplor apa saja yang ada di mall
waktu itu dan dia menghiburku dengan cara mereview satu persatu barang yang
menurutnya menarik di setiap tempat yang kita kunjungi. Aku tertawa ceria setiap kali
dia memberikan candaan kepadaku dia terkadang usil mengejek ku, perasaan senang
menyelimuti seluruh tubuh ku pada saat itu sampai sampai aku tidak memikirkan hal
yang lain lagi hanya menikmati setiap momen bersamanya dan tanpa terasa waktu
berjalan begitu cepat sudah 5 jam aku di mall tersebut bersamanya sungguh tidak ada
rasa cape sama sekali mungkin rasa cape tersebut kalah dengan perasaan senang ku
pada hari itu, aku sangat berterima kasih juga kepadanya karena telah membuat hari ku
terasa lebih baik pada saat itu.

17 Agustus merupakan hari kemerdekaan Indonesia sehingga pada saat itu juga
sekolah ku mengadakan acara memperingati kemerdekaan dengan cara mengadakan
beberapa lomba agustusan dan dia mengikuti lomba memasukkan pensil kedalam botol,
saat itu aku sangat ingin untuk menonton nya waktu tampil dalam lomba namun dia
melarang ku untuk melihat nya karena dia malu harus menjoget di dalam lomba nya.
Sayang nya aku melewatkan momen tersebut entah hal apa yang saat itu sedang aku
lakukan sehingga aku melewatkan momen disaat dia tampil di lomba, aku cukup kesal
karena tidak dapat melihat nya tampil namun aku tidak bisa berbuat apa apa tapi
sepertinya pada saat itu dia sengaja tidak mengabariku agar aku tidak melihatnya waktu
lomba, jujur aku cukup kesal juga dengan nya. Kemudian dia datang kepadaku dan
mengajakku untuk makan bareng, aku yang awalnya kesal tidak tau mengapa aku bisa
luluh secepat itu oleh nya seakan akan tidak terjadi apapun sebelumnya, pada saat
makan tiba tiba keluar perkataan dari mulutnya mengajak ku untuk photobooth dengan
nya saat itu perasaan kesalku akan dirinya sontak sepenuhnya menghilang saat itu dan
tergantikan dengan perasaan riang gembira. Kedekatanku dengan Mas Deva
nampaknya membuat kaget sebagian orang apalagi tiba tiba aku ber photobooth dengan
nya dihapan banyak orang serta dihadapan beberapa teman ku juga, Saat itu dia
pertama kali memegang dan memgelus kepalaku perasaan gelora kebahagiaan terasa
semakin bertambah seakan akan ingin meledak aku tidak bisa menahan pipiku yang
memerah. Sore hari telah datang, acara peringatan 17 agustus telah usai ia tiba tiba
mengajak ku untuk melukis aku dengan sangat senang hati menerima ajakan nya ini
juga kali pertama aku melukis lagi setelah sekian lama aku tidak melukis. Jujur aku
tidak berekspetasi jika aku bisa sedekat ini dengan nya padahal berawal dari iseng
meminjam jas lab tetapi bisa berlanjut hingga saat ini, mungkin terdengar sedikit lucu
kita bisa sedekat ini berawal dengan cara seperti itu dan mungkin beberapa orang juga
kurang percaya waktu pertama kali mereka mendengar ini. Aku sangat berterima kasih
dan bersyukur karena tidak melewati momen itu, jikalau aku tidak mengambil
keputusan untuk meminjam kepadanya mungkin kisah atau cerita kita tidak akan terjadi.
Pada saat melukis kita berbicang banyak hal disaat itu juga aku lebih banyak mengenal
tentang nya kita saling bertukar kisah berdua mengenai apa hal yang aku suka, hal yang
dia suka, tentang latar belakang ntah keluarga nya ataupun kisah hidupnya dia banyak
bercerita tentang dirinya, aku sangat suka mendengar dirinya bercerita begitu juga
dengan nya ia tampak sangat bersemangat mendengarkan apapun yang aku ceritakan
saat itu, intinya pada saat itu juga kita dapat saling mengenal lebih lanjut lagi dan
ternyata kepribadian nya cocok dengan kepribadian ku.

Waktu semakin berlalu begitu pula dengan kita semakin lama kita dapat
semakin dekat, ia semakin sering mengajak ku keluar main, menemani ku belajar
menghiburku di saat aku sedih tanpa terasa aku telah jatuh hati olehnya tetapi aku
merasa masih kurang percaya dengan namanya pacaran lagi aku masih merasa ragu
oleh nya aku takut akan dia hanya seperti ini diawal saja aku takut semua perlakuan nya
berubah saat kita sudah pacaran, aku takut dengan adanya love bombing lagi. Hingga
sabtu sore waktu itu dia memutuskan untuk mengungkapkan semua perasaan nya
kepadaku beralasan meminjam kertas ketika ia menemani ku belajar tiba tiba ia
menuliskan secarik surat kepadaku, didalam nya tertulis rangkaian kata kata
pembukaan UUD 45 namun kata kata tersebut ketika dibaca terlihat sangat lucu dan
meluluhkan hatiku tetapi pada saat itu aku masih ragu akan menjawab apa? disatu sisi
aku mau untuk menlanjutkan hubungan ku dengan nya tetapi di sisi lain nya aku masih
kurang percaya dengan nya. Lantas aku harus menjawab apa? aku belum bisa untuk
menjawab nya sekarang aku masih bingung, kemudian aku menanyakan kepadanya
“Ini kalo dijawabnya ngga sekarang gapapa?” Kemudian dia menjawab “Iya gapapa
kok jawab aja waktu kamu udah ngerasa siap” Suasana terasa sedikit canggung tapi
ntah kenapa dia selalu saja bisa tuk mencairkan suasana, ia tetap mengajak ku
mengobrol seperti pada biasanya dan tetap menghibur ku seperti biasanya aku terheran
dalam hati “Ini cowo kok bisa ga ada canggung canggung nya ya?” Tak lama kemudian
dia mengajak ku beranjak untuk kembali jalan dan disaat itu pula dia menggenggam
tangan ku untuk pertama kali nya, tentu aku kaget tentu aku syok juga tetapi aku malah
suka digenggam olehnya, aku sungguh merasa nyaman ketika berada di dekatnya, aku
merasa tenang juga saat aku bersamanya. Aku tak menyangka jika dia bakal mengambil
langkah atau berinisiatif seperti ini, ia banyak memberi kejutan di kehidupan ku aku
banyak merasakan hal hal baru di setiap hari ku ketika bersama nya dan pada akhirnya
kita kembali mengelilingi mall ini lagi banyak momen indah tercipta disini, iya disini di
Tunjungan Plaza.

Matahari mulai bersemi aku kembali menjalankan kehidupan ku seperti


biasanya namun kali ini terasa berbeda aku merasa lebih semangat ketika berangkat ke
sekolah ingin ku percepat waktu agar aku dapat kembali bertemu dengan nya. Hari ini
aku sudah menyiapkan jawaban ku untuknya, setelah aku pikir pikir kembali dengan
matang aku sudah yakin dengan keputusan yang akan aku ambil aku percaya jika
keputusan ini merupakan keputusan yang terbaik juga. Tiba saatnya ia mengajak ku
bertemu di kantin sontak aku menyiapkan mentalku untuk memberikan jawaban ku
kepadanya, ia datang ke hadapanku dengan senyum lebarnya sambil menyapa ku “Hi,
gimana tadi pelajaran nya?” aku pun menjawab “Aman kok mas ga ada yang susah”
lalu aku tidak ingin mengulur ulur waktu lagi “Ini mas buat jawabanya yang kemarin
aku tulis di bagian bawah suratnya yaa” Ia terlihat begitu semangat membuka suratnya
dan kemudian membaca nya terlihat juga wajahnya yang begitu senang ketika
membaca surat tersebut, lalu ia bertanya kepadaku “Ini resmi ya kalo hari ini kita udah
jadian?” kemudian aku menjawabnya iya raut wajahnya terlihat semakin senang dan
aku pun juga ikut senang ketika melihatnya dan tidak lama keluar sebuah kata dari
mulutnya “Love you” bagaimana aku tidak salting ketika tiba tiba mendengarnya
berkata seperti itu untuk pertama kali nya, aku merasa salting dan malu secara
bersamaan kemudian dengan wajah malu aku membalas ucapan nya dengan “love u
more”

Anda mungkin juga menyukai