Anda di halaman 1dari 3

Kisah-kasih tak bertuan

Karya : Dicky ramadhan

Berawal namun tak berakhir serta merta menyelimuti kisah dua insan manusia yang memadu
kasih namun tak berkisah,
Diawali dengan pertemanan dua manusia yang keseringan saling mengejak namun berujung
maut, hatinya ditimpa perasaan kacau dan gelisah ketika kembali menatapnya, setelah sekian
lama tak berujung temu karena diapit oleh perbedaan sekolah setelah sama-sama lulus dari
baju putih biru. Peristiwa itu terjadi 3 tahun yang lalu dimana rasa tumbuh begitu pesat
dengan akar serabut yang menyertainya, dulu gadis cantik itu hitam manis dengan alasan
karena sering bermain dengan sinar matahari. Dia tertawa ketika aku mengejeknya, namun
dia tersipu malu ketika aku memujanya bak bidadari. ( dulu kamu hitam seperti malika
sekarang kamu cantik seperti buaya putih ) dia tertawa terbahak-bahak.
Selama kami pisah sekolah kita kehilangan tawa yang dulu kita lantunkan dengan cara
mengejek, kita kehilangan kontak karena minder untuk menghubungi duluan, atau karena
keduanya sama-sama memiliki pujaannya sendiri.
Suatu ketika dengan nada percaya diri, aku mencoba menghubunginya lagi. Saya pikir itu
waktu yang pas untuk semesta merestui keinginan hati kecilku yang mengarah ke dia. Usaha
yang dilakukan memang pelik, namun cara ampuh diawali dengan basa-basi dan menanyakan
kabar tubuhnya, dia dalam keadaan baik namun hatinya hampir mati. Kabar buruknya dia
kehilangan sebagian hidupnya dan kabar baiknya aku menemukan celah untuk mengisi
puing-puing hatinya yang terkikis. Alasan yang logis untuk perempuan yang di selingkuhi
yaitu harus beranjak tanpa harus diam tersiksa dengan mengambil keputusan. Aku seketika
menjadi pundak hatinya menjadi tanya yang entah jawabannya, menjadi pengembali senyum
yang hilang meski tak utuh, menjadi rusuk yang di rusak.
Kita sering bertukar khawatir, bertukar keluh kesah, bertukar kasih, bertukar kisah, bertukar
sedih bertukar peluh, dan semua yang ku ceritakan tentangnya selalu terlontar nada bahagia,
maka dari itu aku sangat mencintainya, dalam versiku dia perempuan yang mendekati
sempurna. Dia seolah merasuk dalam rusuk mengisi kosong yang hadir mengubah perih yang
luka. Jika dunia ini 100 tahun lagi 99 tahun rasanya akan dihabiskan untuk tertawa
dengannya, dia orang yang paling mengerti tubuhku, dia menerima busuk yang kusut, dengan
harapan dia akan menerima semuanya.
Satu tahun berlalu dia sangat dekat denganku namun tanpa rasa yang terucap bahwa (aku
mencintamu) namun aku kehilangan 2 bulan yang menjawab bahwa dia tidak pernah berhenti
mencintainya, dia kembali seolah tidak terjadi apapun, dia menerima pulang yang hangat dan
hati yang gelisah ( apakah semuanya akan terulang kembali )
Salahku, aku selalu dipatahkan oleh pikiran bodohku sendiri yang selalu berkata bahwa
( tidak mungkin aku bisa mendapatkan hatinya ) hingga pada akhirnya waktu yang begitu
lama tak pernah satu kalipun terucap bahwa pikiranku terbelenggu namun hatiku berbisik
( aku mencintaimu dan kamu gatau ) padahal rumus mencintai itu saling peduli saling
menjaga tapi itu tidak berlaku pada orang yang belum selesai atas kasihnya yang usang.
Sipuan tak pernah berhenti mencintainya meskipun dengan alasan yang pantas untuk
beranjak. Padahal dibalik itu aku selalu menjadi pundak bagi hatinya yang hampir runtuh,
menopang dengan sisa-sisa tenaga bahwa aku kehabisan cara untuk kamu yang memberi dia
ruang dihatimu.
Ditengah kesibukanku sebagai pegawai biasa, aku sempatkan mencintaimu. Pekerjaan hari itu
selesai dan aku memutuskan untuk pulang menemui ibuku, dan yang tak kalah penting aku
juga ingin menemuimu.
Aku berjanji untuk mengajaknya nonton film romantis dan makan malam, dengan harapan
aku bisa menatapnya lama. Selepas dzuhur aku menjemputnya didepan rumah, dia keluar
memakai baju putih dihiasi tubuh semampai, mataku membeku seakan berbisik dia begitu
indah dengan bibir merona dan sorot mata yang merasuk rongga hatiku, dia menaiki motorku
tak lupa aku berikan helm untuk keamanan kita, dijalan kami banyak mengobrol tentang
banyak hal namun yang paling utama perihal hatinya yang hampir mati karena ditikam
kecewa. Sialnya kami menemukan razia surat kendaraan bermotor yang kemungkinan bakal
diberhentikan karena tak membawa STNK, akhirnya kami mencari jalan tikus untuk
menghindari kepungan polisi, dijalan tikus ketika kami mengobrol si puan berbisik untuk
berhenti sejenak karena haus, akhirnya kami menemukan warung untuk membeli minuman.
Tak lama kemudian hp wanita cantik itu berdering mendapat telpon dari ayahnya, dengan
nada sinis ayahnya langsung menyuruh pulang dengan alasan tidak meminta izin terlebih
dahulu padahal gadis itu sudah mengantongi izin dari ibunya namun waktu itu belum sempat
meminta izin kepada ayahnya. Akhirnya kami terpaksa pulang dan mengurungkan rencana
kita. Sesampai rumah saya disuruh untuk masuk terlebih dahulu dan meberikan penjelasan,
ternyata terjadi kesalah pahaman, ayah gadis itu menyangka karena ada orang yang bicara
kalau saya itu sudah menikah, padahal belum. Ditempat itu aku gemetar tak karuan baru kali
ini mengobrol dengan ayah seorang gadis yang dicintai. Sesudah selesai saya memutuskan
untuk pulang.
Setelah kejadian itu saya kembali pergi ke kota untuk mencari puing-puing rupiah, kisah
kami dengan gadis itu masih berlanjut, tak ada hentinya kami saling mengabari, kami selalu
asyik menjalani hubungan yang entah arahnya kemana. Suatu ketika aku kelelahan untuk
mencintainya dan memutuskan untuk beranjak darinya, aku kehilangan harapan karena habis
dimakan pikiranku sendiri. Tak lama aku menemukan wanita baik dan lugu bisa dibilang
shalehah, dia teman satu kelasku aku terpikat oleh indah matanya, hingga rayuan-rayuan
sering aku lontarkan didepan banyak orang, tak susah aku mendapatkannya karena dia juga
mengincarku, 4 bulan kita melakukan pendekatan dan berujung jadian, kisah kami juga
sedikit berliku si perempuan dihantui cemburu dan aku dihantui dia seperti tak mencintaiku
karena sikapnya yang cuek bebek, namun seiring berjalannya waktu rasa nyaman dan kasih
sayang bertumbuh, perempuan itu bersikap seolah-olah mencintaiku dan itu benar adanya.
Dia sangat mencintaiku namun dengan caranya sendiri dia bersikap cuek bersikap seolah tak
peduli namun itu adanya. Ketia 2 bulan kita pacaran tiba- tiba gadis teman smp yang sempat
aku puja-puja datang dengan membawa dua kabar buruk, kabar yang pertama dia jujur akan
perasaannya bahwa dia mencintaiku, kabar yang kedua aku sudah punya pacar dan mulai
nyaman dengannya. Akhirnya aku jujur bahwa aku sudah punya pacar setelah sekian lama
menunggu dan tak kunjung berani bahwa aku mencintaimu. Dia langsung terkejut dan
tersenyum dengan nada sedih, dia bilang “tak apa mungkin waktu yang kurang tepat”.
Sehari setelahnya dia berbiacara bahwa dia balikan dengan lelaki yang sudah mencabik
hatinya, dengan alasan pelampiasan karena sakit mencintai orang di waktu yang tidak tepat,
saya terkejut mendengar hal itu padahal laki-laki itu sudah membuat hatinya hampir mati tapi
bisa-bisa nya mereka bersatu kembali. Dan sontak dipikiranku memggeliat bahwa alasan
mereka bersatu karena cinta si puan tak pernah selesai. Tak sampai disitu meskipun kita
sama-sama punya pasangan tak sontak membuat kami hilang komunikasi, kami terus saling
peduli dan saling terbuka dalam segala hal, dengan harapan menemukan waktu yang tepat
untuk bisa bersama. Karena ada hal yang belum selesai, aku tak sempat jadi bagian dari
hidupnya, ada keinginan yang belum terpenuhi dan itu masalah bagi hatiku. Karena
keseringan dekat akhirnya rasa kepada pacarku menjadi hambar di kedua sisi perempuanku
cuek bebek dan gadis itu manis sekali dia gemulai memperlakukanku bak seseorang yang
penting dalam menjalani hidup. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak dan fokus pada
tujuan awal yaitu harapan saya dulu sudah terpenuhi, pikiran yamg membelenggu sudah
dibebaskan dengan kata2 bahwa gadis itu juga mencintaiku, hingga membuat terngiang-
ngiang dikepalaku. Waktu berlalu hingga pada satu ketika saya menelpon gadis itu dan
membicarakan bahwa aku sudah memutuskan untuk pergi dari pacarku dengan alasan
memilihmu, namun yang terjadi malah perdebatan, diasaat terdesak dengan perkataan yang
membuatku jatuh hingga merasa bahwa gadis itu mencintaiku, dia beralasan balikan dengan
laki-laitu itu karena pelampisan, seketika aku menagih janjinya atas apa yang di bicarakan
entah itu dia mencintaiku lahh dia sudah tak nyaman dengan pasangannya lah dia nyaman di
dekapku lah, dan masih banyak nada harapan yang membuat tubuhku percaya, namun
semuanya omong kosong meskipun katanya dia menderita hingga saat ini, dia tetap bersama
dengan alasan keraguan yaitu keduanya baik. Aku dianggap orang yang paling tulus dan dia
dianggap sudah lama bersama. Dia gadis yang plin-plan dan membuatku menderita dibekuk
harapan yang mengarah kepada diriku sendiri, disatu sisi laki-laki itu tak tau, di satu sisi
akulah yang paling tersakiti.

Anda mungkin juga menyukai